Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebangsaan merupakan sebuah negara yang berada di indonesia yang dinyatakan

sebuah negara yang berlandaskan hukum bukan atas kekuasaan belaka. Yang kita ketahui

bahwa hukum meupakan sebuah panglima yang sangat tinggi untuk menciptakan sebuah

keadilan di negara indonesia berupa aturan aturan 1945 karna sudah menjunjung seluruh

masyarakat menciptakan perubahan dalam masyarakat agar dapat terciptanya ketertiban

umum.

Dalam aturan-aturan hukum bentuk seharusnya sudah menegakan aturan, dikarnakan

perbuatan pidana merupakan bentuk sebuah ketinggian hukum untuk sebuah bentuk negara

agar dapat memuat sebuah aturan yang dapat memahami mana yang baik dan yang buruk

untuk di lakukan, agar tidak membuat keributan yang dapat mengganggu masyarakat dalam

menjalani kehidupannya. Dan sebaiknya negara memberi sebuah peraturan agar mendapatkan

keadilan untuk tidak bertindak semaunya.

Hukum pidana adalah sebuah bentuk aturan agar dapat mengetahui bentu apa saja

perlindungan kepada sluruh masyarakat dalam berbagai perlakuan yang tidak baik dan

perlakuan yang berbentuk kekerasan.

Sebuah perlindungan hukum di negara indonesia memberikan untuk seluruh

masyarakat, agar semua masyarkat dapat mempunyai hak dan kewajiban untuk mendapatkan
2

perlakuan yang yang sama dalam hukum, terpenting adalah terhadap anak di bawah umur.

Bentuk sebuah perlidungan hukum yang mendapatkan tanpa membedakan baik anak di

bawah umur maupun aanak prempuan.

Indonesia saat ini sedang berada dalam status darurat kekerasan terhadap anak, karena

anak di bawah umur merupakan badan dari sebuah negara yang tidak boleh di pisahkan

dalam keberlangsuang hidup masyarakat dan bangsa. Sebuah indonesia dimana anak di

bawah umur sudah mempunyai bentuk peran yang diberikan bahwa sebuah negara harus

sudah menjamin hak anak untuk dapat berumbuh kembang agar dapat perlindungan

kekerasan atau bentuk deskriminasi.

Oleh karena itu untuk anak di bawah umur harus memiliki sebuah perlindungan dari

berbagai dampak nseperti dampak negatif karena saat ini perkembangan dunia semakin cepat

di bidang komunikasi dan bebagai iformasi yang harus sangat di jaga agar anak tidak

mendapatkan dampak dampak negatif.

Dimana perkembangan ilmu tehnologi sangat berpengaruh dampaknya terhadap anak di

bawah umur, dan perubahan dalam diri kedua orangtua dapat memberikan anak tersebut

membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat yang dapat mempengaruhi anak dalam

lingkungannya.

Indonesia sudah harus memberikan dan memajukan sebuah perlindungan yaitu hak hak

anak dalam melakukan proses perbuatan hukum di berbagai proses tahapan pemeriksaan.

Agar dapat mengetahui perbedaan dalam menjalnkan suatu proses hukum anak di bawah

umur dn orang dewasa yang sedang terjerat masalah hukum. Karena kita ketahui bahwa anak

bisa saja menjadi penerus untuk sebuah bangsa maka dari itu semua anak harus diperlakukan

secara adil.
3

Setiap manusia sudah meimilik hak haknya untuk mendapatkan keadilan yang

membuat merea paham dalam aturan yang ada, jika terlibat dalam kasus maka mereka

langsungb melaporkannya kepada penegak hukum seperi polisi, karena yang mereka tahu

hanya polisi lah yang dappat membantu. Ternyata itu salah, di dalam hukum tetdapat banayak

para hakim untuk membrikan bantuan yang ada tetapi masyarakat enggan mendapatkannya

mereka takut berurusan dengan hukum.

Perlindungan hukum untuk anak dalam bentuk sebuah peradilan bentuk pidana yang

berada di wilayah indonesia yang kita ketahui dari bebgaia bentuk proses hukumnya, petama

dari saat penahanannya, kedua dalam proses penuntutannya apakah sesuai atau tidak, ketiga

dalam proses persidangannya apakah berjalan lancar atau ada hambatan hambatannya.

Berdasarkan hasil dari bentuk proses persidangan negara harus mengutamakan keadan dan

perkebangan anak secara fisik ataupun mental.

Adapaun bentuk sebuah perlindungan anak adalah perwujudan adanya keadilan dalam

suatu masyarakat, maka bentuk perlindungan harus ditingkatkan dalam berbagai keadaan

hidup dalam masyarakat. hukum harus diusahakan dalam berbagai bidang kehidupan

bernegara dan bermasyarakat.

Karena kita ketahui bahwa dalam berkehidupan di masyarakat kita lihat banyak anak

yang kurang sempurna dimana sering kita lihat ada anak yang lahir ke dunia memiliki

kekurangan seperti penyandang disabilitas, istilah disabilitas ini sudah sering kita dengar

bahwa dalam menggantikan istilah cacat.

Disitulah mengapa kita harus memberikan rasa yang nyaman untuk kaum berkebutuhan

kusus dalam aturan yang dibuat pemerintah seharusnya mereka sudah paham jika pemerintah
4

mengatakan yang menajdikan mereka suatu sarana yang adil untuk bangsa dan kemajuan

negara.

Dimana para penyandang disabilitas dapat terkesan lebih halus dalam kata kata katanya

dibandingkan dengan cacat. Dengan demikian, anak yang memiliki kekurangan dapat

didefinisikan sebagai penduduk atau anak yang memiliki bentuk fisik dan mental yang

membuat penyandang cacat sulit untuk melakukan sesuatu.

Sering kita ketahui bahwa para penyandang disabilitas suadah sangat sering menjadi

korban dan para pelakunya banyak datang dari orang terdekat seperti Misalnya dari ayahnya

menjadi pelaku karena mereka berfikir bahwa perempuan difabel atau disabilitas memiliki

kelemahan secara fisik dan mental sehingga mereka berfikir tidak bisa berbuat apa-apa.

Kebanyakan yang menjadi korban adalah perempuan, karna perempuan sangatlah rentan

menjadi korban kekerasan (Astri, 2014: 2).

Perlakuan dan penaganan ini harus sagatlah meberikan keadialn yang sebenar benarnya

jika yang terjad saat ini adalah perbuatan yang membuat mereka jera akan perlakuannya

terhadap korban. Maka dalam aspek ini dapat memberikan cakupan dalam proses hukum di

keolisian, agar dapat berkurangnya kejahatan yang ada di indonesia terkhususnya kejahatan

seksual.

Dalam langkah langkah ini dibuatlah terhadap korban elya susanti salamm

menindaklanjuti kasus yang mnimpanya agar dapat berkeja sama dengan kejaksaan kotabumi

ampung utara dan pengaddilan negri kotabumi untuk menyelesaikan kasus elya susanti

dengan memuat ketentuanyang berlaku.

Dan harus mendapatkan bantuan dari lembaga lemabaga agar dapat memudahakn

jalannya persidangan yang berlaku, jika terjadi hal hal di luar kendali maka aturan tersebut
5

akan di tambah dan menjadi sanksi yang berat untuk pelaku kejahatan yang mebuat elya

susanti mengalami trauma yang sangat dalam, dan keluarganya un sangat merasa sedih

melihat anak kandungnya dilecehkah.

Contoh kasus yang sedang saya teliti saat ini dalam Studi Perkara Nomor

293/Pid.Sus/2021/Pn.Kbu. Dalam Perkara ini di ajukan sebagai Terdakwa Madraik Bin

Uding (51) Tahun yang di dakwa oleh Nurhayati S.H selaku seseorang yang menjadi

Penuntut Umum. kekerasan seksual dalam anak di bawah umur seperti penyandang

disabilitas. Bahwa seorang pelaku kejahatan Madraik anak dari Uding terjadi Jumaat 18 Juni

2021 sekitar jam 09.00 Wib Juni 2021 bertempat pada perkebunan singkong belakang berada

Desa sri agung rt 001 rw 004 Kecamatan Sungkai Jaya Kabupaten Lampung Utara.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup


2.1. Permasalahann

Berdasarkaian urian di atas, yang menjadi inti permasalahan dalam peneltian ini adalah:

1. Bagaimana upaya perlindngan hukum terhadap anak korban kekerasan seksual

terhadap anak penyandang disabilitas?

2. Apa saja faktor penghambat perlindungan hukum dalam menanggulangi kekerasan

seksual terhadap anak penyandang disabilitas?

2.2 Ruang Lingkup

Yang menjadi pembahasan di khususkan dalam Perkara Nomor 293/Pid.Sus/2021PN

Kbu penelitian ini termasuk dalam bidang hukum pidana.


6

1.3 Tujuuan dan Keggunaan Penelitiian


1.3.1 Tujjuan Penelitiian

a. bagaimana upaya perlindungan hukum terhadap korban kekerasan seksual terhadap

anak penyandang disabilitas

b. apa saja yang menjadi hambatan dalam menanggulangi kekerasan penyandang

disabilitas

1.3.2 Kegunaan Penelitian

a. Secara Teori

Dapat memberikan informasi dan masukan bagi masyarakat untuk perkembangan

hukum, khususnya perkembangan hukum tentang peyandang disabilitas.

b. Secara Praktis

Dapat memberikan pengetahuan untuk masyarakat akan berharganyajika kita

melindungi sesama manusia khususnya yang memiliki kekurangan seperti

penyandang disabilitas

1.4 Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian di atas Penelitian Normatif harus menggunakan Pendekatan

Perundang Undangan (Statute Approach), karna objek yang akan di teliti adalah aturan

aturan hukum, yang berfokus pada studi Perkara Nomor 293/Pid.Sus/2021/PN Kbu.
7

BAB II
TINJAUUAN PPUSTAKA

2.1 Pengertian Tentan Perlindungan Hukum Terhadap Anaak

Pada Pasal 21 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak

menyatakan Negara dan Pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati dan

menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis

kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi

fisik atau mental.

Dalam mengetahui apa arti dari hukum perlindungan anak di bawah umur yang

menyandang disabilitas kita ketahui bahwa perlindungan anak dapat menjadi dalam aturan

yang sudah diberikan terhadap negara yang tidak bisa di ganggu gugat di kehidpan

masyarakat, karena negra sudah berkewajiban untuk melindungi semua masyarakat agar

mendapatkan hidup yang layak tanpa membeda bedakan fisiknya. Dimana kita ketahui bahwa

keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia maka dari itu penyandang disabilitas berhak

mendapatkan hak haknya.


8

Dalam sebuah aturan yang menjadi acuan Perlindungan dalam bebagai proses peradilan

yang digunakan untuk melakukan tahapan dalam bentuk penyidikan dan dalam bentuk

pemeriksaan yang berada dipengadilan. Untuk mengetahui bahwa hukum di indonesia

sangatlah berpengaruh besar untuk negara.

Dalam membuat negara yang aturannya dapat memberikan warga negaranya adil

makmur maka indonesia perlu melakukan aturan agar semua masyarakat dapat membantu

negara dalam mewujudkan cita-cita bangsa untuk terciptanya masyarkat yang adil. Sudah

banyak saat ini sikap negara yang acuh kepada wrga negaranya karena mereka lebih

mementingka uang dari pada masyarakatnya, sehrusnya pemerintah maju untuk memberikan

suatu perlindungan untuk anak di bawah umur karena peran pemerintah sangatlah penting

untuk anak berkebutuhan khusus. Hal tersebut sudah di rancang agae mendapatkan tujuan

yang meningkatkan kesejahteraan secara adil. Untuk itu peran orang tua juga sangat penting

agar tingkah dan perilaku anak terjaga (Widodo, dkk, 2011: 25).

Perlindungan terhadap anak juga sangat berlaku dalam bebagai hal dan kewajiban

untuk itu sudah banyak turan atura yang berlaku dalam kehidupan masyaraka, perlindungan

hukum saat ini di bilang sangat rendah karena minimnya informasi dan kurangnya

kepemahaman dalam hukum. Untuk itu anak di bawah umur sudah memiliki hak nya dan

orang tua hanya mendampingi anak dan mengawasi anak, kita ketahui anak memiliki

martabat dan harkat yang tinggi serta mendapatkan perlindungan dari kejahatan kekerasan.

(Darmawan, ari riki, 2019: 16).

1. Situasi Umum Penyandang Disabilitas di Indonesia

Saat ini indonesia sudah mempunyai arah kebijakan yang sangat tinggi, dan sampai

detik ini situasi penyandang disabilita belum mempunyai data yang akurat. Dalam jumlah
9

dan anggaran bagi para para berjebutuhan khusus sulit untuk negara memberikan rumus

program dalam kebijakan yang saat ini tidak pernah berhasil, dan saat melakukan tindkan

yang dapat membuat para anak di bawah umurmemberikan hasil yang tidak baik mlaha

menjadi berantakan.

Untuk itu dalam melakukan data penyeuaian untuk mengetahui situasi umum saat ini

kita perlu datang dan mwlihat sediri, agar mendapatkan hasil yang akurat. Tetapi ada yang

menjadi hambatan yang memperlambat dalam melakukan proses pendataan ini pertama

karena maraknya peduduk yang berkebutuhan khusus

untuk itu pemerintah harus menyebarluaskan para pekerja untuk mendatanya. Karena

kita ketahui maraknya korban kekerasan ini kepada anak berkebutuhan khusus karena anak

berkebutuhan khusus lemah dalam berfikir. Untuk itu kita sebagai manusia yang kuat dapat

melindungi yang lemah.(Siroj, aqil said, 2018: 28, 31).

2. Definisi Anak

Pengertian anak sudah ada di Pasal 1 Konvensi Hak Anak (KHA) yaitu anak yang

masih di bawah umur 18 tahun menurut aturan hukum yang ada anak di bawah umur tesebut

adalah anak yang belum dewasa dalam enegrtian KHA. Karena di dalam pengertian ini sudah

mempunyai konsekuensi yaitu anak yang dibawah 18 tahun adaalah anak yang memegang

semua hak yang sudah dijami oleh pememrintah, dengan demikian dalamsetiap anak sudah

berhak dapat upaya untuk berkembang.

Anak merupakan anugrah dari tuhan yang sanagt baik mereka adalah rezeki yang tiada

hentinya. Untuk itu jagalah dan rawatlah anak dengan kasih sayang yang sangat tulus, karena

ketulusan itulah yang dapat bembuat anak merasa teang dan dihargai harkat dan martabatnya,

sering kali kita mendengar bahwa banyak anak yang dilantarkan di jalanan meraka tidak

memiliki temopat tinggal yang layak akan tetapi mereka memiliki tuhyan yang
10

melindunginya dalam hal ini kita harus sangat bersyukur mendapatkan keluarga yang

lengkap.

Dengan kata lain, KHA menyerahkan kepada negara untuk memutuskan siapa yang

dimaksud dengan seorang anak karena memang KHA memberikan izin Negara untuk

menentukan batas usia dewasa yang lebih awal. Pada umumnya dewasa dipahami sebagai

batas usia seseorang secara hukum memiliki kapasitas bertindak untuk melakukan perbuatan

hukum dan hukum nasional. Kegagalan memberikan upaya perlindungan kepada anak-anak

dari kekerasan, penyalahgunaan, penelantaran, dan eksploitasi merupakan pelanggaran Hak

Asasi Manusia (HAM).

Anak-anak membutuhkan HAM dengan kualifikasi khusus sesuai dengan karakteristik

anak karena alasan sebagai berikut:

1. Anak merupakan kelompok rentan dan membutuhkan perlindungan khusus;

2. Anak merupakan kelompok masyarakat yang berbeda kebutuhan dan hak-hak dengan

orang dewasa;

3. Anak memiliki hak yang spesifik sebagai bagian dari HAM.

Dalam perspektif hak anak, yang di bawah umur lebih butuh aturan dan kasihb

sayang untuk melindungi dan untuk dapat memajukan hak anak tersebut yang sudah melekat

padanya, berikut ini adalah alasan anak mengapa wajib diperhatikan :

1. Usia anak yang masih dibawah umur sudah mempunyai derajat yang sama dengan

orang dewasa karena anak adalah sebuah anggota ras manusia, bukan hak milik orang

tuanya;

2. Anak berada pada tumpuan kedua orang tua yakni dalam keberlangsungan hidupnya

dan saat anak bertumbuh kembang dalam kelangsungan hidupnya, serta peran aktif
11

anak harus dijalankan dengan proses yang sangat adil untuk mendapatkan hasil tanpa

membeda bedakannya. Karena setiap masyarakat harus turun aktif agar menjadi akal

investasi uuntuk anak;

3. Anak yang di bawah umur saat ini yang petama sudah sangat benar mereka tumbuh

dan berkembang tergantung dari bantuan orang deasa untuk menuju kemandiriannya;

4. Waktu mereka masih kecil dan masih dibwah umur kanak-kanak adalah masa yang

paling menyenangkan dan masih paling formatif di dalam kehidupan sehari hariinya,

dengan keadaan perembangannlah yanng memberikan anaka anak mejadi konndisi

yang berpengaruh untuk hidupnya. (Pulthoni, dkk, 2012: 27-34).

2.2 Pengertian Tentang Penyandang Disabilitas

Di dalam aturan hukum yang sudah menjadi aturan Pengertian penyandang disabilitas

yang dapat dicermati dalam Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas atau

Convention on the Rights of Person with Disabilities (CRPD). Yakni kita ketahui apabila

dalam konvensi tersebut, penyandang disabilitas diartikan sebagai mereka yang memiliki

kerusakan fisik, mental, intelektual, atau sensorik jangka panjang.

Interaksinya dipenuhi dengan berbagai hambatan yang dapat merintangi partisipasi

mereka saat berbaur dengan masyarakat. Penyandang disabilitas pasti akan beragam,

bergantung pada jenis disabilitasnya. Mereka membutuhkan sarana serta proses komunikasi

yang berbeda-beda sesuai dengan hambatan yang terjadi (Kurniawan, 2015: 1).

Banyak yang mengartikan perbuatan cabul adalah perbuatan yang hanya melecehkan

lewat handpone saja, padahal abanyk yang terjadi di lingkungan bahwa perbuatan cabul ini

sangat merugikan, apalgi jika terjadi pada anak peempuan dan itu akan membuat anak tidak

bisa percaya diri lagi dengan seseorang dan akan terus menerus merasa takut.
12

Pengertian Istilah Difabel pada Konferensi Ketunanetraan Asia di Singapura pada

Tahun 1981 yang diselenggarakan oleh International Federation of The Blind (IFB) dan

World Councilfor the Wclfare ofThe Blind (V\ICWB)' istilah "diffabled” diperkenalkan, yang

kemudian diindonesiakan menjadi "difabel”.

Istilah "diffabled” sendiri merupakan akronim dari "differently abled” dan kata

bendanya adalah diffability yang merupakan akronim dari different ability yang

dipromosikan oleh orang-orang yang tidak menyukai istilah "disabled” dan "disability” bagi

masyarakat Yogyakarta pada umurnnya, dan khususnya kalangan Lembaga Satuan

Masyarakat (LSM). Istilah "difabel” sangat populer sebagai pengganti sebutan penyandang

cacat, karena dianggap lebih ramah dan meng-hargai daripada sebutann "cacat".

Di samping lebih ramah istilah "difabel" lebih egaliter dan memiliki keberpihakan,

karena different ability berarti "memiliki kemampuan yang berbeda". Tidak saja mereka yang

memiliki ketunaan yang "memiliki kemampuan yang berbeda" tetapi juga mereka yang tidak

memiliki ketentuan juga memiliki kemampuan yang berbeda (Soleh, 2016: 19).

Pengertian penyandang disabilitas dalam aturan yang wajib kita patuhi untuk menajmin

keberlangsungan hidup dalam masyarakat agar negara lebh maju dan berkembang engan

cepat, ini sudah masuk di dalam sebuah aturan yang memberikan pelajaran terbaik untuk

membuat dampak positip. yang mamapu menadi rintangan dan hambatan yang terjadi dalam

memmbuat semuanya menajalani secara semaunya yaitu sebagai berikut ini ;

a. Penyadang caacat fisiik;

b. Penyadang caccat meental;

c. Penyadang cacatt fisiik dan menntal.


13

Akan tetapi, yang ita ketahui pengertian anak berebutuha khusus (cacat) baik secara

fisik maupun metal yang igunakan istilah ini untuyk mengetahui orang yang yang memberi

tanda atau merek dalam kecacatan itu sendiri baik dalam segi negatif maupun posistif. Who

sendiri menggunakan istilah “disabilitas” untuk mendefinisikan kondisi yang meliputi

gangguan, keterbatasan aktivitas, dan pembatasan partisipasi. gangguan adalah sebuah

masalah pada fungsi tubuh atau strukturnya, suatu pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang

dihadapi oleh individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan

partisipasi merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi

kehidupan. Jadi disabilitas adalah sebuah fenomena kompleks yang mencerminkan interaksi

antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal (Astri, dkk, 2014:

35).

A. Hak Hak Penyandang Disabilitas

Setiap anak yang berkebutuhan khusus haru dibebaskan dari kejahatan penyiksaan dan

perlakuan yang keji dan tida memanusiawikan dn dapat merendahkan martabat kaum

berekebutuhan khusus mereka harus keluar bebas agar tidak merasas tetrtekan karena

keadaan fisik dan mentanyalah membuat ia semakin ingin melakukan hal yang tidak kita

inginkan. Apabila ia merasa bebas maka kaum berkebutuhan khusus sangat senang karena

tidak ada tekanan batin yang menyiksanya.

Pengaturan mengenai pelindungan bagi penyandang disabilitas secara Iebih khusus

terdapat dalam Undang Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, yang

dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya

Meningkatkan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat.


14

Hak penyandang disabilitas diatur dalam Pasal 6 Undang Undang Nomor 4 Tahun 1997

tentang Penyandang Cacat yang meliputi:

1. Hak memperoleh pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan;

2. Hak memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan jenis dan

derajat kecacatan, pendidikan, dan kemampuannya;

3. Hak memperoleh perlakuan yang sama untuk berperan dalam pembangunan dan

menikmati hasil-hasilnya;

4. Hak memperoleh aksesibilitas dalam rangka kemandiriannya;

5. Rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial; dan;

6. Hak yang sama untuk menumbuh kembangkan bakat, kemampuan, dan kehidupan

sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan keluarga dan

masyarakat.

Dalam peraturan per Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997, belum ada pengaturan

khusus terkait untuk paham apa saja hak anak dan perempuan dalam menjamin penyandang

disabilitas. Secara normatif, jaminan anak perempuan yang cacat sama dengan laki-laki,

Pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi CRPD melalui aturan Nomor 19 Tahun

2011 Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas yang

bersifat mengikat.

Sudah aktif bila dapatr mmembuat bentu bentuk yang besar dalam mengadakan

peraturan peradilan setempat dalam anak berkebutuhan khusus ini dinaman dinamika yang

sangat dalam untuk memberikan hasil yang baik dalam dirinya. Karena itu aka menjadi

sebuah sarana yang amat di jalankan untuk menerapkan diri sebagai hilangnya keasusilaan.

Undang Undang Nomor 19 Tahun 2011 ini seharusnya dapat dijadikan landasan

yuridis dengan membuat suatu keadilan yang bertujuan untuk membuat anggaran yang secara
15

spesifik mengatur tentang jaminan hak perempuan penyandang disabilitas. Oleh karena itu,

aturan penyandang cacat perlu direvisi. Anak yang cacat yang baru nantinya harus

menerapkan prinsip pembangunan inklusif disabilitas seperti yang dimaksud dalam CRPD

(Astri, dkk, 2014: 102).

2.3 Pengertian Tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual

Yang dimaksud dengan kejahatan dalam kekerasan seksual merupakan berbagai

macam bentuk sebuah perlakuan dan ancaman yang membuat kejahataan secara paksa.

Demikian yaitu bentuk suatu kejahatan yang sering terjai di ligkungan adalah bentuk kontak

kejahatan seskual yang sering terjadi. Kejaahtan yang dibuat secara paksa tanpa persetujuan

ini merupakan salah satu pihak yang terkait, dan ancaman kejahata kekerasan sesksual ada

dua macam yaitu secara verbal dan secara paksa.

Di dalam aturan hukumm yang sudah ada kejahatan seksual sering kita jumpai di

dalam aturan aturan perundang undangan di dalam atura tersebut tercatat bahwa jika

seseorang melaukan tiakan kejahatan kekerasan dan mengancam ataupun memaksa anak

maka akan dikenakan denda yang sudah ada di aturan tersebut.

Sebuah aturan yang berlaku untuk saaat ini menjadi efektif dalam menegakan

keadilan karena bbanyak para oknum yang tidak melihat dari sisi amping saja tetapi ia dapat

membentuk jaringan terhadap kelurga yang tertimpa msibah untuk menajdi arahan korban

dalam menjaankan proses peradailan yang ada.

dan barang siapa yang melakukan cabul maka akan di beri hukuman karena kita

ketaahui dapat merusak akkhlak dan kesopanan atau mengancam seseorang untuk melakukan

perbuatan cabul kembali. Karena perbuatan cabul sangat melanggar kesusilaan dan kejahatan

itu perbuata yang sangat keji (Yuwono, 2015: 1).


16

Dalam melakukan proses kejahatan seksual dalam perbuatan anak maupun korban

mereka masih berstatus sebagai anak dibawah umur yang memiliki hakya untuk dilindungi

secara aturan hukum yang ada. Dengan demikian kasus yang ada di sini ada terkecuali yang

berarti harus di upayaakan dan diberikan mediasi atau secara diversi agar para pihak yang

bersangkutan dapat megetahui dan bertemu dengan alur atau jalan yang terbaik.

Jika belum mendapatka hasil yang baik maka mereka akan melapor kepada pihak yang

berwajib untuk menyelesaikan masalah yang sedang mereka alami, karena yang mereka pikir

bahwa tidak ada tindakan yang dapat membuat anaknya mendapatkan keadilan seperti

hilangnya masa depan anak dan bisa saja dikeluarkan dari sekolahnya, maupun nama baik

keluaraga korban yang dilecehkan dan itu akan membuat harkat dan martabat keluarganya

menjadi tercoreng karena kasus yang di alaminya.

Apabila dari pandangan terdakwa pelaku kejahatan ini mereka melihat anak yang

mudah di lecehkan adalah anak yang pendiam dan tak panndai bicara, pemalu dan sering

memakai pakaian terbuka. Maka dari itu kita bisa mngetahui karakteristik korban agar

orangtua lebih waspada dan lebih memperhatikaan anak dalam berperilaku agat tidak terjadi

hal hal yang tidak di inginkan seperti kejahatan kekerasan seksual.

Biasanya pihak yang pertama kali tahu kejahatan seksual merupakan kedua orangtua

koraban. Karena anak akan bercerita kepada orangtuanya jika sedang mengalami masalah,

sedangkan kedua orang pelaku kejahatan tersebut akan mengetahui kejahatan yang

dilakukannya yang terahir karenapelaku tersebut takut untuk menceritakan hal yang suadah

dilakukan kepada korban tersebut. dengan demikiann hal inilah yang menjadi keluarga

korban sangat syok karena ia mengetahui anaknya terlibat kejahatan kekerasan seksual.

A . Prinsip Dan Tindakan Perlindungan Anak Kekerasan Seksual


17

Adapun prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh negara dan masyarakat Indonesia

dalam rangka memberikan perlindungan terhadap anak adalah prinsip prinsip non

diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan

perkembangan, dan penghargaan terhadap pendapat anak Pasal 2 Undang-Undang 23 Tahun

2002.

Di dalam UU 23 Tahun 2002 diatur bagi anak yang menjadi korban kekerasan seksual

harus mendapatkan perlindungan khusus Pasal 59 Undang-Undang 23 Tahun 2002 dalam

bagian 5 Undang-Undang 23 Tahun 2002 yang mengatur perlindungan khusus terhadap anak

kemudian membandingkannya dengan Pasal-pasal lainnya di dalam Undang-undang yang

sama.

maka dapatlah dipahami bahwa yang dimaksud dengan perlindungan khusus, dalam

hal ini perlindungan yang terkait dengan anak yang menjadi korban kekerasan seksual adalah

perlindungan yang hanya diberikan untuk anak korban kekerasan seksual dan tidak diberikan

pada anak-anak yang memiliki hak perlindungan dari Negara dan masyarakat (Yuwono,

2015: 56).

Dan apabila jika kejahatan seksual ini akan kembali pada tingkah dan perilaku aanak

tetsebut dlam kekuatan dan rintangan yang terjadi kejahatn seksual dapat diberhentikan

dengan pengawasan oranng tua yang harus sangat ketat dan mengambil alih menjadi

seseorang yang dapat membuat anak berkebutuhan khusus tau dan paham apa itu kejahatan

seksual.

Kekerasan Seksual adalah sebuah kejahatan untuk itu pelaku kejahatan seksual harus di

hukum dan dikenakan sanksi yang seberat beratnya karena itu dapat membuat hilangnya

masa depan anak tersebut. sebab banyaka dari para pihak korab dan keluarga yang enggan

meaporkan apabila terkena kasus pelecehan seksual, biasanyta para keluarga malu jika
18

masayarakiat sekitar mengetahui jika mereka terlibat kasus kekerasan seksual (Ahsinin, 2014:

1).

B. Definisi Korban

Pengertian korban adalah anak yang sedang mengalami atau yang sedang terlibat

hukum. Untuk itu para pihak dari keluarga harus memberikan dukungan yang sangat tinggi

untuk anak tersebut, karena menntal korban pastinya sedang mengalami keguncangan yang

sangat dalam. Pemerintah juga harus mengedepankan apa saja yang suadah menjadi hak

korban agara dapat mendapatkan fasilitas dan jaminan atas penanganan korban yang terjadi

pelecehan seksual atau perbuatan cabul.

Kuangnya informasi dan minimnya pengetahuan di kalangan kaum berkebutuhan

khusus tidak mnegrti apa saja yang menjadi miliknya karena keterbatan korban inilah yang

membuat mereka jadi tidak mengerti dan tidak paham apa yang menjadi haknya. Seperti

korban elya suantii yang memiliki keterbatasan khusus tidak bisa bicara, dan di dalam

kesehariannya elya susanti dalam menjalankan hari harinya untuk berkomunikasi di

lingkuannya elya susanti hanya bisa menggunakan bahasa tubuh, dan kita ketahui bahwa

tidak banyak yang bisa mengerti bahasa tubuh.

Untuk itu korban harus sangat di lindungi karena kita ketahui bahwa korban merupakan

luka untuk kita semua, maka dari itu kita sebagai manusia harus saling menemani dan

memberikan ketenanagan dan kenyamanan untu korban agar ia merasa tenang dan tidak

tertekan. apalagi jika korban kekerasam seksualnya anak yang berkebutuhan khusus maka
19

harus lebih dalam lagi dalam melakukan pengawasan karena korban yang berkebutuhan

khusus harus benar benar di lindungi hak haknnya (Rahmawati, Eddyono, 2017: 45).

C. Hak atas penanganan korban

Penanganan hak atas korban merupakan suatu istilah yang harus sangat dijalankan

karena sudah banyak terjadi kekerasan seksual yang berkebutuhan khusus, penanganan

korban ini berguna untuk menjadikan sebagai pelajaran yang sangat baik untuk multi sektor

dari dan untuk memberi dukungan kepada korban agar dalam melakukan prosses peradilan

secara baik.

Saat memberikan penerangan terhadap elya susanti di dalam proses persidsngan

tidaklah mudah karena mengingat elya susanti lemah dalam berfikir dan memiliki

ketaerbatsan fisik dan mentalnya dan masih sangat kurang ilmu pengetahuannya apalagi

tentang hukum dan aturan aturan yang ada.

Penanganan yang dapat mewujudkan terselenggaranya perlindungan ini pemerintah

sudah memberikan penanganan yang se efektif mungkin untuk tercapai dan suksesnya

persidangan yang sedamg berjalan, karena elya susanti sangatlah berhak mendapatkan

bantuan penjelasan dan bantuan hukum untuk kepentingannya dalamm proses pemeriksaan

yang sedang menimpanya.

Penangan untuk koraban ini harus slalu di lakukan sesegera mungkin, karena penangan

ini berpengaruh untuk keluarga dan korban sendiri. Sebab sudah banyak aturan yang

tercantum dalam peraturan atas hak penaganan yang diberikan kepada siapa yang akan

memenuhi hak korban tersebut. hak korban tersebutlah yang menajdi informasi dalam semua

proses perlindungan ini (Rahmawati, Eddyono, 2017: 45).


20

2.4 Bentuk Bentuk Kekerasan Seksual

Hubungan seksual antara orang dewasa dan anak walaupun dilakukan tidak dengan cara

mengancam atau memaksa secara hukum tindakan tersebut masuk dalam kategori tindak

pidana ”pemerkosaan terhadap anak”. Sebagaimana telah penulis sampaikan di muka

persetubuhan adalah persetubuhan yang melanggar ketentuan hukum pidana. Bahkan di

dalam aturan hukum yang menetukan bahwa siapa saja yang melakukan persetubuhan bukan

dengan suami istri maka akan dikenakan denda dan dihukum penjara yang sudah tercantum

di aturan hukum.

Jadi menurut aturan hukum yang ada bentuk pelecehan seksual atau bersetubuh dengan

orang yang masih dibawah umur akan masuk di ruang lingkup tindakan pidana yang ada.

Dengan demikian, kontak seksual sebaiknya harus dibatasi oleh pemerintah dan negara

agar tidak terjadi maraknya pelecehan seksual. Jika para oknum oknum hukum hanya

membatasi lewat kuhp itu tidak akan bisa dicegah karena kita ketahui sudah banyak yang

menjadi korban karena menurut hukum kontak seksual dalam bentuk persetubuhan dengan

orang di bawah usia 16 Tahun masuk dalam ruang lingkup tindak pidana. (Yuwono, 2015:

6).

Menurut Undang Undang yang berlaku dalam jenis kejahatan seksual terhaap anak

sebagai berikut dapat di bagi menjadi :

1. kejahatan seksuall yang ada dalam kuhp yakni dapat di artikan dengan melihat

ketentuan ketentuan pasal yang dimana perlindungan yang khusus untuk anak yang

sedang menjadi korban kkejahatan seksual atau korban yang sedang menjalani tindak

pidana yang merupakan bentuk yang dapat di hubungkan dengan pasal itu sendiri.

Undang undang tahun 2002 mengartikan bahwa untuk saat ini khususnya yang
21

berlaku untuki semua atuiran aturan yang ada kaitannya dengan perlindungan anak

yang sudah di atur dalam kuhp.

2. Dalam kejeahatan seksual yang menyangkut pada anak dalam bentuk penjualan atau

ekpoitasi anak Kekerasan seksual terhadap anak dalam bentuk eksploitasi seksual

yang sudah ada aturannya di dalam pasal sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Undang-

Undang 23 Tahun 2002.

3. Kejahatan seksual yang menyangkut anak di bawah umur saat ini dengan demikian

yang di berikan oleh penculikan dan penjualan anak atau perdagangan anak di bawaah

umur yang sudah ada dalam aturan undng undang tahun 2002 .

4. Kekerasan anak yang sudah dibuat dan di atur di dalam undang nang tahun 2002

nomor 23 (Yuwono, 2015: 57).

A. Dampak Kekerasan Seksual

Karena efek dari kekerasan seksual ini sangatlah fatal. Dampaknya sangat bervariasi

bagi setiap anak, dampak yang meruasak ini juga dapat dirasakan sampai mereka dewasa.

Yang dapat mempengaruhi semua aspek kehidupan sehari harinya, Karna ini sangatlah

berbahaya dan dapat mengancam kehidupan anak-anak sebagai generasi masa depan. Faktor

pemicunya antara lain kemiskinan dan tingkat pendidikan yang sangat rendah.

Dengan demikian elya susantu akan merasa sedih dan pasrah ketika saat menjalani

pemeriksaan, karena dengan keterbatasan fisik dan mentalnya inilah yang membuat ia

menjadi pasrahb karena elya susanti mungkin tidak tahu apa yang sedag terjadi di dalam

proses persidangan tersebut.


22

Jadi semakin anak tersebut berbuat kejahatan maka dia akan menambah sifat dan

emosinya menjadi lebih tinggi untuk itu bertemu dan berbicara dalam satu ruangan dapat

menenangkan anak berkebutuhan khusus lebih tenang karena kita ketahui bahwa ia sudah

terkena dampak yang sangat fatal dan itu bias menjadi taruma yang sangat dalam untuk anak

tersebut

Dengan demikian saat ini korban yang sedang mengalami kejahatan seksual mereka

akan merasa trauma yang sanagat dalam karena kejadian yang menimpanya apalagi jika yang

terjadi jika unsurnya pemaksaan dan itu akan di anggap sebagai luka yang tidak pernah

sembuh (Hermawati, dkk, 2017: 42).

BAB III
23

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Hasil ini dilakukan dengan cara melakukan penelitian menggunakan pendekatan yang

normatif yang dilaksanakan melalui cara mendekati permasalahan dari sudut hukum,

mempelajari, menelaah, mengkaji kemudian membahas kaidah kaidah ketentuan dalam

perundang-undang, buku, jurnal dan para ahli yang berkaitan dengan hal-hal selanjutnya

dikaji. setelah data yang dibutuhkan terkumpul kemudian menuju kepada identifikasi masalah

yang pada akhirnya menuju ke penyelesaian masalah. Dalam hal ini penulis melakukan

penelitian yang bersumber pada putusan Pengadilan Negeri Kotabumi Nomor

293/Pid.Sus/2021/PN Kbu.

3.2 Jenis Dan Sumber Data

Penelitian ini penulis memakai penelitian dari dua sumber jenis data yang pertama skunder

dan primer.

1. Data skunder

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan

data yang diperoleh dengan melihat bahan kepustakaan yaitu melalui peraturan,

literatur, jurnal, serta berkas yang memiliki kaitan terhadap permasalahan yang

diteliti.

2. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengumpulan bahan-

bahan yang dilakukan dengan langkah studi kepustakaan terhadap bahan-bahan

hukum yaitu bahan hukum Primer, bahan hukum Sekunder maupun bahan hukum

Tersier.

3. Tahap ini data primer wawancara di Pengadilan Negri Kotabumi Lampung Utara

dengan Nomor Perkara 293/Pid.Sus/2021/PN Kbu. Dan tahapan wawancara kepada


24

Hakim Muamar Azmar Mahmud Farig, S.H.,M.H.)

4. Hasil dari skunder, bentuk buatan hukum untuk memberi arti dan tujuan dari

perundang undangan.

5. Hasil penelitian serta pandangan para ahli hukum. di lihat dengan membaca serta

buku-buku tentang hukum. Pengumpulan data penelitian dengan melakukan langkah

sebagai berikut:

a. Menentukan sumber data sekunder (sumber primer dan skunder), yaitu aturan dan

catatan seperti bentuk hukum, dan dokumen

b. Memiliki informasi relevan yang ada hubungannya dengan permasalahan melalui

membaca, memahami, mengambil intisari, dan mempelajari hal-hal yang

terkandung didalamnya;

c. Pemeriksaan kembali data yang telah dikumpulkan melalui menelaah buku-buku,

bahan kepustakaan dan literatur-literatur lainnya sehingga dapat membantu

pembahasan penelitian ini dalam rangka menentukan keterkaitannya serta

keperluan dan permasalahan yang ada dalam penelitian.

3.3 Prosedur Pengumpulan Dan Pengolahan Data


3.3.1 Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan prosedur pengumpulan informasi yang sesuai dan akurat dalam

melaksanakan penelitian ini, maka dilakukan prosedur yaitu: Melakukan studi pustaka
25

(Library Reseach) atau kepustakaan, pengumpulan bahan sekunder yang dilakukan melalui

memahami, mepempelajari, dan mengutip srta mencatat bahan-bahan.

3.3.2 Pengolahan Data

Data-data yang telah didapatkan, akan diolah dengan cara pengolahan data :

1. Mengambil sebuah bentuk aturan yang memiliki kaitan pengaturan hukum, Hukum

Pidana dalam Perkara Nomor 293/Pid.Sus/2021/PN Kbu di Pengadilan Negeri

Kotabumi Lampung Utara. Editing, yaitu memeriksa kembali bahan yang didapat

yang berasal dari keterangan responden serta melalui study kepustakaan, kegiatan ini

dilakukan untuk mendapatkan gambaran apakah bahan yang didapat telah dirasa

cukup untuk melaksanakan proses selanjutnya. Bahan-bahan yang didapat selanjutnya

yaitu dicocokan kembali dengan masalah-masalah yang terdapat pada penelitian ini.

Dan jika ditemukan data yang salah dan tidak sesuai maka selanjutnya dilakukan

perbaikan untuk penyempurnaan penelitian.

2. Berusaha mengklasifikasi dan memilih jawaban narasumber, berdasarkan bentuknya.

Kegiatan karena dalam kegiatan ini diberikan kode terhadap jawaban responden

berdasarkan dengan kategori masing-masing sehingga bahan-bahan tersebut siap

untuk dianalisa.

3. Setelah bahan-bahan tersusun dengan sistematis, selanjutnya ditarik kesimpulan yang

umum dari bahan-bahan yang bersifat khusus.

3.4 Analisis Data

Menggunakan data kualitatif, hasil dari pengumpulan bahan-bahan hukum yang didapat

kemudian dianalisis berupa uraian kalimat-kalimat yaitu dengan menguraikan bahan-bahan

hukum kedalam agar dapat pemahaman selanjutnya dilakukan untuk mendapat masalah-
26

masalah. Selanjutnya ditarik kesimpulan, yaitu metode berfikir berdasarkan pada kenyataan

yang bersifat umum guna mendapatkan gambaran yang jelas mengenai jawaban dari masalah

tersebut.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Studi Perkara Nomor 293/Pid.Sus/2021/PN Kbu

gambaran umum dalam bab ini penulis akan membuat data yang akan sangat akurat dan

bertanggung jawab dalam semua hal yang terkait dalam penelitian ini, berikut ini penulis

mendapatkan data dari wawancara melalui hakim kepada bapak (Muamaar). Dan membaca

buku yang ada di pepustakaan dan berkas berkas yang ada di pengadilan negeri kotabumi
27

lampung utara, datanya langsung di ambil secara langsung. Dari kasus yang sedang penulis

teliti dalam perkara nomor 293/pid.sus/2021/pn kbu.

4.1.1 Identitas Terdakwa

Identitas terdakwa dalam studi perkara Nomor 293/Pid.Sus/2021/PN Kbu. sebagai

berikut:

1. Nama lengkap : Madraik Bin Uding

2. Tempat lahir : Mulya Agung

3. Umur/Tanggal lahir : 51 Tahun/6 September 1970

4. Jenis kelamin : Laki-laki

5. Kebangsaan : Indonesia

6. Tempat tinggal : Desa Sri Agung Rt/Rw. 001/002 Kec. Sungkai Jaya

Kabupaten Lampung Utara

7. Agama : Islam

8. Pekerjaan : Petani

4.1.2 Kronologi yang terjadi

Jumat pada tanggal 18 bulan Juni 2021 sekira d 09.00 WIB bertempat di rumah Sri

Desimah Desa Sri Agung RT. 001/RW. 004. Kecamatan Sungkai Jaya Kabupaten Lampung

Utara.

Berawal pada tempat di kebun singkong yang berada dibelakang rumah terdakwa,

terdakwa melihat saksi anak ELYA SUSANTI Binti SUUD IRAWAN sedang berada

dikandang kambing milik terdakwa dan mengikuti terdakwa yang berjalan ke arah
28

perkebunan singkong, dan saat itu terdakwa yang mengetahui saksi anak Elya Susanti

merupakan Anak berkebutuhan Khusus tidak bisa bicara (bisu).

mengikuti terdakwa maka terdakwa langsung menghampiri anak saksi Elya Susanti

dan membuka celana luar serta anak Elya Susanti celana luar dan celana dalam saksi anak

Elya Susanti terbuka terdakwa pakai meremas payudara saksi anak Elya Susanti, selanjutnya

tangan terdakwa memegang paha anak saksi Elya Susanti dan mengelus-ngelus alat kelamin

(vagina) saksi anak.

kemudian terdakwa memasukan jari telunjuk tangan terdakwa kedalam lubang

kemaluan saksi Anak Elya Susanti sebanyak 2 kali dan saat itu saksi anak Elya Susanti

langsung menjerit “AU AU AU AU” secara berkali-kali sehingga suara anak saksi Elya

Susanti terdengar oleh saksi Seri Dasimah Binti Mulyadi (ibu kandung saksi anak Elaya

Susanti) yang sedang mencuci baju dibelakang rumah dan ketika saksi Seri Dasimah keluar,

saksi Seri Dasimah melihat saksi anak ELYA SUSANTI sedang membenarkan celananya

yang sebelumnya dalam keadaan terbuka berhadapan dengan terdakwa yang saat itu juga

dalam keadaan berdiri dengan celana terbuka hingga kemata kaki hingga kemaluan (PENIS)

terdakwa terli hat dan mengetahui saksi Seri Dasimah menghampiri terdakwa, terdakwa

langsung melarikan diri ke arah kebun singkong.

4.1.3 Keterangan Saksi

Dari keterangan saksi Seri Desimah yang merupakan Ibu Anak Korban melihat Anak

Korban sedang bermain di luar rumahnya. Saksi Seri Desimah kemudian masuk ke dalam

rumah untuk mengisi air di kamar mandinya.

Setelah selesai, saksi Seri Desimah kembali ke depan rumah, namun sudah tidak

melihat Anak Korban yang sudah berada di dekat kandang kambing di kebun belakang
29

rumahnya yang merupakan kepunyaan Terdakwa. Anak Korban melihat Terdakwa yang baru

sampai di kebun singkong tersebut, lalu mengikuti Terdakwa.

Terdakwa yang memang mengetahui bahwa Anak Korban menderita keterbelakangan

mental dan tidak bisa berbicara segera mendekati Anak Korban dan membuka celana luar dan

celanan dalam yang dipakai Anak Korban. Terdakwa juga meremas payudara Anak Korban

dan memegang paha Anak Korban serta mengelus vagina memasukan telunjuk kanannya

Anak Korban sehingga Anak Korban kesakitan dan berteriak pelan, “au..auu..auu”.

Terdakwa juga menyuruh Anak Korban memegang penisnya sehingga penisnya

menjadi tegang dan kemudian memasukkan penisnya ke dalam vagina Anak Korban

sehingga Anak Korban kesakitan dan berteriak dengan kencang, “au.. au..auu..”. Ternyata

suara tersebut didengar oleh Ibu Anak Korban, saksi Seri Desimah. Saksi Seri Dasimah

mendatangi kebun singkong tersebut dan mendapati Terdakwa dan Anak dalam posisi

berhadapan tanpa menggunakan celana. Terdakwa merasa takut langsung pergi meninggalkan

anak korban.

4.1.4 Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

MADRAIK anak dari UDING (alm) Jumat 18 bulan Juni tahun 2021 sekira pukul

09.00 Wib, bertempat di perkebunan singkong belakang yang berada di Desa Sri Agung

Rt.001 Rw. 004 Kecamatan Sungkai Jaya Kabupaten Lampung. Bahwa berdasarkan akta

kelahiran yang dikeluarkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan keluarga Berencana

Kabupaten Lampung Utara menerangkan bahwa saksi Elya Susanti lahir pada tanggal 26

November 2006, sehingga usia saksi Elya Susanti pada saat terjadi pencabulan yaitu 14

Tahun.
30

Berdasarkan Visum Et Repertum dari RS Hi. Muhammad Yusuf Nomor: VER / 112 /

RSHMY / VI /2021 tanggal 21 Juni 2021 yang ditandatangani oleh dr. ALI IRSAL, Sp.OG

BIN JAKARIA AHMAD menerangkan Identifikasi Nama: Elya Susanti Binti Suud Irawan

dari hasil pemeriksaan luar tampak selaput dara robek diposisi jam 7 dan 5, selaput dara

mudah dilewati jari tangan telunjuk, pemeriksaan dalam terdapat laserasi / luka dinding

vagina disposisi jam 7 dan 5. Selaput dara tidak utuh dan ada laserasi di dinding vagina

Bahwa akibat perbuatan terdakwa, saksi Seri Dasimah Binti Mulyadi menerangkan

bahwa anaknya yang bernama saksi Elya Susanti pada saat buang air kecil terlihat dari raut

wajahnya anak saksi Elya Susanti mengalami kesakitan.

4.1.5 Pendakwa mengatakan bahwa terdakwa melakukan kejahatan tersebut.

dalam perkara 293/pid.sus/2021/pn kbu. Menuntut terdakwa dan mengadili sebagai berikut:

1. Menyatakan terdakwa MADRAIK BIN UDING (ALM) bersalah melakukan tindak

pidana “melakukan ancaman kekerasan memaksa anak melakukan perbuatan cabul”

sebagaimana diatur dalam surat dakwaan melanggar Pasal 82 ayat (1) UU RI Nomor

17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

No. 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak menjadi Undang-Undang Jo. Pasal 76E UU RI No. 35

Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU RI Nomor 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak.

2. Menghukum terdakwa MADRAIK BIN UDING (ALM) dengan pidana penjara

selama 10 (sepuluh) tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dengan
31

perintah terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta

rupiah) subsidiair 6 (enam) bulan Penjara

3. Menyatakan barang bukti berupa :

- 1 (Satu) buah celana pendek warna merah muda.

- 1 (Satu) buah baju kaos lengan pendek warna merah dan hitam.

- 1 (Satu) buah celana dalam warna hijau.

- 1 (Satu) buah celana panjang warna abu-abu tua dengan tulisan YONEX

4.1.6 keputusan hakim didasarkan pada bukti

Hasil dari kenyataan ini dalam melakukan proses persidangan hakim menyatakan dan

memutuskan studi perkara Nomor 293/Pid.Sus/2021/PN Kbu. Mengungkapkan bahwa

Terdakwa Madraik tersebut diatas, sangat jelas terbukti salah karena telah melakukan

kejahatan kekerasan seksual dengan memksa anak untu melakukan perbuatan cabul.

Memberikan sanksi pidana terhadap terdakwa madraik dan akan di penjara selama 12 (dua

belas) tahun pidana. Dengan denda sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

Putusan ini dibacakan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kotabumi, pada hari

Rabu, tanggal 17 November 2021, oleh kami, Edwin Adrian, S.H., M.H., sebagai Hakim

Ketua, Muamar Azmar Mahmud Farig, S.H,M.H. dan Agnes Ruth Febianti, S.H., yang

diketahui sebagai hakim dan anggota yang setiap orang mempunyai tugas masing masing

untuk melakukan persidangan yang ada, dan proses ini sangatlah panjang. Untuk itu semuaa

anggota harus siap dengan apapun yang akan terjadi karena sudah banyak para hakim yang

lelah dalam melakukan persidangan saat ada anak berkebutuhankhusus.


32

4.2 Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kekerasan Seksual Terhadap


Anak Penyandang Disabilitas Dalam Perkara Nomor 293/Pid.Sus/2021/PN Kbu.

Indonesia merupakan Negara hukum yang sudah sangat menjadi keharusan untuk

menegakan keadilan. Karena dari negara itulah masyarakat akan mendapatkan bantuan

keadilan yang sama di muka umum. Maka dipelakuakan yang sama, adil, dan tidak pandang

bulu. Karena Anak merupakan generasi sebuah bangsa,dengan itu anak harus di junjung

tinggi dan di ajarkan bagaimana cara berbicara di depan hukum.

Untuk dapat melakukan proses peradilan di persidangan agar dapat berjalan lancar,

anak harus mendapatkan perlindungan hukum secara optimal, baik fisik, maupun mental,

supaya anak dapat tumbuh dan bekembang secara seluas luasya. Untuk itu anak harus

mendapatkan terutama menyandang disabilitas yang sedang dalam berperkara hukum.

Upaya perlindungan hukum juga sangat berpengaruh untuk anak, apabila jika

menyandang disabilitas maka ia akan melakukan setiap pekerjaan yang dimana harus

mendapatkan kasih sayang yang tulus dalam melakukan bimbingan agar dapat mengurangi

perbuatan yang negatif atau perbuatan buruk yang tidak kita inginkan pada tetangga dan

masyarakat.

Tindakan yang sudah di lakukan harus sama di depan anak, karena anak sangat penting

dalam diri dan perlakuan anak tersebut. terutama anak yang sedang menjadi korban tindak

pidana kita harus waspada dalam melihat anak tersebut dari segi hal yang akan dia lakukan
33

agar tidak terjadi lagi. Karena perlindungan yang harus sangat kita lindungi adalah anak yang

menjadi salah satu korban kejahatan kekersan seksual seperti perbuatan cabul.

Untuk dapat hasil yang bagus maka kita harus berusaha dalam upaya pakar hukum

pidana di Pengadilan Negeri Kotabumi Lampung Utara untuk mempercayai pada kasus yang

menjadi pelindung bagi hukum terhadap anak yang khususnya saat di dalam peradilan. yang

sedang diperiksanya atas kasus dalam studi perkara Nomor 293/Pid.Sus/2021/PN Kbu.

Saat melakukan upaya perlindungan hukum terhadap anak, hakim Pengadilan Negeri

Kotabumi Lampung Utara tidak hanya mengacu dengan aturan yang ada 23 tahun 2002

merupkan perlindungan anak di bawah umur. Tetapi hakim dengan para pakar hukum di

Pengadilan Negeri Kotabumi Lampung Utara juga melakukan berdasrkan pada keyakinan

hakim dan pakar hukum mengenai suatu kejadian atau peristiwa pidana yang terjadi.

Perlindungan hukum terhadap anak penyandang disabilitas sebagai korban kekerasan

seksual yang diberikan di Pengadilan Negeri Kotabumi Lampung Utara yaitu dengan:

1. Memperlakukan anak dengan hormat

Ketika sedang menjalankan pemeriksaan proses peradilan di pengadilan tinggi

Kotabumi Lampung Utara, pengadilan sudah beusaha semaksimal mungkin dalam

memberikan perlakuan yang sama di dalam peadilan tanpa membedakan fisik maupun

mental anak dalma Studi Perkara Nomor 293/Pid.Sus/2021/PN Kbu. Anak yang

menjadi korban kekerasan seksual harus mendapatkan perlindungan hukum yang

lebih, agar dapat membatu anak tersebut percaya diri.

2. Berkerja Sama Saat Pemeriksaan

Terdakwa sangat penting dalam menjalankan proses persidangan, karena jawaban dan

keterangan terdakwa juga sangat penting. Jika saat terdakwa bicara berbelat belit bisa
34

maka bisa di mungkinkan akan memprlambat jalannya proses saat persidangan atau

saat pemeriksaan berlangsung terlebih akan membuat hakim menjadi marah. Dalam

perkara ini Nomor 293/pid.sus/2021/PN Kbu.

Sanksi yang akan di jatuhkan hakim adalah 10 tahun penjara, hakim juga tidak asaal

dalam berbicara, tetapi sudah ada pertimbangan yang di lakukan oleh hakim setelah

kejadian tindak pidana yang dilakukan oleh Terdakwa MADRAIK BIN UDING

ALM. Jika hakim tidak menjatuhkan sanksi yang sesuai maka korban saksi anak

ELYA SUSANTI BINTI SUUD dan keluarga akan merasa sedih dan merasa anaknya

di rugikan karena tidak sesuai dengan perbuatan terdakwa, dan itu tentunya akan

membuat masalah yang baru dapat memperlambat dalam proses pemeriksaa

persidangan.

Dengan ini para hakim dan anggota hakim harus benar benar yakin dalam

memutuskannya, karena ini akan sangat berpengaruh untuk kedepannya anak korban elya

susanti dalam menjalankan kesehariannya agar dapat menjadi manusia yang berguna untuk

semua dan menjadikan elya susanti sebagai manusia yang lebiih baik lagi serta dapat

bertanggung jawab secara baik di keluarganya walau dengan keterbatasan fisik dan

mentalnya.

3. memberikan pendamping untuk Membuat seseorang merasa istimewa


35

Untuk melindungi saksi korban Elya Susanti. Di Pengadilan tinggi Kotabumi Lampung

Utara juga berusaha untuk memberikan pendamping agar korban elya susanti dapat

mengungkapkan secara jelas yaang di maksud dengan pendamping khusus adalah

pendamping dari: layanan hukum, layanan medis dan guru translater atau guru

penerjemah.

a. Layanan Hukum

Layanan hukum bertujan untuk membela kepentingan hukum terhadap korban. Maka

dalam aspek yuridis dapat menckup proses hukum di kepolisian, kejaksaan dan

pengadilan. Dalam langkah yang di berikan terhadap korban juga bersama dengan

pihak Kapolres dan Kejaksaan Kotabumi Lampung Utara. Untuk menyelesaikan kasus

ini menurut ketentuan hukum yang sudah di tetapkan, selain itu juga dalam proses

pendampingan hukum terhadap korban.

b. Layanan Medis

Pendampingan medis juga dilakukan terhadap korban yang mengalami luka fisik

contohnya dalam Studi Perkara Nomor 293/pid.sus/2021/pnkbu. Hasil visum pada

Tanggal 21 Juni 2021 dari RS Hi. Muhammad yusuf yang di tandatangani oleh dr. ALI

IRSAL, Sp.OG BIN JAKARIA AHMAD menerangkan identfikasi Nama : Elya Susanti

binti Suud Irawan dari hasil pemeriksaan luar tampak selaput dara robek di posisi jam 7

dan 5, selaput dara mudah dilewati jari tangan telunjuk.

c. Guru Translate atau Penerjemah


36

Pendampingan ini di lakukan agar dapat mempermudah jalannya persidangan, di

karenakan saksi anak Elya Susanti berkebutuhan khusus berupa keterbelakangan mental

yang membuat saksi anak Elya Susanti sulit saat berkomunikasi maka dari itu

Pengadilan Negeri Kotabumi Lampung Utara menghadirkan pendamping guru

translater dari SLB (sekolah luar biasa).

Dan lembaga kemsayarakatan, lembaga bantuan hukum, atau lembaga lembaga

lainnya. Guna penerjemah ini agar dapat mempercepat jalannya proses peradilan dan para

him dan anggota hakim dapat mudah untuk mengungkapkan elya susanti secara keadaannya

baik fisiknya maupun mentalnya.

Dan juga guna penerjemah ini adalah untuk dapat mempermudah korban elya susanti

mengucapkan semua yang menjadi haknya. Walapun saksi anak lemah dalam berpikir yang

membuat saksi anak tidak bisa mengingat suatu kejadian yang lama.

sesuai dengan ketentuan dari aturan yang ada yang menjadi fokus utama dalam

kejhatan terhadap korban elya susanti yang membuat korban tidak ingin makan dan hilang

selera dan lebih menyendiri di ruangan sepi karena elya susantimerasa sudah kotor dan tidak

suci lagi.

4. Usia Masih Dibawah Umur dan Bekebutuhan Khusus

dalam melakukan proses persidangan, kareana dalam usia saksi anak Elya Susanti

dalam Studi Perkara Nomor 293/Pid.Sus/2021/PN Kbu. Masih 14 Tahun dan memiliki

ketebatasan fisik dan mental, dan masih menunjukan anak yang polos tidak tau apa apa

dan karena kepolosannya itulah dia di lecehkan dan saat di persidangan kepolosannya

saat menjawb pertanyaan yang diberikan kepadsa hakim selalu bersikap jujur dan
37

terbuka saat sedang bercerita walau terkadang saksi anak Elya Susanti tersebut lemah

dalam berfikir.

Oleh karena itu anak, anak perlu saksi Elya Susanti menjadi krban kekerasan seksual,

pertimbangan hukum dalam menjatuhi sanksi terhadap terdakwa Madraik bin Uding

sangatlah berarti bagi keluarga dan sangat berpengaruh terhadap masa depan saksi anak.

Pada waktu persidangan korban saksi anak, terdakwa tidak di perbolehkan masuk.

Karena ada 3 pertimbanagan hakim Pengdilan Negeri Kotabumi untuk mengeluarkan

terdakwa dalam persidangan yaitu:

a. Faktor Kejiwaan Anak

Guna membuat dan mengerti untuk paham arti dari semua perbuatan yang terjadi pada

tingkah laku dan emosi anak sebelum acara pemeriksaa saksi dimulai. Tetapi dalam

kasus ini Studi Perkara Nomor 293/Pid.Sus/2021/PN Kbu, saksi anak Elya Susanti

memiliki kebutuhan khusus tidak bisa bicara (bisu).

b. Keterangan Para Saksi

Keterangan yang di ungkapkan oleh saksi dapat membantu korban dalam atau sedang

melakakukan perkara hukum tindak pidana dan mempermudah jalannya persidangan.

Seperti dalam kasus ini studi perkara Nomor 293/Pid.Sus/2021/PN Kbu. Saksi dari

perkara ini Seri Dasimah ibu kandung dari anak korban Elya Susanti yang sejak lahir

menderita disabilitas.

c. Kepentingan Anak
38

kepentingan anak ini guna mengedepankan hak hak anak secara fisik atau mentalnya

karena di dalam persidangan anak harus mendapatkan ketenangan agar ia dapat percaya

diri dalam menjelaskan kepada hakim dan semua yang ada didalam persidangan tentang

apa yang sedang terjadi pada dirinya, dan agar dapat mempercepat dan mempermudah

jalannya persidangan.

Putusan sudah diberikan dengan kekuatan yang dalam laporanyang berkaitan pada hari

persidangan yang menjadi buktri bahwa mereka sudah mempertimbangan secara baik dan

apa saja yang di lakukan oleh terdakwa Madraik Bin Uding. Isi dari laporan penelitian

kemasyarakatan yang memuat tentang kehidupan sosial terdakwa dan kehidupan keluarga

terdakwa.

Hakim dalam memberikan saksi tidak hanya asal bicara tapi sudah diloihat dan

dipecahkan secara detail agar tidak salah menentukan pidana, emungkinan para hakim juga

sudah melihat isi laporan dan perbuatan yang lainnya yang sering terjadi dalam proses

peradilan dalam aturan bagi mereka yang ada dan dapat membuat proses pemeriksaan secara

langsungdalam para pembimbing. agar dapat memberikan perlindungan terhadap saksi anak

Elya Susanti secara umum dan dapat memberikan putusan yang dapat mebuat saksi anak dan

keluarga merasakan keadilan dan sesuai dengan kebutuhan saksi anak Elya Susanti.

Dalam memenuhi panggilan di dalam persidagan elya susanti hadir dan memberikan

argumen kepada penerjemah karena elya susantu meiliki keterbatasan fisik yang mrbuatnya

susah untuk berbicara maka harus dibutuhkan seorang penerjeemah agar para hakim dan para

anggota dapat menetukann jalan apa yang akan diberikan kepada pelaku terrsebut.

Melihat perlakuan tindak pidana kejahatan perkosaan tentunya dapat menimbulkan

trauma yang sangat mendalam bagi korban yang sangat mempengaruhi perkembangan

psikologisnya, tidak hanya itu hal ini menyangkut kepercayaan, kelangsuangan masa depan
39

anak dan juga elya susanti banyak mengalami kegagalan secra imateril dan materil,

terkhususnya kerugian secara imateril itu srendiri yang tidak dapat dikembalikan lagi apabila

telah di renggut.

jika di lihat disabilitas yang seharusnya di jaga dan di lindungi tetapi malah sebaliknya

malah di perlakukan tidak sepantasnya itu di lakukan oleeh Madraik bin Uding dapat saksi

anak Elya Susanti terhadap masyarakat dan korban. Perbuatan terdakwa sangatlah kejam dan

tidak manusiwi

4.3 faktor Penghambat Perlindungan Hukum dalam Menanggulangi Kekerasan


Seksual Terhadap Anak Penyandang Disabilitas dalam Perkara Nomor
293/Pid.Sus/2021/PN Kbu.

Menurut keterangan Muamar Azmar Mahmud Farig S.H.,M.H yang melakukan

wawanca di Kotabumi Lampung Utara yang menjalani sakai elya susanti tidak ada hambatan

hanya saja dalam perkara ini anak korban berkebutuhan khusus (bisu). Tetapi ada beberapa

hambatan-hambatan yang sering terjadi pada anak penyandang disabilitas di dalam

persidangan yaitu:

1. Tidak Melawan atau Tidak Membela Diri

Pada perempuan penyandang disabilitas yang memiliki keterbatasan fisik, baik

keterbatasan bicara atau keterbatasan gerak, banyak di antara mereka yang kesulitan

untuk melawan dalam proses persidangan seperti saksi anak Elya Susanti yang

berkebutuhan khusus (bisu) yang sulit untuk berkomunikasi dan harus menggunakan

guru translater agar persidangan berjalan dengan lancar.

2. Tidak Memahami Akibat Seperti (psikologi,fisik,social)


40

Para korban kekerasan seksual terhadap penyandang disabilitas banyak dari mereka

yang tidak dapat memahami apa akibat dari kekerasan seksual yang sedang ia alami.

Karena banyak anak penyandang disabilitas tidak mengerti apa itu hukum dan mereka

pun sangat lemah dalam berfikir dan juga ia tidak tau apa yang sedang ia alami.

Berbagai persoalann psikologis dukungan dari lingkungan anak tersebut sangat

mempengaruhi untuk tumbuh dan berkembang anak.

3. tidak ada rasa marah

Dari bebagai berkebutuhan khusus ada beberapa dari mereka yang tidak merasa emosi

seperti contohnya tidak menagis saat di jaili teman temannya dia tidak ada respon

seperti menangis. karna mereka tidak mengerti apa yang mereka alami tetapi sebagian

dari mereka hanya merasa sakit secara fisik saja. Peran orang tua untuk memberikan

dukungan emosional anak sangatlah penting.

4. Tidak membantah perilaku

Para sebagian berkebutuhan khusus beberapa dari para anggota berkebutuhan khusus

penyandang disabilitas, banyak yang kurang mengerti apa yang akan dilkukan kepada

pelaku kejahatan karna itu adalah suatu bentuk untuk kekrasan dan korban elya susanti

tia akan menolak apabila di perlakukan hal yang sama. Keterbatasan penyandang

disabilitas inilah yang seringkali di manfaatkan oleh pelaku. Karena anak penyandang

disabilitas ini adalah salah satu kelompok yang begitu rentan menjadi korban

kekerasan.

5. Tidak Memahami Hak Yang Dimiliki


41

Minimnya informasi dan rendahnya pengatahuan dikalangan anak penyandang

disabiitas membuat para penyandang disabilitas tidak mengerti, karena keterbatasan

fisik dan mentalnya membuat mereka jadi ttdak mengerti dan tidak memahami apa saja

yang telah menajdi hak haknya. Lingkungan juga merupakan sumber informasi yang

mendasar karena menjadi persediaan utama pemenuhan kebutuhan, dan penafsir utama

perilaku sosial yang dapat diterima.

6. tidak cakap hukum dan ilmu masih sangat Tebatas

Sudah sangat biasa jika seorang anak mengalami tidak cakap hukum dalam masalah

hukum, apalagi seperti saksi anak Elya Susanti yang berkebutuhan khusus dalam

keseharinya di rumah dan di lingkungan nya saksi anak berkomunikasi melalui bahasa

tubuh seperti menoel untuk memanggil atau ingin menunjukan sesuatau. Hal inilah

yang menyebabkan ketidak pahaman terhadap saksi Elya Susanti dalam melaukan

kejahatan yang menimpanya Elya Susanti juga dapat menyebabkan anak lebih bersikap

pasrah pada saat sedang di periksa, karena dengan keterbatasan fisik dan mentalnya

saksi anak berkemungkinan tidak paham apa yang sedang dilakukan dalam persidangan

tersebut. Karena saksi anak tidak bisa mengingat lama maka elya susanti sering di

abaikan.

Dalam proses pemeriksaan, saksi anak Elya Susanti berhak untuk mendapatkan

penjelasan dan bantuan hukum untuk kepentingan proses pemeriksaan perkara yang sedang

di alaminya. Upaya yang dilakukan dalam menangani masalah yang terjadu bai itu secatra

langsung maupun secara tidak langsung itu adalah kwajiban para penegak hukum dlam

menjalankan tugasnya dalam memeriksa keadaan.

Mengapa para penegak hukum harus ikut serta dalam melakukan perlindungan anak,

karena mereka juga sangat penting guna menjaga dan melindungi korban kejahatan untuk itu
42

para penegak hukum harus mengetahui apa sja yanag menjadi haknya anak berkebutuhan

khusus. Dalam menjalankan tugasnnya para penegak hukum juga mengalami hambatan yang

kendalanya yaitu keterbatasannya ilmu elya susanti dan cara berfikirnya dan keadaan inilah

yang membuat ekya susanti tidak paham apa yang harus iya perbuat untuk dapat ia lakukan.

Pendapata tersebut dibenarkan oleh bapak Muamar Azmar Mahmud Farig S.H., M.H (Sesi

Wawancara).

Hambatan-hambatan yang muncul merupakan sebuah fakta dari dalam proses

Pengadilan. Guna perwujudan dan kewajiban terhadap perlindungan anak di Pengadilan

Negeri Kotabumi Lampung Utara dalam mewujudkan cita cita dalam negara yang sangat

bepran aktif dlam membela keadilan di kalangan semua masyarakat yang berpengaruh untuk

lingkungan anak berkebutuhan khusus.

Dari keterangan yang diberikan elya susanti ini dalam menjalankan proses peradilan ini

yaitu dalam persidangan dan permasalahan hukum yang sedang menimpanya pengertian

inilah di berikan untuk beberapa kali dan di adakan hanya sebatas apa saja untuk dilakukan di

dalam persidangan, pengertian ini diberikan sangat mampu untuk membuat oertambahan

ilmu. dengan begitu saksi anak Elya Susanti dapat mengikuti jalannya persidangan dengan

mengetahui masalah yang sedang ia alami atau yang sedang di hadapinya.

Memberikan penjelasan terhadap anak juga suatu hal yang tidak mudah, karena

mengingat saksi anak Elya Susanti juga memiliki keterbatasan fisik dan masih snagat

terbatsnya pengetahuan mengenai persoalan hukum serta kemampuan saki anak lemah saat

befikir untuk menagkap segala sesuatu hal yang diberitahukan apabila itu hal yang sangat

awal baginya karena anak penyandang disabilitas sangatlah tertutup, dia hanya berbicara

dengan keluraga tetangga dan orang orang dekat di sekitarnya.


43

Dalam penjelasan tersebut juga harus menggunakan bahasa yang bisa di mengerti anak

tersebut agar bisa dapat di mengerti oleh anak dan sesuai dengan hak hakknya guna dapat

melaksanakan haknya.

Pengadilan Negeri Kotabumi Lampung Utara juga berkerja berkontribusi terhadap

oknnum yang ada seperti lemabaga hukum untuk melakukan penelitiann, guna terlaksnany

sebuah betu peraailan yag dapat membuata aanak berebutuhan husus menegrti apa yang harus

diberikan epaa masyaraat a lingkungan sekitar yang sedang mengalami tindak pidana

kekerasan di persidangan Pengadilan Negeri Kotabumi Lampung Utara.

Menurut sudut pandang penulis, sering kita ketahui bahwa dalam kehidupan sehari hari

serig melihat anak yang berkebutuhan khusus sudah sering kali anak berkebutuhan khusus ini

dijadikan salah satu untuk melakuan kekerasan seksual dan deskriminasi dari para pelaku

kejahatan, hal ini dapat kita lihat dari maraknya kekerasan seksual kita ketahui dari tahun ke

tahun bukannya menurun malah semakin meningkat.

Anak penyandang disabilitas ini sangatlah rentan di jadikan sebagai korban kekerasan

seksual bahkan seringkali kita mendengar bahwa berkebutuhan khusus ini sangat gampang

untuk bujuik dengan inilah yang membuat para kaum perempuan berkebutuhan khusus rentan

dijadikan korban kekerasan seksual dan banyak di temukan mereka teradekatlah yang

menjadikan para penyandang disbailitas tersebut sebagai korban kekerasan seksual.

Dalam pemerkosaan terhadap kaum berkebutuhan khusus malah lebih sering di abaikan

karena melihatdari keadaan dan fisik anak tersebut mereka enggan melihat dan mengurus

anak yang berkebutihan khusus, untuk itu sering terjadi kejahatan datang dari sekitar
44

lingkungan anak tersebut. karna anak berkebutuhan khusus itu sudah menggangapnya sebagai

saudara dan temannya. dari banyaknya masyaraakat.

Dengan demikian untuk itu kita sebagai manusia yag kuat harus membantu dan

menajga anak yang berkebutuhan khusus karena mereka adalah manusia semppuran yang

diciptakan oleh tuhan untuk itu kita tida boleh melihatya sebagai anak yang tidak sempurna

dan kita sebagai manusia dan masyarakat yang baik harus melindungi manusia yang lemah

karena di benarkan menganggap rendah kedudukannya, walaupun pada kenyataannya tidaak

di posisikan sebagai makhluk sempurna.

Secara jelas saat ini yang kita ketahui bahwa mereka tidaklah baik dan butuk untu kita

sebagai manuisa yang kuat dalam menjalankan tugas yang terjadi dan dapat di maklumi

untuk memberikan hasil yang sanagt efektif bagi lingkungan setempat dan di bagian kedua

ada yang sangat menuntut untuk mendaatkan keadilan yang sebenanr benarnya, dan masih

berkmbang Dalam melakukan tahapan terhadap berkebutuhan khusus saja tetapi kita sebagai

menjaga semuanya.

permasahan saat ini banyak pradigma pradigma dalam keterbatasa banyak masyarakat

yang memandang dan perlu bantuan khusus saat ingin melakukan sesuatu. Pradigma tersebut

tentu kurang tepat, dan yang dibutuhkan para penyandang disabilitas hanyalah akses akses

yang dapat mempermudah mereka untuk mendapatkan kesmpatan yang sama seperti dengan

orang yang tidak menyandang disabilitas.


45

BAB V
PENUTUP

5.1 kesimmpulan

Dari penelitian yang penulis cari terdapat banayak pembahsan san penyajian aturan

aturan hukum dalam penyandang disabilitas secara proses peradilan yang berada pada

Pengadila Kotabumi Lampung Utara berkut:

1. Perjalanan yang dilewati dalam melakukan peerlindungan terhayap berkebutuhan khusus

Kotabumi Lampung Utara ;

a. Memperlakuakan anak secara hormat dan istimewa

b. Berkerja sama saat pemeriksaan

c. Menyediakan petugas pendamping khusus

d. Melihat usia anak yang masih dibawah umur dan berkebutuhan khusus

2. Adapun hambatan-hambatan yang sering terjadi di dalam persidangan anak penyandang

disabilitas Kotabumi Lampung Utara yaitu:

a. Tidak melawan dan tidak membela diri,

b. Tidak memahami akibat seperti apa yang ia hadapi secara fisik, psikologi, dan social,

c. Tidak ada respon emosi,


46

d. Tidak menolak perlakuan yang sama,

e. Tidak memahami hak-hak apa saja yang ia miliki

f. Pengetahuan anak yang masih sangat terbatas mengenai hukum,

5.2 Saran saran

Dari kesimpulan di atas ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan

1. Anak penyandang disabilitas sangat membutuhkan perlindungan hukum yang dapat

memebrikan rasa keadilan bagi dirinya. Tidak hanya sebatas memberikan pidana

kepada para pelaku saja, tetapi korban juga membutuhkan sebuah upaya hukum untuk

mengobati apa yang mereka derita. Perlindungan tersebut tidak hanya datang dari

keluarga atau tetangganya, tetapi negara (pemerintah) atau melalui aparat penegak

hukumnya juga harus membantu melindunginya, sebab anak penyandang disabilitas

sama kedudukannya dengan anak normal.

2. Dan juga masyarakat di lingkungan terdekat memiliki kewajiban untuk menciptakan

lingkungan yang nyaman bagi tumbuh kembang anak penyandang disabilitas, karena

penyandang disabilitas membutuhkan dukungan dari lingkungannya. Sementara itu

masih banyak masyarakat yang belum sepenuhnya sadar mengenai bentuk dukungan

yang dapat di berikan bagi anak diabilitas yang ada di lingkungan mereka.

Anda mungkin juga menyukai