(SPPA)
bagi polisi, penuntut umum, dan hakim dalam menangani perkara pidana anak.
lainnya, seperti yang tertuang di Pasal 57 UU No.11 Tahun 2012 tentang Sistem
3. Keadaan korban dalam hal ada korban dalam tindak pidana terhadap
apa yang paling tepat bagi kasus tersebut misalnya untuk melihat kemampuan
anak yang berkonflik dengan hukum dalam memberikan kompensasi atas
perbuatannya, bila anak dari kalangan tidak mampu maka dapat diambil
diserahkan oleh Bapas kepada penyidik dalam waktu paling lama 3x24 jam
2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Lebih lanjut pada pasal 29
kemasyarakatan.
paling lama tujuh hari setelah menerima berkas perkara dari penyidik sesuai
dengan Pasal 42 UU No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
negeri wajib menetapkan hakim atau majelis hakim untuk menangani perkara
Hakim wajib mengupayakan pula proses diversi paling lama 7 hari setelah
paling lama 30 hari dan dapat dilakukan di ruang mediasi pengadilan negeri.
Bila proses diversi berhasil, maka hakim menyampaikan berita acara diversi
tanpa kehadiran anak kecuali apabila hakim berpendapat lain. Hal tersebut
sesuai dengan Pasal 57 UU No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana
maupun LPAS.
tahap peradilan yang dijalani anak, mulai dari tahap penyidikan, tahap
ayat 1 UU No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Tujuan
nya adalah memastikan hak – hak anak – anak yang berkonflik dengan hukum
tetap terpenuhi. Hak-hak anak yang berkonflik dengan hukum harus tetap
terpenuhi agar anak tetap dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang
hukum yang proporsional, tidak menimbulkan stigma dan trauma bagi anak
Hak – hak anak yang menghadapi proses peradilan pidan adiatur dalam
Pasal 3 UU SPPA, sedangkan hak- hak anak yang menjalani masa pidana diatur
2. Memperoleh asimilasi
(PK) setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan. Hal ini berarti, ketika
agar anak yang berkonflik dengan hukum tidak mengalami trauma yang pada
akhirnya merusak psikologis anak sehingga anak sulit untuk berubah dan
dipulihkan.
diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan anak dan orang tua /
bertugas untuk mendampingi anak yang berkonflik dengan hkum, mulai dari
tahap pra adjudikasi sampai pada tahap post adjudikasi, untuk memastikan
bahwa anak yang berkonflik dengan hykum tetap tetap mendapatkan hak – hak
nya sebagai anak agar ia tetap dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi
yang baik dan bermanfaat bagi negara dan masyarakat serta memastikan proses
peradilan yang dijalani anak yang berkonflik dengan hukum sesuai dengan
dilakukan ketika anak telah mendapat penetapan sebagai hasil diversi maupun
setelah anak mendapat putusan pengadilan. Status anak yang berkonflik dengan
hukum akan berubah menjadi klien anak. Klien anak menurut Pasal 1 ayat 23
pihak lain. Sesuai dengan Pasal 9 ayat 1 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang
lain di bidang :
2. Kesadaran beragama
3. Kesadaran bemasyarakat
4. Kesadaran hukum
melakukan pembimbingan baik bagi anak yang ditahan, anak yang dijatuhi
pidana penjara maupun bagi klien anak yang ditangani oleh Badan
litmas tentang perawatan anak, litmasn penempatan anak, dan litmas tentang
pendidikan anak. Penelitian ini selajutnya diserahkan kepada pihak Lapas dan
dari tahap diversi sampai dengan tahap pelaksanaan penetapan diversi maupun
ayat 1, Pasal 34
Pada proses diversi, Pasal 13 ayat 2 dan ayat 3 UU SSPA menjelaskan bahwa
penegak hukum sesuai dengan Pasal 4 PP No.65 Tahun 2015 Tentang Pedoman
NO.65 Tahun 2015 harus dilakukan dalam jangka waktu yang telah disepakati
dalam diversi, namun tidak boleh melebihi
dilakukan tanpa persetujuan korban dan atau keluarga anak korban maka
pelaksanaanya paling lama dalam jangka waktu tiga bulan dan dapat
penuntut umum sesuai dengan Pasal 41, apabila diversi di Pengadilan maka
laporan disampaikan pada Ketua Pengadilan Negeri setempat sesuai Pasal 58.
Dalam hal ini kesepakatan diversi tidak dilaksanakan dalam waktu yang
Begitu pula apabila diversi tidak dilaksanakan, maka dilaporkan kepada atasan
langsung penuntut umum dengan tembusan kepada Ketua Pengadilan Negeri
umum untuk ditindak lanjuti dalam proses peradilan pidana sesuai dengan Pasal
61.
Pengawasan yang dilakukan Pembimbing Kemasyarakatan di LPKA,LPAS,
efektif maka akan dilanjutkan namun apabila prograam dirasa tidak efektif