0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan1 halaman
Diversi sesuai dalam Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak merupakan suatu proses pengalihan penyelesaian perkara atau permasalahan oleh anak dari proses peradillan pidana menjadi proses di luar peradilan pidana.
Diversi sesuai dalam Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak merupakan suatu proses pengalihan penyelesaian perkara atau permasalahan oleh anak dari proses peradillan pidana menjadi proses di luar peradilan pidana.
Diversi sesuai dalam Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak merupakan suatu proses pengalihan penyelesaian perkara atau permasalahan oleh anak dari proses peradillan pidana menjadi proses di luar peradilan pidana.
Diversi sesuai dalam Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak merupakan
suatu proses pengalihan penyelesaian perkara atau permasalahan oleh anak dari proses peradillan pidana menjadi proses di luar peradilan pidana. Diversi dalam Pasal 6 Undang-Undang bertujuan untuk:
1. Mencapai perdamaian antara korban dan Anak;
2. Menyelesaikan perkara Anak di luar proses peradilan; 3. Menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan; 4. Mendorong masyarakat untuk berpasrtisipasi; dan 5. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak. Diversi dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak menyatakan bahwa diversi tidak diterapkan pada semua tindak pidana yang dilakukan oleh anak, bahwasanya: Diversi dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan: (a) diancam dengan pidana penjara dibawah 7 tahun; (b) bukan merupakan pengulangan tindak pidana. Berdasar pada Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2014 bahwasanya musyawarah diversi merupakan musyawarah yang dilakukan antara pihak pelaku anak beserta orang tua/wali dan korban beserta orang tua/wali, tokoh masyarakat, pekerja sosial, serta pihak-pihaak yang terlibat guna untuk mencapai suatu kesepakatan dengan menggunakan pendekatan keadilan restoratif. Demikian juga fasilitator merupakan hakim yang ditunjuk ketua pengadilan guna untuk menangani perkara tersebut. Dalam Peraturan Mahkamah Agung Pasal 2 Nomor 4 Tahun 2014 menjelaskan bahwa diversi berlaku bagi anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah berumur 12 (dua belas) tahun meskipun pernah menikah tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun.