Anda di halaman 1dari 3

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH : HUKUM REKAM MEDIS DAN INFORMEND CONSENT


1. Infroment Conset dan rekam medisk perlu dijaga kerahasiaannya

a) Sangat Setuju
b) UU No. 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran sudah mengatur bahwa setiap
dokter dan dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran harus
membuat rekam medis dan rekam medis ini harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter
atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.290/Menkes/Per/III/ 2008 tentang persetujuan
tindakan Kedokteran
c) Dalam berkas rekam medis berisikan tentang Identitas, Diagnosa, Pelayanan
diberikan dll, Jadi apapun yang ada di dalam berkas rekam medis harus dijaga
kerahasiaanya. Sesuai UU No.29 Tahun 2004 dan Permenkes No.269/Menkes/Per/III
tentang Rekam Medis.
d) Tentang pemusnahan berkas rekam medis. di permenkes 269/2008 tentang rekam
medis dikatakan Rekam medis dengan usia 5 tahun sejak kunjungan terakhir
dapat dimusnahkan. kecuali resume medis dan informed consent. dimana disimpan
selama 10 tahun lagi.
e) Peraturan Menteri Kesehatan no. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis
menyebutkan bahwa meskipun informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat
penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga
kerahasiaannya oleh klinis. Pasien itu sendiri, orang tua pasien atau guardian yang
bertanggung jawab menjaga pasien dapat memperoleh copy Resume Medis secara
lengkap. Jika keluarga/kerabat dekat atau caregiver meminta perlu ada ijin tertulis
dari pasien pemilik rekam medis

2. Istilah-Istilah Dasar Hukum


a) “Informed Refusal” atau “Penolakan Tindakan Medik” . Penolakan tindakan medik
ini merupakan hak pasien yang berarti suatu penolakan yang dilakukan pasien
sesudah diberi informasi oleh dokter. Penolakan Tindakan Medik ini pada dasarnya
adalah hak asasi dari seseorang untuk menentukan apa yang hendak dilakukan
terhadap dirinya sendiri.
b) Implied Consent, adalah persetujuan yang bersifat tersirat atau tidak dinyatakan.
Pasien dapat saja melakukan gerakan tubuh yang menyatakan bahwa mereka
mempersilahkan dokter melaksanakan tindakan kedokteran yang dimaksud.
c) 4 D Unsur kelalaian
 Adanya kewajiban dokter terhadap pasien
 Dokter melanggar standar pelayanan medik yang lazim dipakai
 Penggugat menderita kerugian dan
 Kerugian tersebut disebabkan tindakan di bawah standar

d) Otonomi (Autonomy) berasal dari bahasa Yunani ”autos” yang berarti sendiri dan
”nomos” yang berarti peraturan atau pemerintahan atau hukum. Awalnya otonomi
dikaitkan dengan suatu wilayah dengan peraturan sendiri atau pemerintahan sendiri
atau hukum sendiri. Namun kemudian, otonomi juga digunakan pada suatu kondisi
individu yang maknanya bermacam-macam seperti memerintah sendiri, hak untuk
bebas, pilihan pribadi, kebebasan berkeinginan dan menjadi diri sendiri.
e) Hak Waiver adalah hak pasien untuk melepaskan haknya memperoleh informasi
tentang penyakitnya, atau pasien memutuskan bahwa dia tidak ingin diberi informasi
tentang penyakit dan tindakan kedokteran yang akan dilakukan atau keharusan pasien
untuk membuat keputusan atas dirinya

3. ANALISIS KASUS
1. Masalahnya adalah karena kurangnya pemahaman keluarga tentang kondisi pasien,
sebab akibat yang akan terjadi jika tidak menaati aturan yang telah diberlakukan.
Sehingga butuhnya Komunikasi yang baik dan penjelasan yang jelas dari pihak
dokter/rumah sakit. Dengan itu diberikanlah general Consent yang ditanda tangani
oleh pasien/ keluarga agar kedepan jika terjadi masalah, pihak rumah sakit memiliki
bukti yang akurat.
2. Sesuai peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2014, tentang kewajiban rumah
sakit dan kewajiban pasien. Dalam bab II disebutkan, pasien wajib mematuhi rencana
terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit dan disetujui oleh
pasien yang bersangkutan. Lalu menerima segala konsekuensi atas keputusan
pribadinya untuk menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga
kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya.
3. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) merupakan pemutusan kontrak kesepakatan
antara provider dengan klien sesuai dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran bahwa kegiatan pelayanan diselenggarakan berdasarkan
pada kesepakatan antara provider dengan pasien, Keluarga dan Pasien yang memiliki
tanggung jawab penuh atas keputusan yang mereka ambil,
4. Apa yang harus dilakukan
 Pasal 14, UU 4/1984 Tentang Penyakit Menular, menolak atau menghalangi
untuk melakukan pemeriksaan, pengobatan, perawatan, isolasi dan upaya
penanggulangan penyakit menular lainnya termasuk Covid-19 dapat dipidana
1 tahun penjara
 Pasal 178 KUHP, Ancaman Pidana Jika Menolak Pemakaman Jenazah
Pasien Covid-19. Ada juga Fatwa MUI untuk pemakaman pasien meninggal
yang beragam Islam. Di beberapa daerah, warga menolak pemakaman korban
positif Covid-19 di wilayah mereka. Alasannya, warga khawatir tertular virus
mematikan itu.
 diatur dalam UU Praktik Kedokteran Pasal 39 dan Permenkes RI No.
512/PER/IV/2007 Pasal 14. Kedua aturan tersebut menyatakan bahwa
kesepakatan antara dokter/dokter gigi dan pasien berdasarkan atas
kepercayaan. Apabila pasien sudah dijelaskan berkali-kali namun terus
menolak, maka harus dibuatkan surat penolakan, sehingga itu akan menjadi
tanggung jawab pasien dan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai