Anda di halaman 1dari 15

TANGGUNG GUGAT RUMAH SAKIT ATAS 86/Pdt.G/2020/ PN.

Pwt, diuraikan mengenai


KELALAIAN DIAGNOSIS PADA PASIEN COVID SERTA kronologi kejadian dan penanganan pasien atas
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR nama almarhum Hanta Novianto, bahwa tanggal 26
PENANGANANNYA 1 April 2020 jam 17.00 WIB pasien terjatuh tak
Oleh: Friscky Gilbert Mandry Polii 2 sadarkan diri di ruang tamu, kemudian pasien
Daniel F. Aling 3 dibawah ke RS. Dadi Keluarga, ditolak dengan alasan
Marthin Doodoh4 harus membawa ronsen dari Balai Pengobatan dan
Pencegahan Penyakit Paru (BP4) dan juga menolak
ABSTRAK jaminan kesehatan dari Badan Penyelenggara
Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk Jaminan Kesehatan (BPJS) setelah membawa hasil
mengetahui bagaimana bentuk tanggung gugat rosen dibawa dan sempat rebut antara keluarga
Rumah Sakit atas kelalaian diagnosis pada pasien pasien dengan pihak Rumah Sakit barulah korban
covid dan bagaimana pertanggungjawaban hukum masuk dan mendapat perawatan di ruang ICU pada
tenaga medis sebagai subjek hukum dalam jam 20.00. Besoknya tanggal 27 April 2020, keluarga
pelayanan kesehatan di rumah sakit atas kelalaian pasien dipanggil para dokter di Rumah Sakit
diagnosis pada pasien covid serta Standar kemudia pasien dinyatakan menderita penyakit
Operasional Prosedur Penanganannya, yang dengan Covid-19.
metode penelitian yuridis normatif disimpulkan: 1. Pada tanggal 28 April 2020, jam 12 WIB,
Gugatan yang diajukan pasien untuk dapat meminta keluarga Pasien yang pada saat itu menunggu di
pertanggung jawaban rumah sakit juga tertera rumah sakit dimintakan pulang. Pada saat keluarga
dalam Pasal 46 Undang-Undang Nomor 44 Tahun pasien berada di rumah sekitar jam 14.05 WIB dari
2009 tentang Rumah Sakit yang menyatakan bahwa pihak Rumah Sakit memberitahukan kepada
rumah sakit bertanggung jawab secara hukum keluarga bahwa pasien telah meninggal dunia.
(Vicarious Liability) apabila kerugian yang Keluarga menyesali bahwa almarhum Hanta
ditimbulkan dilakukan oleh tenaga kesehatan atau Novianto (pasien) tidak dimandikan, dikafani,
dokternya 2. Hubungan antara dokter dan pasien dishalatkan dan di adzankan melaikan pasien
merupakan hubungan yang sangat pribadi karena dimakamkan secara protokok Covid-19. Hingga
didasarkan atas kepercayaan dari pasien terhadap pada tanggal 15 Oktober 2020 hasil uji sampel
dokter. Hubungan ini secara khusus disebut sebagai menggunakan metode RT-PCR di laboratorium
transaksi terapeutik. Persetujuan dalam transaksi Virologi BBTKLPP Yogyakarta menyatakan bahwa
tersebut diberikan setelah pasien mendapat almarhum pasien Hanta Novianto hasilnya negatif
penjelasan secara lengkap, dan dapat diberikan baik Corona Virus Disease 19 (Covid-19). Berdasarkan
secara tertulis maupun lisan atau yang dikenal kronologi ini, maka dapat lihat bahwa pemeriksaan
dengan informed consent. Covid-19 di laboratorium Virologi memakan waktu
Kata Kunci: Hak dan Kewajiban Dokter dan Rumah sekitar 7 bulan.
Sakit; Kewajiban dan Hak Pasien; Tindakan Medis Padahal berdasarkan Keputusan Menteri
dan Perjanjian Terapeutik Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/Menkes/4642/2021 tentang
PENDAHULUAN Penyelenggaran Laboratorium Pemeriksaan Corona
A. Latar Belakang Masalah Virus Disease 2019 menyatakan bahwa wajib
Berkaitan dengan pelayanan kesehatan di menyelesaikan pemeriksaan spesimen dan
masa pandemi covid 19 dari sekian banyak berita melaporkan seluruh hasil pemeriksaan COVID-19
yang viral adalah kasus pasien yang dicovidkan, melalui aplikasi allrecord-tc19 paling lama 2 x 24
bahkan beberapa diantaranya digugat dalam jam sejak sampel diterima dengan melakukan
gugatan perdata seperti gugatan keluarga Hanta pencatatan dan pelaporan mengikuti pedoman
Novianto kepada Rumah Sakit Dadi Keluarga pengendalian dan pencegahan COVID-19;
Purwokerto yang ditujukan ke Pengadilan Negeri Sama halnya dengan gugatan Origenes Ijie
Purwokerto. 5 Dalam gugatan Nomor kepada Rumah Sakit Mutiara Sorong dan Rumah
1
Sakit Rujukan Covid karena merasa dirugikan terkait
Artikel Skripsi dengan rekam medis dan dugaan mengcovidkan
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM 18071101484
3
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum
4
Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum https://www.republika.co.id/berita/qlozcn409/keluarga-
5
Widiyatno Eko, Keluarga Gugat RS karena pasien dicovidkan, gugat-rs-karena-pasien-dicovidkan, diakses Senin 21
Harian Republika, Desember 2020, jam 2021 WIB.
pasien yakni istrinya.6 Terlebih lagi Gubernur Jawa hukum”.10 Adanya peristiwa atau tindakan hukum
Barat sempat membuat pernyataan dalam Patroli inilah yang menimbulkan terjadinya perikatan
Post.com bahwa ada rumah sakit yang sengaja antara dua belah pihak. Pasal 1233 BW menyatakan
“mengcovidkan” orang yang terpapar virus. 7 bahwa “Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena
persetujuan, baik karena Undang-undang”.
B. Perumusan Masalah Pada hakikatnya gugatan perdata memiliki
1. Bagaimana bentuk tanggung gugat Rumah dua dasar untuk diajukan pada saat mengugat suatu
Sakit atas kelalaian diagnosis pada pasien kejadian hukum yaitu wanprestasi atau perbuatan
covid ? melanggar hukum, yang merujuk pada sumber
2. Bagaimanapertanggungjawaban hukum tenaga lahirnya perikatan. Ketentuan mengenai
medis sebagai subjek hukumdalam pelayanan wanprestasi diatur dalam Pasal 1243 BW, dimana
kesehatan di rumah sakit atas kelalaian pada pasal tersebut menentukan bahwa:
diagnosis pada pasien covid serta Standar “penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak
Operasional Prosedur Penanganannya? dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai
diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan
C. Metode Penelitian lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya,
Penelitian ini menggunakan penelitian yang atau jika sesuatu yang harus diberikan atau
menggunakan penelitian hukum nomatif. dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam
tenggang waktu yang telah dilampaukannya”.
PEMBAHASAN Sedangkan ketentuan mengenai perbuatan
A. Bentuk Tanggung Gugat Rumah Sakit Atas melawan hukum diatur dalam Pasal 1365 BW yang
Kelalaian Diagnosis Pada Pasien covid menyatakan bahwa: “Setiap perbuatan yang
Tanggung jawab dalam hukum dapat melanggar hukum dan membawa kerugian pada
dibedakan menjadi dua, yakni tanggung jawab atau orang lain, mewajibkan kepada orang yang
verantwoordelijkheid dan tanggung gugat atau menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya
aansprakelijkheid. Kedua istilah tersebut sangatlah untuk mengganti kerugian tersebut”. Perkataan
berbeda, begitu pula dengan akibat hukum yang “perbuatan” sendiri dalam “perbuatan melawan
ditimbulkannya. 8 Dalam penulisan skripsi ini hukum” tidak hanya berarti positif tetapi juga
tanggung gugat yang dimaksud adalah pengertian negatif, yakni meliputi juga orang yang tidak
tanggung gugat yang berasal dari bahasa Belanda bertindak dalam suatu hal tertentu, padahal
aansprakelijkheid (atau dalam bahasa inggris menurut hukum orang itu harus berbuat sesuatu,
disebut liability). Istilah tanggung gugat di sini hal ini juga termasuk dalam perbuatan melawan
berada dalam lingkup hukum privat (perdata). 9 hukum. Perbuatan melawan hukum ini tentunya
Peter Mahmud Marzuki juga menjelaskan, akan melahirkan tanggung gugat bagi pelakunya.
bahwa:“Tanggung gugat (liability/aansprakelijkheid) Dalam pendapat Nieuwenhuis, beliau
merupakan bentuk spesifik dari tanggung jawab. menggemukakan bahwa apabila tanggung gugat
Pengertian tanggung gugat merujuk kepada posisi tersebut ditimbulkan atas kerugian yang dialami
seseorang atau badan hukum yang dipandang harus orang lain, maka tanggung gugat tersebut dapat
membayar suatu bentuk kompensasi atau ganti rugi dibedakan menjadi tiga jenis, yakni tanggung gugat
setelah adanya peristiwa hukum atau tindakan kesalahan, tanggung gugat kesalahan dengan
pembalikan beban pembuktian, dan tanggung gugat
6
Suripatty, C.A , Tak terima istri meninggal diduga dicovidkan, resiko.11
suami gugat dua RS di Sorong, INews Papua, Tanggung gugat didefinisikan sebagai
https://papua.inews.id/berita/tak-terima-istri-meninggal- kewajiban dari seseorang bisa juga badan hukum
diduga-dicovidkan-suami-gugat-2-rs-di-sorong-rp24-m, untuk menanggung ganti kerugian sebagai akibat
Diakses Rabu 22 September 2021.
7
Gubernur akui ada pasien yang dicovidkan hingga ambil cuan
dari pelanggaran norma yang dilakukan oleh
obat korona, patroli.com, seseorang bisa juga badan hukum atau oleh orang
https://www.patrolipost.com/87001/gubernura-akui-ada- lain yang berada di bawah pengawasan orang atau
pasien-dicovidkan-hingga-ambil-cuan-obat-corona/, diakses badan hukum tersebut. Perbuatan melanggar
19 Juli 2021
8
Asis Safioedin, 1979, Sejemput Tanggung Jawab Suami Istri
10
dalam Rumah Tangga, dalam Pertanggungjawaban Hukum, Ibid.
11
Fakutas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, hlm. 23. J. H. Nieuwenhuis, 1985, Pokok-Pokok Hukum Perikatan,
9
Peter Mahmud Marzuki, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, terjemahan Djasadin Saragih, Universitas Airlangga, Surabaya,
Prenada Media, Jakarta, hlm. 258. hlm. 135.
norma tersebut dapat terjadi disebabkan karena 1. Tanggungjawab terhadap personalia. Hal ini
perbuatan melawan hukum dan wanprestasi.12 berdasarkan hubungan hukum antara “majikan
Pada hakikatnya pengertian tanggung gugat - karyawan” (vicarious liability, respondeat
tidak memiliki perbedaan yang jauh dengan superior, Let the Master Answer).
tanggung jawab dalam konteks hukum. Tetapi Tanggungjawab ini dapat dikatakan bersifat
kecenderungan untuk menggunakan istilah universal dan di negara kita masih berlaku KUH
tanggung gugat dalam penulisan ini dikarenakan Perdata Pasal 1366 jo.1365 jo. 1367. Dalam
keterkaitan tanggung gugat tersebut sebagai suatu Medical Law, Kennedy dan Grubb
kewajiban ganti rugi dalam konteks hukum perdata. menggemukakan bahwa tanggung jawab
Ada dua cara untuk tanggung gugat13, yakni : rumah sakit terhadap pasien adalah :
1. Dalam dirinya sendiri, karena ia sendiri a. Memilih tenaga dokter yang kompeten
melakukan perbuatan melawan hukum dan berkualifikasi;
(tanggung gugat perorangan, Pasal 1365, 1366 b. Memberikan perintah dan melakukan
KUHPerdata). pengawasan;
2. Dalam sifat tertentu, misalnya sebagai orang c. Menyediakan fasilitas dan peralatan yang
tua, sebagai majikan, sebagai pemilik gedung baik; dan
(tangggung gugat kualitatif, Pasal 1367, 1368) d. Menentukan sistem-sistem yang
Tanggung gugat kualitatif mempunyai akibat dibutuhkan untuk jalannya keamanan
bahwa ia harus menanggung suatu kerugian di rumah sakit.
mana ia sendiri tidak mengambil bagian.14 Dalam 2. Tanggungjawab terhadap mutu perawatan/
hal ini dapat dikatakan tanggung gugat tanpa pengobatan (duty of due care). Maksud
kesalahan, bahkan tanggung gugat tanpa melawan tanggungjawab ini termasuk pemberian
hukum. Banyak pendapat tentang hal ini apakah pelayanan kesehatan, baik oleh dokter,
tanggung gugat untuk orang-orang itu merupakan maupun perawat dan tenaga kesehatan lainnya,
anggapan bersalah (Schuld vermoeden) dan asalkan harus berdasarkan ukuran standar
tanggung gugat risiko. profesi.
Anggapan bersalah adalah bahwa orang tua, 3. Tanggung jawab terhadap sarana dan peralatan.
majikan, dan guru-guru dianggap bersalah untuk Ruang lingkup tanggungjawab ini termasuk
perbuatan melawan hukum dari anak-anaknya, peralatan dasar perhotelan, perumahsakitan,
karyawannya dan murid-muridnya yang ada di peralatan medik dan lain-lain. Yang
bawah pengawasannya. Hal ini menimbulkan beban dipentingkan adalah bahwa peralatan tersebut
pembuktian yang di balik yaitu orang tua, majikan, setiap saat harus berada dalam keadaan siap-
guru dan lain-lain dapat menghindari tanggung pakai.
gugat itu dengan membuktikan bahwa ia tidak 4. Tanggungjawab terhadap keamanan bangunan
bersalah. Tanggung gugat risiko adalah orang harus dan perawatannya. Adapun maksud dari jenis
menanggung risiko untuk perbuatan yang dilakukan tanggung jawab ini adalah misalnya seperti
oleh orang lain tanpa pengecualian. Putusan Hoge bangunan yang roboh, genting jatuh sampai
Raad berkali-kali menyatakan bahwa ada hubungan mencederai orang, lantai yang licin sampai ada
yang erat antara Pasal 1367 ayat (1) dan Pasal 1365, pengunjung atau pasien yang jatuh dan terjadi
1966, hal ini mengakibatkan bahwa untuk tanggung fraktur, pasien jatuh dari tingkat atas
gugat suatu kerugian harus ada kesalahan.15 (mengingat rumah sakit sekatang banyak yang
Rumah Sakit adalah badan hukum dibangun bertingkat). Di Amerika masalah ini
penyelenggara pelayanan kesehatan juga diatur di dalam Occupier’s Liability Act,
merupakan subyek hukum pengemban hak dan sedangkan di Indonesia diatur didalam Pasal
kewajiban karenanya rumah sakit dapat dituntut 1369 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 16
secara hukum (yuridis). Tanggungjawab yuridis dari
sebuah rumah sakit mencakup : Keterkaitan tanggung jawab rumah sakit
dengan personalia mengandung tiga doktrin, yaitu :
12
J.H Nieuwenhuis, Hoofdstukken Verbintenissenrecht,
terjemahan, Universitas Airlangga, Surabaya, 1985, hlm 135
13
Purwadi Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan
16
yang Lahir dari Perjanjian dan dari Undang-Undang), CV. J.Guwandi. Dugaan Malpraktek Medik & Draft RPP;
Mandar Maju, Bandung, 1994, hlm 1. Perjanjian Terapeutik antara Dokter dan Pasien. Jakarta: Balai
14
Ibid hal 78. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006. Hal
15
Ibid hal 94 85-86.
1. Vicarious Liability atau Respondent Superior rumah sakit tidak dapat memberikan pelayanan
Prinsip utama doktrin ini adalah atasanlah yang secara baik. Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan
bertanggungjawab atas semua kerugian yang kesehatan terhadap masyarakat melibatkan dokter
ditimbulkan oleh bawahan rumah sakit, sebagai sub-ordinat ataupun mitra dalam
tanggungjawab sebagai atasan dari staf rumah menjalankan tugas pelayanan kesehatan terhadap
sakit atas tindakan bawahan rumah sakit. pasien, sehingga bila terjadi gugatan atau tuntutan
2. Hospital Liability. Menurut doktrin ini rumah dari pasien akibat kegagalan dalam pelayanan
sakit bertanggungjawab atas semua kejadian medis di rumah sakit maka rumah sakit ikut
atau peristiwa di dalam rumah sakit. Perihal bertanggung jawab.
kesalahan seorang dokter, maka Hubungan hukum antara dokter dan rumah
tanggungjawab akan diambil alih oleh rumah sakit adalah hubungan pekerjaan, yaitu dokter yang
sakit. Pihak rumah sakit kemudian akan bekerja sebagai sub-ordinat dari rumah sakit yang
menggunakan hak regresnya untuk meminta menerima gaji dari rumah sakit. Pada hubungan
ganti rugi kembali kepada dokter yang yang dijalin oleh rumah sakit dan dokter ini apabila
melakukan kesalahan tersebut. dokter sub-ordinat dari rumah sakit melakukan
3. Strict Liability Doktrin ini menganut bahwa kesalahan atau kelalaian maka dokter tersebut akan
rumah sakit bertanggungjawab atas semua dibantu oleh rumah sakit dalam ganti rugi, dengan
kejadian terlepas dari kesalahan rumah sakit catatan kesalahan atau kelalaian tersebut dilakukan
tersebut. Disini berlaku asas “Res Ipsa di lingkungan rumah sakit. Seperti yang telah
Loquitor”, yaitu fakta yang berbicara. 17 dijelaskan sebelumnya bahwa rumah sakit sebagai
Dalam hal ini rumah sakit bertanggung jawab sarana pelayanan kesehatan menanggung
secara hukum terhadap semua kerugian yang kewajiban untuk ikut bertanggung jawab jika terjadi
ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh kasus kelalaian ataupun kesalahan yang dilakukan
tenaga kesehatan di rumah sakit. Sampai saat ini, oleh dokter di lingkungan rumah sakitnya. Hal ini
belum ada peraturan perundang-undangan secara disebabkan karena hubungan kontraktual antara
khusus mengatur hubungan hukum antara dokter rumah sakit dengan pihak dokter atau pihak
dan rumah sakit. Status swasta tempat dimana kesehatan lainnya.
dokter bekerja, pertanggungjawaban hukum rumah Pertanggung jawaban rumah sakit sebagai
sakit dalam hal ini badan hukum yang memilikinya employer (pemberi kerja) dari seorang dokter yang
bisa dituntut atas kerugian yang terjadi secara baik menjadi sub-ordinat juga disebutkan dalam 1367
secara langsung sebagai pihak, pada suatu KUHPerdata. Terkait dengan Pasal 1367 Kitab
perjanjian bila ada wanprestasi maupun tidak Undang-Undang Hukum Perdata, Direktur Rumah
langsung sebagai majikan bila karyawannya Sakit ikut berbagi tanggung jawab bila ada
menurut pengertian peraturan perundang kesalahan dari dokter yang menjadi tanggung
undangan melakukan perbuatan melanggar hukum. jawabnya, hal ini disebut sebagai vicarius liability.
Selain itu hubungan hukum antara seorang Dengan prinsip ini maka rumah sakit dapat
dokter dengan Rumah Sakit dan hubungan hukum bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan
yang terjadi antara pasien dan rumah sakit bisa dokter dokternya (sub-ordinat), asalkan dapat
dibedakan dalam dua jenis perjanjian, yaitu dibuktikan bahwa tindakan dokter itu dalam rangka
Perjanjian perawatan, seperti kamar dengan melaksanakan kewajiban rumah sakit.
perlengkapannya dan perjanjian pelayanan medis, Gugatan yang diajukan pasien untuk dapat
berupa tindakan medis yang dilakukan oleh dokter meminta pertanggung jawaban rumah sakit juga
yang dibantu oleh para medik.18 tertera dalam Pasal 46 undang-undang nomor 44
Dalam pasal 32 huruf q undang-undang tahun 2009 tentang rumah sakit yang menyatakan
nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit secara bahwa rumah sakit bertanggung jawab secara
jelas mengatakan bahwa pasien memiliki hak untuk hukum apabila kerugian yang ditimbulkan dilakukan
menggugat dan menuntut rumah sakit apabila oleh tenaga kesehatan atau dokternya. Dalam hal
ini rumah sakit yang dipimpin oleh Direktur ikut
17
bertanggung jawab terhadap kelalaian atau
Amir Ilyas.Pertanggungjawaban Pidana Dokter dalam kesalahan yang dilakukan oleh dokter kepada
Malpraktek medik di Rumah Sakit. Yogyakarta: Rangkang
Education. 2014.Hal 42. pasien.
18
Muhamad Sadi Is. Etika Hukum Kesehatan; Teori dan Apabila pasien menggunakan ranah hukum
Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group. 2015. sebagai cara penyelesaiannya maka rumah sakit
Hal 110-111
juga dapat dikatakan melakukan perbuatan menolong dirinya, disertai nformasi mengenai
melanggar hukum sebagaimana yang diatur dalam segala resiko yang mungkin terjadi.”21
1367 KUHPerdata, dengan alasan karena kesalahan Informed Consent sebagai sebuah hubungan
yang dilakukan oleh dokter adalah dalam hukum perjanjian terapeutik, maka kedudukan
kapasitasnya sebagai tenaga medis rumah sakit dan dokter dan pasien adalah setara yakni masing-
dokter juga melaksanakan kewajibannya atas nama masing bertindak sebagai subyek hukum yang
rumah sakit. Terhadap kesalahannya rumah sakit memiliki hak dan kewajiban. Kewajiban dokter
sudah sepantasnya dapat juga merupakan hak yang harus diterima oleh pasien dan
dipertanggunggugatkan. sebaliknya kewajiban pasien merupakan hak yang
Dalam kasus gugatan istri pasien Hanta harus diterima oleh dokter atau pihak rumah sakit.
Novianto terhadap Rumah Sakit Dadi Keluarga Suatu hubungan disebut sebagai hubungan hukum
Purwokerto di Pengadilan Negeri Purwokerto, apabila hubungan tersebut diatur oleh hukum dan
keluarga pasien merasa dirugikan terhadap akibat yang ditimbulkan juga diatur oleh hukum.
penanganan Rumah sakit. Pasien Hanta Novianto Proses terjadinya suatu penanda-tanganan
oleh Rumah Sakit Dadi Keluarga Purwokerto formulir Informed Consent dapat dibagi dalam 3
dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh dengan (tiga) fase22, yaitu: pertama saat di mana seorang
hasil kesimpulan pasien dengan status PDP (Pasien pasien atas nama Hanta datang ke rumah sakit Dadi
Dalam Pengawasan). 19 Namun belakangan keluarga untuk berobat. Dengan datangnya sang
berdasarkan hasil uji sampel dari laboratorium pasien secara sukarela ke tempat itu, maka dapat
virologi di Yogyakarta dan hasilnya Hanta ditarik kesimpulan bahwa pasien itu sudah
dinyatakan negatif COVID-19.20 memberikan persetujuannya (consent) untuk
Menganalisa kasus diatas, hubungan pasien dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan yang biasa
Hanta Novianto dan Rumah Sakit Dadi Keluarga dilakukan. Dalam melakukan tindakan pemeriksaan
maupun hubungan Rumah Sakit dengan dokter yang yang biasa dan umum dilakukan secara yuridis
menangani pasien Hanta Novianto adalah sebuah dianggap sudah ada Implied Consent, sehingga tidak
hubungan perdata yang menekankan pelaksanaan bisa dituduh telah melakukan pelanggaran terhadap
hak-hak dan kewajiban kewajiban masing-masing privacy seseorang atau dituduh melakukan assault
pihak secara timbal balik. Dikatakan demikian and battery (suatu tindakan yang bersifat
karena dasar dari hubungan tersebut adalah kriminal). 23 Kedua ,pada saat pasien duduk
kesepakatan antara pasien, rumah sakit dan dokter. berhadap dengan dokter dan sang dokter mulai
Kesepakatan untuk melakukan tindakan medis mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang
tersebut dikenal dengan informed consent. riwayat penyaktinya (anamnesis) serta membuat
Informed artinya telah di beritahukan atau telah catatan pada Kartu Pasien (Rekam Medik). Pada
disampaikan atau telah diinformasikan. Concent tahap ini pasien mulai mengungkapkan rahasiannya
artinya persetujuan yang diberikan kepada kepada dokter dan pada saat itu dapat dikatakan
seseorang untuk berbuat sesuatu. Secara istilah sudah mulai ada hubungan dokter-pasien. Tahap
informed concent dapat diartikan sebagai ketiga, saat di mana dokter sudah mulai melakukan
persetujuan yang diberikan pasien kepada dokter pemeriksaan (yang mungkin masih akan ditambah
setelah pasien menerima penjelasan. Pengertian dengan pemeriksaan tambahan pemeriksaan
informed concent juga diartikan D. Veronica laboratorium, atau juga lain-lain pemeriksaan
Komalawati, sebagai berikut: “Yang dimaksud apabila diperlukan sebagai penunjang penegakan
dengan Informed Concent adalah suatu diagnosis dan pemberian terapinya. Dokter juga
kesepakatan/persetujuan pasien atas upaya medis akan menulis resep dan juga menjelaskan larangan-
yang dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, larangannya atau mungkin juga anjuran untuk
setelah pasien mendapatkan informasi dari dokter mempercepat penyembuhannya, misanya
mengenai upaya medis yang dapat dilakukan untuk dianjurkan untuk berolah raga sedikit.

19 21
Keterangan yang diberikan Listya Tanjung sebagai Direktur RS. D. Veronica Komalawati, Hukum dan Etika Dalam Praktik
Dadi Keluarga Purwokerto, detiknews, "Hakim Tolak Gugatan Kedokteran, PT. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1989, hlm 86.
22
Rp 5 Miliar di Kasus Pasien Meninggal 'Di-COVID-kan' J. Guwandi, Tindakan Medik dan Tanggung Jawab Produk
https://news.detik.com/berita/d-5613354/hakim-tolak- Medik, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
gugatan-rp-5-miliar-di-kasus-pasien-meninggal-di-covid-kan Indonesia, Jakarta, 1993, hlm 63.
20 23
Ibid. Ibid hlm 62
Ada 4 (empat) komponen yang terkandung di Dalam arti proses komunikasi tersebut tidak disertai
dalam informed consent, yaitu pertama pasien dengan informasi yang jelas tentang pemeriksaan
harus mempunyai kemampuan (capacity or ability) laboratorium yang berkaitan dengan Covid-19,
untuk mengambil keputusan. Kedua baik Rumah misalnya berapa lama hasil pemeriksaan
Sakit Dadi Keluarga maupun Dokter harus memberi laboratorium yang berkaitan dengan Covid-19
informasi mengenai tindakan yang hendak diperoleh hasilnya, penjelasan bagaimana
dilakukan, pengetesan, atau prosedur, termasuk di penanganan pasien dalam pengawasan (PDP) dan
dalamnya manfaat serta risiko yang mungkin juga penjelasan aturan-aturan hukum yang
terjadi. Terlebih dalam kasus Pasien atas nama berkaitan dengan penanganan pasien dalam
Hanta ini harus menjalani pemeriksaan pengawasan (PDP).
laboratorium yang berkaitan dengan tes Covid-19 Sehingga informasi yang kurang jelas tersebut
baik itu prosedur, manfaat bahkan situasi terburuk mengakibatkan keluarga pasien atas nama Hanta
yang mungkin dapat terjadi. Sehingga jauh merasa dirugikan. Seandainya, informasi yang
sebelumnya pasien maupun keluarga pasien dapat diberikan oleh Rumah Sakit Dadi Keluarga jelas dan
mempersiapkan segalanya termasuk kesiapan terperinci kepada keluarga pasien tentang
mental dalam menghadapi situasi terburuk. Kedua, bagaimana proses pemeriksaan laboratorium yang
pasien harus memahami informasi yang diberikan. berkaitan dengan Covid-19, tentang jangka waktu
Ketiga pasien harus secara sukarela memberikan pemeriksaan tersebut, tentang penanganan pasien
izinnya, tanpa adanya paksaan atau tekanan.24 dalam pengawasan, tentang penanganan pasien
Suatu kesepakatan atau pertemuan kehendak dalam pengawasan pada situasi terburuk (dalam hal
dari para pihak yang terlibat dalam perjanjian tidak ini meninggal), panduan yang berkaitan dengan
terjadi secara spontan, melainkan melalui suatu prosedur yang harus dijalankan (SOP atau Standar
proses penjelasan dan pemberian informasi Operasional Prosedur) jika pasien dalam
mengenai hal-hal apa yang dikehendaki oleh pengawasan meninggal dunia, juga tentang dasar
masing-masing pihak yang sekiranya dapat diterima hukum serta kebijakan yang berkaitan dengan
oleh pihak yang lainnya. Dalam hal ini terjadi dialog penanganan pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-
atau negosiasi yang berlangsung secara seimbang, 19 dapat dijelaskan atau dikomunikasikan secara
maka ketika terjadi suatu kesepakatan, maka jelas dari pihak rumah sakit ataupun dokter kepada
kesepakatan tersebut adalah kesepakatan bersama. pasien maka kemungkinan gugatan keluarga pasien
Kesepakatan bersama inilah yang kemudian Hanta tidak akan diajukan ke Pengadilan Negeri
menjadi dasar perikatan diantara para pihak yang Purwokerto.
kemudian berlaku sebagai undang-undang diantara Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa
mereka. setiap tindakan kedokteran dalam sebuah rumah
Sepakat atas tindakan medis antara dokter sakit yang akan dilakukan oleh dokter harus
dan pasien di suatu rumah sakit, seharusnya melalui mendapatkan persetujuan dari pasien25 Persetujan
suatu proses dialog atau negosiasi yang seimbang tersebut diberikan oleh pasien setelah
antara yang dikehendaki oleh dokter untuk mendapatkan penjelasan yang cukup dari dokter
dilakukan pasien dan yang dikehendaki oleh pasien yang akan melakukan tindakan medis tersebut26.
untuk dilakukan dokter. Timbulnya kata sepakat Pemberian penjelasan oleh dokter kepada pasien
diantara diantara mereka menjadi dasar hukum bagi sekurang-kurangnya mencakup diagnosis dan tata
dokter dalam melakukan suatu tindakan medis cara tindakan medis; tujuan tindakan medis yang
kepada pasien dan sebaliknya menjadi dasar hukum dilakukan; alternatif tindakan lain dan risikonya;
bagi pasien untuk membayar segala biaya dan jasa risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
pelayanan atas tindakan medis yang diterimanya. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan 27 .
Dalam hal informed consent jika dikaitkan Dalam kasus ini satu hal yang perlu
dengan catatan medis pasien atas nama Hanta, dipertimbangkan bahwa belum ada hasil
maka dapat dikatakan informasi yang diberikan oleh pemeriksaan laboratorium yang berkaitan dengan
rumah sakit melalui dokter ataupun tenaga medis Covid-19 atas nama pasien Hanta. Namun, tujuh
yang bekerja pada rumah sakit Dadi Keluarga tidak
melalui proses komunikasi / dialog yang seimbang. 25
Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Parktek Kedokteran dan Kedokteran Gigi, pasal
24
J. Guwandi, Hukum Medik (Medical Law), Balai Penerbit 45 ayat (1).
26
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2004, hlm Ibid, Pasal 45 ayat (2)
27
8. Pasal 45 ayat (3)
bulan28 setelah kematian pasien , keluar hasil uji perjanjian antara dokter dan pasien berupa
sampel dari laboratorium virologi di Yogyakarta dan hubungan hukum yang melahirkan hak dan
hasilnya Hanta dinyatakan negatif COVID-19 dengan kewajiban kedua belah pihak. Objek dari perjanjian
dasar tesebut, keluarga Hanta mengajukan gugatan ini adalah berupa upaya atau terapi untuk
ke PN Purwokerto. menyembuhkan pasien. Dalam sebuah perjanjian,
Jelaslah dapat dipahami bahwa esensi dari maka syarat sahnya transaksi terapeutik juga
persetujuan tindakan medis terletak pada proses didasarkan pada Pasal 1320 BW, yang menyatakan
atau tatacara dalam mencapai persetujuan yang bahwa untuk syarat sahnya perjanjian diperlukan 4
akan diberikan oleh pasien atau keluarganya kepada (empat) syarat yaitu sepakat mereka yang
dokter. Sedangkan berkas Persetujuan tindakan mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat
medis merupakan pengukuhan atas persetujuan perikatan, suatu hal tertentu dan suatu sebab yang
yang telah dibuat oleh pasien atau keluarganya halal. Pada transaksi terapeutik, setiap tindakan
untuk memberi izin kepada dokter dalam kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
melaksanakan tindakan medis. dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap
Pengaturan mengenai persetujuan tindakan pasien harus mendapat persetujuan (Pasal 45 UU
medis dalam praktek kedokteran merupakan suatu Praktik Kedokteran). Persetujuan tersebut diberikan
perintah hukum , sehingga berkas persetujuan setelah pasien mendapat penjelasan secara
tindakan medis (Informed consent) yang telah lengkap, dan dapat diberikan baik secara tertulis
ditanda tangani oleh pasien bukan hanya sekedar maupun lisan atau yang dikenal dengan informed
kelengkapan adminstratif belaka, melainkan telah consent . Dalam penjelasan sebelumnya Informed
menjadi sebuah alat bukti hukum yang sah yang consent merupakan perwujudan dari syarat
dapat diajukan oleh dokter atau pihak rumah sakit pertama untuk keabsahan suatu transaksi
ketika menghadapi gugatan atau tuntutan hukum terapeutik, yaitu syarat kesepakatan. 30 Meskipun
dari pasien atau keluarganya.29 bentuknya bebas, Undang-Undang menentukan
bahwa bagi setiap tindakan kedokteran yang
B. Pertanggung Jawaban Hukum Tenaga Medis mengandung risiko tinggi persetujuan harus
Sebagai Subjek Hukum Dalam Pelayananan diberikan secara tertulis dengan ditandatangani
Kesehatan Di Rumah Sakit Atas Kelalaian oleh pihak yang berhak memberikan persetujuan.
Diagnosis Pada Pasien Persetujuan tindakan medik hanya dapat diberikan
Dalam perspektif hak asasi manusia, oleh pasien yang kompeten31, yaitu mereka yang
hubungan hukum antara dokter dan pasien ini
berdasar pada dua macam hak asasi manusia yang 30
Menurut Pasal 4 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
dijamin dalam dokumen maupun konvensi 290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
internasional. Kedua macam hak tersebut adalah Kedokteran (selanjutnya disebut Permenkes 290/2008),
hak untuk menentukan nasib sendiri (the right to dalam keadaan gawat darurat, untuk menyelamatkan jiwa
self determination) dan hak atas informasi (the right pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan
persetujuan tindakan kedokteran.
to information). Kedua hak dasar tersebut bertolak 31
Menurut Pasal 1 angka 7 Permenkes 290/2008, pasien yang
dari hak atas keperawatan kesehatan (the right to kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak menurut
health care) yang merupakan hak asasi individu peraturan perundang-undangan atau telah/pernah menikah,
(individual human rights). Dokumen internasional tidak terganggu kesadaran fisiknya, mampu berkomunikasi
yang menjamin kedua hak tersebut adalah The secara wajar, tidak mengalami kemunduran perkembangan
(retardasi) mental dan tidak mengalami penyakit mental
Universal Declaration of Human Right tahun 1948, sehingga mampu membuat keputusan secara bebas. Pasal 13
dan The United Nations International Covenant on menyatakan bahwa persetujuan diberikan oleh pasien yang
Civil and Political right tahun 1966. kompeten atau keluarga terdekat. Penilaian terhadap
Demikian pula dalam hukum perdata, kompetensi pasien dilakukan oleh dokter pada saat
diperlukan persetujuan. Sedangkan Penjelasan Pasal 45 UU
hubungan antara dokter dan pasien merupakan Praktik Kedokteran menjelaskan bahwa pada prinsipnya yang
hubungan yang sangat pribadi karena didasarkan berhak memberikan persetujuan atau penolakan tindakan
atas kepercayaan dari pasien terhadap dokter. medis adalah pasien yang bersangkutan. Namun, apabila
Hubungan ini secara khusus disebut sebagai pasien yang bersangkutan berada di bawah pengampuan
transaksi terapeutik. Transaksi terapeutik adalah (under curatele) persetujuan atau penolakan tindakan medis
dapat diberikan oleh keluarga terdekat antara lain suami/istri,
ayah/ibu kandung, anak-anak kandung atau saudara-saudara
28
Gugatan No.86/Pdt.G/2020/PN.Pwt kandung. Dalam keadaan gawat darurat, untuk
29
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP). Pasal menyelamatkan jiwa pasien tidak diperlukan persetujuan.
184 ayat (1) Namun, setelah pasien sadar atau dalam kondisi yang sudah
dianggap cakap untuk melakukan perbuatan sembuh atau tidaknya pasien tetapi tindakan yang
hukum. Hal ini merupakan pemenuhan dari syarat merupakan usaha atau upaya dokter yang berkaitan
keabsahan perjanjian yang kedua, yaitu syarat dengan penyakit dari pasien. Dalam transaksi
kecakapan untuk membuat perikatan. terapeutik, dokter berusaha semaksimal mungkin
Walaupun informed consent merupakan untuk menyembuhkan pasien dari sakitnya atau
bentuk kesepakatan dari pasien terhadap setiap yang lazim disebutsebagai inspanning verbitenis,
tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter, dimana dalam perjanjian ini yang dituntut bukan
ditegaskan bahwa pemberian persetujuan tindakan hasil (resultaat verbitenis) namun yang dituntut
kedokteran tersebut tidak menghapuskan tanggung adalah suatu usaha/upaya yang maksimal yang
gugat hukum dalam hal terbukti adanya kelalaian dilakukan oleh dokter tersebut.
dalam melakukan tindakan kedokteran yang Penelitian skripsi ini berdasarkan studi
mengakibatkan kerugian pada pasien (pasal 6 kepustakaan, maka penulis menelaah putusan no
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/2008). 86/Pdt.G/2020/PN.Pwt diuraikan mengenai
Artinya, pemberian informed consent tidak kronologi kejadian dan penanganan pasien atas
menghilangkan hak pasien untuk menggugat tenaga nama almarhum Hanta Novianto, bahwa tanggal 26
medis atas setiap kerugian yang dialami pasien April 2020 jam 17.00 WIB pasien terjatuh tak
seperti yang pada kasus pasien Hanta. Kendati sadarkan diri di ruang tamu, kemudian pasien
demikian dokter pun juga mendapatkan dibawah ke RS. Dadi Keluarga, ditolak dengan alasan
perlindungan hukum dan tidak serta merta harus membawa ronsen dari Balai Pengobatan dan
bertanggung gugat atas setiap kerugian yang Pencegahan Penyakit Paru (BP4) dan juga menolak
dialami pasien. Pasal 50 UU Praktik Kedokteran jaminan kesehatan dari Badan Penyelenggara
menegaskan bahwa dokter atau dokter gigi dalam Jaminan Kesehatan (BPJS) setelah membawa hasil
melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak ronsen dibawa dan sempat rebut antara keluarga
untuk memperoleh perlindungan hukum sepanjang pasien dengan pihak Rumah Sakit barulah korban
mereka melaksanakan tugas sesuai dengan standar masuk dan mendapat perawatan di ruang ICU pada
profesi dan standar prosedur operasional. jam 20.00. Besoknya tanggal 27 April 2020, keluarga
Syarat ketiga dalam Kitab Undang-undang pasien dipanggil para dokter di Rumah Sakit
Hukum Perdata yang merupakan bagian dari kemudia pasien dinyatakan menderita penyakit
keabsahan perjanjian adalah suatu hal tertentu, Covid-19. Pada tanggal 28 April 2020, jam 12 WIB,
artinya mensyaratkan adanya objek perjanjian yang keluarga Pasien yang pada saat itu menunggu di
pasti. Dalam transaksi terapeutik yang dituangkan rumah sakit dimintakan pulang. Pada saat keluarga
dalam informed consent, kedua belah pihak harus pasien berada di rumah sekitar jam 14.05 WIB dari
mengetahui secara pasti dan jelas apa yang pihak Rumah Sakit memberitahukan kepada
diperjanjikan serta tujuan perjanjian tersebut. keluarga bahwa pasien telah meninggal dunia.
Misalnya dalam kasus Hanta yang melakukan Keluarga menyesali bahwa almarhum Hanta
pengobatan di Rumah Sakit Hadi Keluarga Novianto (pasien) tidak dimandikan, dikafani,
Purwokerto dengan status pasien dalam dishalatkan dan di adzankan melaikan pasien
pengawasan (PDP) bahwa antara dokter dan pasien dimakamkan secara protokok Covid-19. Hingga
ini mengetahui jelas dan pasti objek dalam pada tanggal 15 Oktober 2020 hasil uji sampel
perjanjian terapeutik yang dituangkan dalam menggunakan metode RT-PCR di laboratorium
informed consent yaitu melakukan pengobatan dan Virologi BBTKLPP Yogyakarta menyatakan bahwa
suatu usaha/upaya pemyembuhan yang berkaitan almarhum pasien Hanta Novianto hasilnya negatif
dengan penyakit yang dialami pasien, salah satu Corona Virus Disease 19 (Covid-19). Berdasarkan
upaya tersebut adalah melakukan pemeriksaan kronologi ini, maka dapat lihat bahwa pemeriksaan
laboratorium terkait dengan COVID-19. Dalam hal Covid-19 di laboratorium Virologi memakan waktu
ini perjanjian tersebut bukan mengenai kepastian sekitar 7 bulan. Padahal berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
memungkinkan, segera diberikan penjelasan dan dibuat HK.01.07/Menkes/4642/2021 tentang
persetujuan. Dalam hal pasien adalah anak-anak atau orang Penyelenggaran Laboratorium Pemeriksaan Corona
yang tidak sadar, maka penjelasan diberikan kepada Virus Disease 2019 menyatakan bahwa wajib
keluarganya atau yang mengantar. Apabila tidak ada yang
mengantar dan tidak ada keluarganya sedangkan tindakan menyelesaikan pemeriksaan spesimen dan
medis harus dilakukan maka penjelasan diberikan kepada melaporkan seluruh hasil pemeriksaan COVID-19
anak yang bersangkutan atau pada kesempatan pertama melalui aplikasi allrecord-tc19 paling lama 2 x 24
pasien sudah sadar.
jam sejak sampel diterima dengan melakukan perbuatan melawan hukum merupakan tiap
pencatatan dan pelaporan mengikuti pedoman perbuatan melanggar hukum, yang membawa
pengendalian dan pencegahan COVID-19. kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang
Dalam hal ini seharusnya yang terjadi karena kesalahannya yang menyebabkan kerugian
keakuratan hasil diagnosis di dasarkan pada tahap tersebut, mengganti kerugian tersebut. Syarat-
rekam medis. Karena pada tahap ini dokter dapat syarat untuk gugatan berdasar perbuatan melawan
mempertimbangkan penyakit yang dialami oleh hukum ini ialah:
pasien dari riwayat-riwayat penyakit yang dialami 1. Harus ada perbuatan;
pasien sebelumnya. Apabila dokter telah paham 2. Perbuatan tersebut melawan hukum;
dengan riwayat penyakit pasien dalam rekam medis 3. Harus ada kesalahan;
maka diagnosis yang dilakukan oleh dokter akan 4. Harus ada hubungan sebab dan akibat antara
akurat. Apabila terjadi kesalahan diagnosis maka perbuatan dan kerugian;
kemungkinan yang terjadi adalah dokter tidak dapat 5. Harus ada kerugian
menemukan penyakit baru yang dialami pasien atau Selain pasal 1365 Kitab Undang-undang
dokter tidak menggunakan keterampilan, dan Hukum Perdata, perbuatan dokter maupun
pengetahuannya untuk mendiagnosis penyakit Laboratorium Virologi BBTKLPP Yogyakarta
pasien secara benar. menyalahi Undang-Undang Praktik Kedokteran,
Pada kasus pasien Hanta Novianto ini, baik kewajiban tersebut semakin diperjelas di dalam
dari pihak rumah sakit maupun dokter yang Pasal 51 serta kewajiban pasien di dalam Pasal 52.
menanggani tidak memiliki keakuratan hasil Dalam Pasal 51 menjelaskan kewajiban dokter
diagnosis, namun sudah terburu untuk memberikan dalam melaksanakan praktik kedokteran, antara lain:
kesimpulan diagnosis penyakit yang diderita Hanta Memberikan pelayan medis sesuai dengan standar
Novianto tanpa berdasarkan hasil laboratorium profesi dan standar prosedur operasional serta
Virologi BBTKLPP Yogyakarta. Di sisi yang lain, kebutuhan medis pasien.
laboratorium Virologi BBTKLPP Yogyakarta yang Hanya saja dalam gugatan No.
dimintakan oleh Rumah Sakit Hadi Keluarga 86/Pdt.G/2020/PN. Pwt, Laboratorium Virologi
terlambat memberikan hasil tes tersebut BBTKLPP Yogyakarta dan dokter (tenaga medis)
sebagimana proses pemeriksaan tersebut paling tidak dijadikan sebagai turut tergugat. Dalam
lama 2 x 24 jam sejak sampel diterima dengan gugatan tersebut Rumah Sakit Dadi Keluarga
melakukan pencatatan dan pelaporan mengikuti sebagai tergugat, Komisi Akreditasi Rumah Sakit
pedoman pengendalian dan pencegahan COVID-19, sebagai turut tergugat I, dan Dinas Penanaman
diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu sebagai
Republik Indonesia Nomor turut tergugat II. Sehingga dalam putusan gugatan
HK.01.07/Menkes/4642/2021 tentang tersebut oleh Majelis Hakim dinyatakan gugatan
Penyelenggaran Laboratorium Pemeriksaan Corona tidak dapat diterima (Niet Onvankelijk Verklaand)
Virus Disease 2019. karena tidak berdasar sama sekali.
Menelaah putusan nomor 86/Pdt.G/2020/PN Bukti yang diajukan penggugat dalam perkara
Pwt ini, bahwa dalam hal ini tenaga medis (dokter) No. 86/Pdt.G/2020/PN. Pwt. Berupa bukti surat,
memberikan kesimpulan diagnosis yang tidak akurat yakni :
karena tidak berdasarkan hasil laboratorium 1. Fotokopi kwitansi biaya tahlilan selama 7 hari,
Virologi tentang rekam medis pasien Hanta biaya tahlilan 40 hari biaya pindah rumah dan
Novianto dan lama waktu pemeriksaan penghasilan almarhum,
laboratorium tersebut tidak sesuai dengan SOP 2. Foto kartu tanda penduduk milik penggugat,
berdasasrkan Keputusan Menteri Kesehatan 3. Foto kartu tanda penduduk atas nama Hanta
Republik Indonesia Nomor Novianto,
HK.01.07/Menkes/4642/2021 tentang 4. Fotokopi Kartu Keluarga penggugat dan
Penyelenggaran Laboratorium Pemeriksaan Corona almarhum Hanta Novianto,
Virus Disease 2019, jelaslah merugikan pasien. 5. Fotokopi surat kematian atas nama Hanta
Dokter dalam diagnosisnya dianggap lalai Novianto,
demikian juga dengan pihak Laboratorium Virologi 6. Fotokopi surat penyerahan jenazah
BBTKLPP Yogyakarta. Dalam Kitab Undang-undang 7. Fotokopi Surat Keterangan meninggal dunia,
Hukum Perdata perbuatan tersebut dalam di dan
kategorikan kedalam Pasal 1365 KUHPerdata
8. Fotokopi Surat Keterangan pendema pada tanggal 9 Maret 2020. Hal ini karena
No.1383/KET/DIR.RSKD/X/2020 Covid 19 telah menyebar diseluruh dunia, dan
Bukti-bukti diatas oleh penggugat tidak menular dengan cepat serta meneyebabkan
dilengkapi oleh informed consent yang merupakan kematian. 33
bukti kuat untuk dijadikan dasar gugat. Dalam hal ini Indonesia pertama kali mengkofirmasi 2
penggugat masih belum memiliki pengetahuan yang kasus Covid-19 pada tanggal 2 Maret 2020, sejak
cukup mengenai informed consent sebagai dasar saat itu kausus ovid-19 selalu mengalami
perikatan antara dokter (tenaga medis) dalam peningkatan. Menurut Kementerian Kesehatan,
perjanjian terapeutik. hingga tanggal 29 Agustus 2021 data perkembangan
Dalam hal Tenaga medis adalah dokter kasus Covid-19 di Indonesia, ada tambahan 7.427
diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan kasus baru yang terinveksi Cocid-19 sehingga total
profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan menjadi 4.073.831 kasus terkonfirmasi. Selain itu
terlebih dahulu melalui mediasi32 Ketentuan pasal terdapat 131.923 kasus meninggal dan 3.724.590
51 dari Undang-undang Praktik Kedokteran menjadi kasus sembuh. 34
dasar yuridis bagi seseorang untuk meminta Dalam upaya pencegahan dan pengendalian
tanggung jawab pihak rumah sakit apabila terjadi Pendemi Covid-19 di Indonesia seperti yang telah
kelalaian tenaga kesehatan yang menimbulkan diuraikan di atas, kita mlihat dahulu dasar hukum
kerugian. Pada kasus ini dokter dalam melakukan dalam pencegahan dan mengendalian pendemi
pelayanan kesehatan terhadap pasien tidak sesuai Covid-19 di Indonesia yang telah diberlakukan yaitu:
dengan SOP yang berlaku. Dokter adalah pekerja di
1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang
rumah sakit, sehingga kelalaian dokter tersebut
Kekarantinaan Kesehatan.
menjadi tanggung jawab dokter dan Rumah Sakit.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Taun
Dokter dapat digugat dengan dua tuntutan
2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala
sekaligus. Yang pertama adalah wanprestasi, karena
Besar dalam rangka Percepatan Penanganan
dokter menciderai janji yang dibuat dengan pasien,
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
dan yang kedua adalah melakukan perbuatan
a.d.1. Undang-undang Nomor 6 Tahun tentang
melawan hukum karena dokter melakukan
Kekarantinaan Kesehatan.
kesalahan yang berakibat fatal dan merugikan
Lahir sebagai respon terhadap perkembangan
pasien. Bentuk tanggung jawab dokter adalah harus
teknologi dibidang transportasi dan meningkatnya
mengganti kerugian materiil berupa ganti rugi
keterkaitan hubungan antar bangsa melalui
pengeluaran yang telah dikeluarkan oleh pasien
berbagai akitiviats, seperti perdagangan, perjalanan
untuk membayar biaya rumah sakit dan pembelian
wisata, dan migrasi penduduk antar negara.
obat juga penggantian kerugian karena tidak bisa
disamping itu seiring dengan proses globalisasi yang
bekerja. Sedangkan penggantian kerugian
semakin meningkat, muncul pula kekuatiran akan
immaterial karena pasien merasa sakit, cemas,
bahaya penyakit menular yang berpotensi
tertekan dan sebagainya. Kesalahan yang diperbuat
memaabahayakan kedaruratan kesehatan
oleh dokter kepada pasien dapat dipertanggung
masyarakat. dengan demikian, pemerintah perlu
gugatkan. Sistem tanggung gugat yang digunakan
membuat formulasi kebijakan yang tepat untuk
pasien kepada dokter adalah tanggung gugat
menangkal bahaya penyakit menular dan
berdasarkan kesalahan karena berdasarkan kejadian
mempetimbangkan factor resiko yang dihadapi
yang dialami oleh pasien, kesalahan yang dilakukan
guna mencegah terjadinya kedaruratan kesehatan
oleh dokter merupakan unsur kesalahan pokok dan
masyarakat yang membahayakan dan meresahkan
mutlak.
seluruh masyarakat. undang-undang No. 6 Tahun
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL RUMAH SAKIT
2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.pada
DADI KELUARGA PURWOKRTO
dasarnya sudah cukup jelas menerangakan tentang
Masyarakat Indonesia sampai saat ini masih
adanya pembatasan keluar-masuk individu ke suatu
dihadapkan dengan permasalahan Pendemi Covid
daerah yang telah dinyatakansebagai sumber
19 yang terjadi hampir merata pada semua daerah
wabah, termasuk mengatur pula tentang adanya
di Indonesia. Badan Kesehatan Dunia atau World
perintah untuk melakukan isolasi, karantina wilayah,
Halth Organization IWHO) secara resmi
mendeklarasikan Virus corona (Civid-19) sebagai 33
Satuan Tuhas Penanganan Covid-19. Apa yang dimaksud
dengan Pendemi, https://covid-19.go.id
32 34
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Covid-19 update 29 Agustus 2021 16.00,
Kesehatan. https://infeksiemerging, Kemkes.go.id.
vakksinasi dan lain sebagainya untuk menghentikan undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang
penyebaaran wabah yang terjadi di Indonesia.35 Kekarantinaan Kesehatan36
Regulasi yang ada sebelumnya kait dengan Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala
Kekarantinaan Kesehatan. Yaitu Undang-undang No. Besar ini adalah inisiatif dari pemerintahdarah yang
1 Tahun 1962 tentang Karantina Laut, Undang- mengajuan kepada Pemerintah Pusat melalui
undang No. 2 tentang Karantina Udara, dan Menteri Kesehatan sehingga hanya daerah-daerah
Undang-undang No. 16 Tahun 1992 tentang tertentu saja yang memberlakukan PSBB. Ketidak
Karantina Hewan, IKan dan Tubuhan. Regulasi yang seragaman waktu penerapan ini yang berdampak
terkait dengan wabah penyakit menullar, dan tidak efektifnya penangan pendemi Covid-19.
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kebejakan PSBB berakihir pada tanggal 10 Januari
Kesehatan. 2021 dan berlakusebuah kebijakan dengan istilah
Undang-undang No. 6 tahun 2018 tentang baru mulai tanggal 11 Januari 2021 yaitu Instruksi
Kekarantinaan Kesehatan.lahir untuk Menteri Dalam Negeri yang Mengatur
menjawaabdan mengantisipasi berbagaai persoalan Pemberlakuan Pemabatasan Kegiatan Masyarakat
terkait wabah penyakit menular yang berpotensi (PPKM).
menimbulkan kepotensi menimbulkan kedaruratan Pemberlakuan Pemabatasan Kegiatan
kedaruratan kesehatan masyarakat agar regulasi ini Masyarakat (PPKM) tersebut pertama kali
menjadi aturan yang terintegrasi dan komprehensif.. diberlakukan pada tanggal 11 Januari 2021 hingga
Dalam undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 25 Januari 2021 untuk wilayah Jawa dan Bali.
tentang Kekarantinaan Kesehatan. Pasal 15 ayat Kemudian PPKM tersebut kembali diperpanjang
(2)dinyatakan bahwa tindakan Kekarantinaan mulai 26 Januari 2021 hingga 8 Februari 2021.
Kesehatan.berupa sebagai berikut: PPKM ini didasarkan pada instruksi Menteri Dalam
a. Karantina, isolasi, vaksinasi, dekontaminasi; Negeri Nomor 01 Tahun 2021 tentang
b. PSBB Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Untuk
c. Disinfeksi, Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease
d. Penyehatan, peengamanan dan pengendalian 2019 (Covid-19).
terhadap media lingkungan. Pengertian
Ad.2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1. COVID-19 diakibatkan oleh infeksi Severe
2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Acute Respiratory Syndrome Coronavin¿s-2
Besar dalam rangka Percepatan Penanganan (SARS-CoV-2)
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). 2. Kasus Suspek Covid-19 adalah seseorang yang
Peraturan Pemerintah ini ditandatagani pada memiliki salah satu dari kriteria :
tanggal 31 Maret 2020 yang mana peraturan ini a. ISPA dan pada 14 hari terakhir sebelum
merupakan kebijakan awal yang ditetapkan oeh timbul gejala memiliki riwayat perjalanan
Pemerintah dalam pencegahan dan pengendalian atau tinggal di negara/wilayah Indonesia
Covid-19 yaitu Perturan Pemerintah mengenai yang melaporkan transmisi lokal ; ATAU
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang b. Demam dan batuk, atau minimal memiliki
dasarkan pada: 3 gejala meliputi demam, batuk, lemas,
a. Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Dasar Negara sakit kepala, nyeri otot, nyeri
Republiik Indonesia Tahun 1945. tenggorokan, pilek/hidung tersumbat,
b. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 Tentang sesak nafas, anoreksia/mual/muntah,
Wabah Penyakit Menular, diare, atau penurunan kesadaran ; ATAU
c. Undang-undang Nomo 24 Tahun 2007 Tentang c. ISPA berat dengan demam atau riwayat
Penanggulangan Bencana. demam (>380 C) dan batuk yang terjadi
d. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang dalam 10 hari terakhir, serta
Kekarantinaan Kesehatan membutuhkan perawatan di rumah sakit ;
Peraturan Pembatasan Berskala Besar ini ATAU
adalah salah satu pilihan yang adan di Undang- d. Anosmia akut tanpa penyebab lain yang
teridentifikasi ; ATAU e. Ageusia akut

35
Mahardika, Ahmad Gelora, Problematika Yuridis Peraturan
36
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 dalam Prespektif Ilmu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Taun 2020 Tentang
Perundang-undangan, “Al-Daula:Jurnal Hukum dan Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka Percepatan
Perundang-undangan Islam10 No. 46 (2020 93-113. Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
tanpa penyebab lain yang teridentifikasi ; dibuktikan dengan hasil pemeriksaan
ATAU laboratorium NAAT positif
f. ISPA berat/pneumonia berat yang 6. Kasus konfirmasi bagi pelaku perjalanan
membutuhkan perawatan di rumah sakit internasional dengan strain baru adalah pelaku
dan tidak ada penyebab lain berdasarkan perjalanan internasional dari negara outbreak/
gambaran klinis yang meyakinkan ; ATAU Variant of Concern (VOC) yang ditetapkan oleh
g. Dengan salah satu gejala atau tanda ISPA WHO/ Direktorat Jenderal Pencegahan dan
dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul Pengendalian Penyakit dengan hasil RT-PCR
gejala memiliki riwayat kontak dengan positif yang dikeluarkan dari Laboratorium
kasus konfirmasi/probable Covid- 19 ; Jejaring Covid- 19 yang ditetapkan oleh
ATAU Litbangkes Kemenkes RI
h. Memiliki riwayat kontak erat dengan 7. Bukan Covid-19 (Discarded) adalah seseorang
kasus konfirmasi/probable/kluster Covid- yang memenuhi salah satu kriteria :
19 dan memiliki kriteria b,c,d, atau e ; a. Kasus Suspek atau kontak erat DAN hasil
ATAU pemeriksaan laboratorium NAAT 2 kali
i. Tanpa gejala dan tidak memenuhi kriteria negatif
kontak erat dengan hasil RDT-Antigen b. Tanpa gejala Covid-19 (asimptomatik) dan
SARS Cov-2 positif bukan kontak erat DAN hasil RDT-Ag SARS
j. Pelaku perjalanan internasional dari Cov-2 positif diikuti NAAT 1 kali negatif
negara outbreak/ Variant of Concern c. Tanpa gejala Covid- 19 (asimptomatik) dan
(VOC) yang ditetapkan oleh WHO/ bukan kontak erat DAN hasil RDT-Ag SARS
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Cov-2 negatif
Pengendalian Penyakit yang belum 8. Komorbid adalah suatu keadaan di mana
memiliki hasil RT-PCR positif yang pasien telah memiliki penyakit yang sudah
dikeluarkan dari Laboratorium Jejaring diderita sebelumnya, bersifat kronis, dan akan
Covid19 yang ditetapkan oleh Litbangkes memperberat perjalanan penyakit Covid- 19
Kemenkes RI dan sedang dalam terdiri dari DM, penyakit terkait geriatri,
pengawasan melalui isolasi/karantina37 penyakit terkait autoimun, penyakit ginjal,
3. Bayi baru lahir dengan kriteria Suspek adalah STEMI, N-STEMI, hipertensi, PPOK, tuberculosis,
bayi baru lahir dari ibu dan penyakit kronis lain yang diperberat oleh
suspek/probable/konfirmasi dengan gejala kondisi penyakit Covid- 19
atau tanpa gejala Covid- 19 pada saat 9. Co-insidens adalah suatu keadaan di mana
melahirkan terdapat 2 penyakit atau lebih yang terjadi
4. Kasus Probable adalah pasien yang memenuhi dalam satu episode perawatan Covid- 19
salah satu kriteria : secara bersamaan, tidak saling berhubungan,
a. Kasus Suspek dengan ISPA berat/ dan bukan merupakan penyakit kronis
ARDS/meningga1 dengan gambaran klinis sebelumnya
yang meyakinkan Covid-19 dan belum ada Kebijakan
hasil pemeriksaan laboratorium NAAT 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
ATAU HK.01.07 /Menkes/413/2020 Tentang
b. Kasus Suspek yang meninggal dengan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
gambaran klinis meyakinkan Covid-19 dan Covid-19
tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium 2. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
NAAT atau hasil pemeriksaan laboratorium HK.OI .07 Menkes 4641/2021 Tentang
NAAT tidak memenuhi kriteria kasus Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan, Pelacakan,
konfirmasi maupun bukan Covid-19 Karantina, dan Isolasi Dalam Rangka
(discarded) Percepatan Pencegahan dan Pengendalian
5. Kasus Konfirmasi adalah seseorang yang Covid-19
dinyatakan positif terinfeksi SARS Cov-2 yang 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.01.07 /Menkes/4718/2021 Tentang
Petunjuk Teknis Penggantian Biaya Pelayanan
37
Covid-19 update 29 Agustus 2021 16.00, Pasien Covid-19 Bagi Rumah Sakit
https://infeksiemerging, Kemkes.go.id. Penyelenggara Pelayanan Covid- 19
4. Peraturan Direktur RSUD Nomor 01 Tahun 3. Kriteria pasien Covid-19 rawat inap
2021 Tentang Kebijakan Penanggulangan a. Pasien Suspek
Covid- 19 Di RSUD 1) Usia >60 tahun dengan atau tanpa
Prosedur komorbid
A. SCREENING AWAL 2) Usia <60 tahun dengan komorbid
1. Semua pasien dan pengunjung yang masuk ke 3) ISPA berat/pneumonia berat yang
area rumah sakit wajib menggunakan masker membutuhkan perawatan di rumah
2. Screening awal pasien IGD dilakukan oleh sakit dan tidak ada penyebab Iain
petugas porter atau SATPAM IGD terhadap berdasarkan gambaran klinis yang
seluruh pasien yang tiba di area kedatangan meyakinkan
menggunakan thermo scanner 4) Pasien tanpa gejala/tanda ISPA
3. Screening awal pasien rawat jalan poliklinik dengan hasil pemeriksaan radiologi
dilakukan oleh petugas informasi atau SATPAM atau pemeriksaan klinis dari DPJP
di depan Pintu masuk gedung pendaftaran yang mendukung diagnosis Suspek
rawat jalan terpadu menggunakan thermo Covid- 19
scanner 5) Pasien tanpa gejala/tanda ISPA
4. Pasien IGD yang datang dengan keluhan dengan RDT-Ag SARS Cov-2 positif
demam (238 0 C) disertai batuk/pilek diarahkan yang tidak memiliki fasilitas isolasi
masuk IGD melalui akses masuk khusus dan mandiri
ditempatkan di ruang isolasi airborne disease 6) Pasien Suspek dengan co-insidens
di IGD 7) Bayi baru lahir dengan kriteria
5. Pasien poliklinik yang datang dengan keluhan Suspek
demam (2380 C) disertai batuk/pilekdiarahkan 8) Pasien Suspek bagi pelaku perjalanan
ke IGD untuk screening lebih lanjut internasional dengan strain baru
B. PEMERIKSAAN dengan gejala sedang/berat/kritis
1. Perawat IGD melakukan pemeriksaan awal b. Pasien Probable
terhadap pasien yang masuk di ruang isolasi c. Pasien Confirmed:
airborne disease 1) Tanpa gejala/gejala ringan yang tidak
2. Apabila pasien masuk dalam kriteria Suspek/ memiliki fasilitas isolasi mandiri
Probable/Konfirmasi Covid-19 maka perawat 2) Tanpa gejala/ gejala ringan dengan
segera melaporkan ke dokter jaga IGD untuk komorbid yang tidak terkontrol
pemeriksaan dan tindakan selanjutnya 3) Dengan gejala sedang/berat/kritis
3. Apabila pasien tidak masuk dalam kriteria 4) Dengan co-insidens
Suspek/ Probable/Konfirmasi Covid-19 maka 5) Kasus Confirmed bagi pelaku
pemeriksaan berikutnya Oleh dokter dan perjalanan internasional tanpa gejala,
perawat IGD dapat dilakukan di ruang dengan gejala ringan/ sedang/
pemeriksaan dan tindakan biasa di IGD berat/kritis
4. Pemeriksaan penunjang rutin yang dilakukan 4. Ruang perawatan pasien Covid-19 dewasa
untuk pasien Covid- 19di IGD adalah meliputi
i Rontgen thoraxon Site a. Ruang Bima untuk kondisi klinis ringan dan
ii Laboratorium Darah Lengkap sedang
iii Pemeriksaan Iainnya dilakukan sesuai b. Ruang ICU Covid-19 untuk kondisi klinis
indikasi klinis berdasarkan permintaan dari berat dan kebutuhan perawatan intensif
dokter jaga IGD atau DPJP Spesialis 5. Ruang perawatan pasien Covid- 19 usia
C. PERAWATAN PASIEN neonatus dan anak meliputi
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan, pasien Covid19 a. Ruang isolasi Covid-19 di Peristi untuk bayi
dapat menjalani rawat jalan maupun rawat baru lahir dengan kriteria suspek dan
inap neonatus tanpa kebutuhan perawatan
2. Kriteria pasien Covid- 19 rawat jalan intensif
a. Pasien Suspek dengan atau tanpa b. Ruang isolasi Covid-19 di PICU /NICU
komorbid untuk bayi baru lahir dengan kriteria
b. Pasien Confirmed dengan atau tanpa suspek, neonatus, dan anak dengan
komorbid kebutuhan perawatan intensif
c. Ruang Bima untuk bayi di atas usia dalam ganti rugi, dengan catatan kesalahan
neonatus dan anak tanpa kebutuhan atau kelalaian tersebut dilakukan di lingkungan
perawatan intensif rumah sakit. Gugatan yang diajukan pasien
6. Ruang perawatan pasien Covid-19 dengan untuk dapat meminta pertanggung jawaban
gangguan jiwa meliputi • rumah sakit juga tertera dalam Pasal 46
a. Ruang Edelweiss untuk pasien dengan undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang
kondisi klinis Covid- 19 ringan/ sedang rumah sakit yang menyatakan bahwa rumah
b. Ruang ICU Covid-19 untuk pasien dengan sakit bertanggung jawab secara hukum
kondisi Covid-19 berat (Vicarious Liability) apabila kerugian yang
c. Ruang Bima untuk pasien Covid-19 dengan ditimbulkan dilakukan oleh tenaga kesehatan
gangguan jiwa neurotik tanpa indikasi atau dokternya, sama seperti halnya yang
perawatan intensif menjadi dasar gugatan No.
7. Pasien Covid-19 yang membutuhkan tindakan 86/Pdt.G/2020/PN.Pwt, juga dalam kasus ini
operasi, maka operasi dilakukan di Kamar Rumah Sakit Hadi Keluarga menjadi tergugat.
Operasi bertekanan negatif 2. Hubungan antara dokter dan pasien merupakan
8. Pasien Covid-19 yang membutuhkan tindakan hubungan yang sangat pribadi karena
pertolongan persalinan per-vaginam, maka didasarkan atas kepercayaan dari pasien
tindakan dilakukan di ruang bersalin terhadap dokter. Hubungan ini secara khusus
bertekanan negatif di İGD disebut sebagai transaksi terapeutik.
9. Pasien Covid-19 yang membutuhkan tindakan Persetujuan dalam transaksi tersebut diberikan
hemodialisa, maka tindakan dilakukan di ruang setelah pasien mendapat penjelasan secara
isolasi bertekanan negatif di Unit Hemodialisa lengkap, dan dapat diberikan baik secara
D. TRANSPORTASI PASIEN tertulis maupun lisan atau yang dikenal dengan
1. Transportasi pasien Covid- 19 selama di rumah informed consent. Pada gugatan No.
sakit di seluruh unit perawatan didampingi 86/Pdt.G/2020/PN.Pwt, pasien dan keluarga
oleh petugas sesuai kriteria pendampingan tidak mendapatkan penjelasan secara lengkap
2. Transportasi pasien Covid-19 dari İGD ke Ruang tentang bagaimana rekam medis dan
Bima, Edelweiss, dan Unit Hemodialisa penanganan pasien dengan status PDP, tentang
menggunakan ambulance sakit paru yang diderita pasien, tentang
3. Transportasi pasien Covid-19 dari İGD ke ICU bagaimana penanganan pasien PDP termasuk
Covid-19 dan Kamar Operasi Covid- 19 jika pasien itu meninggal. Hal lain juga yang
menggunakan ambulance dan diturunkan di dianggap kelalaian adalah ketika dokter yang
carport ambulance IBS mendiagnosis penyakit pasien tidak di lengkapi
4. Transportasi pasien Covid-19 dari İGD ke PICU dengan pemeriksaan laboratium dan lebih fatal
/NICU dan Isolasi Peristi menggunakan lagi putusan tersebut oleh Majelis Hakim
ambulance dari İGD dan diturunkan di depan dinyatakan gugatan tidak dapat diterima (Niet
Instalasi Pemulasaran Jenazah Onvankelijk Verklaand) karena oleh penggugat
tidak menyertakan Laboratorium Virologi
PENUTUP Yogyakarta sebagai turut tergugat.
A. Kesimpulan
1. Bahwa Rumah Sakit adalah badan hukum B. Saran
penyelenggara pelayanan kesehatan juga 1. Dalam Pasal 46 undang-undang nomor 44 tahun
merupakan subyek hukum pengemban hak dan 2009 tentang rumah sakit yang menyatakan
kewajiban karenanya rumah sakit dapat bahwa rumah sakit bertanggung jawab secara
dituntut secara hukum (yuridis). Hubungan hukum (Vicarious Liability) apabila kerugian
hukum antara dokter dan rumah sakit adalah yang ditimbulkan dilakukan oleh tenaga
hubungan pekerjaan, yaitu dokter yang bekerja kesehatan atau dokternya. Oleh sebab itu, pihak
sebagai sub-ordinat dari rumah sakit yang rumah sakit perlu adanya keterlibatan langsung
menerima gaji dari rumah sakit. Pada hubungan dalam interaksi dokter dan pasien berupa
yang dijalin oleh rumah sakit dan dokter ini pengawasan dari rumah sakit itu sendiri
apabila dokter sub-ordinat dari rumah sakit terhadap tindakan dokter, terlebih pengawasan
melakukan kesalahan atau kelalaian maka terhadap diagnosis yang diberikan oleh dokter.
dokter tersebut akan dibantu oleh rumah sakit Setiap kelengkapan rekam medis dan surat-
surat administrasi dari rumah sakit sebaiknya J.H Nieuwenhuis, Hoofdstukken Verbintenissenrecht,
juga diberikan salinannya untuk pasien. terjemahan, Universitas Airlangga, Surabaya,
2. Informed consent yang merupakan persetujuan 1985,
dalam transaksi tersebut diberikan setelah Muhamad Sadi Is. Etika Hukum Kesehatan; Teori
pasien mendapat penjelasan secara lengkap, dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta:
dan dapat diberikan baik secara tertulis maupun Prenadamedia Group. 2015.
lisan. Sebaiknya dalam pemberian Informed Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum,
consent disertai penjelasan secara detail dan Prenada Media, Jakarta, 2009.
dapat dimengerti oleh pasien tentang sakit dan Purwadi Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan
penanganan penyakit yang diderita oleh pasien, (Perikatan yang Lahir dari Perjanjian dan
dalam Informed consent perlu ditambahkan dari Undang-Undang), CV. Mandar Maju,
suatu klausul yang menyatakan bahwa baik Bandung, 1994.
pasien dan keluarga pasien memahami, Peraturan perundang-undangan.
mengerti dan menerima tindakan medis yang Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
diberikan sesuai SOP, sehingga tidak ada Praktik Kedokteran dan Kedokteran Gigi.
kesalahpahaman seperti pada gugatan No. Gugatan No.86/Pdt.G/2020/PN.Pwt
86/Pdt.G/2020/PN.Pwt. Untuk menimalisir Website
suatu sengketa antara dokter dan pasien Suripatty, C.A , Tak terima istri meninggal diduga
diajukan dalam bentuk gugatan di Pengadilan dicovidkan, suami gugat dua RS di Sorong,
ada baiknya dilakukan terlebih dahulu negosiasi INews Papua,
ataupun juga mediasi karena ada banyak hal https://papua.inews.id/berita/tak-terima-
yang memungkinkan perdamaian antara dua istri-meninggal-diduga-dicovidkan-suami-
pihak yang bersengketa dan memungkinkan gugat-2-rs-di-sorong-rp24-m, Diakses Rabu
juga gugatan tidak dapat diterima (Niet 22 September 2021.
Onvankelijk Verklaand). Widiyatno Eko, Keluarga Gugat RS karena pasien
dicovidkan, Harian Republika,
DAFTAR PUSTAKA https://www.republika.co.id/berita/qlozcn4
Buku 09/keluarga-gugat-rs-karena-pasien-
Asis Safioedin, Sejemput Tanggung Jawab Suami dicovidkan, diakses Senin 21 Desember
Istri dalam Rumah Tangga, dalam 2020, jam 2021 WIB.
Pertanggungjawaban Hukum, Fakutas Gubernur akui ada pasien yang dicovidkan hingga
Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, ambil cuan obat korona, patroli.com,
1979. https://www.patrolipost.com/87001/guber
Amir Ilyas.Pertanggungjawaban Pidana Dokter nura-akui-ada-pasien-dicovidkan-hingga-
dalam Malpraktek medik di Rumah Sakit. ambil-cuan-obat-corona/, diakses 19 Juli
Yogyakarta: Rangkang Education. 2014. 2021
D. Veronica Komalawati, Hukum dan Etika Dalam
Praktik Kedokteran, PT. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1989
J. Guwandi, Hukum Medik (Medical Law), Balai
Penerbit Fakultas KeDOkteran Universitas
Indonesia, Jakarta, 2004
J. Guwandi, Tindakan Medik dan Tanggung Jawab
Produk Medik, Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta,
1993.
J.Guwandi. Dugaan Malpraktek Medik & Draft RPP;
Perjanjian Terapeutik antara Dokter dan
Pasien. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2006
J. H. Nieuwenhuis, Pokok-Pokok Hukum Perikatan,
terjemahan Djasadin Saragih, Universitas
Airlangga, Surabaya, 1985.

Anda mungkin juga menyukai