Anda di halaman 1dari 13

DIPONEGORO LAW JOURNAL

Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019


Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

TINJAUAN YURIDIS WANPRESTASI DALAM PENYELESAIAN


SENGKETA MEDIK ( STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG
NOMOR 2863K/PDT/2011)

Dwi Resti Prabandari*, Achmad Busro, Ery Agus Priyono


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : dwirestip@gmail.com

Abstrak
Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui aspek wanprestasi dalam sengketa medik, serta mengetahui
bentuk perlindungan hukum bagi pihak-pihak yakni pemberi dan penerima pelayanan kesehatan
saat terjadi sengketa medik, dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 2863K/Pdt/2011.Metode
penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat
hubungan perjanjian di bidang kesehatan antara rumah sakit dengan pasien yang didasarkan pada
adanya persetujuan tindakan medik atau informed consent. Hakim menjatuhkan putusan
wanprestasi kepada rumah sakit karena tidak memenuhi kewajiban hukumnya untuk memberikan
isi rekam medis kepada pasien, yang mengakibatkan pasien mengalami kerugian immaterial.
Putusan wanprestasi juga dijatuhkan kepada pasien karena pasien belum melunasi biaya perawatan
selama di rumah sakit. Perlindungan hukum oleh Hakim Mahkamah Agung kepada para pihak
dalam bentuk memaksakan ketaatan para pihak untuk memenuhi kewajibannya, serta menjatuhkan
putusan ganti rugi kepada rumah sakit karena atas tindakannya menyebabkan kerugian immateril
bagi pasien.

Kata kunci : Wanprestasi; Sengketa Medik; Perlindungan Hukum


Abstract
This journal aims to determine the breach of contract in medical disputes, and to
understand the form of legal protection for parties,namely provider and recipient of health
services, when medical disputes are happened in the decision of the Supreme Court
No.2863K/Pdt/2011. The research method was a normative law research.
The result of this research showed that there is an agreement in the health sector between
the hospital and the patient based on the approval of medical action orcalled informed
consent.The judge decided that the hospital had breach of contract because the hospital does not
carry out the legal duty to provide medical record for patient. The judge also decided that the
patient had breach of contract because the patient has not paid hospital fees. The form of legal
protection from Supreme Court Judge for parties are forcing the compliance of the parties to fulfill
their legal duty,, as well as making a decision on compensation to the hospital because of its
actions causing immaterial losses to the patient.

Keywords : Breach of Contract; Medical Disputes; Legal Protection

I. PENDAHULUAN bentuk wanprestasi maupun


A. Latar Belakang perbuatan melawan hukum.
Sengketa medik dari aspek Perbuatan melawan hukum
hukum perdata biasanya terjadi dalam arti yang luas terjadi
saat terdapat pihak yang merasa apabila suatu perbuatan itu,
dirugikan terhadap pelayanan melawan hukum yang berlaku,
kesehatan, sehingga menimbulkan
gugatan perdata baik dalam

1013
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

ketertiban, dan kesusilaan.1 Saat pasien mengajukan


Wanprestasi adalah suatu gugatan wanprestasi,pasien akan
peristiwa atau keadaan, di mana mengalami kesulitan, saat hendak
debitur tidak telah memenuhi membuktikan bahwa prestasi
kewajiban prestasi perikatannya dalam perjanjian terapeutik
dengan baik, dan debitur punya berupa upaya secara maksimal
unsur salah atasnya.2 untuk kesembuhan pasien tidak
Apabila suatu sengketa medik dipenuhi oleh dokter, tenaga
didasarkan dengan wanprestasi, medis atau rumah sakit, dan
maka akan terkait dengan kesulitan dalam membuktikan
pelaksanaan perjanjian di bidang bahwa apa yang dideritanya,
kesehatan atau perjanjian merupakan akibat kesalahan atau
terapeutik. kelalaian dokter dalam perawatan
Wanprestasi dalam perjanjian atau pelayanan kesehatan, karena
terapeutik dapat saja terjadi, ia tidak memiliki pengetahuan
apabila terdapat pihak dalam yang cukup mengenai terapi
perjanjian tidak memenuhi diagnose yang dilakukan dokter
prestasi yang ada dalam perjanjian terhadapnya.
terapeutik baik karena kesalahan Oleh sebab itu, pada kasus
atau kelalaian.3 Prestasi dalam sengketa medik akan lebih baik
perjanjian terpeutik yakni upaya bilapasien mendasarkan
secara maksimal untuk gugatannya dengan gugatan
kesembuhan pasien, ia tidak perbuatan melawan hukum
berkewajiban untuk menghasilkan ataupun malpraktik. Sebab, saat
suatu hasil tertentu (kesembuhan). diajukan gugatan perbuatan
Gugatan sengketa medik atas melawan hukum,penggugat hanya
dasar wanprestasi dapat dilakukan perlu menujukan bahwa perbuatan
baik oleh Pasien maupun dokter dokter melanggar hukum yang
atau rumah sakit atau pihak lain berlaku, melanggar ketertiban
yang merasa dirugikan. atau melanggar kesusilaan, yang
Pada saat mengajukan gugatan akibat perbuatan tersebut
wanprestasi, pihak yang merugikan pasien.Penggugat tidak
mendalilkan harus membuktikan perlu menunjukan adanya
dimana letak wanprestasi atau perjanjian dan tidak perlu
menunjukan dimana letak prestasi menunjukan prestasi mana
dalam perjanjian yang tidak yangtidak dipenuhi, apalagi
dipenuhi. perjanjian di bidang kesehatan
dimana objeknya yaitu “upaya
1
Achmad Busro. Edisi Revisi Hukum secara maksimal untuk
Perikatan Berdasar Buku III KUH Perdata. kesembuhan pasien”, untuk
(Yogyakarta:Pohon Cahaya, 2012). Hlm. 20 membuktikan bahwa dokter tidak
2
J. Satrio. Wanprestasi menurut
KUHPerdata, Doktrin, & Yurisprudensi. ( berusaha secara maksimal adalah
Bandung : 2012. Citra Aditya Bakti). hlm. 3 hal yang sulit dilakukan bagi
3
Bahder Johan. Hukum Kesehatan pasien.
Pertanggungjawabn Dokter. (Surabaya : Untuk mengetahui wanprestasi
2005. Rineka Cipta) hlm. 15 di bidang kesehatan, penulis

1014
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

menggunakan kasus wanprestasi Kasus tersebut, oleh Hakim


sengketa medikyang ada pada Mahkamah Agung kemudian di
putusan Mahkamah Agung putus bahwa para pihak telah
Nomor 2863K/Pdt/2011. Kasus melakukan wanprestasi.
bermula saat pasien bernama Berdasarkan uraian di atas
Yohan Chandra dan pihak Rumah penulis tertatrik untuk menyusun
Sakit Adi Husada mengadakan penulisan hukum yang berjudul
persetujuan memilih dokter untuk “Tinjauan Yuridis Wanprestasi
menangani patah tulang dengan Dalam Penyelesaian Sengketa
biaya yang harus di bayar.4Setelah Medik (Studi Kasus Putusan
operasi, pasien tidak kunjung Mahkmah Agung Nomor
sembuh, luka di rasa semakin 2863K/Pdt/2011)
parah dan terus menagalami
pembiaran. Akhirnya ia B. Rumusan Masalah
memutusakan untuk pindah
pengobatan ke tempat lain. Berdasarkan latar belakang
Setelah melakukan berbagai tersebut di atas, dirumuskan
macam pengobatan, sebagian masalah sebagai berikut :
besar mengatakan untuk kembali
ke dokter pertama yang 1. Mengapa hakim Mahkamah
menangani, sebab tanpa adanya Agung memutus bahwa para
rekam medis saat berpindah pihak telah melakukan
pengobatan ke tempat lain, akan wanprestasi dalam kasus
membuat sulit dalam penanganan sengketa medik antara Yohan
medisnya, dan menjadikan Chandra dengan Rumah Sakit
penangan medis di setiap dokter Adi Husada ?
menjadi berbeda, yang dapat
mengakibatkan hal yang
2.Apakah putusan hakim pada
merugikan bagi pasien.
Atas dasar tersebutlah pasien putusan Mahkamah Agung
kemudian menggugat ke Nomor Nomor 2863K/Pdt/2011
pengadilan untuk memperoleh telah mencerminkan
perlindungan atas dirinya yang perlindungan terhadap
telah mendapatkan perlakuan dari penyelenggara kesehatan dan
Rumah Sakit Adi Husada dan penerima pelayanan kesehatan ?
dokter kerena telah ingkar janji,
dan melakukan perbuatan yang
tidak menyenangkan sehingga II. METODE
menyebabkan penderitaan dan
kerugian pada pasien, baik Metode penelitian yang
kerugian materil maupun digunakan oleh penulis adalah
immaterial. metode penelitian yuridis nornatif.
metode yuridis normatif yang
digunakan dalam penelitian ini
adalahuntuk menganalisis data yang
4
Putusan Mahkamah Agung Nomor mengacu kepada norma-norma yang
2863K/Pdt/2011. hlm.2

1015
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

terdapat dalam peraturan perundang- Nomor290/Menkes/PER/111/2008


undangan.5 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran. 7) Peraturan Menteri
A. Spesifikasi Penelitian Kesehatan Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Spesikasi penulisan hukum ini rekam medis, 8) Putusan Hakim
adalah deskriptif analitis. Deskriptif Mahkamah Agung Nomor
analitis yaitu suatu cara peneliti 2863K/Pdt/2011, 9) dan Peraturan
dalam menganalisis permasalahan Perundang-Undangan terkait lainya.
yang dilakukan dengan cara
memberikan gambaran secara faktual 2.Bahan Hukum Sekunder
yang dikaitkan dengan norma hukum
terkait.6 a. Buku-buku mengenai perjanjian
terapeutik, hukum kesehatan,
B. Jenis dan Sumber Data wanprestasi, sengketa medis,
Jenis data yang digunakan dalam malpraktik, hukum kedokteran,
penelitian yuridis normatif ini perlindungan hukum terhadap
adalah data sekunder. Data pemberi dan penerima pelayanan
sekunder adalah data yang kesehatan dan buku-buku terkait
diperoleh melalui bahan-bahan lainya.
kepustakaan.7 Data sekunder itu b. Jurnal penelitian mengenai
terdiri dari : wanprestasi secara umum dan
wanprestasi di bidang pelayanan
kesehatan, serta jurnal mengenai
1.Bahan Hukum Primer perlindungan hukum terhadap
pemberi dan penerima pelayanan
Bahan Hukum Primer, berupa : 1) kesehatan.
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, 2)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, 3) Undang-Undang Nomor
A. Hasil Penelitian
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
4) Undang-Undang Nomor 29 Hasil penelitian menunjukan
Tahun 2004 Tentang Praktik bahwa terdapat hubungan
Kedokteran, dan 5) Undang – perjanjian atas dasar persetujuan
Undang Nomor 44 tahun 2009 tindakan medik mengenai
tentang Rumah Sakit, 6) Peraturan operasi patah tulang, memilih
Menteri Kesehatan dokter dan biaya yang harus
dibayar, antara Rumah Sakit Adi
5
Ery Agus Priyono. Peranan Asas Itikad Husada dengan Pasien pada
Baik Dalam Kontrak Baku (Upaya Menjaga tahun 2004.
Keseimbangan bagi Para Pihak).
Diponegoro Private Law Review• Vol.1 No.
Pasien Yohan Chandran
1 November 2017. hlm. 15 mengalami ketidakpuasan
6
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi pelayanan medik di Rumah Sakit
Penelitian Hukum dan Jurimetri, Adi Husada, karena pasca
(Jakarta:Ghalia Indonesia, 1990), hlm. 97. operasi terus mengalami
7
Ronny Haanitijo Soemitro, Op.cit. hlm.10

1016
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

pembiaran, hingga akhirnya pembayaran biaya


iamemutuskan untuk perawatan.
meninggalkan rumah sakit Adi 3) Mengabulkan gugatan
Husada dengan masih penggugat untuk sebagian,
mempunyai kewajiban yakni Rumah Sakit Adi
pembayaran biaya rawat inap Husada telah ingkar janji
yang belum lunas. tidak memberikan isi rekam
Wanprestasi yang terdapat medik kepada pasien.
dalam putusan Mahkamah
Agung Nomor 2863K/Pdt/2011, B. Pembahasan
yakni :
1) Gugatan Wanprestasi atas 1. Wanprestasi dalam sengketa
Pelayanan Medis Rumah medik Putusan Mahkamah
Sakit Adi Husada yang Agung Nomor 2863K/Pdt/2011
menyebabkan pasien
menderita pasca operasi, 1.1 Hakim memutus wanprestasi
tidak kunjung sembuh, tidak dalam gugatan rekonvensi
mau memberikan rekaman karena terbukti tidak melunasi
medis, tidak mau kewajiban pembayaran biaya
memberikan surat rujukan perawatan.
untuk kepentingan ke Rumah
Menurut J.Satrio Wanprestasi
Sakit lain, tidak mau
adalah suatu peristiwa atau
memberikan 2 (dua) surat
keadaan, di mana debitur tidak
tembusan.
telah memenuhi kewajiban prestasi
2) Wanprestasi karena pasien
perikatanyya dengan baik, dan
belum membayar biaya
debitur punya unsur salah atasnya.
perawatan di Rumah Sakit
3) Wanprestasi karena tidak Pada kasus pasien Yohan
menyerahkan isi rekam medis Chandra telah melakukan
kepada pasien persetujuan untuk membayar biaya
tindakan medis yang tercantum
Putusan Hakim Mahkamah
dalam persetujuan tindakan
Agung dari wanprestasi tersebut
medis.8 Selain itu, pasien Yohan
di atas :
Chandra juga membuat surat
1) Menolak gugatan pasien, permohonan keringanan biaya dari
karena tindakan medis yang yang ditujukan kepada Direktur
dilakukan oleh dokter Rumah Sakit Adi Husada Surabaya
Rumah Sakit Adi Husada diberi tanda T.I-3, dan surat
telah sesuai dengan Standar pernyataan pertanggungjawaban
prosedur operasional dan biaya/administrasi sebesar Rp.
standar profesi. 10.557.000.- (sepuluh juta lima
2) Mengabulkan gugatan ratus lima puluh tujuh ribu rupiah)
rekonvensi mengenai pasien
wanprestasi karena terbukti
tidak melunasi kewajiban 8
Putusan Mahkamah Agung Nomor
2863K/Pdt/2011.hlm 2

1017
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

yang ditandatangani Yohan Candra salah, dapat disebut sebagai


tanggal 03 -12-2004.9 wanprestasi.
Surat persetujuan tindakan Wanprestasi menurut J.Satrio10
medis merupakan surat yang
berkedudukan sebagai dokumen “Wanprestasi adalah suatu
perjanjian terapeutik, serta surat peristiwa atau keadaan, di mana
permohonan juga berkedudukan debitur tidak telah memenuhi
sebagai pernyataan persetujuan kewajiban prestasi perikatannya
dari pasien sendiri untuk melunasi dengan baik, dan debitur punya
pembayaran biaya perawatan. unsur salah atasnya.”
Namun pelaksanaannya pasien,
justru tidak membayar apa yang Wanprestasi dalam perjanjian
menjadi kewajiban kontraktualnya, terapeutik berarti dokter tidak
sehingga pelanggaran terhadap melaksanakan kewajiban-
kewajiban kontraktual ini yang kewajiban kontraktualnya dengan
membuat Hakim Mahkamah melakukan kesalahan profesional,
Agung Memutuskan untuk dia melakukan wanprestasi dan
menjatuhkan putusan Wanprestasi dapatdipertanggungjawabkan
terhadap pasien Yohan Chandra. untuk membayar ganti rugi.11
1.2 Wanprestasi Karena Rumah
Sakit Adi Husada Tidak Pada kasus, dalam pelaksanaan
Memberikan Isi Rekam Medis hubungan perjanjian di bidang
kepada Pasien. kesehatan tersebut, ternyata Rumah
Rekam Medis Menurut sakit Adi Husada telah lalai
penjelasan Pasal 46 ayat (1) memenuhi kewajibannya yakni
Undang-Undang No.29 tahun 2004 memberikan isi rekam medis
tentang Praktik Kedokteran, adalah kepada pasien.Kewajiban tersebut
berkas yang berisi catatan dan di atur dalam peraturan perundang-
dokumen tentang identitas pasien, undangan. Mengingat pentingnya
pemeriksaan, pengobatan, tindakan rekam medis untuk digunakan saat
dan pelayanan lain yang telah penanganan medis, dan ternyata
diberikan kepada pasien. dokumen tersebut tidak diberikan
Hakim memutus Rumah Sakit oleh Rumah Sakit Adi Husada saat
Adi Husada wanprestasi, sebab pasien memintanya untuk
antara Pasien Yohan Chandra dan melakukan pengobatan di tempat
Rumah Sakit Adi Husada telah lain, hal tersebutlah di duga
memiliki hubungan perjanjian, menjadi penyebab kekeliruan
didasarkan adanya persetujuan penanganan medis di tempat lain
tindakan medis.Perjanjian tersebut yang berjujung pada kecacatan
melahirkan hak dan
kewajiban.Tidak dipenuhinya 10
J. Satrio. Wanprestasi menurut
kewajiban karena adanya unsur KUHPerdata, Doktrin, & Yurisprudensi.
(Bandung : 2012. Citra Aditya Bakti). hlm. 3
11
Zaeni Asyhadie. Aspek-Aspek Hukum
9
Putusan Pengadilan Negeri Nomor. Kesehatan di Indonesia. (Depok: Rajawali
486/Pdt.G/2009/PN.Sby. hlm 25 Pers. 2017). Hlm. 126

1018
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

pada diri pasien. Oleh sebab itu, mereka memenuhi syarat-syarat


karena kelalaian Rumah Sakit tidak tersebut.13
memenuhi kewajibannya yang di
atur dalam peraturan perundang- Jadi wanprestasi hanya sebatas
undangan untuk memberikan isi tidak dipenuhinya hal-hal yang di
rekam medis inilah menjadi atur dalam perjanjian saja, tidak
penyebab cacatnya pasien meliputi pelanggaran hak dan
sekarang.Sehingga hakim kewajiban yang di atur dalam
Mahkmah Agung menjatuhkan peraturan perundang-undangan.
putusan wanprestasi, sebab ada Pada kasus hakim memutus
pelanggaran hak dan atau bahwa wanprestasi terjadi karena
kewajiban dalam hubungan adanya kelalaian Rumah Sakit Adi
perjanjian.Pelanggaran hak dan Husada memenuhi kewajiban
atau kewajiban itu bisa disebut hukum yang di atur dalam
sebagai wanprestasi. peraturan perundang-undangan,
yakni kewajiban memberikan hak
Wanprestasi itu berkaitan erat pasien atas isi rekam medis. Hak
dengan pelaksanaan perjanjian. dan kewajiban akan isi rekam
“Seseorang tidak dapat medis ini tidak dimuat dalam
dinyatakan wanprestasi apabila perjanjian terapeutik antara Rumah
orang tersebut tidak terikat dalam Sakit Adi Husada dan Pasien
suatu hubungan Yohan Chandra. Perjanjian
kontraktual.Kontrak atau terapeutik antara Rumah Sakit Adi
perjanjian memuat janji, dan janji Husada itu berwujud suratinformed
melahirkan kewajiban.Pihak yang consent atau persetujuan tindakan
dirugikan karena tidak dipenuhinya medis. Isi dari perrsetujuan
suatu prestasi dapat mengajukan tindakan medis tersebut, yakni
gugatan keperdataan.”12 mengenai pemilihan dokter,
penanganan operasi patah tulang
Janji itu melahirkan hak dan atau dan biaya yang harus di bayar.
kewajiban kontraktual.Pelanggaran Jadi tidak diberikanya isi rekam
atau tidak dipenuhinya prestasi, hak medis bukanlah pelanggaran dari isi
dan atau kewajiban kontraktualah perjanjian, melainkan pelanggaran
yang kemudian disebut terhadap ketentuan yang di atur
wanprestasi. dalam peraturan perundang-
undangan.Perbuatan yang
Apabila pasien atau melanggar atau melawan ketentuan
keluarganya menganggap bahwa hukum yang berlaku merupakan
dokter atau dokter gigi tidak perbuatan melawan hukum.
melakukan kewajiban-kewajiban Perbuatan melawan hukum
kontraktualnya, pasien tersebut berhubungan dengan perumusan
dapat menggugat dengan alasan
wanprestasi dan menuntut agar 13
Syahrul Machmud, Penegakan Hukum dan
Perlindungan Hukum Bagi Dokter yang
12
Yahman.Karakteristik Wanprestasi & Diduga Melakukan Medikal Praktek.
Tindak Pidana Penipuan.( Jakarta : Prana (Bandung : Mandar Maju. 2008).. hlm.53
Media Group, 2014). hlm. 23

1019
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

luas, baik dianut oleh doktrin tersebut tidak hanya sebatas


maupun yurisprudensi sejak tindakan administratif, akan tetapi
peristiwa perkara Lindenbaum juga termasuk tindakan
Cohen (HR 31 Januari 1919, N.J. keperdataan berupa perbuatan
1919, 161), maka perbuatan yang melawan hukum.”
melawan hukum meliputi:
1) Perbuatan yang melanggar hak 2.Perlindungan Hukum terhadap
subjektif orang lain, Pemberi dan Penerima
2) Melanggar kewajiban Pelayanan Kesehatan saat terjadi
hukumnya sendiri (kedua- sengketa medik
duanya sebagaiman
dirumuskan dalam undang- 2.1 Perlindungan Hukum terhadap
undang) pemberi pelayanan
3) Melanggar etika pergaulan kesehatan (dokter atau
hidup (geode zeden) dan Rumah Sakit )
4) Melanggar kewajibannya Perlindungan hukum dalam
sebagai anggota masyarakat penyelenggaraan kesehatan, di atur
untuk, dalam pergaulan hidup, dalam peraturan perundangan,
secara patut memperhatikan diantaranya :
kepentingan diri dan hartanya
orang lain. Pasal 24 Ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996
Tidak diberikannya isi rekam tentang Tenaga Kesehatan
medis kepada pasien merupakan
perbuatan melawan hukum, hal ini “Perlindungan hukum diberikan
diperkuat dengan penelitian yang kepada tenaga kesehatan yang
telah di lakukan sebelumnya yakni melakukan tugasnya sesuai dengan
penelitian yang berjudul standar profesi tenaga kesehatan.”
“Pertanggungjawaban Perdata Pasal 50 huruf a, Undang-Undang
Dokter Mengenai Tindakan Medis Nomor 29 tahun 2004 tentang
Tanpa Informed Consent”, yang Praktik Kedokteran
menyebutkan bahwa :14
“ Hak dokter Memperoleh
“..Dengan adanya tindakan rumah perlindungan hukum sepanjang
sakit yang menolak memberi melaksanakan tugas sesuai dengan
salinan rekam medis maka yang standar profesi dan standar prosedur
bersangkutan telah melanggar hak operasional”
subjektif pasien.Pelanggaran hak
subjektif ini tergolong sesuatu Pasal 30 Undang-Undang Nomor 44
yang melawan hukum secara tahun 2009 tentang Rumah Sakit
perdata.oleh karena itu tindakan menyebutkan bahwa salah satu hak
rumah sakit yang menolak rumah sakit adalah mendapatkan
memberikan salinan rekam medis perlindungan hukum dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan.
14
Rivian Yuris Ardani. Pertanggungjawaban
Perdata Dokter Mengenai Tindakan Medis
Tanpa Informed Consent. Tesis. Fakultas
Hukum Universitas Indonesia. Hlm 18

1020
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

Undang-Undang Nomor 36 Tahun Adi Husada perlu mendapatkan


2009 tentang Kesehatan Pasal 27 (1) perlindungan hukum.
berbunyi:
Hakim Mahkamah Agung
“Tenaga kesehatan berhak telah memberikan perlindungan
mendapatkan imbalan dan kepada Rumah Sakit Adi Husada
pelindungan hukum dalam selaku pemberi pelayanan kesehatan,
melaksanakan tugas sesuai dengan yang telah terbukti telah melakukan
profesinya.” pelayanan medis sesuai dengan
standar pelayanan medis, dan tidak
Perlindungan hukum terhadap terbukti melakukan ingkar janji.
pemberi pelayanan kesehatan ini Berikut kutipan putusannya :
merupakan hak. Seperti yang sering
terjadi, bagaimana banyak dokter “…Majelis Hakim berpendapat
yang digugat oleh pasiennya hanya bahwa ternyata dari alat bukti yang
karena rasa ketidakpuasan. diajukan Penggugat tidak terdapat
alat bukti yang dapat membuktikan
Pada kasus Rumah Sakit Adi adanya ingkar janji dan perbuatan
Husada telah di gugat atas dasar yang tidak menyenangkan atas
wanprestasi dan perbuatan yang tidak pelayanan Medis terhadap
menyenangkan.Gugatan berawal Penggugat,..”
karena pasien yang merasa bahwa
tindakan medis yang telah dilakukan “bahwa operasi yang dilakukan oleh
rumah sakit tidak membuahkan hasil, Turut Termohon Kasasi sesuai
dan merasa kecewa dengan dengan ketentuan yang berlaku dan
pelayanan medis yang diterimanya, tidak menimbulkan cacat.”15
sebab saat di rawat di Rumah Sakit
Adi Husada, pasien sering Perlindungan hukum yang diberikan
mengalami pembiaran.Karena oleh hakim tersebut, dalam bentuk
mendapat perlakuan tersebut, pasien menolak permohonan kasasi pasien,
menangguhkan pelunasan biaya yang pada memori kasasinya
perawatan.Padahal seperti yang kita menuntut pertanggungjawaban
ketahui bahwa perjanjian di bidang Rumah Sakit Adi Husada karena
kesehatan objek perjanjiannya telah melakukan pelayanan
bukanlah “hasil” kesembuhan kesehatan yang mengecewakan,
melainkan, “upaya untuk sebab operasi yang telah dilakukan di
kesembuhan”.Namun hal tersebut rumah sakit Adi Husada tidak
sering tidak dipahami oleh pasien, membuat keadaan pasien lebih baik.
yang beranggapan bahwa kalau tidak Selain itu, bentuk
sembuh berarti pihak pemberi perlindungan oleh hakim juga
pelayanan kesehatan telah diberikan terkait, dengan pasien yang
melakukan kesalahan.Atas gugatan belum melunasi biaya perawatan,
tersebut tentunya sangat merugikan yakni berupahukuman atau
pihak rumah sakit maupun tenaga menjatuhkan putusan yang berisi
medis lainya yang
menangani.Sehingga, Rumah Sakit 15
Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Timur.
Op.cit. hlm. 15 jo Putusan Mahkamah
Agung Nmor 2863K/Pdt/2011. hlm. 19

1021
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

perintah memaksakan pasien akan melakukan gugatan ganti rugi yang


ketaatannya pada norma-norma diakibatkan oleh dokter karena
hukum yakni untuk membayar kesalahan atau kelalaiannya.
kewajiban perikatannya. Putusan Pasal 1371 BW yang menyatakan:
tersebut ditujukan sebagai bentuk “Menyebabkan luka atau cacatnya
perlindungan bagi pihak-pihak dalam anggota badan karena sengaja dan
hubungan terapeutik. kurang hati-hati memberikan hak
kepada korban untuk menuntut
2.2 Perlindungan Hukum Terhadap ganti rugi selain biaya-biaya
Penerima Pelayanan Kesehatan penyembuhan yang dikarenakan
Perlunya perlindungan hukum kelalaian tersebut.”
terhadap penerima pelayanan Pada kasus Pada kasus,
kesehatan yakni pasien ini, Yohan Chandra telah melakukan
mengingat dalam hubungan antara upaya hukum dengan mengajukan
pasien dengan dokter, atau antara gugatan ke pengadilan sebagai
pasien dengan rumah sakit, karena bentuk perlindungan hukum
posisi pasien yang berada dalam terhadap dirinya, yang telah merasa
kedudukan lemah.Lemah ini dirugikan akibat pelayanan medis
maksudnya, posisi pasien ada yang diterimanya selama di rawat
dalam keadaan membutuhkan di Rumah Sakit Adi Husada,
pertolongan, sementara posisi dengan mengajukan gugatan bahwa
tenaga kesehatan adalah pihak yang rumah sakit dan dokter yang
menolong.Jadi, posisi pasien menanganinya telah melakukan
dengan tenaga kesehatan, lebih kuat wanprestasi/ingkar janji dan
pada posisi tenaga kesehatan. perbuatan malpraktek.
“…Posisi pasien dengan tenaga Atas gugatan pasien tersebut,
kesehatan yang tidak seimbang, putusan Pengadilan Negeri
keadaan seperti itu membuat pasien Surabaya, telah menolak seluruh
mudah untuk mendapat perlakuan gugatan tersebut, sebab apa yang di
tidak adil. Sehingga tepatlah jika, gugat yakni wanprestasi dan
posisi pasien perlu mendapat melakukan perbuatan tidak
pengawalan, agar tidak mengalami menyenangkan tersebut tidak
kerugian atau dengan kata lain, terbukti. Namun Hakim Pengadilan
pasien perlu mendapat keadilan Tinggi kemudian memutus berbeda,
atau perlindungan.”16 yang kemudian putusan tersebut di
Bentuk perlindungan hukum benarkan dan dikuatkan oleh
yang diterima pasien pada saat Hakim Mahkamah Agung. Putusan
mengalami perbuatan yang tersebut yakni :
merugikan dirinya itu, ia dapat
“…Menyatakan bahwa Tergugat I
16
Konvensi/Penggugat Rekonvensi/
Michelle Gabriele Monica Rompis. Terbanding melakukan wanprestasi
Perlindungan Hukum Terhadap Dokter Yang
Diduga Melakukan Medical Malpraktik,” (ingkar janji)…” ;
Lex Crimen Vol. VI/No. 4/Jun/2017,
Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, “…Menghukum kepada Tergugat I
2019. hlm. 74 Konvensi/Penggugat Rekonvensi/

1022
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

Terbanding untuk menyerahkan isi Di sini sangat terlihat bahwa


Rekam Medis yang dibutuhkan oleh hakim telah berupaya untuk
Penggugat…” melindungi kedudukan pasien,
dengan memperhatikan pentingnya
Hakim telah memberi isi rekam medis bagi pasien, yang
perlindungan kepada pasien, tidak diberikan oleh Rumah Sakit
meskipun dokter dan Rumah Sakit Adi Husada. Tidak diberikannya isi
Adi Husada terbukti telah
rekam medis ini turut andil
melakukan pelayanan medis sesuai
terhadap kerugian yang dialami
dengan ketentuan yang berlaku,
berikut bunyi putusannya : pasien. Atas perbuatan yang
merugikan tersebut, hakim juga
“bahwa operasi yang dilakukan mewujudkan perlindungan itu
oleh Turut Termohon Kasasi sesuai dalam bentuk meminta
dengan ketentuan yang berlaku dan pertanggungjawaban perdata
tidak menimbulkan cacat.”17 Rumah Sakit Adi Husada untuk
Namun, hakim memutus Rumah membayar ganti kerugian.Berikut
Sakit Adi Husada bersalah atas kutipannya :
keadaan yang dialami pasien, sebab “Menghukum Tergugat Konvensi
ada kelalaian yang telah dilakukan /Penggugat Rekonvensi/Terbanding
oleh Rumah Sakit, yakni tidak untuk membayar ganti rugi
memberikan isi rekam medis immateriil/moril sebesar Rp
kepada pasien. 50.000.000,00 (lima puluh juta
Walau tindakan medis yang Rupiah) secara tunai”
dilakukan telah sesuai dengan Berdasarkan hal yang telah
ketentuan yang berlaku, tetapi tidak diuraikan di atas, maka Putusan
diberikannya isi rekam medis ini Mahkamah Agung Nomor
bisa menjadi penyebab kecacatan 2863K/Pdt/2011 menunjukan
yang diderita pasien saat ia bahwa Hakim Mahkamah Agung
melakukan pengobatan di temapat telah meberikan perlindungan
lain, sebab rekam medis ini berguna hukum kepada pasien berupa
sebagai pedoman bagi tenaga medis memaksakan ketaatan terhadap
lainnya untuk melakukan seseorang atau badan
penanganan medis. Apabila tidak hukum(Rumah Sakit Adi Husada)
ada rekam medis, penanganan yang telah bertindak secara
medis pun bisa jadi tidak tepat, bertentangan dengan peraturan
sehingga berakibat buruk bagi perundang-undangan atau
pasien. kewajibanya dalam perjanjian,
serta menjatuhkaan hukuman ganti
rugi sesuai norma-norma hukum
17
Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Timur.
yang ada dalam peraturan
Op.cit. hlm. 15 jo Putusan Mahkamah perundangan sebagai bentuk
Agung Nmor 2863K/Pdt/2011. hlm. 19

1023
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

perlindungan bagi pihak-pihak hukum kepada penerima


dalam hubungan Terapeutik. pelayanan kesehatan berupa
memaksakan ketaatan terhadap
Hakim Mahkamah Agung dalam Rumah Sakit Adi Husada yang
putusannya telah mencerminkan telah bertindak secara
perlindungan hukum terhadap bertentangan dengan peraturan
pasien. Perlindungan hukum itu perundang-undangan atau
dapat kita lihat dari kewajibannya dalam perjanjian,
serta menjatuhkan hukuman
ganti rugi sesuai norma-norma
IV. KESIMPULAN hukum yang ada dalam
1.Hakim Mahkamah Agung peraturan perundangan sebagai
memutus wanprestasi, karena bentuk perlindungan bagi pihak-
pasien tidak membayar pihak dalam hubungan
kewajiban pembayaran yang Terapeutik.
telah disepakati dengan Rumah
Sakit Adi Husada. V. DAFTAR PUSTAKA
2.Hakim memutus wanprestasi
kepada Runah Sakit Adi Husada Buku Literatur
karena, adanya pelanggaran hak Asyhadie, Zaeni. Aspek-Aspek
pasien yakni hak akan isi rekam Hukum Kesehatan di
medis yang tidak diberikan oleh Indonesia. (Depok : Rajawali
Rumah Sakit Adi Husada. Pers. 2017)
3.Bahwa, pertimbangan hakim
yang menyatakan Rumah Sakit Busro , Achmad. Edisi Revisi Hukum
Adi Husada telah melakukan Perikatan Berdasar Buku III
wanprestasi karena tidak KUH Perdata, (Yogyakarta :
memberikan isi rekam medis Pohon Cahaya, 2012)
kepada pasien adalah kurang
Johan, Bahder. Hukum Kesehatan
tepat, meskipun isi rekam medis
Pertanggungjawaban Dokter.
merupakan hak pasien dan
(Surabaya : 2005. Rineka
kewajiban Rumah Sakit.
Cipta)
Pelanggaran hak dan kewajiban
dimaksud haruslah pelanggaran Mahmud , Syahrul. Penegakan
hak dan kewajiban yang termuat Hukum dan Perlindungan
dalam perjanjian. Hukum Bagi Dokter yang
4.Hakim Mahkamah Agung telah Diduga Melakukan Medikal
memberikan perlindungan Praktek. (Bandung : Mandar
hukum kepada pemberi Maju. 2008)
pelayanan kesehatan, berupa
perintah memaksakan pasien Michelle Gabriele, “Perlindungan
untuk membayar kewajiban Hukum Terhadap Dokter Yang
perikatannya kepada Rumah Diduga Melakukan Medical
Sakit Adi Husada. Malpraktik,” Lex Crimen Vol.
5.Hakim Mahkamah Agung telah VI/No. 4/Jun/2017, Fakultas
memberikan perlindungan Hukum Universitas Sam
Ratulangi

1024
DIPONEGORO LAW JOURNAL
Volume 8, Nomor 2, Tahun 2019
Website : https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/

Satrio, J. Wanprestasi menurut Priyono, Ery Agus. Penerapan Asas


KUHPerdata, Doktrin, Itikad Baik Dan Kepatutan
&Yurisprudensi. (Bandung : Dalam Perjanjian Waralaba.
2012, Citra Aditya Bakti) Jurnal Humani, Volume 6
nomor 3. September 2016. FH
Soemitro , Ronny Hanitijo. USM
Metodologi Penelitian Hukum
dan Jurimetri. (Jakarta : Ghalia Wardani, Rivian Yuris.
Indonesia. 1994) Pertanggungjawaban Perdata
Dokter Mengenai Tindakan
Yahman.Karakteristik Wanprestasi Medis Tanpa Informed
& Tindak Pidana Penipuan. Consent.Tesis.Fakultas Hukum
(Jakarta : Prana Media Group, Universitas Indonesia.Tesis.
2014)
Pustaka Lainya
Peraturan Perundang-Undangan
Putusan Mahkamah Agung Nomor
Kitab Undang-Undang Hukum 2863K/Pdt/2011
Perdata (KUHPerdata)
Undang-Undang Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik
Kedokteran
Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan
Undang-Undang Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
290/Menkes/PER/111/2008
tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
269/Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis

Jurnal
Michelle Gabriele, “Perlindungan
Hukum Terhadap Dokter Yang
Diduga Melakukan Medical
Malpraktik,” Lex Crimen Vol.
VI/No. 4/Jun/2017, Fakultas
Hukum Universitas Sam
Ratulangi

1025

Anda mungkin juga menyukai