Anda di halaman 1dari 4

Hukum Acara Pidana Khusus

Hukum acara pidana bukanlah dikatakan sebagai lanjutan, namun mempunyai keterkaitan karena ia
sebagai hukum formil yang mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda pula.

Dalam hukum acara

Sebelum kurikulum 2017, nama mata kuliah ini ialah Hukum Pidana Lanjut.

Dalam Hukum Acara Pidana Khusus ini akan berbicara mengenai hal-hal secara prosedural atau tata
cara/kegiatan bagaimana berperkara yang dalam ruang lingkup pidana secara khusus.

Pokok pembahan

1. SPPA (sistem peradilan pidana anak) ttg bagaimana seoarang anak melakukan tindak pidana
2. HAM Berat, lebih berbicara tentang proseduralnya sja
3. Tindak Pidana Korupsi, tentang xxxxx, bagaimana akibat, pembuktian hingga peran serta
masyarakat

A. SPPA
Hubungan antara UU No.11 Tahun 2012 dengan KUHAP dan KUHP, sebagai berikut:
UU SPPA merupakan Lex Specialis, sedangkan KUHAP dan KUHP merupakan Lex Generalis.

Sifat penyelesaian.
UU 1997 tidak memunyai jalur non final, litigasi… kedudukan anak sebagai pelaku lebih
sebagai objek, dan keterlibatannya dalam persidangan lebih secara pasif.

Tidak ada penyimpngan UU SPPA dengan KUHAP maupun KUHP.

Definisi SPPA: Sisitem Peraddilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyelesaian
perkara anak yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap peneyeledikan sampau dengan
tahap pembimbingan setelah menjalani pidana.

ABH Anak yang berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan hukum,
anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana.

ABH Anak yang berkonflik dengan Huum yang selanjutnya disebut Anak adalah yang telah
berumur 12 (dua belas Yahun, tetapi belum berumur 18 tahun yang diduga melakukan tindak
pidana

Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana (Anak Korban) adalah anak yang belum berumur
18 tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang
disebabkan oleh tindak pidana.

Anak yang Menjadi Saksi Tindak Pidana (anak saksi) adalah anak yang belum berumur 18
tahun yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan
atau/atau dialaminya sendiri.
- Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke
proses di luar peradilan pidana.
- Keadilan Restoratif, adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengen melibatkan
pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama
mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pda keadaan
semula, dan bukan pembalasan.

Asas dalam SPPA (Pasal 2 UU 11/2012)

- Perlindungan
- Keadilan,
- Non diskriminasi
- Kepentingan terbaik bagi Anak,
- Penghargaan terhadap pendapat Anak,
- Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak,
- Pembinaan dan pembimbingan anak,
- Proporsional,
- Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhrir, dan
- Penghindaran pembalsan.

Diversi

Xxxxx

a. Bla
b. Bla
c. Menghindarkan Anak dari perampasan kemerdekaan
d. Mendorong msayarakat untuk berpartispasi,
e. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak.

Pasal 7

(1) Pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan perkara Anak di pengadilan
negeri WAJIB diupayakan Diversi.
(2) Diversi sebagaimana dimksud pada ayat (1) dilaksnakan dalam hal tindak pidana yang
dilakukan:
a. Diancam dengan pidana penjara di bawah 7 tahun, dan
b. Bukan merupkan pengulangan tindak pidana.
c.
(3) A

Pasal 8

(1) Proses Diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan Anak dan orang
tua/Walinya, korban dan/atau orang tua/Walinya, Pembimbing Kemasyarakatan
(Lembaga Permsyarakatan), dan Pekerja Sosisal Profesional berdasarkan pendekatan
Keadlian Restoratif.
(2) XXX
(3) Proses Diversi wajib memperhatkan:
a. Kepentingan korban;
b. Kesejahteraan dan tanggung jawab Anak;
c. Penghindaran stigma negatif;
d. Penghindaran pembalasan;
e. Keharmonisan msayarakat; dan
f. Kepatutan, kesusilaan, dan ketertiban umum.
(4) A

Pasal 9

(1) Penyidik, Penuntut Umum, dan Hakim dalam melakukan Diversi harus
memertimbnagkan:
a. Kaegori tindak pidana;
b. Umur anak;
c. Hasil penelitian kemasyarakatan dari Bapas; dan
d. Dukungan lingkungan keluarga dan masyarakat.
(2) Kesepakatan Diversi harus mendapatkan persetujuan korban dan/atau keluarga Anak
Korban serta kesediaan Anak dan keluarganya, kecuali untuk:
a. Tindak pidana yang berupa pelanggaran;
b. Tindak pidana ringan;
c. Tindak pidana tanpa korban; atau
d. Xxxxxxx
(3) S

Kesepakatan Diversi

a. Pengembalian kerugian dalam hal ada korban;


b. Rehabilitasi medis dan psikososial;
c. Penyerahan kembali kepada orang tua/Wali;
d. Keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan di lembaga pendidikan atau Lembaga
LPKS paling lama 3 (tiga) bulan; atau
e. Pelayanan masyarakat paling lama 3 (tiga) bulan.
f. A

Pasal 12

(1) Hasil kepesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dituangkan dalam bentuk
kesepakatan Diversi.
(2) Hasil kesepakatan Diversi sebagaimana dimkasud pada ayat (1) balabala xxxxx
(3) Penetapan dilakukan dalam waktu plaing lama 3 hari terhitung sejak diterimnaya
kesepakatan Diversi.
(4) Penetapan disampaikan kpada Pembimbing Kemasyarakatan, Penyidik, Penuntut Umum,
atau Hakim dalam waktu paling lama 3 hari sejak ditetapkan
(5) Setelah menenerima XXXXXX

Pasal 13

Proses peradilan pidana anak dilanjutkan dalam hal:

a. Proses Diversi tidak menghasilkan kesepakatan; atau


b. Kesepakatan Diversi tidak dilaksanakan.

Pasal 14

(1) Pengawasan atas proses Diversi dan pelaksanaan kesepakatan yang dihasilkan berada
pada atasan langsung pjawabat.
(2) Zzzz
(3) Dalam hal kesepakatan Diversi ksxnkanxknxjksaxh
(4) Saisaho

Hukum Acara Pengadilan Anak

Pasal 17

Nama-nama lembaga:

1.
2. LPAS (Lembaga Penahanan Anak Sementara)
3. LPKS (Lembaga

B. A
C.

Anda mungkin juga menyukai