Nim : 2019200002
Kelas :E
1) Issue/Masalah Hukum
Seorang tersangka dan keluarganya tersebut yang baru tiba di Bandara Cengkareng
dari Saudi tidak melakukan kewajiban isolasi mandiri dengan alasan yang pertama
yaitu, dengan tidak diberi tahu terkait kewajiban tersebut dan mengaku tidak
mendapat pemeriksaan kesehatan. Lalu akibatnya, pada saat kepulangan tersangka
juga terjadi kerumunan di Bandara Cengkareng hingga rumahnya di kawasan
Petamburan. Kemudian alasan kedua yaitu Tersangka mengadakan pernikahan
putrinya sekaligus perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang juga didatangi
banyak orang dan kembali menimbulkan kerumunan.
Karena hal tersebut Tersangka dikenai denda sebesar Rp 50.000.000 karena terjadi
pelanggaran protokol kesehatan. Tersangka mengaku mendapatkan teror di rumahnya
dengan didatangi oleh Pasukan Koopsus TNI. Tersangka dan Istri melakukan Swab
Antigen dan mendapatkan hasil reaktif, maka dari itu ia diwajibkan untuk melakukan
perawatan di RS UMMI Bogor. Perawatan tersebut dilakukan secara rahasia guna
tidak menimbulkan kehebohan di tengah masyarakat. Tersangka memohon izin
kepada RS UMMI untuk pulang dan melanjutkan perawatan di rumah. Namun
tersangka mendapatkan kabar bahwa Hasil Test PCR tersangka positif dan diwajibkan
untuk melakukan isolasi mandiri di bawah pengawasan Tim Mer-C.
3) Facts/Fakta Hukum
Tindakan seorang tersangka tersebut seperti yang telah disebutkan sebagaimana dari
penjelasan kasus di atas, telah memenuhi unsur-unsur Pasal Pasal 93 UU No. 6 Tahun
2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan dan Pasal 14 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1984
tentang Wabah Penyakit Menular. Pasal tersebut melarang untuk melakukan sesuatu
atau melakukan kegiatan yang terkait dengan penyelenggaraan kekarantinaan
kesehatan (dalam hal ini tersangka tidak isolasi mandiri selama 14 hari setelah pulang
dari Saudi ke Indonesia, yang juga tersangka menggelar pernikahan dan acara resepsi
putrinya pada saat Pandemi Covid-19, serta Acara Maulid Nabi Muhammad SAW
yang dihadiri banyak orang) dan melakukan tindakan yang dianggap menghalangi
pelaksanaan terkait penanggulangan wabah penyakit yang dalam hal ini dalam kondisi
Pandemi Covid-19.
4) Analysis/Analisis Hukum
Tindakan yang tidak mematuhi peraturan pemerintah terkait dengan Kekarantinaan
Kesehatan dapat dipidana. Hal ini sudah disebutkan diatas berdasarkan Pasal 93 UU
No. 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan dan Pasal 14 ayat (1) UU No. 4
Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
Jaksa penuntut umum (JPU) menuntut Tersangka dengan pidana penjara 10 bulan dan
denda Rp 50.000.000 dalam kasus dugaan pelanggaran kekarantinaan kesehatan di
Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Ia merupakan terdakwa tunggal dalam
perkara ini.
Sesuai Pasal 9 UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, tiap orang
wajib mematuhi penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan. Sementara itu,
Tersangkatetap berkukuh menyelenggarakan kegiatan di pondok pesantren di pada 13
November 2020 dan secara sengaja memberitahukan kedatangannya kepada publik.
Pasal 14 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular :
“Barangsiapa dengan sengaja menghalangi pelaksanaan penanggulangan wabah
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini, diancam dengan pidana penjara
selama-lamanya 1 (satu) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp. 1.000.000,-
(Satu Juta Rupiah).”
Sehingga berdasarkan kedua pasal tersebut, maka tersangka sudah memenuhi unsur-
unsur untuk dikenakan pidana terkait dengan kekarantinaan kesehatan. Di
lapangannya, tersangka sudah memenuhi unsur-unsur Pasal 93 UU No. 6 Tahun 2018,
serta sudah pula memenuhi unsur-unsur di dalam Pasal 14 ayat (1) UU No. 4 Tahun
1984 tersebut, sebab tersangka telah menyebabkan kerumunan dikala situasi Pandemi
Covid-19 dan menghalangi pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah dalam hal
penanggulangan wabah penyakit menular. Ketentuan kedua pasal tersebut tampaknya
sudah relevan jika dijadikan dasar untuk menuntut tersangka yang sudah melakukan
pelanggaran kekarantinaan kesehatan.
Terhadap pelanggaran Pasal 93 UU No. 6 Tahun 2018 dapat dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Sementara untuk pelanggaran Pasal 14 ayat (1)
UU No. 4 Tahun 1984 dapat diancam dengan pidana penjara selama-lamanya 1 (satu)
tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp. 1.000.000,- (Satu Juta Rupiah).
5) Conclusions/Kesimpulan
Berdasarkan analisis hukum tersebut di atas, kami sebagai konsultan hukum
menyimpulkan, terdapat cukup alasan dan dasar hukum untuk menuntut hal yang
dilakukan oleh tersangka sehubungan dengan Kekarantinaan Kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah. Selain terdapat dasar hukum di dalam Pasal 93 UU
No. 6 Tahun 2018 dan Pasal 14 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1984, juga ada preseden
kasus serupa yang telah diputuskan dan dihukum pelakunya oleh Hakim Pengadilan
Negeri.
Berdasarkan kasus tersebut seperti halnya telah dijelaskan diatas dan berdasarkan
kesimpulan yang telah dipaparkan, maka kami sebagai konsultan hukum
menyarankan bahwasanya, terdapat cukup alasan dan dasar hukum untuk melaporkan
kegiatan yang dilakukan oleh Tersangka sehubungan dengan beberapa pelanggaran
protokol kesehatan yang telah dilakukan.