Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Surat keterangan dokter dapat didefinisikan sebagai surat keterangan yang diberikan oleh
seorang dokter secara profesional mengenai keadaan tertentu yang diketahuinya dan dapat
dibuktikan kebenarannya.
Surat keterangan berbadan sehat adalah surat keterangan yang diberikan dokter untuk
pemohon yang dinyatakan berbadan sehat setelah melalui serangkaian pemeriksaan. Surat
Keterangan Sehat berlaku selama 6 (enam) bulan sejak tanggal diterbitkan.
Surat keterangan dokter yang biasa diberikan oleh dokter antara lain adalah: Surat
keterangan sehat (untuk berbagai keperluan seperti memperoleh SIM, mengajukan klaim
asuransi, menikah, melamar pekerjaan, dan lain-lain), Surat keterangan sakit/istirahat sakit,
Surat keterangan kelahiran, Surat keterangan kematian, Surat keterangan kematian untuk
asuransi, Surat keterangan cacat, Surat keterangan ahli yang berkaitan dengan pemeriksaan
forensik (Visum et Repertum); mengenai pembuatan Visum et Repertum dibahas dalam bab
tersendiri, Laporan mengenai penyakit menular, dan Kuitansi.

Aturan yang terkait dengan pembuatan surat keterangan dokter adalah: Bab I Pasal 7
KODEKI (Kode Etik Kedokteran Indonesia) , Bab II Pasal 12 KODEKI dan Paragraph 4
Pasal 48 Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran

Implikasi Hukum terhadap Standar Kompetensi Dokter : Hukum Pidana (Pasal 263, 267,
268), Hukum Perdata (Pasal 322, 1365, 1366, 1367), Pelanggaran Disiplin Medis (MKDKI) ,
Pelanggaran Etika Kedokteran (KODEKI) , UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran, UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, dan UU No. 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Surat keterangan dokter dapat didefinisikan sebagai surat keterangan yang diberikan oleh
seorang dokter secara profesional mengenai keadaan tertentu yang diketahuinya dan dapat
dibuktikan kebenarannya.
Surat keterangan berbadan sehat adalah surat keterangan yang diberikan dokter untuk
pemohon yang dinyatakan berbadan sehat setelah melalui serangkaian pemeriksaan. Surat
Keterangan Sehat berlaku selama 6 (enam) bulan sejak tanggal diterbitkan.
Perlu dipahami bahwa praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Adanya
pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk :
a. memberikan perlindungan kepada pasien;
b. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter
dan dokter gigi; dan
c. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.
Dokter yang telah memiliki STR mempunyai wewenang melakukan praktik kedokteran
(legal) sesuai pendidikan dan kompetensi yang dimiliki, yang terdiri atas:
a. mewawancarai pasien;
b. memeriksa fisik dan mental pasien;
c. menentukan pemeriksaan penunjang;
d. menegakkan diagnosis;
e. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;
f. melakukan tindakan kedokteran;
g. menulis resep obat dan alat kesehatan;
h. menerbitkan surat keterangan dokter;
i. menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan; dan
j. meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di daerah terpencil yang
tidak ada apotek.
B. Macam-macam Surat Keterangan Dokter

Surat keterangan dokter yang biasa diberikan oleh dokter antara lain adalah:

1. Surat keterangan sehat (untuk berbagai keperluan seperti memperoleh SIM, mengajukan
klaim asuransi, menikah, melamar pekerjaan, dan lain-lain)
 Untuk Asuransi Jiwa
Dalam menulis laporan pengujian kesehatan untuk asuransi jiwa, perlu diperhatikan agar :
- Laporan dokter harus objektif, jangan dipengaruhi oleh keinginan calon nasabah atau
agen perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan.
- Sebaliknya jangan menguji kesehatan seorangcalon yang masih atau pernah menjadi
pasien sendiri untuk menghindari timbulnya kesukaran dalam mempertahankan wajib
menyimpan rahasia jabatan.
- Jangan memberitahukan kesimpulan hasil pemeriksaan medik kepada pasien,
langsung kepada perusahaan asuransi itu sendiri.
Dokter selaku ahli, bukan orang kepercayaan perusahaan asuransi
kesehatan. Pemeriksaan oleh dokter yang dipilih pasien pada dasarnya untuk kepentingan
pihak asuransi oleh karena sebagai dokter penguji kesehatan tersebut, dokter wajib
memberitahukan kepada perusahaan tentang segala sesuatu yang ia ketahui dari orang
yang kesehatannya diuji. Dapat terjebak melanggar wajib simpan rahasia jabatan.
Seharusnya dokter keluarga menolak untuk menguji kesehatan pasiennya.

 Untuk memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM).


Perlu diperhatikan olehkarena pengendara atau faktor manusia merupakan faktor utama
penyebab kecelakaan lalu lintas.

 Untuk Nikah
Selain pemeriksaan medis, dokter juga harus memberikan edukasi reproduksi dan pendidikan
seks kepada pasangan calon suami-istri. Yang sering menjadi dilema adalah apakah dokter
harus memberitahukan kepada salah satu calon suami-istri tersebut apabila menemukan
kelainan-kelainan atau penyakit-penyakit yang diderita salah satu calon pasangannya.
2. Surat keterangan sakit/istirahat sakit
Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan sandiwara (simulasi)
atau melebih-lebihkan (agrravi) pada waktu memberikan keterangan mengenai cuti sakit
seorang karyawan. Ada kalanya cuti sakit disalahgunakan untuk tujuan lain. Surat keterangan
cuti sakit palsu dapat menyebabkan seorang dokter dituntut menurut pasal 263 dan 267
KUHP.

3. Surat keterangan kelahiran


SK kelahiran berisikan tentang waktu (tanggal dan jam) lahirnya bayi, kelamin, BB dan
nama orang tua. Diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya oleh karena sering adanya
permintaan khusus dari pasien. Hal yang sering menjadi masalah :
 Anak yang lahir dari inseminasi buatan dari semen donor ( Arteficial Insemination by
Donor = AID )
 Anak yang lahir hasil bayi tabung yang sel telur dan/atau sel maninya berasal dari donor
(In vitro Fertilization by Donor )
 Anak yang lahir hasil konsepsi dari saudara kandung suami
Ketiga hal diatas bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia

4. Surat keterangan kematian


 Surat keterangan untuk keperluan penguburan, perlu dicantumkan identitas jenazah,
tempat, dan waktu meninggalnya.
 Surat Keterangan ( Laporan ) kematian Mengenai hal ini perlu diisi sebab kematian sesuai
dengan pengetahuan dokter. Karena bedah mayat klinik belum dapat dilakukan hingga
waktu ini, sebab kematian secara klinik saja dilaporkan. Lamanya menderita sakit hingga
meninggal dunia juga harus dicantumkan. Jika jenazah dibawa ke luar daerah atau luar
negeri maka adanya kematian karena penyakit menular harus diperhatikan.

5. Surat keterangan kematian untuk asuransi

6. Surat keterangan cacat


Sangat erat hubungannya dengan besarnya tunjangan atau pensiun yang akan diterima oleh
pekerja, yang tergantung kepada keterangan dokter tentang sifat cacatnya.
7. Surat keterangan ahli yang berkaitan dengan pemeriksaan forensik (Visum et Repertum);
Visum et repertum (VeR) adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh dokter untuk
penyidik dan pengadilan. VeR mempunyai daya bukti dan alat bukti yang sah dalam perkara
pidana.
 Kasus Pemerkosaan
Kesulitan jika korban dikirim terlambat karena hasil pemeriksaan tidak menunjukkan
keadaan sebenarnya
 Bedah mayat kedokteran kehakiman
Harus objektif tanpa pengaruh dari mereka yang berkepentingan dalam perkara.
Keterangan dibuat dengan istilah yang mudah dipahami, berdasarkan apa yang dilihat dan
ditemukan, sehingga tidak berulang kali dipanggil ke pengadilan untuk dimintakan
keterangan tambahan.

8. Laporan mengenai penyakit menular


Diatur dalam UU No. 6 tahun 1962 tentang wabah. Kepentingan umum yang diutamakan.
Pasal 50 KUHP : “ Tiada boleh dihukum barang siapa melakukan perbuatan untuk
menjalankan aturan undang-undang”.

9. Kuitansi
Sering diminta sebagai bukti pembayaran, tidak menimbulkan masalah apabila sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Berhubungan dengan penggantian biaya berobat dari
perusahaan tepat pasien atau pasangannya bekerja.
Contoh :
1. perusahaan hanya mengganti 50% biaya pengobatan, pasien minta dibuatkan kuitansi
sebesar 2 kali imbalan jasa yan diterima dokter,
2. pasien meminta agar imbalan jasa dokter dinaikkan dengan sisa imbalan dibagi 50-
50% antara dokter dan pasien,
3. Pasien meminta agar biaya pengangkutan pulang pergi dari luar kota ke tempat
berobat dimasukkan dalam kuitansi berobat (built in), sedangkan dokter tidak
menerima bagian dari biaya pengangkutan tersebut.
Ketiga contoh di atas jelas malpraktik etik dan malpraktik kriminil.
C. Ketentuan dalam Pembuatan Surat Keterangan Dokter

Dalam membuat surat keterangan dokter, seorang dokter hendaknya hanya


memberikan keterangan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan dapat dibuktikan
kebenarannya. Dokter yang membuat surat keterangan yang tidak benar dapat dikatakan
melanggar Kode Etik Kedokteran Indonesia dan melanggar hukum.

a. Implikasi hukum surat keterangan dokter pada umumnya berkaitan dengan:


1) Pemalsuan
2) Membuka rahasia
3) Menyebabkan kerugian
4) Diluar kompetensi
b. Aturan yang terkait dengan pembuatan surat keterangan dokter adalah:
1) Bab I Pasal 7 KODEKI (Kode Etik Kedokteran Indonesia) :

“Seorang dokter hanya memberi keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan
kebenarannya.’’

2) Bab II Pasal 12 KODEKI,

‘’Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien
bahkan juga setelah pasien meninggal dunia”.

3) Paragraph 4 Pasal 48 Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran

a) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan
rahasia kedokteran.
b) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi
permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien
sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundangundangan.
c) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan Peraturan Menteri.
Maka dalam melaksanakan praktik kedokteran, dokter yang berpraktik sesuai
pendidikan dan kompetensi yang dimiliki (Kesehatan Jiwa) memiliki kewajiban untuk
mengikuti standar pelayanan kedokteran (pedoman yang harus diikuti oleh dokter dalam
menyelenggarakan praktik kedokteran). Selain itu, wajib juga untuk memberikan pelayanan
medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis
pasien.
Apabila dokter tidak melaksanakan kewajiban melakukan pelayanan medis dengan
tidak sesuai standarnya, dapat dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 50 juta.

c. KUHP Tentang Surat Palsu

1. KUHP Pasal 263


1) Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan
sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan sebagai
bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain
memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika
pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan
pidana penjara paling lama enam tahun.
2) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat palsu
atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan
kerugian.
2. Pasal 267
1) ayat (1) Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu
tentang ada atau tidaknya penyakit, kelemahan atau cacad-cacad diancam dengan
penjara dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.
2) ”jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seseorang ke dalam
rumah sakit jiwa atau untuk menahannya disitu, dijatuhkan pidana penjara paling
lama delapan tahun enam bulan”.
3. Pasal 26
1) ”barangsiapa membuat secara palsu atau memalsu surat keterangan dokter tentang
ada atau tidaknya penyakit, kelemahan, atau cacad dengan maksud untuk
menyesatkan penguasa umum atau penanggung, diancam dengan penjara dengan
hukuman penjara selama-lamanya empat tahun”.
2) ”diancam dengan pidana yang sama, barangsiapa dengan maksud yang sama
memakai surat keteragan tidak benar atau yang palsu, seolah-olah surat itu benar
dan tidak dipalsu”.
4. KUHP Pasal 322
1) Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena
jabatan atau pencariannya, baik yang sekarang maupun yang dahulu, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak
sembilan ribu rupiah.
2) (2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seseorang tertentu, maka perbuatan itu hanya
dapat dituntut atas pengaduan orang itu.
d. Implikasi Hukum Perdata
Tentang Ganti Rugi :
1) KUH Perdata Pasal 1365, 1366, 1367.
2) Dikaitkan dengan membuka rahasia, misalnya di dalam Surat Keterangan Dokter tsb
disebutkan diagnosis / nama penyakitnya dan membuat pasien merasa dirugikan.
Terutama berkaitan dengan asuransi.
 Kerugian dan Lalai
1) Pasal 1365 KUH Perdata: Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa
kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu
karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.
2) Pasal 1366 KUH Perdata: Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian
yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan
kelalaian atau kurang hati-hatinya.
3) Pasal 1367 KUH Perdata: Seseorang tidak hanya bertanggung jawab, atas kerugian
yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang
disebabkan perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau
disebabkan barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.
Direktur rumah sakit, pimpinan institusi penyelenggara pelayanan kesehatan lain
dapat digugat akibat surat keterangan dokter ini.

D. Pelanggaran Disiplin Medis


a. Keputusan konsil kedokteran indonesia nomor 17/kki/kep/viii/2006 tentang
pedoman penegakan disiplin profesi kedokteran.

Bentuk pelanggaran disiplin kedokteran: ada 28 jenis pelanggaran disiplin medis.

1. Berkaitan dengan kompetensi dokter.


2. Tidak merujuk pasien ke dokter atau fasilitas kesehatan yang lebih kompeten.
3. Menyediakan dr. / drg. Pengganti yang tidak kompeten.
4. Membuka rahasia kedokteran.
5. Membuat keterangan medik tidak benar.
6. Tidak jujur dalam menentukan jasa medik dan menerima imbalan sebagai hasil
korupsi kolusi dan nepotisme.
b. Sanksi Terhadap Pelanggaran Disiplin Medis
1. Sanksi diputuskan oleh MKDKI.
2. Sanksi thd pelanggaran disiplin medis dapat berupa:
1) Pemberian peringatan tertulis.
2) Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi (STR) atau surat izin
praktik (SIP).
3) Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
kedokteran atau kedokteran gigi.
c. Pelanggaran Etika Kedokteran (KODEKI)
1) Pasal 7 : Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat
yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.
2) Pasal 7 (a). Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya,
memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis
dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang dan penghormatan atas
martabat manusia.
3) Pasal 10 : Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan
segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini
ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka
atas persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang
mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
4) Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pelanggaran KODEKI ditangani oleh MKEK.

1) Panitia etik RS memecahkan masalah etik di RS.


2) Panitia etik RS merujuk pelanggaran etik yang tidak bisa di selesaikan di RS
ke MKEK/MAKERSI ( Majelis Kehormatan Etika Rumah Sakit).
3) MKEK juga menangani kasus etik pengaduan masyarakat.
4) Dalam penanganan masalah etik harus memperhatikan ketentuan hukum dan
etika lain yang berlaku.
Undang-Undang Tentang Pelanggaran Etika Kedokteran :

UU No 29 Tahun 2004 (UUPK)

1. Pasal 48
a. Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib
menyimpan rahasia kedokteran.
b. Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum,
permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
2. Pasal 57 UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
a. Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.
b. Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal:
1) Perintah undang-undang;
2) Perintah pengadilan;
3) Izin yang bersangkutan;
4) Kepentingan masyarakat; atau
5) Kepentingan orang tersebut.
3. Pasal 58 UU No 36 Tahun 2009 tetang Kesehatan
a. Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau
kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.
4. UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
1) Pasal 150
a. Pemeriksaan kesehatan jiwa untuk kepentingan penegakan hukum (visum et repertum
psikiatricum) hanya dapat dilakukan oleh dokter spesialis kedokteran jiwa pada
fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Penetapan status kecakapan hukum seseorang yang diduga mengalami gangguan
kesehatan jiwa dilakukan oleh tim dokter yang mempunyai keahlian dan kompetensi
sesuai dengan standar profesi.
5. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Pasal 38
1) Setiap Rumah Sakit harus menyimpan rahasia kedokteran.
2) Rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dibuka untuk
kepentingan kesehatan pasien, untuk pemenuhan permintaan aparat penegak hukum
dalam rangka penegakan hukum, atas persetujuan pasien sendiri, atau berdasarkan
ketentuan peraturan perundangundangan.

E. Format Surat Keterangan Dokter

Format surat keterangan dokter terdiri dari beberapa unsur, yaitu:

1. Nama dan alamat instansi


2. Judul surat keterangan
3. Identitas pasien yang diberi keterangan
4. Isi keterangan
5. Tempat dan tanggal pembuatan surat keterangan
6. Nama lengkap dan tanda tangan dokter yang memberi surat keterangan

F. Disabilitas dalam pemeriksaan kesehatan:


1. Kesehatan Mental:
a. Gangguan jiwa berat (psikosis) Keadaan mental yang ditandai distorsi
(kekacauan) dalam menilai realitas, gangguan dalam proses pikir dan isi pikir,
dalam alam perasaan, dalam persepsi, tilikan dan kemampuan menilai, sedemikian
sehingga tidak lagi sesuai dengan logika, nilai, norma budaya dan kebiasaan yang
berlaku. (gangguan skizofrenia, gangguan mood dengan gambaran psikotik,
gangguan waham menetap, gangguan psikotik akut, dsb);
b. Gangguan neurosis berat Keadaan mental yang ditandai keluhan dalam bidang
perasaan (cemas, sedih), dan / atau pikiran (negatif, konflik berulang), dan / atau
perilaku, yang menetap dan tidak dapat dihindarkan, serta menimbulkan
penderitaan bagi individu dan kendala dalam fungsi sosialnya. Daya menilai
realitas tidak terdistorsi.
c. Gangguan otak organik dengan defek kognitif / intelektual.
d. Gangguan kepribadian Keadaan mental yang ditandai oleh pola perilaku tertentu
(cara pikir, berperasaan, dan bertingkah laku) yang menetap dan pervasif, yang
menjadi corak khas bagi individu. Tidak terdapat distorsi dalam menilai realitas,
namun seringkali pola perilaku tersebut terkait dengan konflik mengenai
norma/nilai dalam lingkungan / masyarakat, yang mengakibatkan kendala dalam
fungsi sosial individu.
e. Alkoholisme
f. Ketergantungan obat terlarang / psikotropika, atau riwayat ketergantungan obat
terlarang / psikotropika dalam 5 tahun terakhir.

2. Kesehatan Fisik:
a. Sistem saraf:
1) Disabilitas motorik sehingga tidak mampu mandiri, yang tidak dapat
dikoreksi; termasuk disabiltas koordinasi.
2) Disabilitas sensorik: keseimbangan, pendengaran, penglihatan,
3) Gangguan komunikasi verbal;
b. Sistem jantung dan pembuluh darah: Disabilitas sistem jantung dan pembuluh
darah yang mengakibatkan kemampuan fisik yang rendah (dispnoe d’effort)
c. Sistem pernapasan: (sudah termasuk dalam disabilitas jantung dan pembuluh
darah) Penyakit-penyakit menular sistem pernapasan (TBC yang belum
diobati)
d. Bidang penglihatan sebagai berikut:
1) Buta warna
2) Tidak mampu membaca tulisan font 12 tanpa menggunakan loop.
e. Bidang Telinga Hidung Tenggorokan (THT) sudah termasuk dalam
komunikasi)
1) Tuli yang tidak dapat dikoreksi dengan alat bantu dengar;
2) Disfonia (”gangguan suara”) berat yang menetap, sehingga menyulitkan
untuk komunikasi verbal;
f. Sistem hati dan pencernaan: (Sudah masuk dalam disability yang
mempengaruhi kemampuan fisik)
g. Sistem Endokrin
h. Sistem Urogenital (ginjal dan saluran kemih)
i. Sistem Muskuloskeletal (alat gerak): Gangguan fungsi muskuloskeletal
ekstrimitas atas yang tidak bisa melakukan tugas profesi.

Anda mungkin juga menyukai