Anda di halaman 1dari 4

MATERI DISKUSI UNTUK KAP COVID 19

Health Belief Model (HBM) adalah model psikologis yang mencoba untuk menjelaskan
dan memprediksi perilaku kesehatan. Hal ini dilakukan dengan berfokus pada sikap dan
keyakinan individu. Selanjutnya HBM dipelajari sebagai perilaku terhadap gejala
gejala sakit yang terdiagnosis terutama tentang kepatuhan terhadap proses pencarian
penyembuhan.

Konsep Utama dalam Health Belief Model

HBM, mengandung konsep utama yaitu memprediksikan mengapa seseorang


melakukan tintadakan tertentu untuk menjaga, melindungi dan mengendalikan
kondisi sakit, dengan melihat beberapa sudut pandang antara lain :

1. Kerentanan (Perceived Susceptibility) yaitu seseorang merasakan


keyakinan/percaya akan kemungkinan covid19 yang bisa terjadi pada dirinya.
Misalnya seseorang telah berkontak dengan orang yang positif covid-19, akan
merasakan dirinya rentan terkena suatu covid 19
2. Keseriusan (Perceived Severity/seriousility) yaitu seseorang memprediksikan
tingkat keparahan apabila menderita penyakit tersebut.
3. Hambatan (Perceived Barrier) yaitu hambatan yang ada dalam seseorang
berperilaku mencegah covid 19, misalnya pada kasus bahwa adia masih wajib
untukmasuk kerja, hal ini merupakan hambatan.
4. Keuntungan (Benefitt) yaitu seseorang menimbang keuntungan yang diperoleh
antara biaya yang dikeluarkan dengan tingkat sakitnya, misalnya apakah
mengukur pendapatan (gaji) yang diperoleh dan dibandingkan dengan tingkat
keseriusan atau resiko penyakitnya. Faktor ekonomi banyak menjadi
pertimbangan dalam pencegahan dan edukasi covid 19 ini.

Faktor lain yang juga mempengaruhi persepsi antara lain :

1. Variabel demografi : umur, jenis Kelamin, ras, pekerjaan. Demografi variabel


(seperti usia, jenis kelamin, etnis, pekerjaan)
2. Variabel sosio-psikologi : Ekonomi, kepribadian, sosial-psikologis variabel (seperti
status sosial ekonomi, kepribadian, strategi coping)
3. Persepsi efikasi (penilaian diri dalam hal kemampuan untuk berhasil
mengadopsi perilaku yang diinginkan)
4. Isyarat untuk tindakan (pengaruh eksternal dalam mempromosikan perilaku yang
diinginkan, termasuk informasi yang diberikan atau dicari, komunikasi persuasif,
dan pengalaman pribadi)
5. Motivasi kesehatan (individu terdorong untuk tetap pada keadaan sehat )
6. Kontrol Perasaan (ukuran tingkat self-efficacy)
7. Ancaman (termasuk bahaya yang muncul tanpa melakukan tindakan kesehatan)
8. Prediksi dari model tersebut merupakan kemungkinan yang dilakukan individu
untuk mengambil tindakan kesehatan yang direkomendasikan (seperti
pencegahan dan pengobatan)
Teori kedua yang dapat menjelaskan perilaku kesehatan, yaitu Social Cognitive
Theory (SCT). SCT menggambarkan proses dinamis antara individu, lingkungan, dan
perilaku manusianya saling memengaruhi. Hubungan ini juga sering disebut
sebagai reciprocal determinism.

Faktor utama yang memengaruhi perubahan perilaku kesehatan seseorang, yaitu

1. self-efficacy atau efikasi diri. Efikasi diri merupakan rasa percaya diri seseorang
akan kemampuannya dalam mengambil tindakan. SCT menggabungkan konsep
dan proses dari aspek kognitif (pikiran), perilaku, dan emosi dalam mengubah
perilaku. Bandura (penemu teori ini) beranggapan bahwa efikasi diri merupakan
faktor yang paling penting untuk mengubah perilaku seseorang.
Self-efficacy dapat dikembangkan atau ditingkatkan dengan:
a. Penguasaan pengalaman, yaitu proses yang membantu seseorang
mencapai tugas sederhana yang mengarah pada tujuan yang lebih
kompleks.
b. Pemodelan sosial. Memberikan model yang dapat diidentifikasi yang
menunjukkan proses yang menyelesaikan perilaku.
c. Memperbaiki keadaan fisik dan emosional mengacu pada memastikan
seseorang beristirahat dan santai sebelum mencoba perilaku baru.
Semakin santai, semakin sedikit pasien, semakin besar kemungkinan
mereka tidak akan mencapai tingkah laku tujuan.
d. Bujukan verbal memberikan dorongan bagi seseorang untuk
menyelesaikan suatu tugas atau mencapai suatu perilaku tertentu.
2. Pemodelan
Teori kognitif sosial berkisar pada proses perolehan pengetahuan atau
pembelajaran yang berkorelasi langsung dengan pengamatan model. Modelnya
bisa berupa tiruan interpersonal atau sumber media. Pemodelan yang efektif
mengajarkan aturan dan strategi umum untuk menghadapi situasi yang berbeda.
3. Ekspektasi Hasil
Untuk mempelajari perilaku tertentu, orang harus mengerti apa akibat potensial
jika mereka mengulangi perilaku itu. Pengamat tidak mengharapkan penghargaan
aktual atau hukuman yang ditimbulkan oleh model, namun mengantisipasi hasil
yang serupa saat meniru perilaku (disebut ekspektasi hasil), oleh karena itu
pemodelan berdampak pada kognisi dan perilaku. Ekspektasi ini sangat
dipengaruhi oleh lingkungan dimana pengamat tumbuh; Sebagai contoh,
konsekuensi yang diharapkan untuk sebuah DUI di Amerika Serikat adalah denda,
dengan kemungkinan waktu penjara, sedangkan biaya yang sama di negara lain
dapat menyebabkan kematian hukuman mati.
4. Identifikasi Identifikasi memungkinkan pengamat merasakan kesamaan satu-ke-
satu dengan model, dan dengan demikian dapat menyebabkan kesempatan yang
lebih tinggi bagi pengamat yang mengikuti melalui aksi bermodel. Orang
cenderung mengikuti perilaku yang dimodelkan oleh seseorang yang dengannya
mereka dapat mengidentifikasi. Semakin banyak kesamaan atau keterikatan
emosional yang dirasakan antara pengamat dan model, semakin besar
kemungkinan pengamat belajar dan menghidupkan kembali perilaku model.

Pada HBM, lebih menekankan pada kerentanan terhadap pencegahan, sementara SCT,
khususnya self-efficacy lebih berfokus pada keyakinan seseorang. Namun, kedua teori
tersebut memiliki benang merah yang sama bahwa persepsi dan keyakinan individu
dapat mengubah perilaku kesehatannya.

MARI DISKUSI

Anda mungkin juga menyukai