DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1 KELAS A
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022
A. Kasus/Duduk Perkara
Kasus ini telah sampai di tingkat pengadilan dan dilaksanakan proses diversi sejak
tanggal 24 Januari 2022 sampai dengan 7 Februari 2022. Proses diversi menghasilkan
kesepakatan pada tanggal 7 Februari 2022. Dalam proses diversi yang dilakukan oleh RK
dan korban disepakati penyelesaian perkara secara musyawarah. RK telah mengakui,
menyesali, dan meminta maaf kepada korban atas perbuatannya. Begitupun korban telah
memaafkan RK dan tidak akan menuntut RK baik secara pidana atau perdata. Dalam
musyawarah diversi telah menghasilkan kesepakatan bahwa RK bersedia menyerahkan
uang untuk biaya pengobatan korban sebesar Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
Atas kesepakatan diversi tersebut majelis hakim pada Pengadilan Negeri Kisaran
menyatakan bahwa diversi telah memenuhi dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan sehingga beralasan untuk dikabulkan. Majelis hakim menetapkan
kesepakatan diversi dengan amar sebagai berikut:
Kasus ini bersumber dari Direktori Putusan Mahkamah Agung. Termasuk kedalam
Penetapan kasus diversi anak dengan Nomor Penetapan: 2/Pen.Div/2022/PN-Kis.
Berdasar pada kasus diversi di atas. Dapat dianalisis berdasarkan ketentuan diversi
sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak (selanjutnya disebut UU SPPA) sebagai berikut:
Berdasar pada ketentuan tersebut maka kasus diversi anak di atas telah
memenuhi bentuk hasil kesepakatan diversi. Pada Penetapan kasus diversi di atas
dinyatakan bahwa telah terjadi perdamaian antara pihak anak (sebagai pelaku) dan
korban dan pelaku bersedia uang untuk mengganti kerugian biaya pengobatan korban
sejumlah Rp 3.000.000 (tiga juta rupiah). Kesepakatan tersebut telah sesuai dengan
ketentuan Pasal 11 huruf a. Selain itu juga sebagaimana penetapan oleh Ketua
Pengadilan Negeri Kisaran bahwa anak dibebaskan dari tahanan segera setelah
Penetapan Diversi ini ditetapkan juga telah sesuai dengan ketentuan Pasal 11 huruf b
UU SPPA. Dengan demikian, kasus a quo telah memenuhi hasil kesepakatan diversi
sebagaimana diatur dalam Pasal 11 UU SPPA.
7) Pasal 12 UU SPPA Berkaitan dengan Hasil Kesepakatan dan Penetapan Diversi
Pada ayat (1) pasal a quo dirumuskan hasil kesepakatan dituangkan dalam
bentuk kesepakatan diversi tertanggal 7 Februari 2022. Merujuk pada kasus diversi di
atas, hasil kesepakatan sebagaimana tertuang dalam Penetapan Diversi sudah sesuai
yakni dalam bentuk kesepakatan diversi. Kemudian pada ayat (2) dirumuskan bahwa
hasil kesepakatan diversi disampaikan langsung oleh atasan atasan langsung pejabat
yang bertanggung jawab di setiap tingkat pemeriksaan ke pengadilan negeri sesuai
dengan daerah hukumnya dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak kesepakatan
dicapai untuk memperoleh penetapan. Berdasarkan kasus diversi di atas, proses
diversi dilakukan pada saat kasus mencapai tingkat pengadilan sehingga penyampaian
yang dilakukan oleh Hakim pada pengadilan tersebut sesuai dengan isi penetapan
yakni “Menimbang, bahwa dari Laporan Hakim tanggal 7 Februari 2022 telah dicapai
kesepakatan diversi”. Kemudian terkait penyampaian hasil kesepakatan diversi telah
dilakukan pada hari yang sama dengan diperolehnya kesepakatan diversi serta
penetapan yang dikeluarkan atas penyampaian kesepakatan dilakukan pula pada hari
yang sama oleh Ketua Pengadilan Negeri Kisaran sehingga telah sesuai dengan
rumusan Pasal 12 ayat (3) UU SPPA. Pada ayat (4) dirumuskan Penetapan
disampaikan kepada Pembimbing Kemasyarakatan, Penyidik, Penuntut Umum, atau
Hakim dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak ditetapkan. Merujuk pada kasus
diversi di atas, pada amar Penetapan angka 5 telah diperintahkan kepada Panitera
untuk menyerahkan salinan penetapan kepada Penuntut Umum, Pembimbing
Kemasyarakatan, Pekerja Sosial. Dengan demikian, kasus a quo telah memenuhi hasil
kesepakatan dan penetapan sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (1), (2), dan (3)
UU SPPA.
8) Pasal 14 UU SPPA Berkaitan dengan Pengawasan Diversi dan Peran
Pembimbing Kemasyarakatan
Pada pasal a quo telah dirumuskan pada pokoknya terkait dengan pengawasan
diversi. Pelaksanaan proses diversi berdasar pasal a quo wajib didampingi, dibimbing,
dan diawasi oleh Pembimbing Kemasyarakatan. Dalam Penetapan Diversi kasus
tersebut tidak dicantumkan apakah terdapat pendampingan oleh Pembimbing
Kemasyarakatan dalam proses pelaksanaan diversi. Namun pada amar Penetapan
terdapat perintah untuk menyerahkan Salinan Penetapan kepada Pembimbing
Kemasyarakatan. Hal ini memberikan pemahaman telah adanya koordinasi antara
Pengadilan dengan Pembimbing Kemasyarakatan dalam hal pengawasan pelaksanaan
diversi. Sehingga, kasus a quo telah melakukan pengawasan atas proses diversi dan
pelaksanaan kesepakatan yang dihasilkan, serta peran pembimbing kemasyarakatan
tercermin sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (1), (2), dan (3) UU SPPA.
9) Pasal 15 UU SPPA Berkaitan dengan Peraturan Pelaksana Diversi dalam
Peraturan Pemerintah
Adapun peraturan pelaksana proses diversi yakni Peraturan Pemerintah Nomor
65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang
Belum Berumur 12 (Dua Belas) Tahun (selanjutnya disebut PP Diversi). Dalam
peraturan a quo persyaratan diversi masih sama sebagaimana tertuang dalam UU
SPPA. Pengaturan tambahan dalam PP Diversi berkaitan dengan Tata Cara dan
Koordinasi Pelaksanaan Diversi khususnya berkaitan dengan waktu pelaksanaan
Diversi. Berdasarkan putusan telah tertuang waktu pelaksanaan diversi sejak tanggal
24 Januari 2022 sampai dengan 7 Februari 2022 yakni selama 14 hari sehingga
berdasar pada Pasal 51 PP Diversi pada pokoknya dirumuskan bahwa proses diversi
di pengadilan dilakukan paling lama 30 hari sehingga telah sesuai berdasarkan
ketentuan a quo. Dengan demikian, kasus a quo telah memenuhi urusan berkaitan
dengan peraturan pelaksana diversi dalam Peraturan Pemerintah, sebagaimana diatur
dalam Pasal 15 UU SPPA.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa kasus diversi anak yang telah
ditetapkan pada tingkat pengadilan sebagaimana tertuang dalam Penetapan Nomor:
2/Pen.Div/2022/PN-Kis secara umum telah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
UU SPPA. Persyaratan kasus di atas untuk diselesaiakan melalui proses diversi telah
sesuai sebagaimana diatur dalam UU SPPA. Kemudian terkait dengan tugas, hak, dan
tanggung jawab masing-masing elemen seperti Pelaku, Korban, Pengadilan, Penuntut
Umum, Lembaga Permasyarakatan, Tenaga Sosial, dan Masyarakat dalam proses diversi
kasus di atas secara umum telah sesuai dengan ketentuan dalam UU SPPA. Namun peran
elemen-elemen tersebut memang tidak tercantum secara jelas dan rinci dalam duduk
perkara dan juga dalam Penetapan Diversi kasus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel/Jurnal/Skripsi/Thesis
Munajah. 2015. Upaya Diversi dalam Proses Peradilan Pidana Anak indonesia. Al’ Adl,
Vol. 7, No. (14).
Pandensolang, Leonardo. 2015. “Kajian Terhadap Tindak Pidana Ringan Dalam Proses
Peradilan Pidana”. Lex Crimen, Vol. 4, No. (1).
Tarigan, Fetri. 2015. Upaya Diversi Bagi Anak dalam Proses Peradilan. Lex Crimen, Vol. 4,
No. (5).
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak.
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dan
Penanganan Anak yang Belum Berumur 12 (Dua Belas) Tahun.
Internet
Dunia Kerja. 2022. Gaji UMR Asahan & Gaji UMK Asahan Tahun 2022. Sumber URL:
https://gaji.info/gaji-umr-asahan-gaji-umk-asahan-tahun-2022/. Diakses pada 21.51, 06
September 2022.
Pramesti, Tri Jata Ayu. 2015. Memukul Hingga Memar Biru, Termasuk Penganiayaan Berat
atau Ringan?. Sumber URL:
https://www.hukumonline.com/klinik/a/memukul-hingga-memar-biru--termasuk-penga
niayaan-berat-atau-ringan-lt5523b57c3cd31/. Diakses pada 21.49, 06 September 2022.