Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

PENJATUHAN HUKUMAN TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG


DILAKUKAN ANAK DI BAWAH UMUR DALAM HUKUM PIDANA ISLAM DAN
HUKUM POSITIF

A. Pertimbangan hakim dalam putusan Pengadilan Nomor :13/pid.sus-anak/2018/PN.Smg


Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa Anak adalah seorang yang
masih ada di bawah usia tertentu dan belum dewasa serta belum kawin.1 Menurut pasal 1 ayat 1
Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun, termasuk Anak yang masih dalam kandungan. pasal 1 ayat 3 Undang-undang No.
11 Tahun 2012 tentang Peradilan Anak menyebutkan Anak yang berkonflik dengan Hukum yang
selanjutnya disebut Anak adalah Anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum
berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.

Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia dinyatakan, bahwa Anak adalah manusia yang
masih kecil2. Perbuatan Pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan Hukum dan larangan
yang mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa Pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar
larangan tersebut. Oleh karena itu dalam kasus putusan nomor: 13/Pid.Sus.anak/2018/PN.Smg.
Perbuatan terdakwa yang melakukan pembunuhan dengan pisau dengan panjang kurang lebih 32 cm
yang terbuat dari besi stainless warna putih dengan gagang terbuat dari stainles yang dilakukan
terdakwa Anak Yuliana Anggraini binti Suradi yang menyuruh Rifai alias Rembulan mengakihatkan
sdri Meta Novita Handayanti meninggal dunia di tempat dan dapat di jatuhi pidana karena bersalah
melakukan perbuatan pidana, dengan sengaja merampas nyawa orang lain, yang melanggar pasal
Pasal 340 KUHP Jo Pasal 55 Ayat (1) ke 1 KUHP, Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta
peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan.

Adapun dalam menjatuhkan Pidana kepada terdakwa Anak, majelis Hakim perlu
mempertimbangkan tuntutan yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum yang meminta hukuman
untuk terdakwa Anak 20 tahun dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dengan
perintah agar terdakwa tetap ditahan, Hakim harus melihat aspek yuridis, dan non yuridis yang ada
pada terdakwa Anak tersebut.

1
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, cet. VIII (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2008), 59.

2
Dalam kasus ini Ada 8 orang saksi yang terdapat dalam Direktori Putusan Pengadilan Negeri
Semarang No Nomor 13/Pid.Sus.anak/2018/PN.Smg, yaitu Supangkat bin Sampan, Ahmad Alal
Falah bin Mukhadirin, Muhammad Andre Fernanda bin Cahyono, Rifai bin Sujud Al Sudarto, Sugeng
Ariyanto alias Pelok bin Sumarno, Tuminah bin Tipan, YF alias Eyang Tarno binti Sudarno, Endang
Sulistyowati alias Bu Puji binti alm Sudarwan Pujo Sudaryo. Yang keterangannya di bawah sumpah
Pengadilan dibacakan di depan persidangan dan di masukan di dalam fakta persidangan oleh Hakim
Pengadilan Negeri Semarang.

Selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan berdasarkan fakta- fakta Hukum,


terdakwa Anak dapat dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya
dengan dakwaan alternatif. Terdakwa Anak telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan
Pertama, Pasal 340 KUHP Jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP, Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997
tentang Pengadilan Anak dan Undang- undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan.

Dalam hal ini dakwaan Penuntut Umum bersifat alternatif maka Hakim akan
mempertimbangkan dengan memilih salah satu dakwaan yang paling sesuai dengan fakta-fakta yang
terungkap di persidangan dan menurut Hakim, dakwaan yang paling sesuai adalah dakwaan Pertama,
Memperhatikan, Pasal 340 KUHP Jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP, Undang-undang Nomor 3 Tahun
1997 tentang Pengadilan Anak dan Undang- undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan. Adapun Pasal 340 KUHPJo
Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP yang berbunyai: Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih
dahulu merampas nyawa orang lain, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup
atau selama waktu tertentu, paling lama 20 Tahun.

Setelah melihat fakta-fakta di persidangan, keterangan para saksi, barang bukti, serta keterangan
terdakwa yang saling bersesuaian majelis Hakim menjatuhkan sanksi kepada terdakwa sebagai beriku:

- Menyatakan Terdakwa YULIANA ANGGRAINI Binti SURADI, tersebut diatas,terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ Melakukan, menyuruh melakukan dan turut
serta melakukan perencanaan pembunuhan
- Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 10 ( sepuluh )
tahun
- Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
- Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan
- Menetapkan barang bukti berupa:
-1 (satu) buah daster warna merah motif kembang kembang yang terdapat bercak darah dan lubang
bekas tusukan benda tajam, 1 (satu) buah celana dalam warna biru tua dan pembalut wanita, 1 (satu)
buah Bra / BH warna hijau muda,1 (satu) buah guling bergambar kartun, 1 (satu) pasang sandal jepit
warna hitam merk ardiles, 1 (satu) unit sepeda motor roda dua merk Honda supra fit warna biru
silver, No.Pol : H-2560-BY,1 (satu) buah pisau dengan panjang kurang lebih 32 cm yang terbuat dari
besi stainless warna putih dengan gagang terbuat dari plastic warna hitam yang diikat dengan benang
warna hitam dan tali rafia warna biru dikembalikan kepada Jaksa Penuntut Umum guna kepentingan
pembuktian perkara Splitzing atas nama terdakwa Rifai bin Sujud

- Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp. 2.000;- ( dua ribu rupiah) 3

Dari pendapat yang diikemukakan oleh Durkhain dan Merton tersebut, maka lahirlah berbagai
wujud penyimpangan tingkah laku seperti pembunuhan pemerkosaan, perbuatan cabul dan perbuatan
lainya yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Faktor yang menyebabkan kejahatan
pembunuhan yang dilakukan oleh anak adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang berasal dari individu sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang
disebabkan dari luar individu.4

1. Faktor intertnal
Factor internal penyebab anak melakukan kejahatan pembunuhan adalah 5
a. Faktor kesalah pahaan
Kesalah pahaman sering kali diawali dengan kurangnya komunikasi dan penjelasan antara satu
dengan yang lainya. Kesalahpahaman biasanya terjadi karena ego yang sangat tinggi dari setiap
individu sehingga memicu terjadinya tindak pidana.
b. Faktor emosi yang labil
Anak pada masa remaja merupakan masa yang sangat labil emosinya. Memiliki emosi yang labil
dalam menangkap informasi dan ingin mewujudkan keinginan hati sering kali tanpa berpikir
dahulu apakah perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan yang baik atau buruk dan
dampak yang akan timbulkan dari perbuatan tersebut dapat merugikan diri sendiri maupun orang
lain.
c. Faktor rendahnya budi pekerti

3
Halaman 40 dari 40 Putusan No. 13/Pid.Sus.anak/2018/PN.Smg.
4
Bambang sunggono, metode penelitian hukum, (Jakarta: PT Raja grafindo persada, 1999), hlm. 41
5
Adi prmana, tunjauan kriminologis kejahatan pembunuhan yang dilakukan anak, 2017 hlm. 7
Faktor ini menyebabkkan pelaku kejahatan tidak dapat berfikir dengan menggunakan akal budinya
ketika melakukan kejahatan. Rendahnya budi perkerti yang dialami oleh kelompok anak
disebabkan karena kurangnya control sosial dalam lingkungan keluarga maupun sekolah.
d. Faktor rendahnya iman
Faktor ini merupakan faktor yang mendasar menyebabkan terjadinya kejahatan. Keyakinan serta
pengetahuan agama yang kurang akan membuat seseorang tidak memiliki iman yang kuat. Orang
yang imannya lemah cendrung mudah terpancing emosinya untuk melakukan kejahatan.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal penyebab anak melakukan kejahatan pembunuhan adalah:6
a. Faktor lingkungan keluarga
Faktor lingkungan keluarga memiliki peranan yang sangat penting terhadap perkembangan anak
itu sendiri. Lingkungan keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembang anak,
sedangkan lingkungan keluarga yang buruk akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap
perkembangan anak tersebut. Oleh karena itu sangat wajar apabila faktor lingkungan keluarga
sangat mempengaruhi perilaku anak tersebut.
b. Faktor kedudukan orang tua
Kejahatan yang dilakukan oleh anak disebabkan oleh faktor kedudukan yang dimiliki orang tua,
dimana orang tua memiliki kedudukan dalam masyarakat. Hal ini menyebabkan anak tersebut
beranggapan bahwa jika mereka melakukan kesalahan sudah pasti akan dilindungi oleh orang
tuanya karena oang tuanya memiliki pengaruh dalam masyarakat.
c. Faktor kurangnya pengawasan orang tua
Kurangnya pengawasan orang tua merupakan salah satu faktor yang menyebabkan anak
kriminalitas. Akibat kurangnya pengawasan orang tua membuat anak tersebut dengan leluasa
melakukan kegiatan-kegiatan yang menimbulkan kesan negatif dalam masyarakat. Maka dari itu
pengawasan orang tua sangatlah dibutuhkan dalam memperhatianperilaku dan kegiatan yang
dilakukan anak sehari-harinya.
d. Faktor pemakaian alkohol
Pengaruh alcohol dapat mengakibatkan seseorang bisa berbuat agresif dan melakukan perbuatan
yang berlebihan tanpa disadari oleh penggunanya sendiri. Usia anak yang masih dalam masa
peralihan sangat rentan terhadap minuman yang beralkohol, mereka menganggap dengan meminu-
minuman yang beralkohol atau minuman keras dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka.
e. Faktor terlantarnya anak

6
Ibid hal 8
Kriminalitas yang melibatkan anak sering kali dikaitkan dengan faktor terlantarnya anak. Orang
tua tersebut tidak mampu melaksanakan kewajibanyan sehingga kebutuhan anak baik jasmani
maupun rohani tidak terpenuhi.
Menurut nashriana dalam bukunya menyatakan bahwa tidak selamanya terlantarnya anak
diakibatkan kondisi ekonomi yang berada ditingkat bawah, akan tetapi pada saat ini terlantarnya
anak diakibatkan karena orang tua yang sibuk bekerja, tidak ada pengasuh dan keluarga tidak
harmonis (broken home), sehingga dapat membuat perilaku anak menjadi menyimpang. 7
f. Faktor lingkungan pergaulan
lingkugan pergaulan sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan anak, terutama dalam konteks
kultural atau konteks kebudayaan lingkungan anak tersebut karena anak tersebut menjadi
delinquen karena banyak dipengaruhi oleh berbagai tekanan pergaulan yang semuanya
memberikan pengaruh yang menekankan dan memaksaa pada pembentukan perilaku buruk,
sehingga anak tersebut menjadi suka melanggar peraturan.

Dimana sudah di jelaskan pada penulis dari bab sebelumnya yaitu bab 2 dimana penulis
memberikan pengertian anak secara etimologis yang diartikan dengan manusia yang masih kecil
ataupun manusia yang belum dewasa. Kemudian dalam Pasal 45 KUHP disebutkan bahwa ”Dalam
hal penuntutan pidana terhadap orang yang belum dewasa karena melakukan perbuatan sebelum umur
16 tahun, hakim dapat menentukan, memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan kepada orang
tuanya, walinya atau pemeliharanya, dengan tidak dikenakan sesuatu hukuman atau memerintahkan
supaya si tersalah supaya diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman,
yakni jika perbuatan itu masuk bagian kejahatan atau salah satu pelanggaran yang diterangkan dalam
Pasal 489, 490, 492, 496, 497, 503-505, 514, 517-519, 526, 531, 532, 536, dan 540 dan perbuatan itu
dilakukannya sebelum lalu dua tahun sesudah keputusan dahulu yang menyalahkan dia melakukan
salah satu pelanggaran ini atau sesuatu kejahatan; atau menghukum anak yang bersalah itu. 8 Dari
pasal tersebut dapat diketahui bahwa anak sebagai pelaku tindak pidana dapat dikenai pidana adalah
seseorang sebelum umur enam belas tahun.
Namun dalam Undang-undang nomor 3 tahun 1997 tentang Peradilan Anak disebutkan bahwa”
Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi
belum mencapai umur 18 (Delapan belas) tahun dan belum pernah kawin dan dikenal dengan sebutan
anak nakal. Sebagaimana kutipan dalam Pasal 1 ayat (1) dan (2) berbunyi:

7
Nashriana, perlindungan hukum pidana bagi anak Indonesia, (Jakarta: rajawali pers,2014), hlm. 40
8
R.Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (Bogor: Politeia: 1991), hal 320
1. Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi
belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.
2. Anak nakal adalah:
a. Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun
tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.
b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut
peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Kemudian Dengan diundangkannya Undang-undang ini, maka Pasal 45 KUHP tidak berlaku lagi.
Hal ini dijelaskan dalam Pasal 67 Undang-undang nomor 3 tahun 1997 tentang Peradilan Anak yang
berbunyi ”pada saat mulai berlakunya Undang- undang ini, maka Pasal 45, Pasal 46, dan Pasal 47
Kitab Undang-undang Hukum Pidana dinyatakan tidak berlaku lagi.
Batasan umur untuk anak sebagai korban pidana diatur dalam Pasal 1 butir 1 Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Anak dirumuskan sebagai seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dari rumusan tersebut
dapatm diketahui bahwa anak yang berhak mendapat perlindungan hukum tidak memiliki batasan
minimal umur.9 Dari sejak masih dalam kandungan, ia berhak mendapatkan perlindungan.
Kemudian Setelah melihat fakta-fakta di dari isi putusan, yang sudah penulis tulis pada bab 3
mengenai isi putusan dengan terdakwa YULIANA ANGGRAINI Binti SURADI. Dengan Putusan
No. 13/Pid.Sus.anak/2018/PN.Smg. Terdawa dijatuhi Pidana Penjara Berbeda dengan orang dewasa,
pidana penjara bagi anak nakal lamanya ½ (satu perdua) dari ancaman pidana orang dewasa atau
paling lama 10 (sepuluh) tahun. Terhadap anak nakal tidak dapat dijatuhkan pidana mati maupun
pidana seumur hidup. Dan sebagai gantinya adalah dijatuhkan salah satu tindakan.10
Menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak terhadap anak nakal
dapat dijatuhkan pidana yaitu pidana pokok dan pidana tambahan atau tindakan. Dengan menyimak
Pasal 23 ayat (1) dan ayat (2) diatur pidana pokok dan pidana tambahan bagi anak nakal.
Sebagaimana Undang-Undang dasar mengatur peraturan untuk mencapai masyarakat yang tertib dan
teratur.

9
Anonim, Undang-undang RI Perlindungan Anak (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hal 49.
10
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hal 29
B. Penjatuhan hukuman terhadap tindak pidana pembunuhan yang di lakukan anak di
bawah umur dalam Hukum Pidana Islam
Adapun bentuk hukuman atau pertanggung jawaban bagi anak dibawah umur yang melakukan
tindak pidana pembunuhan dalam pidana islam sebagaimana diungkapkan oleh imam nawawi dalam
al-majmu’ syarah al-muhazzab yaitu: “bahwa anak dibawah umur jika melakukan pembunuhan
sengaja maka dia tidak di qisas hal ini berdasarkan hadist rasulullah saw: dimaafkan dosa dari 3
golongan: seorang anak kecil sampai ia dewasa, orang yang tertidur sampai terbangun, dan orang
gila sampai sadar. Begitu juga karena anak kecil itu belum mumayyiz yang tidak mengerti dan
memahami perkataan orang dewasa. Inilah menurut kebiasaannya. Menurut kebiasaan hukum itu
diterapkan secara keseluruhan. Begitu juga anak kecil yang sudah mumayiz pengetahuanya masih
kurang, dan perbuatanya tidak dapat di kategorikan sebagai tindak pidana karena tidak ada tujuan
yang benar oleh karenanya anak dibawah umur tersebut tidak wajib menerima hukuman. Karena
hukuman itu yaitu qisas merupakan pelanggaran pidana bagi tindakan yang besar dan membutuhkan
pengetahuan dan kesadaran yang penuh, para mazhab syafi’I mereka berpenndapat bahwa tindakan
pidana pembunuhan yang dilakukan anak kecil seperti pembunuhan tersalah hanya wajib membayar
diyat yang diwajibkan atas keluarganya.”
Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa sanksi bagi pelaku tindak pidana pembunuhan yang masih
dibawah umur adalah hanya membayar diyat semata. Anak dibawah umur tersebut tidak wajib untuk
di qisas atas tindak pidana pembunuhan yang dilakukannya. Tindak pidana pembunuhan yang
dilakukan anak kecil baik sengaja atau tidak berdasarkan pidana islam dianalogikan dengan
pembunuhan tersalah (qotlu al-khata). Dengan demikian diyat yang harus dibayar kepala keluarga
korban adalah diyat yang diperingan berupa.11
Menurut Abdul Qadir Audah anak di bawah umur dapat ditentukan bahwa laki-laki itu belum
keluar sperma dan bagi perempuan belum haid, ikhtilam dan belum pernah hamil.12 Kemudian kapan
seorang anak dapat dikatakan telah mencapai dewasa? Untuk menjawab hal ini dapat dilihat dari
pendapat Imam Syafi’i, sebagaimana yang telah dikutip oleh Chairuman dan Suhrawardi dalam
bukunya hukum perjanjian dan hukun Islam. Imam Syafi’I mengungkapkan apabila telah sempurna
umur 15 tahun baik laki-laki maupun perempuan, kecuali bagi laki-laki yang sudah ikhtilam atau
perempuan yang sudah haid sebelum mencapai umur 15 tahun maka sudah dianggap dewasa.13
Namun terjadi ikhtilaf di antara para ulama dalam penentuan umur. Ada tiga pendapat tentang hal
tersebut, yaitu :

11
Khatib syarbaini, mughi al-muhtaj, jil 4 (deirut: darul kutub ilmiah, 2009), hlm. 62
12
Abdul Qadir Audah, Al-Tasyri’ al-Jinaiy al-Islami (Beirul: Dar al-Kitab al-Arabi, 1994), 603.
13
Chairumandan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dan Hukum Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), hal 10.
1. Mazhab Hanafi
Mereka berpendapat bahwasanya seorang laki-laki tidak dipandang balligh sebelum ia mencapai
usia 18 tahun. Sebagaimana dikatakan Q.S An-am ayat 152.
2. Mazhab Syafi’i dan Hambali
Mereka berpendapat bahwa bila seorang anak laki-laki dan perempuan apabila telah sempurna
berusia 15 tahun, kecuali bagi laki-laki yang sudah ihtilam dan perempuan yang sudah haid
sebelum usia 15 tahun maka keduanya dinyatakan telah balligh. Mereka juga berhujjah dengan
apa yang diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa dirinya diajukan kepada Nabi saw pada hari perang
Uhud sedang ia ketika itu berusia 14 tahun, kemudian Nabi tidak memperkenankannya ikut dalam
peperangan. Setelah setahun dirinya mengajukan kembali pada hari perang Khandak yang ketika
itu ia telah berumur 15 tahun dan ia diperkenankan oleh Nabi untuk perang Khadak
3. Jumhur Ulama Fiqh
Bahwasanya usia balligh bisa ditentukan berdasarkan hukum kelaziman. Kebiasaan yang terjadi
adalah setelah terjadinya ihtilam dan hal itu sering terjadi pada usia 15 tahun. Dengan demikian,
maka umur 15 tahun itulah ditentukan usia balligh yang dipandang usia taklif (usia pembebanan
hukum).
Sedangkan dalam literatur bahasa yang lain disebutkan juga anak dengan istilah mumayyiz yaitu
anak yang mengerti maksud dari kata-kata yang diucapkannya. Biasanya usia anak itu genap 7 tahun
sehingga bila kurang dari 7 tahun maka belum dikatakan mumayyiz. Hukum anak mumayyiz itu tetap
berlaku sampai anak itu dewasa. Dewasa ini maksudnya cukup umur untuk berketurunan dan muncul
tanda-tanda laki-laki dan perempuan yang biasanya pencapaian umur bagi laki-laki berusia 12 tahun
sedang perempuan 9 tahun.
Dalam kasus ini terdakwa YULIANA ANGGRAINI Binti SURADI. Dengan Putusan No.
13/Pid.Sus.anak/2018/PN.Smg. Terdakwa masih di kategorikan sebagai anak di bawah umur menurut
hukum positif. Akan tetapi didalam hukum Islam terdakwa sudah di kategorikan sebagai anak
dewasa. Kemudian menurut hukum islam terdakwa melakukan pembunuhan sengaja (qatl al-amd).
Dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah mengharamkan pembunuhan sengaja ini secara tegas dan termasuk
perbuatan haram sebagaimana Allah berfirman dalam al-qura‟an surat al-isra’Ayat 33

ِ ْ ‫س الَّيِت ْ َحَّر َم اللّهُ اِاَّل بِاحْلَ ِّق َو َم ْن قُتِ َل َمظْلُ ْو ًما َف َق ْد َج َعْلنَا لَِولِيِّه ُسْلطنًا فَاَل يُ ْس ِر‬
ُ ‫ف ىِّف الْ َقْت ِل انَّه َكا َن َمْن‬
‫ص ْو ًر‬ َ ‫الن ْف‬
َّ ‫َواَل َت ْقُتلُوا‬

Adapununsur-unsur dalam pembunuhan sengaja yaitu:


a. Korban yang dibunuh adalah manusia yang masih hidup
b. Perbuatan si pelaku yang mengakibatkan kematian korban
c. Ada niat bagi si pelaku untuk menghilangkan nyawa korban
Dan unsur yang terpenting diantara ketiganya ialah pada unsur yang ketiga, yaitu adanya niat si
pelaku. Hal ini sangat penting karena niat pelaku itu merupakan syarat utama dalam pembunuhan
sengaja. Dan masalah tersebut menjadi perbincangan para ulama karena niat itu terletak dalam hati,
sehingga tidak dapat diketahui. Dengan demikian akan ada kesulitan dalam membuktikan bahwa
seseorang melakukan pembunuhan itu apakah dengan sengaja atau tidak. Oleh karena itu para fuqaha
mencoba mengatasi kesulitan ini dengan cara melihat alat yang digunakan dalam pembunuhan itu.14
Dalam putusan No. 13/Pid.Sus.anak/2018/PN.Smg. diperlihatkan alat buktinya pada nomor 7 yaitu 1
(satu) buah pisau dengan panjang kurang lebih 32 cm yang terbuat dari besi stainless warna putih
dengan gagang terbuat dari stainles15
Kemudian menurut Abdul Qadir Audah, pembunuhan sengaja adalah perbuatan menghilangkan
nyawa orang lain yang disertai dengan niat membunuh, artinya bahwa seseorang dapat dikatakan
sebagai pembunuh jika orang itu mempunyai kesempurnaan untuk melakukan pembunuhan. Jika
seseorang tidak bermaksud membunuh, semata-mata hanya menyengaja menyiksa, maka tidak
dinamakan dengan pembunuhan sengaja, walaupun pada akhirnya orang itu mati. Hal ini sama
dengan pukulan yang menyebabkan mati (masuk dalam katagori syibh, amd).16
Untuk sansksi dalam kasus ini bagi pembunuhan sengaja yang telah dinashkan dalam al-Qur’an
dan al-Hadist adalah qisas. Hukuman ini disepakati oleh para ulama. Bahkan ulama Hanafiyah
berpendapat bahwa pelaku pembunuhan sengaja harus diqisas (tidak boleh diganti dengan harta),
kecuali ada kerelaan dari kedua belah pihak. Ulama Syafi’iyah menambahkan bahwa di samping
qisas, pelaku pembunuhan juga wajib membayar kifarah. Karena terdakwa sudah memenuhi syarat-
syarat wajib bagi pembunuh.

Ditinjau dari unsur formal jarimah perbuatan tersebut memenuhi asas legalitas dalam hukum
pidana Islam yakni ada nash yang mengaturnya

‫اص ىِف الْ َقْت ٰلىۗ اَحْلُُّر بِاحْلُِّر َوالْ َعْب ُد بِالْ َعْب ِد َوااْل ُْنثٰى بِااْل ُْن ٰثىۗ فَ َم ْن عُ ِف َي َل ٗه ِم ْن اَ ِخْي ِه‬
ُ ‫ص‬
ِ
َ ‫ب َعلَْي ُك ُم الْق‬
ِ ِ َّ ٓ
َ ‫ٰايَيُّ َها الذيْ َن اٰ َمُن ْوا ُكت‬
‫اب اَلِْي ٌم‬ ِ ِ ِ‫ان ٰذل‬ ِ ِ ِ
ٌ ‫ك َف َل ٗه َع َذ‬
َ ‫ف ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو َرمْح َةٌ فَ َم ِن ْاعتَ ٰدى َب ْع َد ٰذل‬ َ ٍ ‫َش ْيءٌ فَاتِّبَاعٌ ۢبِالْ َم ْعُر ْوف َواََداۤءٌ الَْي ِه بِا ْح َس‬
ٌ ‫ك خَت ْفْي‬

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan
wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya,
14
Jaih mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), cet. ke-3, hal 7
15
Halaman 32 dari 40 Putusan No. 13/Pid.Sus.anak/2018/PN.Smg
16
Abdul Qadir, Audah, at-tasyri’al-jinaiy al-islami, juz II, Terjemahan. Tim Tsalisah (Bogor. PT.Kharisma Ilmu,
Tanpa Tahun), cet. ke-2, h. 77
hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi
ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang
demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.” (SuratAl-Baqarah Ayat
178)

Unsur materiil dari jarimah pembunuhan adalah perbuatan yang mengakibatkan


hilangnya nyawa orang lain. Terdakwa sudah memenuhi 3 fase dalam unsur materilnya. Fase
pertama yakni fase pemikiran dan perencanaan dimana terdakwa memang sudah memikirkan dan
merencanakan pembunuhan itu sejak pada tanggal 28 Februaru 2018 sekitar pukul 10.30 Yuliana
Anggraini Bercerita kepada Rifai kalau Yuliana Anggraini dendam dengan Meta Novita
Handayani.

Fase kedua yakni fase persiapan, pada hari Kamis Tanggal 1 Maret 2018 Sekitar Pukul
05.00 Wib Rifai menemui saksi Sugeng Ariyanto alias Pelok di rumahnya untuk mengajak saksi
Sugeng Ariyanto untuk membalaskan dendam Yuliana Anggraini kekasih dari Rifai untuk
membunuh Meta Novita Handayani. Ajakan itu berlangsung selama 3x yang pertama pada Pukul
05.00, 05.30 dan pukul 06.00. Namun semua ajakan itu di tolak oleh Sugeng Ariyanto karena
takut. Setelah mendapat pebolakan dari Sugeng Ariyanto kemudia Rifai pulang kerumah dan
menceritakan pebolakan itu kepada Yuliana Anggraini. Yuliana Anggraini kemudian bilang ke
Rifai YAWES AYO MANGKAT WONG LORO (Arti bahasa indonesianya: ya sudah ayo
berangkat berdua).

Fase yang terakhir yakni fase pelaksanaan Sebelum berangkat Yuliana Anggraini
mempunyai rencana yang di sampaikan kepada Rifai menggunakan bahasa jawa: MENGKO
TEKAN KONO PURA PURA TUKU ES DISEK (Arti dalam basa indonesianya: nanti sampai
disana pura pura beli es/minuman dulu) dengan maksut agar Meta Novita Handayani tidak curiga
kemudian Yuliana Anggraini berbicara lagi menggunakan bahasa jawa: NAK WES DIPATENI
MENGKO DILEBOKKE MGISOR LONGAN (Arti dalam bahasa indonesia: kalau sudah di
bunuh nanti sembunyikan di kolong tempat tidur) dengan bermaksut biar tidak ada yang tahu.
Sebelum berangkat ketempat kejadian Yuliana Anggraini Bertanya kepada Rifai dengan
menggunakan bahasa jawa: OPO ALATE (PISAU) WES DIGOWO? ( Arti dalam bahasa
indonesia: apa alatnya sudah di bawa) Rifai menjawab SUDAH. Kemudian sekitar Pukul 07.30
Wib Yuliana Anggraini berangkat dengan Rifai sambil berboncengan mengendarai Honda Supra
Fit warna silver biru Nomor Polisi H-2560-BY. Sambil membawa 1 (satu) buah pisau terbuat dari
besi baja warna stainless dengan gagang terbuat dari bahan plastik warna hitam yang di ikat
dengan benang hitam dan tali rafia warna biru. Yang di simpan dari balik baju yang saat itu
dipakai Rifai agar tidak terlihat orang lain. Lalu Rifai mengendarai kendaraanya menuju ke
rumah Meta Novita Handayani. Sesampainya di lokasi tepatnya di Perumahan Permata Puri
Yuliana dan Rifai sempet mondar mandir terlebih dahulu melewati rumah Meta Novita
Handayani untuk mengamati lingkungan sekitar dan dilihat oleh Saksi Endang Sulistyowati dan
Suliyah yang merupakan tetangga dari Meta Novita Handayani. Lalu kemudian Yuliana
Anggraini dan Rifai mampir dulu di rumah majikan Tuminah (ibu kandung Yuliana Anggraini)
yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga sambil menanyakan perihal pekerjaan. Setelah
selesai kemudian Yuliana Anggraini melanjutkan kembali ke rumah Meta Novita Handayani
yang berada tidak jauh dari rumah majikan Ibu Tuminah ( ibu kandung dari Yuliana Anggraini).
Setelah sampai di rumah Meta Novita Handayani kemudian bergegas memarkirkan sepeda
montornya di depan rymah Suliyah. Lalu kemudian beranjak menuju ke rumah Meta Novita
Handayani sambil berpura pura beli es Nutrisari di warung Meta Novita Handayani. Sewaktu
Meta Novita Handayani masuk kemudian Yuliana Anggraini Mendorong Rifai untuk masuk ke
dalam rumah sampai ddi ruang keluarga. Sehendak Meta Novita Handayani mengambil es batu,
Rifai langsung mendekap Meta Novita Handayani dan menutup/membungkam mulut Meta
Novita Handayani dengan menggunakan tangan kanan. Sedangkan peran Yuliana Anggraini saat
itu sambil berjaga-jaga apabila ada orang lain melihat perbuatan merekan berdua dapat segera
memberitahu Rifai untuk bersama-sama melarikan diri dari tempat tersebut. Disaat Rifai
melakukan perbuatan tersebut Meta Novita Handayani sempat bertriak-triak minta tolong,
kemudian Rifai membungkam mulut Meta Novita Handayani dengan tangan kanannya erat-erat
hingga Meta novita Handayani tidak dapat bertriak-triak minta tolong lagi, dan atas perbuatan
Rifai tersebut di atas Meta Novita Handayani tidak dapat melakukan perlawanan apa apa
sehingga Meta Novita Handayani terjatuh di lantai. Dan pada saat Meta Novita Handayani
terjatuh tidak berdaya tersebut Rifai langsung mengambil pisau yang di selipkan di perut dan
langsung menusuk Meta Novita Handayani sebanyak 4 (empat) kali atau setidaknya lebih dari 1
(satu) secara bertubi-tubi hingga mengeluarkan darah dan akhirnya membuat Meta Novita
Handayani meninggal dunia seketika di tempat kejadian.

Anda mungkin juga menyukai