Anda di halaman 1dari 19

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Posisi Kasus

Terdakwa adalah seorang laki-laki berkebangsaan Indonesia bernama lengkap

Sentot Yunarto bin Suripto, lahir di Kota Kediri pada tanggal 09 Maret 1981, berusia

35 tahun (pada 2016). Terdakwa bertempat tinggal di Jalan Singonegaran Timur

Gang I No. 2B Rt.01 Rw.01 Kelurahan Burengan Kecamatan Pesantren Kota

Kediri, beragama Islam dan bekerja sebagai wiraswasta.

Berawal dari surat pengaduan ayah korban AHMAD HABIBI ADINATA

yang bernama ADI TRI WAHONO kepada Polres Kediri Kota tanggal 27 Juni 2016

perihal tentang kekerasan terhadap anaknya yaitu AHMAD HABIBI ADINATA pada

saat di toko milik SENTOT dalam keadaan pingsan dan ada luka memar dikepalanya

sehingga ayah korban melaporkan kejadian tersebut ke Kepolisian Resor Kediri Kota;

korban AHMAD HABIBI ADINATA, berumur 2,5 tahun.

Antara ayah korban yaitu ADI TRI WAHONO dengan terdakwa SENTOT

YUNARTO BIN SURIPTO masih ada hubungan keluarga sehingga ketiga anak dari

ADI TRI WAHONO sering bermain di Toko tempat kerja terdakwa di Jalan

Pakunden Gang I No. 58 Kecamatan Pesantren Kota Kediri karena di toko tersebut

ada kolam ikan berta;

Selanjutnya pada hari Senin tanggal 27 Juni 2016 sekira jam 11.00 WIB

sewaktu terdakwa di Toko datang RIZKY dan DESA, lalu terdakwa bertanya kepada

RIZKY datang sama siapa, RIZKY menjawab bahwa ia datang bersama AZHAR dan

HABIBI tapi AZHAR dan HABIBI menunggu dibadukan MBAH DUL saat itulah

muncul pikiran terdakwa untuk menyodomi HABIBI, kemudian terdakwa mengajak

RIZKY dan DESA ke badukan MBAH DUL untuk menjemput AZHAR dan
HABIBI, setelah AZHAR dan HABIBI dijemput dan mau diajak ke Toko oleh

terdakwa, lalu DESA pamitan pulang, sehingga terdakwa kembali ke Toko bersama

RIZKY, AZHAR dan korban HABIBI.

Sesampainya di Toko milik terdakwa, RIZKY, AZHAR dan HABIBI main-

main sebentar setelah itu RIZKY dan AZHAR minta main play station di rental PS

sekitar 300 meter dari Toko terdakwa dan oleh terdakwa RIZKY dan AZHAR diberi

uang Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) lalu diantar oleh terdakwa ke rental PS lalu

terdakwa kembali ke Toko bersama korban HABIBI;

Sesampai di Toko terdakwa menyuapi korban HABIBI yang pada saat itu

mengenakan baju kemeja warna biru motif kotak-kotak dan celana pendek warna

hijau. Selanjutnya setelah selesai disuapi korban HABIBI terdakwa gendong dan

didudukkan dilantai kemudian terdakwa tidurkan tetapi HABIBI berontak dan tidak

mau sambil menangis sehingga korban HABIBI terdakwa paksa dengan cara

terdakwa dorong dadanya hingga HABIBI jatuh dan kepalanya membentur lantai.

Karena HABIBI tetap saja berontak menangis dan berusaha bangun, terdakwa

kemudian menyumpal mulut HABIBI dengan dengan jari jari tangan terdakwa dan

memukul (ngethaki) kepala HABIBI sebanyak kurang lebih 5 (lima) kali; selanjutnya

terdakwa mengambil kabel rool di toko dan solder dengan pegangan plastik warna

biru, lalu solder disambungkan ke stop kontak listrik (PLN) didinding sambil

menunggu panas, kemudian terdakwa mengambil obeng dengan pegangan warna

kuning lalu obeng dimasukkan ke dalam dubur / anus korban HABIBI sedalam

kurang lebih 4 (empat) cm lalu oleh terdakwa digerakkan maju mundur sebanyak

sekitar tiga sampai empat kali setelah itu obeng dicabut dan HABIBI merengek

rengek menangis sambil berkata “minum...minum”, lalu terdakwa mengambilkan air

minum lalu diberikan HABIBI;


Setelah solder dipanaskan, selanjutnya terdakwa mengambil balsem geliga

lalu dibuka tutupnya terdakwa ambil lalu isinya dioleskan ke dubur atau anus korban

HABIBI dan juga dioleskan ke pelipis kanan dan kiri korban HABIBI , beberapa saat

kemudian steker solder dicabut dan ditaruh sebentar selanjutnya ujung solder

terdakwa masukkan kedalam dubur/anus korban HABIBI lalu digerakkan maju

mundur sebanyak kira-kira 3 (tiga) kali lalu dicabut dan diletakkan dilantai, tapi

korban HABIBI tetap saja berontak sehingga terdakwa membentur-benturkan kepala

HABIBI dilantai sebanyak 4(empat) kali selanjutnya korban HABIBI ditengkurapkan

oleh terdakwa dengan posisi nungging karena HABIBI menangis, kadang teriak

dan berontak dengan menggeliatkan badannya, lalu terdakwa mengambil palu dengan

pegangan kayu warna coklat dibawah aquarium lalu oleh terdakwa dipukulkan ke

kepala HABIBI bagian belakang sebanyak 4 (empat) kali dan pangkal jari kaki

sebanyak 4 (empat) kali setelah itu HABIBI tidak berontak dan terdakwa melepas

celananya lalu kemaluan /penis terdakwa dalam keadaan tegang dimasukkan kedalam

dubur/anus HABIBI dan HABIBI menjerit kesakitan dan berusaha melepaskan diri

sehingga membuat terdakwa emosi dan punggung HABIBI dipukul berkali-kali,

kepala HABIBI dibenturkan di lantai sebanyak 4 (empat) kali sehingga korban

HABIBI tidak berontak lagi tapi tetap menangis.

Selanjutnya terdakwa melanjutkan perbuatannya dengan cara memasukan alat

kemaluannya/penisnya dalam keadaan tegang kedalam dubur/anus korban HABIBI

dengan gerakan maju mundur kira-kira 5 (lima) menit hingga mengeluarkan sperma

dari penis terdakwa dan dikeluarkan di luar anus HABIBI yaitu di lantai; kemudian

terdakwa mengambil lap/kain pembersih dari kaos warna putih yang ada di dalam

Toko setelah itu terdakwa membersihan sperma dilantai dan selanjutnya korban

HABIBI ditidurkan diatas spring bed dengan sprei warna hijau lalu terdakwa
menjemput RIZKY dan AZHAR lalu mereka berdua diajak ke toko tak lama

kemudian korban HABIBI muntah-muntah lalu dibersihkan dengan kaos putih yang

dipakai terdakwa untuk melap sperma di lantai;

Tak lama kemudian datang ayah korban untuk menjemput anaknya di Toko

terdakwa dan ayah korban melihat anaknya sudah digendong terdakwa dalam

keadaan tidak sadar dengan kondisi kepala bagian atas telinga sebelah kiri belakang

terdapat luka bengkak/lebam dan napasnya mengerang layaknya orang ngorok, lalu

ayah korban (ADI TRI WAHONO) bertanya kepada terdakwa “anakku kenek opo iki

(anak saya terkena apa ini) sambil menunjuk ke luka arah kepala dan oleh terdakwa

dijawab “gak eroh aku, ki maeng bocahe wis turu arep tak terne mulih” (tidak tahu

saya, ini tadi anaknya sudah tidur dan mau saya antar pulang). Selanjutnya ayah

korban mengambil anaknya HABIBI dari gendongan terdakwa dan dibawa kerumah

karena takut ayah korban mengolesi korban HABIBI dengan minyak GPU.

Karena kondisinya tidak sadarkan diri, setelah diganti bajunya lalu dibawa ke

Puskesmas Balowerti, karena kondisinya parah pihak Puskesmas menyarankan agar

dibawa ke rumah sakit Bhayangkara Kediri, selanjutnya setelah di Rumah Sakit

Bhayangkara Kediri diterima dokter jaga dan menjelaskan bahwa korban HABIBI

terdapat luka dibagian kiri atas dan anus dan menyarankan untuk segera melaporkan

perihal tersebut kepihak Kepolisian Resor Kediri Kota. Namun setelah di Rumah

Sakit Bhayangkara Kediri HABIBI meninggal dunia pada tanggal 28 Juni 2016

sesuai dengan surat kematian tanggal 28 Juni 2016 yang dibuat oleh dr. Bayu Mahardi

Saputra dokter dari Rumah Sakit Bhayangkara Kediri;

Pada saat dilakukan pemeriksaan terhadap korban HABIBI oleh Dokter

Rumah Sakit Bhayangkara Kediri kesimpulannya adalah sebagai berikut:

1. Jenazah laki-laki, umur satu sampai lima tahun, panjang badan delapan puluh
tujuh sentimeter, warna kulit sawo matang, status gizi cukup;

2. Pemeriksaan luar ditemukan:

a. Kepala tidak simetris, bengkak dibagian kiri;

b. Luka memar di kepala bagian kiri, di dahi, di punggung, di pinggang, dileher

bagian belakang, panggul bagian depan;

c. Luka lecet di Kepala samping kiri berbentuk garis, di leher sisi bagian depan,

disekeliling anus;

d. Luka robek pada anus;

e. Selaput l endir kelopak mata pucat, kuku pucat akibat kehilangan banyak

darah;

3. Pemeriksaan dalam ditemukan:

a. Resapan darah pada kulit bagian dalam, pada otot perut, rongga perut;

b. Patah tulang atap tengkorak;

c. Pendarahan pada rongga antara otak dan selaput tebal otak;

Kelainan diatas diakibatkan kekerasan tumpul;

d. Otak membengkak (Odem Cerebri)

Penyebab pasti kematian jenazah dikarenakan kekerasan tumpul di kepala yang

mengakibatkan patahnya tulang tengkorak dan pendarahan dibawah selaput

kepala otak.

DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM

Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum didakwa berdasarkan

surat dakwaan NO.REG.PERKARA: PDM-93/ Euh.1/KDIRI/092016 tanggal

September 2016 sebagai berikut:

KESATU:

Bahwa Terdakwa SENTOT YUNARTO BIN SURIPTO pada hari Senin tanggal 27
Juni 2016 sekira jam 11.30 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain masih dalam

tahun 2016 bertempat di Toko alamat Jalan Pakunden Gang I No. 58 Kecamatan

Pesantren Kota Kediri atau setidak-tidaknyanya pada suatu tempat yang masih

termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Kediri, menempatkan, membiarkan,

melakukan, menyuruh lakukan, atau turut serta melakukan kekerasan terhadap anak

hingga mati.

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana Pasal 80 ayat (3) Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

DAN

KEDUA:

Bahwa Terdakwa SENTOT YUNARTO BIN SURIPTO pada hari Senin tanggal 27

Juni 2016 sekira jam 11.30 WIB atau setidak-tidaknya pada waktu lain masih dalam

tahun 2016 bertempat di Toko alamat Jalan Pakunden Gang I No. 58 Kecamatan

Pesantren Kota Kediri atau setidak-tidaknyanya pada suatu tempat yang masih

termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Kediri, melakukan kekerasan atau

ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian

kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan

perbuatan cabul.

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana Pasal 82 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

PEMBUKTIAN

Untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum telah mengajukan saksi-

saksi, yaitu Adi Tri Wahono (Ayah kandung korban), Suyatin (Ibu Lik korban) yang
juga tinggal bersama korban, Ahmad Rizky Rullah (Kakak kandung korban), Samsul

Arif bin Suwito (tetangga terdakwa), Mohammad Asad Jarulloh Alfian Putro (Kakak

korban), Riska Hayuningtyas (istri terdakwa), dan Winarsih (tetangga yang tinggal

di dekat toko milik terdakwa).

Adi Tri Wahono, yang merupakan ayah kandung korban, memberi kesaksian

bahwa Pada hari Senin, tanggal 27 Juni 2016, setelah jam 12.00 WIB, ia istirahat

kerja dan pulang ke rumah, melihat anak-anaknya tidak ada di rumah, kemudian ia

tanyakan kepada Bu Lik yang bernama Suyatin, anak-anak dimana dan dijawab di

tempatnya Terdakwa, kemudian ia menyusul ke toko Terdakwa dan bertemu

Terdakwa yang sedang membuka pintu rolling door ruko yang kecil, waktu itu

Ahmad Habibi Adinata digendong Terdakwa dalam keadaan tidak sadarkan diri

namun mengeluarkan suara ngorok (mendengkur), lalu ia meminta Habibi dari

Terdakwa dan membawa pulang Habibi dengan cara digendong mengendarai

sepeda motor. Namun ia melihat tubuh Ahmad Habibi Adinata ada benjolan di

kepala sebelah kiri kemudian ia gosok dengan minyak GPU dan sebelumnya ada

luka di pantat, di paha, dan di punggung; setelah saksi gosok dengan minyak

GPU kondisi Ahmad Habibi Adinata masih belum sadarkan diri.

Kemudian sekitar pukul 12.30 WIB. Ia membawa Habibi ke Puskemas

Balowerti, dan setelah melihat kondisi Habibi oleh petugas Puskesmas disuruh

membawa langsung ke Rumah Sakit Bhayangkara Kediri, kemudian ia dengan Bu

Lik membawa Habibi ke Rumah Sakit Bhayangkara Kediri. Ahmad Habibi Adinata

masuk Rumah Sakit Bhayangkara Kediri sekitar jam 12.30 WIB, dan meninggal

dunia di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri pada hari Selasa, tanggal 28 Juni 2016

sekitar pukul 02.00 WIB.

Awalnya ia tidak mengetahui penyebab anaknya meninggal, setelah di


Rumah Sakit Bhayangkara Kediri saksi diberitahu bahwa terhadap diri anak saksi

terdapat luka benjolan di kepala sebelah kiri dan luka di anus, dan saksi disarankan

untuk datang di Polresta Kediri; keadaan Ahmad Habibi Adinata sebelumnya sehat-

sehat saja;

Ahmad Rizky Rullah, yang merupakan kakak kandung korban,

memberikan kesaksian bahwa Habibi meninggal dunia karena dipukul mas

Sentot di rumahnya Mas Sentot, Habibi dipukul 4 (empat) kali pada bagian

punggung bawah dengan menggunakan tangan kanan dengan posisi tangan

mengepal, posisi Habibi dibawah mas Sentot diatas dan Habibi masih

berpakaian tetapi mas Sentot tidak berpakaian, kemudian Habibi menangis

sambil berkata “yoyo..yoyo (loro-loro/sakit-sakit)”. Ia bersama Azhar juga

melihat Habibi muntah-muntah dan ditidurkan di kasur.

Ia mengetahui peristiwa tersebut karena mengintip dari lubang kecil di

pintu karena mendengar Habibi menangis. Ia hanya mengintip dari lubang pintu

karena pintunya dikunci dari dalam.

Terhadap keterangan saksi yang lain menjelaskan bahwa pada pokoknya

mereka mengenal Terdakwa karena sejak 2016 Terdakwa menikah dengan

tetangga saksi (Riska Hayuningtyas), mereka juga mengetahui kematian Ahmad

Habibi Adinata, namun pada awalnya tidak mengetahui penyebab kematiannya

karena apa. Setelah mendapat

Selain keterangan saksi-saksi diatas, di persidangan telah pula di dengar

keterangan ahli-ahli sebagai berikut:

dr. Ronie Soebagio, Ahli berprofesi sebagai psikiater di R.S. Bhayangkara,

Kota Kediri; Ahli melakukan pemeriksaan terhadap Terdakwa untuk melakukan

identifikasi apakah ada gejala gangguan jiwa atau tidak.


dari pemeriksaan Ahli, disimpulkan bahwa Terdakwa adalah penyuka sesama

jenis yang merupakan salah satu bentuk gangguan psikososial. Gangguan ini

termasuk penyakit jiwa, tetapi masih memiliki kesadaran atas perilakunya, masih

memiliki kemampuan mempertimbangkan baik-buruk dan konsekuensi atas

perbuatannya. Terdakwa juga menyukai anak-anak, dimana hal tersebut dapat

merupakan genetik yang tidak dapat disembuhkan. Terdakwa termasuk pedofilia

atau penyuka hubungan seks dengan anak-anak.

Psikoseksual yang dialami Terdakwa ini termasuk dalam gangguan jiwa

tetapi masih tahu akibat dari perbuatannya, hanya saja kontrol Terdakwa atas

perbuatannya tersebut kurang. Secara keseluruhan Terdakwa tahu resiko

perbuatannya 100% dan kesadarannya juga 100%, secara mental, Terdakwa

sehat.

dr. Tutik Purwanti, Sp.F, Ahli adalah dokter spesialis forensik dan

medikolegal di RS Bhayangkara, Kota Kediri. Pada tanggal 28 Juni 2016, Ahli

melakukan pemeriksaan otopsi atas jenazah Ahmad Habibi Adinata, pada

pemeriksaan luar ditemukan kepala tidak simetris, bengkak dibagian kiri, luka

memar, Luka memar bagian kiri, kula lecet dikepala samping kiri, selaput lender

kelopak mata pucat, kuku pucat, dan ada luka robek pada anus; tidak simetris

seperti kepala umumnya dan dalam pemeriksaan dalam ditemukan patah

tulang atap tengkorak sepanjang 7 cm dari arah depan kebelakang, dimana

pada ujung belakang terdapat patah tulang berbentuk “U” terbalik dan bagian

tulangnya masuk kedalam.

Berdasarkan pemeriksaan dalam ditemukan pendarahan (gumpalan darah

dibawah selaput tebal otak sebanyak 10 gram, resapan darah pada selaput laba-

laba pada otak bagian kiri seluas 8x6 cm) bukan karena bawaan lahir. Sebab
lukanya tidak bisa menerangkan dengan pasti, tetapi melihat lukanya

dikarenakan kekerasan benda tumpul di kepala yang bisa disebut sebagai gegar

otak, ada luka memar dileher depan bagian tengah, punggung, pinggang, leher

bagian belakang, dan panggul bagian depan, luka memar tersebut tidak

mengakibatkan kelainan;

Ahli melihat lukanya di anus diakibatkan karena benda panas, bisa dari

cairan yang dipanaskan atau benda yang dipanaskan. Robek di anusnya

mengarah ke jam 6 (enam) karena kekerasan benda tumpul. Kesimpulan yang

bisa Ahli ambil, penyebab kematian korban Ahmad Habibi Adinata dikarenakan

kekerasan tumpul dikepala mengakibatkan patahnya tulang tengkorak dan

pendarahan dibawah selaput tebal otak, terdapat juga luka akibat kekerasan

seksual sodomi. Setelah saya buka tulang tengkorak korban mengalami patah

sampai tulang belakang, pendarahan diotak setelah saya buka diotak korban ada

gumpalan darah, kehilangan darah karena akibat darahnya yang menggumpal.

TUNTUTAN JAKSA PENUNTUT UMUM

1. Menyatakan terdakwa SENTOT YUNARTO Bin SURIPTO telah bersalah

melakukan tindak pidana sebagaimana dalam Dakwaan Kesatu melanggar

pasal 80 Ayat (3) UU No. 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23

Tahun 2002 tentang perlindungan anak DAN Dakwaan Kedua melanggar

Pasal 82 Ayat (1) UU RI No 35 Tahun 2014. tentang perubahan atas UU No.

23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak;

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa SENTOT YUNARTO Bin

SURIPTO dengan pidana penjara selama 20 ( dua puluh ) tahun Penjara.

dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah tetap

ditahan dan Pidana denda sebesar Rp. 200.000.000,00 ( dua ratus juta rupiah )
subsidair enam ( enam ) bulan;

3. Menyatakan barang bukti berupa:

 (satu) potong kemeja warna biru motif kotak-kotak, 1 (satu) potong celana

pendek warna hijau, dikembalikan kepada ADI TRI WAHONO;

 1 (satu) potong sprei warna hijau. 1 (satu) potong kaos warna putih.1 (satu)

buah solder dengan pegangan plastik warna biru.1 ( satu ) buah palu

dengan pegangan kayu warna cokelat. 1 (satu) buah obeng dengan

pegangan warna kuning.1 (satu) buah Balsem Geliga, 1 (satu) tabung berisi

1 cc darah + EDTA, 1 (satu) lembar kassa ada bercak darah, 1 (satu)

tabung berisi bilasan anus, 1 (satu) lembar kassa ada endapan Centrifuge,

1(satu) buah kabel stop kontak warna merah panjang 7 meter. Dirampas

untuk dimusnahkan;

 1 (satu) unit sepeda motor Suzuki Satria FU 150 SCD No Pol AG 5213

BM warna abu abu hitam, 1 (satu) buah kunci kontak sepeda motor Suzuki

Satria FU 150 SCD No Pol AG 5213 BM warna abu abu hitam.

Dikembalikan kepada terdakwa SENTOT YUNARTO;

4. Menetapkan supaya terdakwa dibebani biaya perkara sebesar

Rp.5.000,00 (lima ribu rupiah);

B. PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM

Berdasarkan keterangan Terdakwa di persidangan, bahwa Terdakwa tahu

diajukan ke persidangan karena telah melakukan penganiayaan terhadap

seorang anak berusia 2,5 tahun bernama Habibi, yang ia lakukan lebih dari satu

kali, kejadian pertama Terdakwa tidak ingat waktunya, saat itu Terdakwa sedang

berada di kios Terdakwa di Jalan Pakunden, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri.

Seperti biasa, Habibi main ke tempat Terdakwa bersama dengan kakaknya yang
bernama Rizqi dan Azhar, kadang-kadang mereka datang sendiri, kadang

Terdakwa yang menjemput mereka; saat kejadian pertama tersebut Terdakwa

memukul Habibi dengan cara dijitak (diketak) sebanyak 3 (tiga) kali, karena saat

itu Terdakwa melampiaskan kekecewaan dan kemarahan Terdakwa, karena

hubungan Terdakwa dengan isterinya tidak harmonis, tetapi Terdakwa tidak

menyampaikan permasalahannya dengan isterinya, hanya dipendam.

Terdakwa melampiaskan masalah Terdakwa tersebut kepada Habibi

sebanyak sekitar 5 (lima) kali. Sampai di kios, Desak sudah pulang, yang ada

hanya Rizqi, Azhar, dan Habibi. Rizqi dan Azhar mau main Playstation di

tempat persewaan, lalu Terdakwa memberi mereka uang, lalu Rizqi dan Azhar

pergi dan Habibi tinggal bersama Terdakwa. Awalnya Habibi takut saat ditinggal

kakaknya, namun Terdakwa membujuknya dengan mengatakan “nanti diantar

ke ayah”; di kios Terdakwa, Terdakwa menyuapi makan Habibi lalu Terdakwa

memberinya minum, seketika itu Terdakwa teringat pada permasalahannya, dan

Terdakwa menelanjangi Habibi yang saat itu mengenakai baju warna biru motif

garis-garis dan celana pendek, lalu Terdakwa mengambil obeng dengan gagang

berwarna kuning dan memasukkan obeng tersebut ke anus Habibi dalam posisi

telentang, Habibi kaget, dan Terdakwa menarik obeng tersebut keluar-masuk

sebanyak kurang lebih 3 (tiga) kali, akhirnya Habibi menangis. Terdakwa

mendiamkan Habibi sebentar, lalu Terdakwa mengambil Balsem Geliga dan

mengoleskan balsem tersebut ke anus Habibi, setelah beberapa menit Habibi

teriak;

Terdakwa juga mengoleskan balsem ke kening Habibi, lalu Habibi berusaha

bangun sehingga posisinya berbalik menjadi tengkurap, lalu Terdakwa

mengambil palu besi dan memukulkannya ke bagian belakang kepala Habibi


sebanyak kurang lebih 3 (tiga) kali, setelah itu Habibi masih sadar, berusaha

berontak dengan teriak-teriak dan menangis, lalu Terdakwa diam sebentar,

kemudian Terdakwa mengambil solder dan kabel gulungan, lalu kabel

dicolokkan ke stop kontak, dan solder dipanaskan dengan dicolokkan ke kabel

gulungan. Setelah solder panas, kabel dilepas dan solder dimasukkan ke anus

Habibi dan dikeluar-masukan sebanyak kurang lebih 3 (tiga) kali;

kemudian Terdakwa memukul punggung Habibi dengan menggunakan

tangan kanan mengepal sebanyak kurang lebih 2 (dua) kali, lalu Habibi

menangis minta minum, Terdakwa memberi Habibi minum, melihat Habibi

dalam keadaan telanjang, Terdakwa teringat waktu kecil ia pernah disodomi

oleh tetangganya yang ia lupa namanya namun sekarang kabarnya orang tersebut

telah meninggal dunia, kemaluan Terdakwa tegang melihat Habibi tengkurap,

lalu Terdakwa memasukan alat kelaminnya ke dalam anus Habibi, Terdakwa

lupa berapa lama kemudian Terdakwa mencabut alat kelaminnya dan

mengeluarkan sperma di lantai, tetapi sepertinya ada sperma Terdakwa yang

tertinggal di dalam anus Habibi;

setelah itu Terdakwa masih marah, lalu Terdakwa membenturkan

kepala Habibi di lantai kurang lebih 3 (tiga) kali mengenai kepala bagian

belakang, dengan cara memegangi bagian kanan dan kiri kepala Habibi; setelah

itu Habibi masih sadar dan menangis seperti mau berontak, lalu Terdakwa

memasukkan tangan kanan dan tangan kiri Terdakwa ke mulut Habibi secara

bergantian supaya Habibi berhenti menangis, tetapi Habibi masih teriak-teriak,

lalu Terdakwa kembali membenturkan kepala Habibi mengenai bagian belakang

kepala, lalu Habibi lemas, ndrenginging (mengerang);

kemudian Terdakwa menjemput Rizqi dan Azhar di tempat persewaan


Playstation mengajak mereka kembali ke kios, setelah sampai di kios, beberapa

menit kemudian ayah Habibi datang menjemput; melihat Habibi dalam keadaan

tidak sadar dan benjol, ayah Habibi bertanya pada Terdakwa, “iki kenek opo?

(ini kenapa?)”, Terdakwa menjawab “tadi mainan terus disuapi dan dimandikan,

setelah itu tidak tahu”; tempat kejadian tersebut adalah kios milik bapak

Terdakwa, yang menjual alat eletronik dan alat listrik. Waktu kejadian pintu kios

sengaja Terdakwa tutup supaya Habibi tidak lari; Terdakwa tidak ada niat

sebelumnya untuk melakukan hal itu; Terdakwa melampiaskan kekesalannya

kepada Habibi karena Habibi paling kecil sehingga belum bisa cerita apa yang

Terdakwa lakukan, Terdakwa juga tertarik pada Habibi karena anaknya lucu;

setiap kejadian, antara kemarahan Terdakwa dengan hasrat seksualnya lebih

dominan kemarahan Terdakwa. Terdakwa baru timbul hasrat seksual untuk

mensodomi Habibi setelah ia marah dan teringat kejadian waktu Terdakwa kecil

juga pernah disodomi; ayah Habibi yang bernama Didu tidak pernah

menanyakan pada Terdakwa soal Habibi sebelumnya, Terdakwa dan keluarga

Didu juga tidak ada masalah, walaupun mereka tidak pernah ngobrol tetapi

mereka bertegur sapa saat berpapasan; Terdakwa ada merasakan kepuasan saat

melihat Habibi kesakitan;

Penuntut Umum mengajukan barang bukti sebagai berikut:

a. 1 (satu) unit sepeda motor Suzuki Satria FU 150 SCD warna abu-abu hitam,

TNKB No. AG 5213 BM, berikut STNKB dan kunci kontak;

b. 1 (satu) helai kemeja warna biru motif kotak-kotak;

c. 1 (satu) helai celana pendek warna hijau;

d. 1 (satu) helai sprei warna hijau;

e. 1 (satu) helai kaos warna putih;


f. 1 (satu) buah kabel stop kontak warna kabel merah, panjang 7 (tujuh) meter;

g. 1 (satu) buah solder dengan pegangan plastik warna biru;

h. 1 (satu) buah palu dengan pegangan kayu warna cokelat;

i. 1 (satu) buah obeng dengan pegangan warna kuning;

j. 1 (satu) buah balsem Merk Geliga;

Berdasarkan persesuaian antara alat-alat bukti dan barang bukti, diperoleh

fakta-fakta hukum sebagai berikut:

Pada hari Senin tanggal 27 Juni 2016 sekitar pukul 11.30 WIB, saksi Adi Tri

Wahono menjemput anak-anaknya di toko alat elektronik dan listrik milik orang

tua Terdakwa/tempat Terdakwa bekerja yang beralamat di Jl. Pakunden Gang I

No. 58, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri. Sampai di depan toko, saksi Adi Tri

Wahono bertemu dengan Terdakwa yang baru keluar dari toko dengan

menggendong anak saksi Adi Tri Wahono yang bernama Ahmad Habibi

Adinata yang biasa dipanggil dengan nama Habibi. Saat itu Habibi dalam

keadaan tertidur dan mengeluarkan suara mendengkur;

Kemudian saksi Adi Tri Wahono meminta Habibi dari Terdakwa dan

menggendongnya dengan bertanya dalam Bahasa Jawa yang artinya, “Anak Saya

kenapa ini?”, dijawab Terdakwa “tidak tahu, tadi anaknya sudah tidur, mau

Saya antar pulang”, lalu saksi Adi Tri Wahono membawa pulang Habibi dengan

cara digendong mengendarai sepeda motor bersama anak-anak saksi Adi Tri

Wahono yang lainnya;

Saat itu di kepala Habibi terlihat ada be njolan besar di sebelah kiri. Sampai

di rumah, saksi Adi Tri Wahono mengolesi benjolan kepala Habibi dengan

minyak gosok GPU, namun Habibi belum juga sadarkan diri; sekitar pukul

12.30 WIB, saksi Adi Tri Wahono membawa Habibi ke Puskesmas Balowerti,
namun petugas Puskesmas langsung menyuruh agar Habibi dibawa langsung

ke Rumah Sakit Bhayangkara Kediri, karena menurut petugas Puskesmas

tersebut keadaannya sudah parah;

kemudian Habibi dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Kediri, dan

Habibi meninggal dunia pada hari Selasa tanggal 28 Juni 2016, pukul 02.15

WIB di Rumah Sakit Bhayangkara Kediri dengan Penyebab pasti kematian

jenazah dikarenakan kekerasan tumpul di kepala yang mengakibatkan patahnya

tulang tengkorak dan pendarahan di bawah selaput kepala otak;

Berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut, Majelis Hakim

mempertimbangkan apakah Terdakwa terbukti atau tidak terbukti melakukan

tindak pidana yang didakwakan kepadanya;

Majelis Hakim mempertimbangkan dakwaan kesatu dimana Terdakwa

didakwa melakukan perbuatan yang diatur dan diancam pidana dalam Pasal 80

Ayat (3) Undang- undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang RI Nomor 35 Tahun 2014

(selanjutnya dalam putusan ini disebut sebagai UU Perlindungan Anak), yang

unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

1. Setiap orang;

2. Menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruhlakukan, atau turut serta

melakukan kekerasan terhadap anak;

3. Mengakibatkan mati

Seluruh unsur dari Pasal 80 Ayat (3) UU Perlindungan Anak telah terpenuhi, maka

Terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana tersebut dalam

dakwaan kesatu;

selanjutnya Majelis Hakim mempertimbangkan dakwaan kedua, dimana Terdakwa


didakwa melakukan perbuatan yang diatur dan diancam pidana dalam Pasal 82 Ayat

(1) UU Perlindungan Anak, yang unsur- unsurnya adalah sebagai berikut:

1. Setiap orang;

2. Melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu

muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak untuk

melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul;

oleh karena seluruh unsur dari Pasal 82 Ayat (1) UU Perlindungan Anak telah

terpenuhi, maka Terdakwa juga telah terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana

tersebut dalam dakwaan kedua;

Ancaman pidana yang ditentukan dalam Pasal 80 Ayat (3) UU Perlindungan

Anak adalah pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp. 3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah) sedangkan ancaman pidana yang

ditentukan dalam Pasal 82 Ayat (1) UU Perlindungan Anak adalah pidana penjara

paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda

paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah);

kedua perbuatan tersebut adalah perbarengan beberapa perbuatan yang harus

dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri-sendiri, sehingga merupakan

beberapa kejahatan yang diancam dengan pidana pokok yang sejenis, karenanya

berdasarkan Pasal 65 KUHP, terhadapnya hanya dijatuhkan satu pidana dimana

maksimum pidana yang dijatuhkan ialah jumlah maksimum pidana yang

diancamkan terhadap perbuatan itu, tetapi tidak boleh lebih dari maksimum pidana

yang terberat ditambah sepertiga, namun dalam Pasal 12 Ayat (4) KUHP

ditentukan bahwa pidana penjara selama waktu tertentu sekali-kali tidak boleh lebih

dari 20 (dua puluh) tahun;

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa


maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan

yang meringankan Terdakwa sebagaimana berikut:

Keadaan yang memberatkan:

- Perbuatan Terdakwa dilakukan dengan cara yang sadis dan melampaui

batas kemanusiaan;

- Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat;

- Perbuatan kekerasan terhadap Anak dilakukan Terdakwa terhadap korban

lebih dari satu kali;

Keadaan yang meringankan:

- Terdakwa mengakui terus-terang perbuatannya;

- Terdakwa memperlihatkan sikap menyesali perbuatannya;

- Terdakwa adalah tulang punggung keluarga;

C. PUTUSAN MAJELIS HAKIM

1. Menyatakan Terdakwa Sentot Yunarto bin Suripto terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ‘melakukan kekerasan terhadap

Anak yang mengakibatkan mati’ dan ‘melakukan kekerasan terhadap Anak untuk

melakukan perbuatan cabul’;

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa tersebut oleh karena itu dengan pidana

penjara selama 20 (dua puluh) tahun;

3. Menjatuhkan pula pidana denda terhadap Terdakwa tersebut dengan denda sebesar

Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), dengan ketentuan apabila denda tersebut

tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 6 (enam) bulan;

4. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;


5. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan;

6. Menetapkan barang bukti berupa: 1 (satu) unit sepeda motor Suzuki Satria FU 150

SCD warna abu-abu hitam, TNKB No. AG 5213 BM, berikut STNKB dan kunci

kontak; 1 (satu) helai kemeja warna biru motif kotak-kotak; 1 (satu) helai celana

pendek warna hijau; 1 (satu) helai sprei warna hijau; 1 (satu) helai kaos warna

putih; 1 (satu) buah kabel stop kontak warna kabel merah, panjang 7 (tujuh) meter;

1 (satu) buah solder dengan pegangan plastik warna biru; 1 (satu) buah palu dengan

pegangan kayu warna cokelat; 1 (satu) buah obeng dengan pegangan warna kuning;

1 (satu) buah balsem Merk Geliga;

7. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp. 5.000,00 (lima ribu

rupiah).

Anda mungkin juga menyukai