• Informed conset atau persetujuan tindakan medis atau persetujuan tindakan kedokteran
persetujuan yang dibuat oleh pasien atau keluarganya, untuk memberikan izin terhadap
dokter dalam melakukan serangkaian pemeriksaan, menetapkan diagnosis , melakukan
pemeriksaan fisik dan penunjang medis dan melakukan tindakan medis tertentu kepada
pasien.
• Persetujuan tersebut diberikan oleh pasien atau keluarganya setelah melalui suatu proses
komunikasi interpersonal dua arah yang berimbang
• Persetujuan tindakan medis yang diberikan oleh pasien atau keluarganya harus bebas dari
intervensi , tekanan atau ketakutan. Apapun yang diputuskan oleh pasien harus dihargai .
• pemahaman terhadap informed consent yang kurang dokter mewakilkan
permintaan persetujuan tindakan medis dari pasien atau keluarganya melalui
perawat, bidan atau penata anastesi yang bertugas di kamar operasi.
• pasien atau keluarganya hanya disodorkan berkas persetujuan tindakan medis
untuk ditandatangani tanpa mendapatkan penjelasan yang cukup mengenai
tindakan apa yang akan dilakukan, cara pelaksanaan tindakan dan
kemungkinan resiko yang dapat terjadi atas pelaksanaan tindakan tersebut.
Lanjutan..
• Mungkin saja hal ini dianggap sepele dengan alasan bahwa pasien telah
menandatangani berkas persetujuan sebagai bukti bahwa pasien telah
menyatakan persetujuannya.
• Namun dari sudut pandang hukum , persetujuan tindakan medis tanpa
mendapatkan penjelasan yang cukup dari dokter yang akan melakukan tindakan
tersebut dapat dianggap cacat prosedur sehingga tidak memiliki kekuatan hukum
mengikat dan berpotensi untuk menimbulkan sengketa medis.
• Informed consent terdiri dari dua kata yaitu informed dan consent. John M. Echols (2003)
memberi pengertian informed yaitu telah mendapatkan penjelasan atau keterangan telah
disampaikan atau diinformasikan.
• Sedangkan consent yang berarti persetujuan yang telah diberikan pada seseorang untuk
berbuat sesuatu
• Jadi informed consent dapat diartikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien
kepada dokter untuk melakukan tindakan kedokteran tertentu setelah mendapatkan
penjelasan dari dokter yang bersangkutan.
• esensi dari persetujuan tindakan medis terletak pada proses atau tatacara dalam
mencapai persetujuan yang akan diberikan oleh pasien atau keluarganya kepada dokter.
• Sedangkan berkas Persetujuan tindakan medis merupakan pengukuhan atas
persetujuan yang telah dibuat oleh pasien atau keluarganya untuk memberi izin kepada
dokter dalam melaksanakan tindakan medis.
TERSIRAT DI DALAM KETENTUAN PASAL 45 UU
NO.29 TAHUN 2004 TENTANG KEDOKTERAN
1. Diawali dengan sebuah hubungan hukum dalam suatu perjanjian terapeutik antara dokter dan
pasien
2. Adanya komunikasi terapeutik interpersonal dua arah secara berimbang yaitu antara dokter yang
akan melakukan tindakan medis tanpa diwakili dan kepada pasien yang cakap menurut ketentuan
perundang-undangan atau keluarganya yang berhak menurut ketentuan perundang-undangan.
3. Komunikasi terapeutik yang dibangun adalah pemberian informasi dan penjelasan dari dokter
kepada pasien dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien dan sebaliknya
pasien menyampaikan informasi kepada dokter secara lengkap, jujur dan benar mengenai keluhan
atau penyakit yang dialaminya, termasuk mempertanyakan secara terbuka dan bebas terhadap hal-
hal yang tidak dipahami atas penjelasan yang diberikan oleh dokter.
4. Informasi atau penjelasan yang diberikan oleh dokter kepada pasien sekurang-
kurangnya menyangkut diagnosis dan tata cara pelaksanaan tindakan medis,
mengenai diagnosis penyakit, tujuan tindakan medis yang dilakukan;
alternatif tindakan lain dan risikonya; risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi; dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
5. Pasien mengambil keputusan untuk memberi persetujuan atau penolakan
terhadap tindakan medis yang akan dilakukan secara indepen, tanpa tekanan
atau paksaan yang harus dihormati oleh dokter.
• Informed consent merupakan DOKUMEN HUKUM, bukan kelengkapan
administrative Alat BUKTI HUKUM yang sah
• Persetujuan tindakan medis (Informed consent) dalam hubungan hukum
perjanjian terapeutik tanpa melalui suatu proses atau tata cara yang benar
menurut hukum, dipandang sebagai suatu perjanjian yang tidak sah dan
batal demi hukum atau dianggap bahwa perjanjian tersebut tidak pernah
lahir
• Kewajiban untuk mendapatkan persetujuan Tindakan medis kewajiban
hukum dan kewajiban moral yang harus dipatuhi.
• kewajiban hukum karena ketentuan peraturan perundang-
undangan (Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 29 Tahun
2004 Tentang Praktek kedokteran)
• kewajiban moral kode etik kedokteran Indonesia (KODEKI)
sebagai sebuah pedoman berperilaku bagi seorang dokter dalam
menjalankan praktek kedokterannya (Pasal 14 KODEKI)
• Sekalipun pasien telah menolak tindakan medis yang akan
diberikan oleh dokter, tidaklah berarti dokter harus lepas tangan
atau memutuskan hubungan hukum secara sepihak.
• Perlakuan dokter yang dengan sengaja menelantarkan pasien yang
menolak pengobatan atau tindakan medis merupakan perbuatan
yang dapat diancam pidana, jika oleh perlakuan tersebut
(omission) membuat kesehatan pasien semakin menurun atau
bahkan sampai mengalami kematian
DASAR PELAKSANAAN INFORMED CONSENT
1. Pasal 45 ayat (1) UU Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek kedokteran yang menyatakan bahwa
“Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi
terhadap pasien harus mendapat persetujuan”.
2. Pasal 37 ayat (1) UU Nomor 44 Tahun 2004 Tentang Rumah sakit yang menyatakan bahwa “Setiap
tindakan kedokteran yang dilakukan di Rumah Sakit harus mendapat persetujuan pasien atau
keluarganya”
3. Pasal 56 ayat (1) UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa “Setiap
orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan
diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara
lengkap”
4. Pasal 58c UU Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan menyatakan bahwa “ Tenaga
kesehatan dalam menjalankan praktik , memperoleh persetujuan dari penerima pelayanan kesehatan
atau keluarganya atas tindakan yang akan diberikan”
5. Pasal 2 ayat (1) Permenkes RI Nomor 290 /Menkes/ Per/ III/ 2008 Tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran menyatakan bahwa “Semua tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien harus
mendapat pesetujuan
• Tindakan medis yang dengan sengaja dilakukan tanpa persetujuan
pasien atau keluarganya seperti menyuntik , mengiris dan
memotong jaringan tubuh pasien dianggap sebagai tindak pidana
penganiayaan Medical Malpractice
INFORMED CONSENT GAWAT DARURAT
• Terbukti tidak memberikan penjelasan yang terbuka dan jujur atas pemberian suntikan
anestesi spinal ataupun penjelasan terbuka dan jujur atas Tindakan operasi usus buntu
sebelum penandatanganan informed consent (persetujuan Tindakan) oleh penggugat
• Terbukti mengabaikan permintaan keluarga pasien untuk dilakukan pemeriksaan USG
terlebih dahulu
• Terbukti tidak segera memindahkan pasien ke ruang ICU, tetapi meminta deposit
pembayaran administrasi terlebih dahulu
CONTOH GUGATAN KASUS 2…
• tindakan kegawatdaruratan dinyatakan bahwa “di dalam suatu operasi hernia ternyata
oleh tenaga medis ditemukan bahwa testikel kiri dari pasien sudah terinfeksi berat.
• Untuk berhasilnya operasi hernia, maka testikel yang terinfeksi berat (mau atau tidak
mau) harus diangkat. Tenaga medis digugat dipengadilan karena tidak ada persetujuan
yang nyata tersirat untuk dilakukan perluasan operasi.
• Pembela tenaga medis mengatakan bahwa perluasan operasi tersebut sangat diperlukan
untuk kesehatan pasien dan secara wajar dilakukan demi kelangsungan hidupnya.
• Pembuangan testis itu, hanya dilakukan untuk kepentingan pasien itu sendiri dan adalah
tindakan logis untuk menunda-nunda operasi.
• Didalam kasus tersebut, hakim membenarkan tindakan tenaga medis tersebut, karena
keputusan untuk mengangkat testikel adalah demi kepentingan pasien.
• Adalah tidak benar jika tenaga medis tersebut tidak melakukan apa-apa dalam situasi dan
kondisi tersebut.
• kasus Nina Dwi Jayanti yang merupakan pasien Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Jakarta yang telah dioperasi tanpa persetujuan dari keluarga.
• Awalnya, gadis berusia 22 tahun ini mengeluh tidak bisa buang air besar, lalu datang ke
rumah sakit pada 15 febuari 2009.
• dokter memberikan obat untuk melancarkan buang air besar. Namun, obat tidak
berfungsi. Dokter kemudian memperkirakan keluhan Nina tersebut merupakan usus
buntu.
• Operasi pun dilakukan oleh dokter tanpa meminta persetujuan keluraga sesuai dengan
prosedur dalam melakukan tindakan operasi. Setelah dioperasi, ternyata dugaan dokter
tersebut salah. Nina tidak menderita usus buntu. Dokter lalu membuat keputusan
berdasarkan diagnosa, bahwa Nina menderita kebocoran kandung kemih.
• Kemudian dokter melakukan tindakan operasi kembali, tanpa meminta persetujuan
keluarga seperti sebelumnya. Terlihat bekas operasi Nina terdapat sekitar 10 jahitan di
perut
• Ayah Nina yang bekerja di rumah sakit tersebut akan mengadukan kasus ini ke Menteri
Kesehatan dan siap kehilangan pekerjaannya. Akhirnya, pengadilan memutuskan pihak
rumah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo membayar ganti rugi sebesar satu milyar
rupiah
• Penggugat menggugat tergugat (rspi-red)
karena tergugat mengeluarkan surat
keterangan lahir dengan kop surat tergugat
yang mencantumkan penggugat sebagai
ayah dari bayi yang dilahirkan seorang
perempuan bernama V.