Anda di halaman 1dari 21

Aspek Etikomedikolegal

Surat Keterangan Medis


Yang Dibuat Dokter
dr. Adji Suwandono, S.H., Sp.F.
PENDAHULUAN
 Surat keterangan medis → surat keterangan
yang dikeluarkan berdasarkan kesimpulan dan
hasil pemeriksaan seorang dokter tentang
keadaan tubuh atau jiwa seseorang →
dilakukan atas permintaan pasien atau atas
permintaan pihak ketiga dengan persetujuan
pasien
 Surat keterangan medis dibuat berdasarkan
hasil pemeriksaan medis yang secara teknis
medis relevan, memadai dan benar, serta
diinterpretasikan dengan menggunakan ilmu
pengetahuan kedokteran.
PERMASALAHAN  Siapakah yang berwenang dalam pemberian surat
keterangan medis untuk pasien?
 Sanksi apa yang dapat diterima dokter bila terbukti
memberikan surat keterangan medis yang tidak
sesuai dengan fakta sesungguhnya, serta bisakah
pihak yang dirugikan menuntut ganti rugi?
Pedomannya yaitu :
❑ Bab I Pasal 7 KODEKI, ”Setiap dokter hanya memberikan keterangan dan
pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya”.
❑ Bab II Pasal 12 KODEKI, “Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu
yang diketahuinya tentang seorang pasien bahkan juga setelah pasien
meninggal dunia”.
❑ Paragraph 4, pasal 48 UU No.29/ 2004 tentang praktik Kedokteran tentang
Rahasia Kedokteran.
 Pasal 7 KODEKI disebutkan "Seorang dokter hanya memberi surat
keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya".
 Prof. Dr. dr. Budi Sampurna, Sp.F., S.H. menambahkan : ”Surat keterangan
sakit harus dibuat berkaitan dengan keadaan sakit tertentu dan
ditujukan untuk upaya penyembuhan penyakit tersebut”. (adendum 1;
Kodeki, 2004, h.54).
 Seorang Dokter haruslah mempunyai surat ijin praktek, sehingga ia berhak
untuk memeriksa dan mengobati pasien sesuai dengan ilmu yang
dimilikinya.
 Dokter harus melakukan registrasi terlebih dahulu untuk mendapatkan
Surat Tanda Registrasi (STR) sesuai dengan kompetensinya masing-
masing, dengan beberapa persyaratan.
Pasal 35 ayat (1) UU No.29 Th 2004: dokter atau dokter gigi yang telah
WEWENANG memiliki surat tanda registrasi mempunyai wewenang melakukan praktik
kedokteran sesuai dengan pendidikan dan kompetensi yang dimiliki, yang
DOKTER terdiri atas :
➢ Mewawancarai pasien;
➢ Memeriksa fisik dan mental pasien;
➢ Menentukan pemeriksaan penunjang;
➢ Menegakkan diagnosis;
➢ Menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien;
➢ Melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi;
➢ Menulis resep obat dan alat kesehatan;
➢ Menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi;
➢ Menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diijinkan; dan
➢ Meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di
daerah terpencil yang tidak ada apotek.
1. Hak untuk melakukan praktik kedokteran
HAK DOKTER 2. Hak untuk memperoleh informasi yang benar dan lengkap dari pasien
3. Hak untuk bekerja sesuai dengan standar profesinya
4. Hak untuk menolak melakukan tindakan medik yang bertentangan
dengan etika, hukum, agama dan nuraninya
5. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan pasiennya, jika menurut
penilaiannya kerja sama dengan pasiennya tidak ada gunanya lagi
6. Hak atas privasi dokter dalam kehidupan pribadinya
7. Hak untuk memperoleh ketenteraman bekerja
8. Hak untuk mengeluarkan surat-surat keterangan dokter
9. Hak untuk menerima imbalan jasa
10. Hak untuk menjadi anggota perhimpunan profesi
11. Hak untuk membela diri
UU No.29 Th 2004 Pasal 50 : Dokter dan dokter gigi dalam melaksanakan
HAK DOKTER praktik kedokteran mempunyai hak :

Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas


sesuai standar standar profesi medis dan standar operasional

Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan


standar prosedur operasional

Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau


keluarganya

Menerima imbalan jasa


1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
sumpah kedokteran
KEWAJIBAN 2. Setiap dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran
DOKTER tertinggi
3. Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi
4. Setiap dokter wajib melindungi makhluk insani
5. Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus mengutamakan
kepentingan masyarakat
6. Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan menggunakan segala ilmu
dan keterampilannya untuk kepentingan penderita
7. Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya
tentang seorang penderita, bahkan setelah penderita meninggal dunia
8. Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai tugas
kemanusiaan
9. Setiap dokter tidak diperbolehkan mengambil alih penderita dari teman
sejawatnya.
Kewajiban dokter menurut UU No.29 Th 2004 tidak menyebutkan
secara jelas tentang pemberian surat-surat keterangan, tetapi
menyebutkan :
KEWAJIBAN
DOKTER Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien;

Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan;

Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,bahkan


juga setelah pasien itu meninggal dunia;

Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia


yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan

Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau


dokter gigi.
 Surat Keterangan Sehat
BENTUK SURAT  Surat Keterangan Sakit/ Istirahat Sakit
KETERANGAN  Surat Keterangan Kelahiran
 Surat Keterangan Kematian
MEDIS
 Surat Keterangan Kematian Untuk Asuransi
 Surat Keterangan Cacat
 Surat Keterangan Pelayanan Medis Untuk Pengantian
Biaya Dari Asuransi Kesehatan
 Surat Keterangan Cuti Hamil
 Surat Keterangan Ibu Hamil, Bepergian Dengan Pesawat
Udara
 Surat Keterangan Ahli Yang Berkaitan Dengan Pemeriksaan
Forensik (Visum Et Repertum)
 Laporan Mengenai Penyakit Menular
Surat Keterangan Surat Keterangan
BENTUK SURAT Sakit dan Surat Kelahiran dan Surat Keterangan
Cacat;
KETERANGAN Keterangan Sehat; kematian;

MEDIS
Surat Keterangan
Surat Laporan Pelayanan Medis
Visum et Repertum
mengenai Penyakit Untuk Pengantian
(Pro Justicia)
menular; Biaya Dari Asuransi
Kesehatan

Dll
Segi Kode Etik dan Disiplin Kedokteran
SANKSI
 BAB VIII pasal 55 UU No. 29 Th 2004 disebutkan tugas MKDKI,
DISIPLIN BAGI adalah menegakkan disiplin bagi dokter dan dokter gigi dalam
DOKTER YANG menyelenggarakan praktik kedokteran,
MENERBITKAN  Apabila terbukti terjadi pelanggaran etika, MKDKI → IDI
SURAT tempat Dokter tsb terdaftar sebagai anggota → memberikan
sanksi disiplin.
KETERANGAN  Berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
MEDIS PALSU Praktik Kedokteran pada Pasal 69 ayat (3) adalah, sanksi
tersebut adalah :
1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat
Izin Praktik ; dan/atau
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi
pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi.
Segi Hukum Pidana
SANKSI
HUKUM BAGI Pasal 267 KUH Pidana, menyebutkan :
DOKTER YANG 1. Seorang dokter yang dengan sengaja memberi Surat
MENERBITKAN Keterangan Palsu tentang ada atau tidaknya penyakit,
kelemahan atau cacat diancam dengan pidana penjara
SURAT paling lama empat tahun;
KETERANGAN 2. Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk
MEDIS PALSU memasukkan seorang ke dalam rumah sakit gila atau
menahannya disitu dijatuhkan pidana penjara paling
lama delapan tahun enam bulan;
3. Diancam dengan pidana yang sama barang siapa
dengan sengaja memakai surat keterangan palsu itu
seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran
Segi Hukum Perdata
SANKSI
HUKUM BAGI  Dalam Kitab Undang Undang Hukum Perdata hal ini
DOKTER YANG diatur dalam Pasal 1365, yang menyebutkan: "Tiap
perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian
MENERBITKAN kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena
SURAT salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian
KETERANGAN tersebut”.
MEDIS PALSU  Hal ini berlaku baik bagi pihak lain yang dirugikan
maupun pasien sendiri.
 Hanyalah dokter yang telah mempunyai Surat Ijin
Praktik, yang berhak memberikan surat keterangan
PENUTUP sakit kepada seorang pasien.
 Akibat hukum apabila dokter memberikan surat
keterangan medis, khususnya surat keterangan sakit
hanya untuk mendapatkan imbalan materi semata
dengan memberikan keterangan yang tidak
sebenarnya atau palsu maka dokter tersebut akan
berhadapan dengan MKDKI, sanksi pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 267 KUH Pidana,
serta Gugatan Perbuatan Melawan Hukum dengan
pemberian ganti rugi sesuai Pasal 1365 KUH Perdata.
KESIMPULAN
1. Surat keterangan medis adalah surat keterangan yang
dikeluarkan berdasarkan kesimpulan dan hasil
pemeriksaan seorang dokter tentang keadaan tubuh atau
jiwa seseorang.
2. Setiap dokter pada surat keterangan medis tersebut hanya
memberikan keterangan dan pendapat yang telah
diperiksa sendiri kebenarannya.
3. Apabila hal tersebut dilanggar, akan berakibat pada sanksi
etik, disiplin dan hukum, baik pidana maupun perdata.
 Alexandra Indriyati Dewi. Etika dan Hukum Kesehatan Hal. 144-148..
Yogyakarta : Pustaka Book Publisher ; 2008
DAFTAR  Alexandra Indriyati Dewi, Op. Cit., Hal. 138-143
PUSTAKA  MKEK IDI. Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan
Kode Erik Kedokteran Indonesia. Medan : FK USU ; 2004
 Isnoviana M, Suhandi. Akibat Hukum Pemberian Surat Keterangan Sakit
Terhadap Pasien. Jurnal Perspektif 2005. Vol. X No.1
 Langga, AA . Penyebab keterlambatan penyelesaian pembuatan surat
keterangan medis di rumah sakit panti rapih yogyakarta. [Skripsi].
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada ; 2014
 Hanafiah MJ, Amir A. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 1999.
 Chazawi A. Kejahatan terhadap pemalsuan. Jakarta ; PT. Raja Grafindo
Persada : 2001.
 Moeljatno. Asas Asas Hukum Pidana. Jakarta ; Rineka Cita : 2008
 Pemerintahan Belanda. Reglemen Indonesia Yang diperbaharui (R.I.B.) ;
1941
Terima Kasih
Adji Suwandono

+62 8164270612
adji.suwandono@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai