Anda di halaman 1dari 7

Analisis Kasus dari Putusan Pengadilan Negeri dan Putusan Pengadilan

Tinggi Berdasarkan Perspektif Hukum Pidana Anak

Nama : Aulia Ahmad Sormin


NIM : 200200394
Mata Kuliah : Kejahatan Anak
Dosen Pengampu : Rafiqoh Lubis, S.H, M.Hum

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023

1
Nama : Aulia Ahmad Sormin
NIM : 200200394
Mata Kuliah : Kejahatan Anak
Dosen Pengampu : Rafiqoh Lubis, S.H, M.Hum

TUGAS INDIVIDU

1. KASUS POSISI
Pada kasus ini yang menjadi TERDAKWA adalah Anak I berumur 15 Tahun lahir
pada tanggal 05 Mei 2003, Anak II berumur 14 tahun, lahir pada tanggal 2 November
2003; Anak III berumur 15 tahun, lahir pada tanggal 8 Juni 2003; Anak IV berumur 13
Tahun, lahir pada tanggal 4 April 2005. Kejadian bermula saat anak yang menjadi korban
pada kasus ini sedang bersama 4 (empat) orang temanya yaitu Saksi NUEL, Saksi BUDI,
Saksi SALEH dan Saksi ICA. Ketika anak korban hendak membeli rokok dengan
mengendarai motor tiba-tiba datang TERDAKWA yakni Anak I bersama dengan Anak II,
Anak III dan Anak IV berhenti tidak jauh dari tempat Anak Korban dan menyuruh teman-
temannya untuk menendeng korban, anak korban sudah berusaha melawan akan tetapi
Anak I. Anak II, Anak III. Anak IV tidak menghiraukan dan tetap melakukan kekerasan
pada anak korban.
Anak I. Anak II, Anak III, Anak IV melakukan kekerasan kepada Anak korban dengan
memukuli Anak korban secara bersama-sama. Anak I, Anak II, Anak III, dan Anak IV
melakukan kekerasan dengan menggunakan tangan dengan posisi tangan mengepal
berkali-kali dan mengenai bagian kepala, tangan dan bagian badan dari Anak Korban serta
menendang Anak Korban dengan menggunakan kaki sebelah kiri dan kanan ke badan
Anak Korban sedangkan Anak II memukul dengan menggunakan tangan sebelah kanan
dengan posisi tangan mengepal sebanyak 1 (satu) kali kemudian Anak II memukul paha
sebelah kiri Anak Korban dengan menggunakan helm, sementara itu Anak III juga
melakukan pemukulan terhadap anak Korban dengan posisi tangan mengepal sebanyak 3
(tiga) kali dan mengenai badan Anak Korban dan menendang dengan kaki sebelah kiri
sehingga mengenai punggung Anak Korban dan Anak IV melakukan pemukulan terhdap
korban dengan posisi tangan mengepal sebanyak 5 (lima) lalu juga ikut menendang
punggung Anak Korban bersama dengan Anak I, Anak II, Anak III dan Anak IV.
Akibat kekerasan yang dilakukan oleh TERDAKWA, Anak korban mengalami luka
pada bagian kepala, tangan, serta kaki. Stelah mengetahui Anak korban mengalami
kekerasan dilakukan visum, kemudian berdasarkan hasil VISUM ET REPERTUM No:
0075/090/RSUD HIS/IX/18 tanggal 28 September 2018 yang ditandatangai oleh dr.
YEMIMA Dokter Pemeriksa pada Rumah Sakit HIS Sendawar diperoleh hasil
pemeriksaan ditemukan luka gores pada dahi, pipi kanan dan luka lecet pada tangan dan
kaki akibat kekerasan benda tumpul sehingga anak korban harus dirawat di Rumah Sakit
dan tidak dapat menjalankan aktivitasnya selama 5 (lima) hari.

2
2. PEMBAHASAN (ANALISA)
A. Fakta Yang Diperoleh Dari Kasus Posisi
1. Para Pihak :
a) Bahwa yang menjadi Pihak dalam perkara ini adalah 4 orang Terdakwa, yakni
Anak I. Anak II, Anak II, dan Anak IV. Sedangkan yang menjadi korban
adalah Korban Anak, dimana semua identitasnya tidak dijelaskan, karena baik
korban mauun Terdakwa masih anak-anak.
b) Bahwa yang menjadi saksi dalam perkara ini adalah Saksi Nuel, Saksi Budi,
Saksi Saleh, dan Saksi Ica.
2. Bentuk Perbuatan Yang dilakukan oleh Terdakwa :
a) Terdakwa yakni Anak I, Anak II, Anak III, dan Anak IV secara bersama-sama
melakukan penganiayaan yang menyebabkan luka kepada Korban Anak,
kejadian tersebut disaksikan oleh Saksi Nuel, Saksi Budi, Saksi Saleh, dan
Saksi Ica yang merupakan teman dari Anak korban.
3. Bukti :
a) Korban anak setelah mengalami penganiayaan yang dilakukan oleh 4 (empat)
orang Terdakwa, kemudian dilakukan visum yang dapat dijadikan alat bukti
dalam proses peradilan pidana anak, yakni VISUM ET REPERTUM No:
0075/090/RSUD HIS/IX/18 tanggal 28 September 2018 yang ditandatangai
oleh dr. YEMIMA Dokter Pemeriksa pada Rumah Sakit HIS Sendawar;
b) Hasil pemeriksaan visum diperoleh ditemukan luka gores pada dahi, pipi
kanan dan luka lecet pada tangan dan kaki akibat kekerasan benda tumpul
sehingga Anak korban harus dirawat di Rumah Sakit dan tidak dapat
menjalankan aktivitasnya selama 5 (lima) hari.
c) Dari hasil visum jelas menunjukkan bahwa aktivitas anak korban terganggu
beberapa saat akibat luka-luka yang dialami oleh anak.
4. Pasal Yang Didakwakan dalam Surat Dakwaan
a) Pasal 80 Ayat (1) Jo Pasal 76 C Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak diubah dengan Undang-Undang RI Nomor 35
Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak dan perubahan terakhir dengan Undang-
Undang RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
UU RI Nomor 23 Tahun 2002 menjadi Undang-Undang
b) Pasal 80 Ayat (2) Jo Pasal 76 C Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak diubah dengan Undang-Undang RI Nomor 35
Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak dan perubahan terakhir dengan Undang-
Undang RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
UU RI Nomor 23 Tahun 2002 menjadi Undang-Undang
c) Pasal 55 Ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
d) Pasal 170 Ayat 2 Ke (1) KUHP

3
5. Pasal Yang Menjadi Pertimbangan Majelis Hakim
a) Pasal 80 Ayat (1) Jo Pasal 76C Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang RI
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan perubahan terakhir
dengan Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016
tentang Perubahan Kedua UU RI Nomor 23 Tahun 2002 menjadi Undang-
Undang;
b) Pasal 71 ayat 3 Undang Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang sistem
peradilan Pidana Anak;
c) Pasal 79 ayat 3 Undang Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang sistem
peradilan Pidana Anak.

B. Analisa Dari Dakwaan


Jenis dakwaan yang disusun oleh Jaksa Penuntut Umum adalah dakwaan
Kombinasi karena didalamnya merupakan gabungan antara dakwaan subsidair
dengan dakwaan alternatif.
Dakwaan alternatif sendiri terdiri dari beberapa lapisan dakwaan yang disusun secara
berlapis dengan maksud lapisan yang satu berfungsi sebagai pengganti lapisan
sebelumnya. Sistematik lapisan disusun secara berurut dimulai dari Tindak Pidana
yang diancam dengan pidana tertinggi sampai dengan Tindak Pidana yang diancam
dengan pidana terendah. Dalam dakwaan di atas menunjukkan Jaksa Penuntut Umum
menyusun dakwaan mulai dari perbuatan yang hukumannya lebih tinggi ke perbuatan
yang hukumannya lebih rendah,
I. Dakwaan Subsidair
Primair : "Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat,
maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)". Pasal 80 (2) UU
No. 35 Tahu 2014 jo Pasal 76C Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI
Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang RI Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan perubahan terakhir dengan Undang-
Undang RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua UU RI
Nomor 23 Tahun 2002 menjadi UndangUndang Jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.

Subsidair : “Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 76 c, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) Tahun 6
(enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua
juta rupiah)." Pasal 80 (1) UU No. 35 Tahun 2014 Jo Pasal 76C Undang-Undang
RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas
Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan

4
perubahan terakhir dengan Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016
tentang Perubahan Kedua UU RI Nomor 23 Tahun 2002 menjadi UndangUndang
Jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
Sehingga dakwaan sudah benar, karena disusun mulai dari perbuatan yang
sanksinya memiliki hukuman lebih tinggi ke perbuatan yang sansinya lebih
rendah.

II. Dakwaan Alternatif


Merupakan dakwaan yang terdiri dari beberapa lapisan, hanya satu dakwaan saja
yang dibuktikan tanpa harus memperhatikan urutannya dan jika salah satu telah
terbukti maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi. Dalam
bentuk Surat Dakwaan ini, antara lapisan satu dengan yang lainnya menggunakan
kata sambung atau.
Dakwaan alternatif pada kasus posisi tersebut terdapat pada bagian:
ATAU
KEDUA PASAL 170 ayat 2 ke (1) KUHP
“barangsiapa terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan
kekerasan terhadap orang yang yang mengakibatkan luka-luka”.

C. Analisa Dari Tuntutan


Dalam tuntutan tersebut sudah tepat ketika Penuntut Umum menggunakan
Pasal terkait Undang-Undang Perlindungan Anak dikarenakan yang menjadi
Terdakwa dan Korban adalah masih dikategorikan anak sesuai dengan :
- Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pasal 1 ayat (3) yakni : “Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya
disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum
berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.”
Yang menjadi TERDAKWA pada kasus tersebut adalah Anak I berumur 15 Tahun
lahir pada tanggal 05 Mei 2003, Anak II berumur 14 tahun, lahir pada tanggal 2
November 2003; Anak III berumur 15 tahun, lahir pada tanggal 8 Juni 2003; Anak
IV berumur 13 Tahun, lahir pada tanggal 4 April 2005.
Sehingga sudah tepat menggunakan UU SPPA, dikarenakan Terdakwa masih
di bawah umur.
- Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pasal 1 ayat (4) : “Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana yang selanjutnya
disebut Anak Korban adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun
yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang
disebabkan oleh tindak pidana.”
Yang menjadi korban dalam perkara ini adalah juga masih anak, sehingga
tepat jika digunakan UU SPPA.
- Terkait tuntutan Penuntut Umum pada poin 2 menyebutkan, “Menjatuhkan pidana
terhadap Anak I, Anak II dan Anak III masing-masing dengan pidana penjara
selama 5 (lima) bulan dikurangkan masa penangkapan dan penahanan serta
pelatihan kerja selama 3 (tiga) bulan di Dinas Sosial Kabupaten Kutai Barat

5
selanjutnya menjatuhhkan pidana tindakan terhadap Anak IV dengan pelatihan
kerja selama 3 (tiga) bulan di Dinas Sosial Kabupaten Kutai Barat.”
Hal tersebut jika dianalisis menggunakan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana
Anak telah sesuai dengan ketentuan Pasal 69 ayat (2) yang menyebutkan, “Anak
yang belum berusia 14 (empat belas) tahun hanya dapat dikenai tindakan.”
Walaupun Terdakwa melakukan tindakan yang sama melakukan kekerasan terhadap
korban anak, terdapat perbedaab dari segi umur dimana Anak IV belum berusia 14
tahun, usiamya baru menginjak 13 tahun sehingga berlaku ketentuan Pasal 69 ayat
(2) dikenakan dengan menjatuhkan pidana tindakan. Sementara Anak I, Anak II,
Anak III sudah dapat dikenakan pidana penjara dan pelatihan kerja.

D. Analisa Dari Putusan Pengadilan Negeri


Putusan Pengadilan Negeri pada poin 1 (satu) yang menyebutkan :
“Menyatakan Anak I, Anak II, Anak III dan Anak IV tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan kesatu primair
Penuntut Umum.”
Jika dianalis menggunakan Undang-Undang Perlindungan Anak, bahwa "Dalam
hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)". Pasal yang didakwakan tidak terbukti
dikarenakan korban tidak sampai mengalami luka berat, sehingga Pasal 80 (2) UU
No. 35 Tahun 2014 tidak dapat dibuktikan, sehingga sudah tepat hakim Pengadilan
Negeri menjatuhkan amar putusan yang demikian.
Namun, walaupun demikian Anak I, Anak II, Anak III dan Anak IV tetap dinyatakan
telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Secara
bersama-sama melakukan kekerasan terhadap anak” dan disertai sanksi yang lebih
rendah yakni menjatuhkan tindakan kepada Anak I, Anak II, Anak III dan Anak IV
oleh karena itu dengan pengembalian para Anak kepada Orang Tua para Anak dengan
Pengawasan Bapas Kelas II Samarinda dan dan pelatihan kerja selama 1 (satu) bulan
di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Kutai Barat.
Jika dianalis menggunakan Undnag-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak
Penjatuhan pidana berupa pelatihan kera selama 1 (satu ) bulan di Kantor Dinas
Sosial Kabupaten Kutai Barat tidak sesuai dengan ketentuan dalam SPPA.
Dalam Pasal 78 ayat (2) UU SPPA menyebutkan, “Pidana pelatihan kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan paling singkat 3 (tiga) bulan dan
paling lama 1 (satu) tahun.”, sehingga pelatihan kerja selama 1 (satu) bulan masih
belum memenuhi minimal waktu dalam Undang-Undang SPPA.

E. Analisa Dari Putusan Banding


Dalam amar Putusan Pengadilan Tinggi pada poin 4 disenutkan sebagai berikut:
“Menjatuhkan Pidana kepada Anak I , Anak II , Anak III dan Anak IV oleh karena itu
dengan pelatihan kerja masing-masing selama 2 (dua) bulan pada Dinas Sosial
Kabupaten Kutai Barat”, juga masih belum memenuhi minimal batas waktu Pidana

6
Pelatihan Kerja, karena jelas minimum atau paling singkat adalah 3 (tiga) bulan dan
paling lama 1 (satu) tahun.

Anda mungkin juga menyukai