Anda di halaman 1dari 7

NOTA PEMBELAAN (PLEDOI) &

NOTA KEBERATAN (EKSEPSI).


TERDAKWA, “AKBAR GALANG PRAYOGA
als GALANG bin SAMBIYONO”
DALAM PERKARA PIDANA
NO.REG.PERKARA : PDM-114/M.5.21/Eku.2/08/2022.
Pada Pengadilan Negeri Banyuwangi

Yth.Ketua dan Para Yth.Majelis Hakim yang Kami hormati,


Yth.Jaksa Penuntut Umum yang Kami hormati, serta
Persidangan ini yang Kami mulyakan.

I. PENGANTAR

Pertama-tama perkenankan Kami, selaku Tim Penasehat Hukum Terdakwa ‘AKBAR


GALANG PRAYOGA als GALANG bin SAMBIYONO’ berdasarkan surat kuasa khusus tgl 12 Mei
2022, dan telah terdaftar pada Kepanitraan Pengadilan Negeri Kelas 1A Banyuwangi, tgl 01
September 2022, No.790/HK/2022/PN.Byw. menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Yth.Para YM.Majelis Hakim, sekaligus Kami menyampaikan ucapan terima-kasih.
Dan merupakan suatu kehormatan bagi Kami yang secara bersama-sama dengan Yth.Jaksa
Penuntut Umum dalam menegakan supremasi hukum, menyidangkan Terdakwa tersebut diatas,
dimana Kami dan Jaksa adalah sama-sama beranjak dari hukum yang berlaku di Indonesia yang
Kita cintai ini, namun dalam perkara ini Kami tidak sependapat dengan pendapat Jaksa, yang
menyatakan Terdakwa melakukan tidak Pidana sebagaimana yang dimaksud, sebagai berikut ;

II. TENTANG DAKWAAN DAN TUNTUTAN

a. Dakwaan
Perbuatan terdakwa diancam pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 81 Ayat (2) Undang-undang RI
No.17 tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No.1 tahun
2016 tentang Perubahan Kedua atas UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Menjadi
Undang-undang.
b. Tuntutan
1. Menyatakan Terdakwa Akbar Galang Prayoga Alias Galang Bin Sambiyono bersalah melakukan
tindak pidana “dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk Anak korban melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain”
sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 81 Ayat (2) Undang-undang RI No.17 tahun 2016 ttg
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No.1 tahun 2016 ttg Perubahan Kedua
atas UU No.23 tahun 2002 ttg Perlindungan Anak Menjadi Undang-undang dalam surat dakwaan
tunggal.
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Akbar Galang Prayoga Alias Galang Bin Sambiyono
dengan pidana penjara selama 8 (delapan) tahun dipotong selama terdakwa ditahan, dengan
perintah agar terdakwa tetap ditahan dan denda sebesar Rp.60.000.000,- (enam puluh juta rupiah)
subsidair 3 (tiga) bulan kurungan.
3. Menyatakan barang bukti berupa :
- 1 (satu) potong kemeja lengan panjang warna hijau tosca ;
- 1 (satu) potong celana kulot warna hitam ;

1
Dikembalikan kepada Anak Korban SELLA JANKI DAOODAD ANWAR ALS SELLA BINTI
CHAERUL ANWAR
- 1 (satu) potong kaos lengan pendek warna hitam ;
- 1 (satu) potong celana jeans panjang warna biru ;
- 1 (satu) buah HP merk xiomi type POCO warna hitam ;
Dikembalikan kepada terdakwa
4. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara Rp.5.000,- (lima ribu rupiah).

Bahwa atas tuntutan dengan Pasal 81 Ayat (2) Perpu 1/2016, sehingga menuntut Terdakwa
selama 8 (delapan) tahun denda sebesar Rp.60.000.000,- (enam puluh juta rupiah) subsidair 3
(tiga) bulan penjara tersebut, adalah tuntutan yang sangat luar-biasa yang tentunya
memberatkan kondisi Terdakwa yang masih muda (dibawah umur), karena sebagaimana
Fakta Persidangan yang akan Kami uraikan, dan untuk itu Kami selaku Penasehat Hukum /
Pembela, akan menguraikan ketidak sependapatan Kami tersebut dalam Nota pembelaan
dan Nota keberatan (Pledoi & Eksepsi), dengan didasari pada fakta-fakta yang telah
terungkap didalam persidangan, dan pada bagian-bagian, sebagai berikut ;

III. FAKTA-FAKTA DALAM PERSIDANGAN

Bahwa sebelum memasuki uraian pokok pada fakta-faktanya, perkenan untuk menjadikan
perhatian khusus, Yth.YM.Majelis Hakim, dan mencatat hal-hal sebagai berikut ;

1. Bahwa Terdakwa pada saat berstatus menjadi Tersangka dan telah disangka melakukan
tindak pidana sebagaimana termuat dalam BAPnya dengan Pasal 81 Ayat (2) Perpu 1/2016,
dengan ancaman minimal 5 (lima) tahun penjara dan paling lama 15 (lima belas) tahun
penjara, namun dengan ancaman seberat itu, dan dengan kondisi Terdakwa saat itu
masih berusia 20 (dua puluh) tahun, Penyidik Kepolisian sengaja melanggar UU No.8
tahun 1981 tentang Hak-hak Tersangka, vide Pasal 54 s/d 56 KUHAP yang mewajibkan
Tersangka/Terdakwa harus didampingi oleh Pengacara/Penasehat Hukum, adapun di
BAP adanya tanda-tangan Penasehat Hukum bernama ‘HERY DOVID D,SH. Adalah fiktif,
karena Terdakwa mengaku secara tegas dan sadar, sama-sekali tidak mengenal dan tidak
pernah bertemu, terlebih didampingi pada saat BAP dibuat tgl.9 Mei 2022, dari hal tersebut
jelas sekali akan kentalnya sebuah rekayasa hukum dan merupakan pelanggaran HAM yang
sangat keji, maka jelas BAP tersebut cacat hukum dan patut untuk dibatalkan secara hukum.

2. Bahwa selain hal tersebut Jaksa Penuntut Umum juga dengan sengaja melanggar ketentuan
UU No.8 tahun 1981 tentang Hak-hak Terdakwa, vide Pasal 54 s/d 56 KUHAP, mengingat
pada saat sidang perdana dimulai dengan agenda/fase Pembacaan Dakwaan dan
Pemeriksaan Saksi Korban/Saksi yang memberatkan, Jaksa Penuntut Umum sama-sekali
tidak memberikan kesempatan kepada Terdakwa untuk didampingi oleh seorang
Pengacara/Penasehan Hukum in case Dakwaan tunggal, Pasal 81 Ayat (2) Perpu 1/2016,
dengan ancaman minimal 5 (lima) tahun penjara dan paling lama 15 (lima belas) tahun
penjara, maka jelas sekali akan kentalnya sebuah rekayasa hukum dan merupakan
pelanggaran HAM yang cukup berat, oleh karenanya Dakwaan dan Tuntutan Jaksa Penuntut
Umum telah melekat unsur nebis in idem secara hukum.

Bahwa dengan adanya pelanggaran-pelanggaran tersebut jelas Kami selaku Penasehat


Hukum dari Terdakwa tidak akan diam saja, namun oleh karena perkara ini masih didalam ruang-
lingkup atau kewenangan YM.Majelis Hakim dalam memeriksa dan mengadilinya, maka Kami
mohon untuk dijadikan dasar dalam memutuskan perkara ini agar Clien Kami/Terdakwa benar-
benar mendapatkan keadilan (Access to Justice) serta keadilan yang tidak memihak (Fair Trial)
dan selalu mengedepankan (Supermacy of Law) di negara yang kita cintai ini.

2
Bahwa selanjutnya Korban ‘Sella Janki Daoodad Anwar Als Sella Binti Chaerul Anwar’,
beserta seorang saksinya/ayahnya bernama ; Mohammad Chaerul Anwar Als Chaerul Anwar.
Memberikan keterangan, sesuai Surat Tuntutan Jaksa.PU. yang pada intinya ;
1. Saksi mengetahui Anak Korban adalah kekasih Terdakwa, (keterangan ini didukung penuh
oleh saksi-saksi lain baik saksi A de charge dan Terdakwa).
2. Saksi mendapat keterangan dari Anak Korban dan Terdakwa telah melakukan hubungan
suami-istri. (dengan ihtikat baik, diakui oleh Terdakwa).
3. Saksi berencana menikahkan Anak Korban dengan Terdakwa setelah Anak Korban lulus
sekolah/SMU, (keterangan ini juga diakui oleh saksi-saksi lain baik saksi A de charge &
Terdakwa, karena telah disepakati antar keluarga).
4. Saksi menerangkan Terdakwa melakukan kekerasan kepada Anak Korban, sehingga
melaporkan persetubuhan tersebut kepada kepolisian, (keterangan ini sama-sekali tidak
terbukti secara hukum, mengingat tidak adanya pengakuan kekerasan dari Saksi-saksi yang
lain ataupun Korbannya sendiri, baik didalam BAP ataupun Surat Tuntutan Jaksa. bahkan
tidak juga adanya lampiran bukti kekerasan yakni, Visum et repertum, maka dengan adanya
alasan Kekerasan ataupun Ancaman, petut untuk ditolak secara hukum).

Saksi A de charge ;
1. Dwi Priyono, pada intinya menerangkan, Saksi mengetahui Terdakwa dengan Korban akan
menikah, Saksi mengetahui karena Ayah Terdakwa meminjam uang kepada Saksi untuk
membayar Dekor dan Rias pengantinnya.
2. Dian Eka Kristiyani, menerangkan, Saksi mengetahui Terdakwa dengan Korban
berpacaran/sepasang kekasih, Saksi juga sebagai Kakak Terdakwa yang dimintai tolong
untuk mengurus persiapan pernikahan Terdakwa saat setelah Korban lulus sekolah di bulan
Juli 2022. Saksi juga menerangkan Terdakwa sangat mencintai Korban dan takut kehilangan
Korban, hingga jauh-jauh sebelumnya, Terdakwa mau bekerja dan menabung.

Bahwa keterangan kedua Saksi A de charge tersebut sangat Kredibel dengan keterangan
Ayah Korban yang menyatakan bahwa, Terdakwa dan Korban berpacaran dan akan menikahkan
Korban dengan Terdakwa setelah Korban lulus sekolah/SMU, (dibulan Juli 2022).

Bahwa Terdakwa didalam persidangan/baru didampingi oleh Kami/Penasehat Hukumnya,


menyatakan secara tegas, tidak pernah memberikan keterangan di dalam BAP yang intinya ;

- Bahwa awalnya pada bulan Mei 2021 sekitar jam 23.00Wib bertempat disebuah penginapan
daerah Jalan Lingkar Kecamatan Kalipuro Kabupaten Banyuwangi Anak Korban telah
melakukan berhubungan badan dengan Terdakwa yang dilakukan dengan cara awalnya
terdakwa memberikan minum aqua kepada anak korban tidak lama kemudian anak korban
merasakan pingsan lalu anak korban tidur diatas kasur, selang beberapa lama kemudian anak
korban terbangun dan melihat terdakwa menindih badan anak korban serta menggerakan alat
kelaminnya maju mundur kurang lebih selama 2 (dua) menit lalu alat kelaminya dilepaskan dari
liang kemaluan hingga mengeluarkan sperma. (keterangan ini telah dicabut oleh Terdakwa
secara tegas dan sadar, saat didalam persidangan, dan Terdakwa mengakui memang
dibulan, tahun dan tempat itu adalah awal-mula Terdakwa menggauli Korban, akan tetapi, itu
semua atas ajakan/kemandirian dari Korban sendiri, mengingat Korban yang melepas
celananya sendiri dan saat itu Korban juga bersetubuh dengan mengambil posisi
diatas/menindih Terdakwa, serta Korban juga sempat berpindah posisi nungging/profesional,
selanjutnya, Terdakwa juga menyampaikan, saat memasukan alat kelaminya kelubang vagina
Korban, Korban sama-sekali tidak merintih/merasakan kesakitan/tidak perawan, terkesan
menikmatinya), akan tetapi yang sangat mengherankan, Jaksa.PU. masih menuangkan
3
keterangan itu kedalam Surat Tuntutanya, tentu hal itu menimbulkan tanda tanya besar, ada
apa dengan Jaksa.PU hingga melakukan hal seperti ini kepada Terdakwa ?

Bahwa secara hukum, yang menjadi pedoman surat Tuntutan adalah hasil didalam
persidangan, agar Kita dapat mengetahui fakta-fakta hukum yang sebenarnya terjadi, bukan
hanya didasari BAP dari kepolisian, sebagaimana alasan hukum dari Tuntutan Jaksa.PU, Karena
bilamana hanya didasari dari BAP saja, lalu untuk apa kita adakan Persidangan ini, kalau tidak
mencari fakta-fakta hukum yang sebenarnya terjadi.

Bahwa pada dasarnya Terdakwa mengakui kejadian persetubuhan/perbuatan cabul


tersebut namun perbuatan itu tidak diawali adanya bujuk-rayu/tekanan, karena saat
kejadian ditahun 2021, Terdakwa masih berusia 19 (sembilan belas) tahun dan Korban 17
(tujuh belas) tahun, sama-sama belum dewasa atau cakap hukum sesuai Pasal 330 KUHP,
maka perbuatan tersebut, murni karena adanya HUBUNGAN KEADAAN (Pacaran) yang
terjalin sejak tahun 2019, dan juga diketahui oleh masing-masing orang-tua/keluarga,
adapun kesepakatan menikah, itu timbul setelah beberapa bulan kejadian persetubuhan terjadi,
dan kesepakatan menikah justru dari inisiatif Ayah Korban, karena hubungan Terdakwa dengan
Korban cukup lama dan kebiasaan saling mencintai, rencana menikah itupun juga telah mendapat
izin dan restu dari orang-tua/seluruh keluarga Terdakwa. In case Keterangan Ayah Korban yang
menyatakan akan menikahkan Korban dengan Terdakwa, setelah Korban lulus sekolah/SMU.

Bahwa untuk itu, Kamipun tidak ingin mengulang atau mencatat kembali seluruh keterangan
saksi-saksi tersebut secara rinci, karena Kami percaya telah dicatat secara baik oleh Panitera
dalam perkara ini, namun untuk menunjang Nota Pembelaan (Pledoi) & Nota Keberatan (Eksepsi)
ini, kami hanya mengungkapkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan ini yang sangat
krusial, baik dari hasil keterangan saksi maupun berdasarkan bukti-tertulis, maka kami akan
hubungkan dengan Pasal 185 ayat 1 KUHAP, yaitu keterangan saksi sebagai alat bukti adalah
keterangan yang diberikan didalam persidangan.

Bahwa selanjutnya, lewat kesempatan yang berharga ini, perkenankan Kami sebagai
Penasehat Hukum Terdakwa, menyampaikan segala permohonan maaf Terdakwa dari lubuk
hatinya yang paling dalam jika dalam proses persidangan ini Terdakwa atas segala ucapan dan
sikap Terdakwa yang tidak berkenan dihati dan perasaan, baik pada Bpk.Jaksa.PU dan Bpk Ketua
dan Bpk-bpk Majelis Hakim. Semoga dengan demikian, tidak ada persangkaan mengenai diri
Terdakwa sebagai tersalah sebelum adanya keputusan hukum yang bersifat tetap dan mengikat.

IV. ANALISIS YURIDIS & EKSEPSI

Bahwa menurut pendapat Kami, jelas perbuatan Terdakwa tidak secara lengkap memenuhi
unsur-unsur dalam Pasal 81 ayat (2) Perpu 1/2016, justru lebih jelas dan relevan pada unsur-
unsur dalam Pasal 293 ayat (1) KUHP, oleh karenanya kami secara tegas berpendapat bahwa
Terdakwa tidak dapat dihukum dengan Pasal sebagaimana Surat Dakwaan & Tuntutan tunggal
dari Jaksa.PU, mengingat, berdasarkan fakta-fakta yang terungkap didalam persidangan baik
keterangan Terdakwa dan bukti-bukti itu sendiri, sebagai berikut ;

1. Bahwa Terdakwa dengan Korban, adalah pasangan muda-mudi/sama-sama dibawah umur


yang sedang dimabuk cinta, sehingga pada tahun 2019 keduanya mendeklarasikan cintanya
dengan berpacaran sebagaimana umumnya muda-mudi memadu kasih, in case, keadaan
jaman now yang menuntut anak-anak dibawah umur bergaya seperti orang dewasa.

2. Bahwa dengan kedekatan yang dirajut sejak 2019 tersebut, dan kurangnya pendidikan dan
pengawasan dari orang-tuanya, sehingga atas ketidak dewasaan & ketidak tahuannya, atau
4
karena adanya hubungan keadaan/pacaran (kedekatan spesial), terjadilah tindak
persetubuhan, sebagaimana yang telah terungkap dipersidangan ini, in case, karena para
orang tua yang sibuk sendiri tanpa mau memperhatikan tumbuh-kembang anak-anaknya.

3. Bahwa setelah persetubuhan, sesuai pengakuan dari Terdakwa tersebut, Ayah Korban
berinisiatif menikahkan Korban dengan Terdakwa, setelah Korban lulus sekolah/SMU, hal
tersebut juga disepakati oleh Terdakwa beserta orang-tua/keluarga Terdakwa, vide,
pengakuan Ayah Korban pada BAP dan didalam persidangan/surat Tuntutan Jaksa.PU.

4. Bahwa atas kesepakatan menikah tersebut, Terdakwa mulai bekerja dan menabung untuk
memenuhi kebutuhan pernikahannya, bahkan ATM/Tabungan Terdakwa saat itu
dikuasai/dikelola Korban, selain itu, vide bukti terlampir ;
- Bukti pembelian Cincin seberat 3,18gr, harga Rp.1.400.000,- a/n pembelinya, Korban,
tertanggal 29/12/2021.
- Bukti pembelian Cincin seberat 3,15gr, harga Rp.1.390.000,- a/n pembelinya, Korban,
tertanggal 29/12/2021.
- Bukti Pembayaran/Tanda-jadi sewa Dekorasi dan Rias pengantin senilai Rp.5.000.000,-,
tertanggal 13 Januari 2022.

5. Bahwa, tanpa disangka-sangka pada bulan April 2022 Terdakwa ditangkap pihak Kepolisian
dari Polresta Banyuwangi, atas pengaduan Ayah Korban, dengan alasan
pencabulan/persetubuhan dibawah-umur dan menganggap Terdakwa tidak mau menikahi
Korban, in case, Ayah Korban telah mengetahui persetubuhan tersebut sejak tahun 2021,
dan Ayah Korban juga yang berinisiatif menikahkan Korban dengan Terdakwa setelah
Korban lulus sekolah/SMU, hal tersebut telah disepakati Terdakwa dan keluarga Terdakwa,
in case Korban baru dapat dikatakan lulus sekolah/SMU pada kisaran bulan Juni-Juli 2022.

Bahwa oleh karenanya sangat jelas sekali dan sangatlah patut, serta beralasan secara
hukum, Terdakwa dihukum/dipidana sesuai unsur-unsur pada Pasal 293 ayat (1) KUHPidana,
yang berbunyi : “Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang, menyalah
gunakan pembawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan penyesatan sengaja
menggerakkan seorang belum dewasa dan baik tingkahlakunya untuk melakukan atau
membiarkan dilakukan perbuatan cabul dengan dia, padahal tentang belum kedewasaannya,
diketahui atau selayaknya harus diduganya, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun”. Tentu YM.Majelis Hakim lebih mudah memberikan pertimbangan pada unsur-unsur
tersebut karena telah sesuai dengan fakta-fakta didalam persidangan, yakni adanya ;
- Barang Siapa, dalam hal ini adalah Terdakwa.
- Hubungan keadaan, dalam hal ini Terdakwa dengan Korban berpacaran sejak 2019.
- Seseorang belum dewasa, dalam hal ini sama-sama belum dewasa / dibawah umur.
- Membiarkan dilakukan perbuatan cabul dengan dia, dalam hal ini terjadinya persetubuhan
karena adanya kemandirian/hubungan keadaan/pacaran, antara Terdakwa dengan Korban

Bahwa dengan demikian telah terpenuhinya seluruh unsur-unsur dalam Pasal 293 ayat (1)
KUHPidana tersebut, bila dibandingkan dengan Dakwaan & Tuntutan Jaksa.PU. dengan Pasal 81
Ayat (2) Perpu 1/2016 yang berbunyi : “Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku pula bagi setiap Orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian
kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain”,
oleh karenanya kami pertimbangkan unsur-unsurnya sebagai berikut ;
- Setiap Orang, dalam hal ini Terdakwa.
5
- Sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, Jaksa.PU. menganggap pada
intinya, persetubuhan terjadi karena Korban dengan Terdakwa menjalin hubungan sebagai
pacar, dan Terdakwa berjanji/mengatakan akan menikahi Korban, faktanya benar Korban
dengan Terdakwa menjalin hubungan sebagai pacar, namun Terdakwa tidak pernah
berjanji/mengatakan akan menikahi Korban pada saat akan melakukan hubungan tersebut,
justru rencana pernikahan terjadi karena inisiatif dari Ayah Korban, yang telah mendapat
persetujuan dari Terdakwa dan Ayah/keluarga Terdakwa, vide, pengakuan/keterangan Ayah
Korban pada BAP, dan Persidangan/surat Tuntutan Jaksa.PU. in case Terdakwa masih
dibawah umur yang tidak sepatutnya di Dakwa dan di Tuntun dengan Pasal 81 Ayat (2)
Perpu 1/2016, vide selisih usia Terdakwa dengan Korban 2 (dua) tahun, maka jelas
Terdakwa dengan Korban berpacaran murni karena cinta, bukan janji-janji Terdakwa.

Bahwa persoalannya sekarang, apakah Terdakwa dapat dipersalahkan melakukan tindak


pidana yang diDakwaan dan diTuntutkan oleh rekan Jakasa Penuntut Umum?

Bahwa sehubungkan dengan hal tersebut, izinkanlah kami mengutip beberapa contoh kasus
dengan peristiwa hukum yang sama (Terdakwa berPacaran dengan Korbannya), yakni penerapan
Majelis Hakim dari beberapa Putusan Pengadilan Tingkat Pertama, yang telah nikracht, yakni ;

1. Putusan Pengadilan Negeri Pematangsiantar, Perkara No.295/Pid.B/2021/PN.Pms.


a/n.Terdakwa: Handika Satria als Dika, 22 (dua puluh dua) tahun, Korban: Putri Andreani
Lestari, 19 (sembilan belas) tahun. Dan Terdakwa terbukti melanggar Pasal 293 ayat (1)
KUHP, dengan menjatuhkan Pidana 2 (dua) tahun & 6 (enam) bulan.

2. Putusan Negeri Sibolga, Perkara No.409/Pid.B/2021/PN.Sbg. a/n.Terdakwa: Marlundu Luban


Tobing, 30 (tiga puluh) tahun, Korban berusia 18 (delapan belas) tahun. Dan Terdakwa
terbukti melanggar Pasal 293 ayat (1) KUHP, dengan menjatuhkan Pidana 2 (dua) tahun & 8
(delapan) bulan.

3. Putusan Pengadilan Negeri Jambi, Perkara No.234/Pid.B/2021/PN.Jmb. a/n.Terdakwa: Teluk


Rendah Ilir, 20 (dua puluh) tahun, Korban berusia 17 (tujuh belas) tahun. Dan Terdakwa
terbukti melanggar Pasal 293 ayat (1) KUHP, dengan menjatuhkan Pidana 2 (dua) tahun & 6
(enam) bulan

Bahwa tentu masih banyak putusan-putusan Pasal 293 ayat (1) KUHP yang dapat dijadikan
pedoman YM.Majelis Hakim dalam memutus perkara ini, karena fakta-fakta & posisi hukumnya
juga sama persis seperti yang Kita tangani atau dihadapi oleh Terdakwa didalam perkara ini.

Bahwa oleh karena secara Yuridis surat Dakwaan Jaksa.PU tidak dapat dipertahankan lagi,
karena adanya kekeliruan dalam melakukan penerapan pasal serta pertimbangannya, terlebih
adanya pelanggaran Ham sebagaimana Pasal 54 s/d 56 KUHAP, dan mungkin adanya
keberpihakan, sehingga begitu kejam menuntut Terdakwa dengan Pasal 81 Ayat (2) Perpu 1/2016,
mengingat saat itu usia Terdakwa masih 19 (sembilan belas) tahun atau belum dewasa, usia
dimana Terdakwa layak menjadi anak dari Bpk.Jaksa.PU, apakah bila hal ini menimpa anak dari
Bpk.Jaksa.PU. apakah Bpk.Jaksa.PU, merasa setimpal anaknya dihukum 8 (delapan) tahun lebih?

Bahwa berdasarkan analisa hukum yang telah Kami lakukan terhadap surat Dakwaan
maupun surat Tuntutan, atau sebagaimana uraian Kami, maka sangatlah cukup dan patut agar
tuntutan dari Jaksa.PU dinyatakan batal demi hukum dan tidak sah secara hukum. Oleh
karenanya Tuntutan Jaksa.PU tidak dapat dikabulkan, maka secara hukum Terdakwa harus
dibebaskan dari seluruh Dakwaan (Vrijspraak) sesuai pasal 191 ayat (1) KUHAP atau setidak-
tidaknya melepaskan Terdakwa “Akbar Galang Prayoga Alias Galang Bin Sambiyono” dari
segala Tuntutan hukum (onstlaag van alle rechtvervolging) sesuai pasal 191 ayat (2) KUHAP.
6
V. PERMOHONAN & PENUTUP.

Yth.Ketua dan Para Yth.Majelis Hakim yang Kami hormati,


Yth.Jaksa Penuntut Umum yang Kami hormati, serta
Persidangan ini yang Kami mulyakan.

Bahwa berdasarkan dalil-dalil didalam Nota Pembelaan dan Nota Keberatan (pledoi &
eksepsi) ini telah selasai kami uraikan satu persatu, dimana pada kesimpulan ini telah juga Kami
jelaskan berdasarkan fakta persidangan perbutan yang dilakukan Terdakwa “tidak terbukti secara
sah dan meyakinkan melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang telah diDakwakan dan
diTuntutan Jaksa.PU”.

Bahwa dengan segala kerendahan hati, Kami selaku Penasehat Hukum Terdakwa, mohon
kehadapan YM.Majelis Hakim yang mengadili perkara ini tentunya dengan memperhatikan
ketentuan Undang-undang, berkenan memutus yang amar putusannya sebagai berikut ;

1. Menerima dan mengabulkan Nota Pembelaan dan Nota Keberatan, (Pledoi & Eksepsi)
Terdakwa “Akbar Galang Prayoga Alias Galang Bin Sambiyono”

2. Menyatakan seluruh Dakwaan dan Tuntutan Jaksa Penuntut Umum, terhadap Terdakwa
“Akbar Galang Prayoga Alias Galang Bin Sambiyono” adalah Batal Demi Hukum (Nietig).
3. Membebaskan Terdakwa “Akbar Galang Prayoga Alias Galang Bin Sambiyono” dari
seluruh Dakwaan (Vrijspraak) sesuai pasal 191 ayat (1) KUHAP atau setidak-tidaknya
melepaskan Terdakwa “Akbar Galang Prayoga Alias Galang Bin Sambiyono” dari segala
Tuntutan hukum (onstlaag van alle rechtvervolging) sesuai pasal 191 ayat (2) KUHAP.

4. Membebaskan dan atau mengeluarkan Terdakwa “Akbar Galang Prayoga Alias Galang Bin
Sambiyono” dari tahanan.

5. Membebankan biaya perkara kepada Negara.


Atau
6. Bilamana YH.Majelis Hakim berpendapat lain, kami mohon putusan yang seadil-adilnya (ex
aequo at bono) dengan tetap menjunjung tinggi hak-hak dasar (azasi) & hal-hal yang
meringankan dari Terdakwa sebagai manusia dan dalam sistem peradilan yang adil, tentunya
dengan memberikan putusan yang patut dan seringan-ringannya.

Demikianlah Nota Pembelaan dan Nota Keberatan (Pledoi & Eksepsi) disampaikan dalam
Persidang ini, atas perhatiannya kami Penasehat Hukum Terdakwa menyampaikan terima kasih.

Banyuwangi, 05 Oktober 2022.


Penasehat Hukum Terdakwa

SIGIT WAHYUWIDODO.SH. ROEDI HARIYADI.SH.

WAHYU NOGO PRATOLO.SH. M.RUDY SALIM.SH.


7

Anda mungkin juga menyukai