Anda di halaman 1dari 36

INFORMED CONSENT

KELANJUTAN DARI MATERI HUKUM KESEHATAN

DASAR HUKUM
 UU. Nomor 29 Thn 2004 tentang Praktik Kedokteran
 UU Nomor 36 Thn 2009 tentang Kesehatan
 UU Nomor 44 Thn 2009 tentang Rumah Sakit
 UU Nomor 36 Thn 2014 tentang Tenaga Kesehatan
 PERMENKES No. 290/MENKES/PER/III/ 2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran

PENGERTIAN
 Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh klien atau
keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan
medis yang akan dilakukan terhadap klien tersebut.

Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh


pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap
mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan
terhadap pasien

TUJUAN
- Melindungi pasien terhadap segala tindakan medik yang akan
dilakukan tanpa sepengetahuan pasien. misalnya hendak dilakukan
prosedur medik yang sebenarnya tidak perlu dan tanpa dasar mediknya
- Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap akibat yang
tidak terduga dan bersifat negatif.
-
HAK PASIEN INFORMED CONSENT
Hak atas informasi
Hak untuk memberikan persetujuan
Hak atas rahasia kedokteran
Hak atas pendapat kedua (second opinion)

KEWAJIBAN DOKTER
Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus
mendapat persetujuan (Pasal 2 )
Informed Consent

Persetujuan tertulis terdiri dari : General Consent dan Informed


Consent .
• General Consent diperuntukan untuk persetujuan :
• Pengobatan dan perawatan,
• Pelepasan Informasi
• Pengaturan privasi
• Pelibatan Residen dan Mahasiswa,
• Pengamanan Barang
• Larangan pengambilan gambar tanpa ijin,
• Masalah biaya

PERSETUJUAN UMUM
• Pasien rawat inap mendapat Ganeral Consent, setiap kali masuk
perawatan.
• Pasien Rawat jalan mendapat Ganeral Consent, saat pertama kali
mendapatkan pelayanan rawat jalan.
• Ganeral Consent diberikan oleh :
 Petugas Bagminpasien Rawat Inap
• Petugas Bagminpasien Rawat Jalan.

Informed Consent

• Persetujuan/Penolakan Tindakan Medis


• Persetujuan/Penolakan Anestesi/Sedasi
• Persetujuan/Penolakan Penggunaan Produk Darah
• Persetujuan/Penolakan Tindakan Medis Lainnya
PERMASALAHAN
 Siapa yang harus memberikan informasi
 Informasi apa yang harus diberikan
 apakah pemberian informasi mutlak harus diberikan kepada pasien
secara pribadi atau boleh kepada anggota keluarga
 siapa yang harus menanda tangani surat persetujuan
 apakah dokter harus turut menanda tangani
 apakah diperlukan saksi untuk menandatangani
 apakah resiko dan akibat yang penting saja harus diberi tahu
 apakah pemberian informasi harus diberikan secara terus menerus,
transparan, terbuka seluruhnya atau boleh mengandung unsur-unsur
yang agak menenteramkan dan menenangkan perasaan pasien ?
SIAPA sebagai pemberi informasi ?
 -------- DPJP
 -------- DOKTER Lain yang terlibat dalam pelayanan (tiem)

KEWAJIBAN pemberian informasi TIDAK DAPAT Didelegasikan kepada


PERAWAT, tugasnya :

 Memeriksa sebelum tindakan, apakah sudah ada informed consent


 Jika belum ada maka perawat menanyakan apakah sudah diberi
penjelasan oleh dokter atau belum.
 Apabila belum  perawat segera menghubungi DPJP untuk diselesaikan.

Informasi yang harus diberikan sebelum tindakan operasi adalah :

 Diagnosa atau tata cara tindakan kedokteran


 Tujuan tindakan kedokteran dilakukan
 risiko apa yang melekat pada tindakan tsb
 alternatif tindakan lain dan risikonya.
 Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan
 Perkiraan pembiayaan Yang berhak menandatangani persetujuan

 pasien dewasa dalam keadaan sadar & sehat mental


 wali/curator untuk pasien dewasa dibawah pengampuan
 orang tua / wali/curator bagi pasien dewasa dengan gangguan mental
 keluarga terdekat
 tanpa persetujuan dari siapapun , jika pasien tidak sadar & tanpa
didampingi keluarga terdekat; yang secara medik berada dalam
keadaan gawat/darurat yang butuh tindakan segera
 siapa yang harus menanda tangani surat persetujuan
Saya memahami perlunya tindakan tersebut sebagaimana telah dijelaskan
kepada saya, termasuk risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi. Saya juga
menyadari bahwa ilmu kedokteran bukanlah ilmu pasti, maka keberhasilan
tindakan kedokteran bukanlah keniscayaan, melainkan sangat bergantung
kepada Kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
Jakarta, - - 20…… , …………. WIB
Yang Menyatakan
Dokter Saksi Pasien/Wali

( …………………..……. ) ( …………………………… )
( …………………………….. )

PERMENKES No. 290 tahun 2008

Pasal 4
Pasien dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan jiwa pasien
dan/atau mencegahkecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan
kedokteran
Pasal 12
Perluasan tindakan kedokteran yang tidak terdapat indikasi
sebelumnya, hanya dapat dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien.
Setelah perluasan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan,dokter atau dokter gigi harus memberikan penjelasan
kepada pasien atau keluargater dekat.

Rahasia Kedokteran

Rahasia kedokteran adalah data dan informasi tentang kesehatan seseorang


yang diperoleh tenaga kesehatan pada waktu menjalankan pekerjaan atau
profesinya.

 Ruang lingkup Rahasia Kedokteran


Rahasia kedokteran mencakup data dan informasi mengenai:
a. identitas pasien;
b. kesehatan pasien meliputi hasil anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, penegakan diagnosis, pengobatan dan/atau
tindakan kedokteran; dan
c. hal lain yang berkenaan dengan pasien.

Siapa yang wajib menjaga Rahasia Pasien


• Dokter/dokter gigi dan nakes lain yg punya akses
• Pimpinan fasyankes
• Tenaga yg berkaitan dg pembiayaan pelayanan
• Tenaga lain yang mempunyai akses data dan informasi
• Badan hukum/korporasi, dan
• Mahasiswa yg terlibat dalam pelayanan

PEMBUKAAN RAHASIA KEDOKTERAN Pejabat yang berwenang :


• DPJP,
• Ketua tim bila pasien dirawat oleh tim,
• Anggota tim, bila ketua berhalangan, atau
• Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan, bila DPJP tidak ada.

Hak Ingkar Penolakan/pengungkapan Rahasia Kedokteran

1. Penanggung jawab pelayanan pasien atau pimpinan fasilitas pelayanan


kesehatan dapat menolak membuka rahasia kedokteran apabila
permintaan tersebut bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2. Pembukaan rahasia kedokteran harus didasarkan pada data dan


informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

3. Hilangnya kewajiban menjaga Rahasia Kedokteran

4. Pasien/keluarga yang menuntut tenaga kesehatan dan/atau fasilitas


pelayanan kesehatan serta menginformasikannya melalui media massa,
dianggap telah melepaskan hak rahasia kedokterannya kepada umum.

5. Penginformasian melalui media massa, memberikan kewenangan


kepada tenaga kesehatan dan/atau fasillitas pelayanan kesehatan untuk
membuka atau mengungkap rahasia kedokteran yang bersangkutan
sebagai hak jawab.

Larangan Perekaman Di Lingkungan Rumah Sakit

1. UU Telekomunikasi No. 36 Th 1999, Pasal 40


Setiap orang dilarang melakukan kegiatan penyadapan atas informasi
yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi dalam bentuk
apapun.

2. UU Praktik Kedokteran No. 29 Th 2004, Pasal 48 dan 51 huruf c.


Kewajiban menjaga Rahasia kedokteran. ”merahasiakan segala sesuatu
yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu
meninggal dunia’’;

3. UU Rumah Sakit No 44 Th 2009, Pasal 44


Rumah Sakit dapat menolak mengungkapkan segala informasi
kepada publik yang berkaitan dengan rahasia kedokteran.
Rekam Medik

1. Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain yang telah diberikan kepada pasien.

Fungsi :
 Dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;
 Bahan pembuktian dalam perkara hukum;
 Bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan;
 Dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan; dan
 Bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.

Penyimpanan RM

- Untuk RS selama 5 (lima) Tahun TMT tanggal terakhir pasien


mendapatperawatan,
Kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan selama 10 (sepluh)
tahun.
untuk kesehatan selain rumah sakit adalah 2 (dua) tahun.

- Pemusnahan RM mengikuti aturan yang telah ditentukan untuk


pemusnahan dokumen.
-
Kerahasian RM

Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat


pemeriksaan dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal:
 untuk kepentingan kesehatan pasien;
 memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum atas perintah pengadilan;
 permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;
 permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-
undangan; dan
 untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang
tidak menyebutkan identitas pasien.
 Kepemilikan RM
 Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan,
 Isi rekam medis milik pasien.
 Apabila pasien meminta isi rekam medis maka dapat diberikan dalam
bentuk ringkasan rekam medis.
 Isi Rekam medik tidak boleh difoto copy atau diperbanyak dengan cara
apapun kecuali resume medis dan hasil pemeriksaan penunjang.
 Permintaan informasi RM oleh pihak ketiga dapat dilakukan bila disertai
Surat Kuasa Khusus untuk kepentingan tersebut dari pasien/keluarga
yang berhak .

Persamaan dan perbedaan etik dan hukum

PERSAMAANNYA
1. sama-sama merupakan alat untuk mengatur tertib hidup
masyarakat
2. mengatur hak dan kewajiban masyarakat
3. bersifat kemanusiaan

PERBEDAAN

1. etik berlaku utk lingkungan profesi, DAN hukum berlaku scr umum
2. pelanggaran etik penyelesaiannya oleh mkek ( majelis kode etik
kedokteran)
3 . pelanggaran hukum diselesaikan oleh pengadilan

Pengertian
• Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat
dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, merupakan alat
untuk menjaga ketertiban, keadilan, dan mencegah terjadinya
kekacauan.

Fungsi hukum, sebagai berikut :

a. Memberikan pedoman atau pengarahan pada warga


masyarakat untuk berprilaku sesuai Norma
b. Pengawasan atau pengendalian sosial (social control).
c. Penyelesaian konflik/sengketa (dispute settlement).
d. Rekayasa sosial (social engineering).

JENIS-JENIS HUKUM DI INDONESIA


Hukum dapat dikelompokkan berdasarkan :
• Bentuknya : Hukum tertulis dan Hukum tidak tertulis.
• Wilayah berlakunya : lokal, nasional dan Internasional.
• Fungsinya : Hukum Materil dan Hukum Formal.

Isinya:
1) Hukum privat, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang
satu dengan yang lain dengan menitik beratkan pada kepentingan
perseorangan.
Contoh : KUHPerdata dan Hukum Dagang
2) Hukum publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
Negara dengan alat kelengkapannya atau hubungan antara
Negara dengan warga negara.
Contoh : hukum tata negara, hukum administrasi negara,
hukum pidana dan hukum acara pidana

Pengertian
• Hukum kesehatan adalah :
Seperangkat kaidah yang mengatur secara khusus segala aspek yang
berkaitan dengan upaya dan pemeliharaan di bidang kesehatan.
Yang isinya menyangkut Hak dan kewajiban, pelayanan kesehatan
(perorang & masya penyelenggaraan kesehatan (org,standar dan
sarana yankes)

• Van Der Mijn :


Hk Kes- hukum yang berhubungan secara langsung dengan
pemeliharaan kesehatan yang meliputi penerapan perangkat
hukum perdata, pidana dan tata usaha negara.

• Leenin :
Hukum kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yuridis dan
peraturan hukum di bidang kesehatan serta studi ilmiahnya.

Subyek dan Obyek hukum Kesehatan


• Subyek hukum Kesehatan adalah :
Sesuatu yang menurut hukum berhak/berwenang untuk melakukan
perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap untuk
bertindak dalam hukum :

1. Pasien ( penerima pelayanan kesehatan ).


2. Tenaga kesehatan.
3. Institusi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan.

• Obyek hukum Kesehatan adalah :


segala sesuatu yang berguna bagi subyek hukum dan yang dapat
menjadi pokok permasalahan dan kepentingan bagi para subyek
hukum : Pelayanan kesehatan.
Ruang lingkup hukum kesehatan
• Hukum Medis (Medical Law);
• Hukum Keperawatan (Nurse Law);
• Hukum Rumah Sakit (Hospital Law);
• Hukum Farmasi klinik ( Clinikcal farmation law)
• Hukum Pencemaran Lingkungan (Environmental Law);
• Hukum Limbah (dari industri, rumah tangga, dsb);
• Hukum peralatan yang memakai X-ray (Cobalt, nuclear);
• Hukum Keselamatan Kerja;
• dan Peraturan-peraturan lainnya yang ada kaitan langsung yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia.

Hukum dalam lingkungan RS


• Hospital By Laws.
adalah peraturan organisasi Rumah Sakit (corporate bylaws) dan
peraturan staf medis Rumah Sakit (medical staff bylaws) yang
disusun dalam rangka menyelenggarakan tata kelola perusahaan
yang baik (good corporate governance) dan tata kelola klinis yang
baik (good clinical governance).

Hospital (administrative atau corporate) by-laws mengatur tentang


bagaimana kepentingan pemilik direpresentasikan di rumah sakit,
bagaimana kebijakan rumah sakit dibuat, bagaimana hubungan
antara pemilik dengan manajemen rumah sakit dan bagaimana
hubungan manajemen dengan staf medis.

Hospital (medical) by-laws memberikan suatu kewenangan kepada


para profesional medis untuk melakukan self-governance bagi para
anggotanya, dengan cara membentuk suatu "komite medis" yang
mandiri; untuk mengemban seluruh kewajiban pemastian
terselenggaranya pelayanan profesional yang berkualitas dan
pelaporannya kepada administrator rumah sakit.

2. KEBIJAKAN TEKNIK OPERASIONAL : Kebijakan, Panduan, SPO,


SK, dll
Sanksi hukum

• Sanksi Pidana
diatur dalam pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP), yaitu:

Hukuman pokok, yang terbagi menjadi :


a) hukuman mati
b) hukuman penjara
c) hukuman kurungan
d) hukuman denda

Hukuman-hukuman tambahan, yang terbagi menjadi :


a) pencabutan beberapa hak yang tertentu
b) perampasan barang yang tertentu
c) pengumuman keputusan hakim

• 2. Sanksi perdata, dapat berupa :

a. Putusan condemnatoir
Yakni putusan yang bersifat menghukum pihak yang kalah
untuk memenuhi
prestasi (kewajibannya). Contoh: pihak yang kalah dihukum
untuk membayar ganti
rugi dan membayar biaya perkara

b. Putusan declaratoir
Yakni putusan yang menciptakan suatu keadaan yang sah
menurut hukum.
Putusan ini hanya bersifat menerangkan dan menegaskan suatu
keadaan hukum
semata-mata. Contoh: putusan menyatakan bahwa penggugat
sebagai pemilik yang
sah atas tanah sengketa

c. Putusan constitutif
Yakni putusan yang menghilangkan suatu keadaan hukum dan
menciptakan
keadaan hukum baru. Contoh: putusan yang memutuskan suatu
ikatan
perkawinan.

Jadi, dalam hukum perdata, bentuk sanksi hukumnya dapat berupa:


 kewajiban untuk memenuhi prestasi (kewajiban)
 hilangnya suatu keadaan hukum, yang diikuti dengan terciptanya suatu
keadaan hukum baru
• 3. Sanksi Administrasi
adalah sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran
administrasi atau ketentuan undang-undang yang bersifat
administratif.

Beberapa peraturan mengatur hukum administrasi, berupa :


a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; dan/atau
c. pencabutan izin.

UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Pasal 49)


Untuk menegakkan disiplin Tenaga Kesehatan dalam penyelenggaraan
praktik, konsil masing-masing Tenaga Kesehatan menerima pengaduan,
memeriksa, dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin Tenaga
Kesehatan, dapat memberikan sanksi disiplin berupa:
a. pemberian peringatan tertulis;
b. rekomendasi pencabutan STR atau SIP; dan/atau
c. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
kesehatan.

Tenaga Kesehatan dapat mengajukan keberatan atas putusan sanksi


disiplin kepada Menteri.
• PERPRES NO. 90 TAHUN 2017
TENTANG KONSIL TENAGA KESEHATAN INDONESIA (KTKI)

KONSIL TENAGA KESEHATAN INDONESIA (KTKI) :


1. Keanggotaan : Pimpinan Konsil masing-2 Tenaga Kesehatan
2. Tugas : Mendukung, evaluasi dan Binwas Konsil Masing-2 Nakes.

Konsil Masing-masing Nakes, terdiri :


• Konsil Keperawatan
• Konsil Kefarmasian
• Konsil Gabungan Tenaga Kesehatan.
Tugas Konsil Masing-masing Nakes :
• Melakukan Registrasi Nakes sesuai bidang tugasnya.
• Melakukan Pembinaan Nakes dalam menjalankan praktik
• Menyusun Standar Nasional Pendidikan Nakes
• Menyusun Standar praktik dan standar kompetensi Nakes
• Menegakkan disiplin Nakes

Penerapan Hukum Kesehatan dalam Bidang Keperawatan


• Landasan hukum dan persyaratan praktik keperawatan.
a. Pasal 23 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan;
(2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
bidang keahlian yang dimiliki;
(3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan tenaga
kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah.
b. Pasal 18 UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
(1) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib
memiliki STR.
(2) STR diberikan oleh Konsil Keperawatan setelah memenuhi
persyaratan.
(3) Persyaratan meliputi :
(a) memiliki ijazah pendidikan tinggi Keperawatan;
(b) memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat
profesi
(c) memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
(d) memiliki surat pernyataan telah mengucapkan
sumpah/janji profesi;
(e) membuat pernyataan mematuhi & melaks ketentuan etika
profesi.
• 2. Izin Praktik Keperawatan ( Pasal 19 UU No. 38 Tahun 2014)

(1) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki


izin.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk
SIPP.
(3) SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh
PemerintahDaerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat
kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Perawat
menjalankan praktiknya.
(4) Untuk mendapatkan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2),
Perawat harus melampirkan:
a. salinan STR yang masih berlaku;
b. rekomendasi dari Organisasi Profesi Perawat;
c. surat pernyataan memiliki tempat praktik atau surat keterangan
dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

(5) SIPP masih berlaku apabila:


a. STR masih berlaku;
b. Perawat berpraktik di tempat sebagaimana tercantum dalam
SIPP.
(6) SIPP hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik
(7) Seorang perawat maksimal diberikan 2 SIPP untuk 2 tempat
prkatik
Keperawatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Pasal 21
Perawat yang menjalankan praktik mandiri harus memasang papan
nama Praktik Keperawatan.

Pasal 22
SIPP tidak berlaku apabila :
a. dicabut berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
b. habis masa berlakunya;
c. atas permintaan Perawat; atau
d. Perawat meninggal dunia.

Pasal 28
(1) Praktik Keperawatan dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan tempat
lainnya sesuai dengan Klien sasarannya.
(2) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:
a. Praktik Keperawatan mandiri; dan
b. Praktik

• 3. Tugas Perawat :
a. pemberi Asuhan Keperawatan;
b. penyuluh dan konselor bagi Klien;
c. pengelola Pelayanan Keperawatan;
d. peneliti Keperawatan;
e. pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
f. pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

4. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang secara


delegatif :
a. diberikan secara tertulis oleh tenaga medis untuk melakukan
sesuatu tindakan medis dan melakukan evaluasi pelaksanaannya.
b. disertai pelimpahan tanggung jawab.
c. diberikan kepada Perawat profesi atau Perawat vokasi terlatih
yangmemiliki kompetensi yang diperlukan.
5. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang secara
mandat :
a. diberikan oleh tenaga medis untuk melakukan sesuatu
tindakan medis di bawah pengawasan.
b. tanggung jawab berada pada pemberi pelimpahan wewenang
c. diberikan kepada semua perawat yang memililki izin praktik.

5. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu


a. merupakan penugasan Pemerintah.
b. ada penetapan dari kadinkes kab/kota setempat.
c. dilaksanakan dengan memperhatikan kompetensi Perawat.
d. berwenang :
1) melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak
terdapat tenaga medis;
2) merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan;
3) melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal
tidak terdapat tenaga kefarmasian

Pasal 34
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan wewenang Perawat diatur
dengan Peraturan Menteri ( lihat Permenkes No. 10 Tahun 2015 tentang
Standar Pelayanan Keperawatan di RS Khusus ).

SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 58

• Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 18 ayat (1),


Pasal 21, Pasal 24 ayat (1), dan Pasal 27 ayat (1) dikenai sanksi
administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat
berupa :
a. teguran lisan;
b. peringatan tertulis;
c. denda administratif; dan/atau
d. pencabutan izin.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi


administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

PERBUATAN DAN SANKSI PERDATA

• Wanprestasi atau ingkar janji (Pasal 1239 KUHPerdata).


Dianggap melakukan wanprestasi apabila :
1) tidak melakukan apa yang disepakati untuk dilakukan;
2) melakukan apa yang dijanjikan, tetapi terlambat;
3) melakukan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana yang
diperjanjikan;
4) melakukan sesuatu yang menurut hakikat perjanjian tidak
boleh dilakukan.
• Perbuatan Melawan Hukum (Pasal 1365 KUHPerdata)
kualifikasi perbuatan melawan hukum :
1) bertentangan dengan hak orang lain
2) bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri
3) bertentangan dengan nilai-nilai / norma kesusilaan
4) bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam
pergaulan masyarakat mengenai orang lain atau benda.

SANKSI PERDATA

Seorang nakes dapat dituntut ganti rugi secara perdata bila terpenuhi
syarat :
1) Adanya perbuatan yang berkualifikasi perbuatan melawan hukum
2) Adanya kesalahan baik sengaja maupun karena kelalaian
3) Adanya akibat kerugian
4) Adanya hubungan perbuatan dengan akibat kerugian.

Bentuk kesalahan ada 2 :


• Sengaja (dolus)
menghendaki dan mengetahui perbuatan yang dilakukan itu dipidana
secara hukum, serta menghendaki akibat dari perbuatan tersebut.

• Lalai (culpa).

Kesalahan dapat terjadi akibat :


1. kurangnya pengetahuan,
2. kurangnya pengalaman,
3. kurangnya pengertian, serta
4. mengabaikan suatu perbuatan yang seharusnya dilakukan.

PERBUATAN DAN SANKSI PIDANA

1. Dalam KUHP :
a. Penganiayaan ( pasal 351 KUHP )
b. Kelalaian yang mengangkibatkan kematian (pasal 359 KUHP)
c. Kelalaian yang mengangkibatkan luka berat atau cacat
(pasal 360 KUHP)
d. Kejahatan terhadap nyawa ( pasal 344, 346, 347 dan 348 KUHP)

• UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


a. Melakukan aborsi (pasal 194) : dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
b. Melakukan praktik kefarmasian (pasal 198) : dipidana dengan
pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

DILEMA ETIK

DILEMA ETIK
􏰀 adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan mengenai perilaku
yang layak harus di buat, Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan untuk
menghadapi dilema etika tersebut.
ENAM PENDEKATAN DAPAT DILAKUKAN SAAT SEDANG MENGHADAPI DILEMA
Mendapatkan fakta-fakta yang relevan.
Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta.
Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi
dilemma.
Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilemma.
Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative.
Menetapkan tindakan yang tepat.

BAGAIMANA PROSES DILEMA ETIK


􏰀 Distress kasus dilema etik terjadi pada :
- Pasien
- Pemberi layanan - Care provider
􏰀 Proses penyelesaian etik : - Hati-hati
- Tidak tergesa-gesa
Memutuskan dilema etik dg beberapa cara mirip nursing proses memerlukan
kehati-hatian dan percakapan yg sistimatis (Miller and Babcoct ; 1996).

Proses membutuhkan peningkatan kebebasan untuk :


- Mengexpresikan perasaan
- Mengexpresikan pendapat
- Bagaimanapun memutuskan dilema
etik tidak hanya dg petimbangan apa maunya orang & perasaan (Zoloth, 2006)
ELEMEN PROSES

❖❖❖
Berasumsi, akan baik dengan partisipasi semua bagian
Ketat pada confidentiality (kerahasiaan)
Orientasi pada pasien yang membuat keputusan
Menghadirkan partisipasi dari famili, primary care givers (Zoloth, 2006)

LANGKAH AWAL YANG PENTING DALAM MEMBUAT KEPUTUSAN ETIK


􏰀 Menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Kesulitan memilih keberadaan antara action dan konflik
dengan kebutuhan seorang atau beberapa orang.
2. Prinsip moral dapat digunakan untuk melayani beberapa alasan untuk action.
3. Pilihan adalah petunjuk dengan proses mempertimbangkan penyebab
4. Keputusan dilakukan dengan bebas dan kesadaraan saat memilih
5. Pilihan dapat berefek pada perasaan personal khususnya situasi dalam konteks
tersebut

PROSES DILEMA ETIK (DARI ZOLOTH,2006) Step 1


Apakah ini dilema etik,? jika review data ilmiah, tidak dapat menentukan/
menjawab pertanyaan.
Pertanyaan membingungkan dan jawaban akan memiliki hubungan utk beberapa
area perhatian manusia dari suatu dilema etik

STEP 2
Membawa semua informasi yg berhubungan dg kasus utk memastikan bahwa hal
tersebut adalah betul dilema.
Dlm poin ini klien, keluarga institusi adalah sumber penting pd informasi yg
relevan.

STEP 3
Memeriksa dan menetapkan value yg dimiliki dlm issue, klarifikasi value utk
memberi kepercayaan selama diskusi bahwa penting utk menerima dilema

STEP 4
Mengutarakan problem yang jelas, pernyataan dilema yg simpel.
Kemungkinan tidak selalu mudah tetapi hal itu penting utk step selanjutnya.
Step 5
Identifikasi kemungkinan mengatur tindakan utk semua sisi issue. Hal tersebut
sepenuhnya membantu aktifitas yg potesial khususnya ketika menjelaskan, reflek,
pendapat dan konflik.

STEP 6
Perencanaan negosiasi
Menghargai permintaan negosiasi dan menghargai permintaan yang lain
STEP 7
Evaluasi dari action

DILEMA ETIK MENURUT THOMPSON DAN THOMPSON ( 1985)


PENYELESAIANNYA :
1. Review situasi yang berpengaruh pada masalah kesehatan, kebutuhan
keputusan, komponen etik dan individu yang jadi kunci
2. Bersama sama menambah informasi untuk klarifikasi situasi
3. Identifikasi situasi issue etik
4. Menetapkan personal dan kedudukan moral profesional
5. Identifikasi kedudukan moral termasuk individu yang jadi kunci.
6, Identifikasi value konflik

7. Siapa yang paling berpengaruh dalam pembuatan keputusan


8. Identifikasi jarak action dengan antisipasi outcome 9. Menentukan bagian
action dan melaksanakannya 10. Evaluasi/ Riview keputusan hasil/action

DILEMA ETIK MENURUT MEGAN( 1985) PENYELESAIANNYA :


Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik:
a. Mengkaji situasi (perawat harus bisa melihat situasi, mengidentifikasi
masalah/situasi dan menganalisa situasi.)
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil

CONTOH KASUS DILEMA ETIK


􏰀 Seorang pasien Ny. F berusia 36 tahun dirawat diruang kebidanan, hamil anak
kedua dengan usia kehamilan 36-37 minggu dan Ny. F tersebut menderita HIV.
Ny. F akan melahirkan anaknya yang kedua. Suami Ny. F tidak mengetahui jika
istrinya menderita HIV, karena suaminya adalah suami kedua, sedangkan suami
pertamanya sudah meninggal 2 tahun yang lalu karena HIV.
􏰀 Saat ini suami Ny. F tidak mengetahui kalau istrinya menderita HIV dan hanya
orang tua dari Ny. F yang mengetahuinya. Dari pernikahan pertamanya, Ny. F
mempunyai anak berusia 5 tahun dan belum diperiksakan HIV.
􏰀 Sebelum melahirkan Ny. F sudah mengatakan kepada petugas kesehatan untuk
tidak memberitahu suaminya tentang riwayat penyakitnya yaitu HIV. Selama
perawatan banyak sekali prosedur yang harus ditandatangani oleh suaminya,
antara lain persetujuan tindakan operasi dan pemberian obat untuk bayinya.
Sehingga petugas kesehatan pun harus menjelaskan kepada keluarga terutama
suami Ny. F terhadap prosedur yang akan dilakukan, sementara Ny. F sudah
mengatakan agar suaminya tidak diberitahu tentang penyakitnya (HIV).

PENYELESAIAN KASUS DILEMA ETIK


􏰀 BACK TO WORD
Kode Etik Keperawatan Internasional Dan Nasional
Pendahuluan
• 26% melanggar kode;
• 21% melanggar kode, tetapi tidak menjelaskan lebih
lanjut.
• Mengakses Kode versi terbaru : 59% mengetahui literasi terbaru. lainnya 41%
tidak sadar atau belum membacanya.
• 4% menyatakan bahwa mereka belum membaca kode,
• 11% bukan panduan yang baik untuk perilaku profesional.
• 24% sangat relevan dengan pekerjaan perawat,
• 11% merasa sangat relevan. (L. S. Cowin, et.al.,2019)

KODE ETIK ?
• Kode Etik Perawat ICN adalah pedoman untuk bertindak berdasarkan nilai dan
kebutuhan sosial. (ICN)
• Kode etik Keperawatan adalah panduan untuk “melaksanakan tanggung jawab
keperawatan dg cara yg konsisten dengan kualitas asuhan keperawatan dan
kewajiban etika profisi (ANA)
• Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari profesi
yang memberikan tuntunan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek
keperawatan. dan juga merupakan kepedulian moral profesi keperawatan kepada
masyarakat (PPNI)
• Kode etik keperawatan Indonesia harus di jadikan landasan moral dan di taati
oleh semua anggota PPNI dalam melaksanakan semua kegiatan profesi
keperawatan (Suharyati, et.al.,2020)

KODE ETIK ?
• Tujuan dari kode profesional adalah untuk mengkomunikasikan dan
membimbing perawat (yang bertanggung jawab atas praktik mereka), tentang
perilaku profesional yang diharapkan saat mereka melaksanakan pekerjaan klinis
sehari-hari (Cameron, 1995).
• Istilah 'perilaku’ berkaitan dengan cara seseorang bertindak dan berperilaku
dalam situasi tertentu (Terry et al., 2017).
• Dalam penyampaian asuhan keperawatan, individu menggunakan perilaku
pribadi dan profesional saat mereka melakukan pekerjaan keperawatan. Oleh
karena pembentukan hubungan saling percaya dengan pasien dan kolega
diperlukan untuk memberikan perawatan pasien dengan standar yang tinggi.

4 prinsip bagian Kode etika Keperawatan


• Otonomi
• Beneficience
• Justic
• Non-Maleficience
THE ICN CODE OF ETHICS FOR NURSES
• Kode etik perawat internasional pertama kali diadopsi oleh the International
Council of Nurses (ICN) pada tahun 1953. Kode etik tersebut telah direvisi dan
ditegaskan kembali di berbagai waktu, terakhir dengan review dan revisi ini
selesai pada tahun 2012
• Perawat memiliki 4 tanggung jawab mendasar: meningkatkan kesehatan,
mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meringankan penderitaan.
Kebutuhan akan keperawatan bersifat universal.
• Yang melekat dalam keperawatan adalah penghormatan terhadap hak asasi
manusia, termasuk hak budaya, hak untuk hidup dan pilihan, harga diri dan
diperlakukan dengan hormat. Asuhan keperawatan menghormati dan tidak
dibatasi oleh pertimbangan usia, warna kulit, keyakinan, budaya, kecacatan atau
penyakit, jenis kelamin, orientasi seksual, kebangsaan, politik, ras atau status
sosial.

Kode Etik Perawat ICN


1.Perawat dan Manusia
Tanggung jawab profesional utama perawat adalah kepada orang yang
membutuhkan asuhan keperawatan. Dalam memberikan perawatan, perawat
mempromosikan lingkungan di mana hak asasi manusia, nilai-nilai, adat istiadat,
dan keyakinan spiritual individu, keluarga, dan komunitas dihormati. Perawat
memastikan bahwa individu menerima informasi yang akurat, cukup dan tepat
waktu dengan cara yang sesuai secara budaya yang menjadi dasar persetujuan
perawatan terkait. Perawat menjaga kerahasiaan informasi pribadi dan
menggunakan pertimbangan dalam membagikan informasi Perawat berbagi
tanggung jawab dengan masyarakat untuk memulai dan mendukung tindakan
guna memenuhi kebutuhan kesehatan dan sosial masyarakat, khususnya populasi
rentan. Perawat mengadvokasi kesetaraan dan keadilan sosial dalam alokasi
sumber daya, akses perawatan kesehatan dan layanan sosial dan ekonomi
lainnya. Perawat menunjukkan nilai-nilai profesional seperti rasa hormat,
responsif, compossion, kepercayaan, dan integritas.
2. Perawat dan praktik
Perawat memikul tanggung jawab dan akuntabilitas pribadi untuk praktik
keperawatan, dan untuk mempertahankan kompetensi dengan pembelajaran
berkelanjutan.
Perawat mempertahankan standar kesehatan pribadi sedemikian rupa sehingga
kemampuan untuk memberikan asuhan tidak terganggu. Perawat menggunakan
pertimbangan tentang kompetensi individu saat menerima dan mendelegasikan
tanggung jawab.
Perawat setiap saat mempertahankan standar perilaku pribadi yang
mencerminkan profesinya dengan baik dan meningkatkan citra dan kepercayaan
publiknya. Perawat, dalam memberikan perawatan, memastikan bahwa
penggunaan teknologi dan kemajuan ilmiah sesuai dengan keselamatan,
martabat, dan hak orang.
Perawat berusaha untuk membina dan memelihara budaya praktik yang
mempromosikan perilaku etis dan dialog terbuka.

3. Perawat dan profesi


Perawat mengambil peran utama dalam menentukan dan menerapkan standar
yang dapat diterima dari praktik, manajemen, penelitian, dan pendidikan
keperawatan klinis.
Perawat aktif dalam mengembangkan pengetahuan professional berbasis
penelitian yang mendukung praktik berbasis bukti. Perawat aktif dalam
mengembangkan dan mempertahankan nilai-nilai profesional. Perawat, bertindak
melalui organisasi profesional, berpartisipasi dalam menciptakan lingkungan
praktik yang positif dan memelihara kondisi kerja sosial dan ekonomi yang aman,
adil dalam keperawatan. Perawat berlatih untuk mempertahankan dan
melindungi lingkungan dan menyadari konsekuensinya terhadap kesehatan.
Perawat berkontribusi pada lingkungan organisasi yang etis dan menantang
praktik dan pengaturan yang tidak etis.
4. Perawat dan rekan kerja
Perawat mempertahankan hubungan kolaboratif dan saling menghormati dengan
rekan kerja di bidang keperawatan dan bidang lainnya.
Perawat mengambil tindakan yang tepat untuk melindungi individu, keluarga, dan
komunitas saat kesehatan mereka terancam oleh rekan kerja atau orang lain.
Perawat mengambil tindakan yang tepat untuk mendukung dan membimbing
rekan kerja untuk memajukan perilaku etis.

Elemen Kode # 1: PERAWAT DAN MANUSIA


Praktisi dan Manajer
Berikan perhatian, menghormati hak asasi manusia dan peka terhadap nilai, adat
istiadat dan kepercayaan.
Sediakan terus pendidikan dalam masalah etika.
Berikan informasi yang cukup untuk informed consent keperawatan dan / atau
medis peduli, dan hak untuk memilih atau menolak pengobatan.
Gunakan rekaman dan sistem informasi manajemen
Untuk memastikan kerahasiaan.
Kembangkan dan pantau keamanan lingkungan di tempat kerja.
Pendidik dan Peneliti
Dalam kurikulum masukan referensi tentang; hak manusia, kesetaraan, keadilan,
solidaritas sebagai dasar akses perawatan.
Memberikan pengajaran dan kesempatan belajar untuk masalah etika dan
pengambilan keputusan.
Memberikan pengajaran / kesempatan belajar terkait dengan informed consent,
privacy dan confidentiality, beneficence dan maleficence.
Perkenalkan ke konsep kurikulum
nilai-nilai profesional.
Buat mahasiswa peka pentingnya
aksi sosial yang menjadi perhatian saat ini.
Asosiasi Perawat Nasional
Kembangkan posisi pernyataan dan pedoman yang mendukung hak asasi manusia
dan standar etika.
Lobi untuk keterlibatan perawat di komite etika.
Berikan pedoman, stetmen posisi, dokumentasi yang relevan dan Pendidikan
continu terkait dengan informed consent untuk perawatan dan pelayanan medis.
Gabungkan masalah kerahasiaan dan privasi menjadi kode etik nasional untuk
perawat.
Mengadvokasi lingkungan yang aman dan sehat.
Elemen Kode # 2: PERAWAT DAN PRAKTIK
Praktisi dan Manajer
Tetapkan standar kepedulian dan lingkungan kerja yang mengutamakan kualitas
peduli.
Tetapkan sistem untuk penilaian profesional, melanjutkan Pendidikan dan
pembaruan sistematis lisensi untuk berlatih.
Pantau dan promosikan kesehatan pribadi staf perawat dalam kaitannya dengan
kompetensi mereka untuk praktik.
Pendidik dan Peneliti
Memberikan pengajaran / kesempatan belajar yang mendorong pembelajaran
seumur hidup dan kompetensi untuk praktik.
Melakukan dan menyebarluaskan
penelitian yang menunjukkan hubungan antara pembelajaran berkelanjutan dan
kompetensi untuk berlatih.
Promosikan pentingnya kesehatan pribadi dan menggambarkan hubungannya
dengan nilai-nilai lain.
Asosiasi Perawat Nasional
Berikan akses jurnal, Pendidikan berkelanjutan, konferensi, Pendidikan jarak jauh,
dll.
Lobi untuk memastikanpeluang meneruskan Pendidikan dan standar kualitas
perawatan.
Promosikan gaya hidup sehat perawat profesional. Lobi tempat kerja yang sehat
dan layanan untuk perawat.

Elemen Kode # 3: PERAWAT DAN PROFESI


Praktisi dan Manajer
Tetapkan standar untuk praktik keperawatan, penelitian, Pendidikan dan
manajemen.
Support tempat kerja mengadakan diseminasi dan pemanfaatan penelitian yang
berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan.
Tingkatkan partisipasi di asosiasi perawat nasional ‘sehingga tercipta kondisi sosial
ekonomi perawat yang menguntungkan
Pendidik dan Peneliti
Memberikan pengajaran / kesempatan belajar dalam menetapkan standar untuk
praktik keperawatan, penelitian, Pendidikan dan manajemen.
Melakukan, menyebarluaskan dan memanfaatkan penelitian untuk memajukan
keperawatan profesi.
Buat mahasiswa peka terhadap Pentingnya asosiasi keperawatan professional.
Asosiasi Perawat Nasional
Berkolaborasi untuk menetapkan standar pendidikan keperawatan, praktek,
penelitian danManajemen.
Kembangkan posisi pernyataan, pedoman dan standar terkait untuk penelitian
keperawatan.
Lobi kondisi keperwatan yang adil. Kembangkan pernyataan posisi dan pedoman
dalam tempat kerja.
Elemen Kode # 4: PERAWAT DAN REKAN KERJA
Praktisi dan Manajer
Ciptakan kesadaran tentang fungsi spesifik dan potensial ketegangan
Interdisipliner dan ciptakan strategi untuk manajemen konflik.
Kembangkan sistem yang mendukung professional, nilai- nilai etika dan tingkah
laku di tempat kerja
Kembangkan mekanisme untuk menjaga individu, keluarga atau komunitas saat
mereka terancam.
Pendidik dan Peneliti
Kembangkan pemahaman peran pekerja lain.
Komunikasikan etika keperawatan kepada profesi. lain
Tanamkan dalam diri pelajar kebutuhan untuk melindungi individu, keluarga atau
komunitas.
Asosiasi Perawat Nasional
Mendorong kerja sama
Dengan disiplin ilmu. Yang terkait
Kembangkan kesadaran tentang masalah etika profesi lain.
Berikan pedoman, pernyataan posisi dan forum diskusi terkait dengan melindungi
orang ketika mereka terancam

Revisi Kode etik ICN


• Rekomendasi kode baru penekanan pada hal-hal: kesetaraan dan keadilan
sosial, penghormatan terhadap lingkungan / iklim alam, menantang perilaku tidak
etis, dengan peran utama teknologi, komunikasi digital dan kecerdasan buatan di
dunia yang selalu berubah.
• Kode baru perlu menegaskan hak asasi manusia dan keutuhan serta martabat
setiap orang untuk menjamin perawatan yang memadai bagi semua orang tanpa
diskriminasi.
• Kode baru, diharapkan juga ada penekanan pada peran advokasi perawat
menjadi mitra pasien dan staf kesehatan lainnya dalam pengambilan keputusan.

KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA

A. Perawat dan Klien


1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama
yang dianut serta kedudukan sosial.
2.Perawatdalammemberikanpelayanankeperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama
3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

B. Perawat dan Praktik


1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi di bidang
keperawatan melalui belajar terus menerus
2.Perawatsenantiasamemeliharamutupelayanankeperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien
3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat
dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain
4.Perawatsenantiasamenjunjungtingginamabaikprofesi keperawatan dengan
selalu menunjukkan perilaku profesional
C. Perawat dan Masyarakat
1. Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan
dan kesehatan masyarakat

D. Perawat dan Teman Sejawat


1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat
maupun dengan tenaga kesehatan lainnya dan dalam memelihara keserasian
suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan
secara menyeluruh
2.Perawatbertindakmelindungikliendaritenagakesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal
E. Perawat dan Profesi
1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan
2.Perawatberperanaktifdalamberbagaikegiatan pengembangan profesi
keperawatan
3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan
yang bermutu tinggi

Case Studi #1
• Seorang Nesr bekerja di unit perawatan onkologi setelah libur seminggu. Saat
dia menerima laporannya, dia mendengar erangan kesakitan yang datang dari
kamar, seorang pria berusia 28 tahun yang menderita efek kanker tulang
metastatik. Pasien dia dirawat di rumah sakit beberapa bulan lalu untuk
kemoterapi.
• Pertumbuhan metastasis tulang belakangnya menyebabkan rasa sakit yang
menyiksa, pada saat yang sama dengan metastasis batang otak yang mengancam
kematian.
• Tujuan asuhan keperawatan pasien adalah membuatnya senyaman mungkin.
Tetapi ketika Ners memeriksa program untuk mengetahui pesanan narkotika, dia
menatap dengan tidak percaya. Dia menanyakan kepada perawat kepala: Apakah
pasien benar-benar menerima 780 mg morfin melalui infus selama 8 jam terakhir,
ditambah penguat 20 mg setiap 4 jam, prn?
Itu cukup untuk menyebabkan depresi pernapasan, apalagi pada pria seberat
82 kg.
• Kepala perawat memastikan dosisnya dan menjelaskan bahwa toleransi Pasien
sangat tinggi, mungkin karena dia telah kecanduan heroin saat remaja. "Beri dia
booster 20 mg lagi," katanya pada Ners tersebut. Kita harus menghilangkan rasa
sakitnya. Ners setuju bahwa rasa sakitnya harus dikurangi, tetapi dia bertanya-
tanya apakah dia harus memberinya dosis lain selain jumlah obat yang telah dia
terima. Bagaimana jika dia berhenti bernapas setelah dia memberinya booster?
Apa yang harus dia lakukan?

Apakah kesejahteraan pasien dilindungi ? Atau


mengurangi penderitaan pasien
Kode Etik Keperawatan
• Salah satu kelompok yang mengutarakan pandangannya tentang masalah ini
adalah American Nurses Association (ANA). Itu Kode Etik Perawat termasuk
pernyataan berikut:
Perawat harus memberikan intervensi untuk menghilangkan rasa sakit dan gejala
lain pada pasien sekarat bahkan ketika intervensi tersebut mengandung risiko
mempercepat kematian. Namun, perawat tidak boleh bertindak dengan tujuan
tunggal untuk mengakhiri hidup pasien meskipun tindakan tersebut dapat
dimotivasi oleh belas kasih, menghormati otonomi pasien dan pertimbangan
kualitas hidup.

Kode Etik Keperawatan


• Pandangan dari Kode etik keperawatan ICN :
Perawat dalam memberikan intervensi tersebut sebagai tanggung jawab dalam
meringankan penderitaan individu, walaupun intervensi itu mengandung resiko.
Untuk menghormati hak individu maka pastikan individu tersebut menerima
informasi yang akurat sebagai dasar persetujuan dalam pengambilan keputusan
• Pandangan kode etik Keperawatan PPNI :
Intervensi perawat merujuk pada standar yg dikeluarkan, jika tidak sesuai dan
dapat mengancam keselamatan individu, Perawat wajib menyampaikan kepada
atasan langsung, untuk selanjutnya ditindak-lanjuti; Dalam setiap tindakan yang
diberikan perawat wajib menjelaskan pada klien dan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai