Anda di halaman 1dari 36

ASAS ASAS UMUM PEMERINTAHAN

YANG BAIK
Asas asas umum pemerintahan yang baik lahir dari
praktik penyelenggaraan negara dan pemerintahan
sehingga bukan produk formal suatu lembaga negara
seperti undang undang. Fungsi asas- asas umum
pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan
pemerintahan adalah sebagai pedoman atau penuntun
bagi pemerintah atau pejabat administrasi negara dalam
rangka pemerintahan yang baik (good gover nance).
Muin fahmal mengemukakan, Asas umum
pemerintahan yang layak sesungguhnya adalah rambu
rambu bagi para penyelenggara negara dalam
menjalankan tugasnya.
1. Asas Kepastian Hukum
(Principle of legal security)
Asas Kepastian Hukum adalah asas yang
bertujuan untuk menghormati hak hak yang
telah dimiliki seseorang berdasarkan keputusan
badan atau pejabat administrasi negara. Dalam
rangka kepastian hukum, putusan pemerintah
atau pejabat administrasi negara yang telah
memberikan hak kepada seseorang warga
negara tidak akan mencabut kembali oleh
badan atau pejabat administrasi negara
bersangkutan, meskipun keputusan itu memiliki
cacat atau kekurangan.
Contoh asas kepastian hukum

Jika suatu izin atau lisensi telah


diberikan kepada seseorang misalnya
untuk mendirikan sebuah
bangunan,maka izin ini tidak dapat
dicabut kembali dengan alasan bahwa
ada kesalahan dipihak pemerintah,
juga kalau izin itu diterbitkan oleh
pejabat yang tidak berhak.
2. Asas Keseimbangan
(Principle of proportionality)
Menghendaki adanya keseimbangan antara hukum
jabatan dan kelalaian seorang pejabat dan kelalaian
seseorang pejabat.
Indonesia sendiri sudah mempunyai undang-undang
tentang peradilan hukum administrasi negara yaitu
Undang-Undang No.5 Tahun 1986.
Dalam hubungan asas keseimbangan ada hal yang
perlu diperhatikannya :
Adanya kriteria yang jelas mengenai macam-macam
kesalahan atau kealpaan yang dilakukan oleh
pegawai.
Memberi kesempatan untuk pegawai membela diri.
Penegakan hukum dan penjatuhan hukuman
dilakukan oleh instansi yang netral, misal badan
peradilan.
3. Asas Kesamaan
(principle of equality)
Asas ini menghendaki pemerintah
mengambil keputusan yang sama pada
kasus yang sama berdasarkan fakta yang
sama juga. Walaupun sebenarnya tidak
ada kasus yang benar-benar sama karena
tiap kasus itu bersifat individual. Tapi
yang di maksud asas ini adalah jangan
sampai terjadi bahwa dalam kasus yang
sama tapi perlakuan hukumnya berbeda.
4. Asas Kecermatan
(principle of carefulness)
Asas ini menghendaki bahwa administrasi negara
untuk hati-hati dalam membuat keputusan agar tidak
merugikan masyarakat.
Contoh dari asas kecermatan adalah, jika ada
pembangunan jalan atau jalan yang rusak, maka
pemerintah wajib memberi peringatan atau penanda
kepada pengguna jalan. Jika pemerintah tidak
memberi peringatan atau penanda dan terjadi
kecelakaan maka pemerintah bertanggung jawab
penuh atas terjadinya kecelakaan tersebut dan
pemerintah wajib memberi ganti rugi pada pengguna
jalan yang mengalami kerugian (kecelakaan).
5. Asas motivasi untuk setiap keputusan pangreh
(principle of motivation)
Mengandung arti bahwa setiap keputusan badan atau pejabat
administrasi negara harus didasari oleh suatu alasan atau motivasi
yang cukup,yakni adil dan jelas. S.F Marbun (1997 : 337)
mengemukakan bahwa motivasi perlu disertakan supaya setiap
orang dapat dengan mudah mengetahui alasan atau pertimbangan
dikeluarkannya suatu keputusan sehingga pihak yang tidak puas
dapat mengajukan keberatan.
Motivasi suatu keputusan badan atau pejabat administrasi
negara memiliki fungsi yang lain selain fungsi yang dikemukakan
diatas. Motivasi atau alasan suatu keputusan juga penting bagi hakim
administrasi untuk memulai keputusan yang disengketakan. Hakim
administrasi negara yang mengadili suatu sengketa dapat menilai
keputusan berdasrkan motivasi atau alasan dikeluarkannya
keputusan tersebut.
Jadi kesimpulannya, asas ini menghendaki agar dalam
mengambil keputusan pejabat pemerintah itu dapat bersandar pada
alasan atau motivasi yang cukup yang sifatnya benar,adil,dan jelas.
Dengan alasan atau motivasi ini maka orang yang terkena keputusan
itu menjadi tahu betul tentang alasan -alasan keputusan itu sehingga
bila orang itu tidak menerimanya dapat memilih kontra-argumen
yang tepat untuk naik banding guna memperoleh keadilan.
6. Asas tidak menyalahgunakan kewenangan
(principle of non misuse of competence)
Asas ini menghendaki agar dalam mengambil keputusan
pejabat administrasi Negara tidak menggunakan kewenangan
atas kekuasaan diluar maksud pemberian kewenangan atau
kekuasaan itu.
Contohnya di Nederland masih berlaku suatu UU
Perumahan, sehubungan dengan sulitnya perumahan,
terutama bagi penduduk yang incomenya rendah. UU ini
memberi wewenang pada pejabat pemerintah Kota untuk
mencarikan rumah dari pemilik tertentu untuk kemudian
menempatkan penduduk yang berkepentingan perumahan
dalam rumah itu. Dalam sebuah kasus perumahan, seorang
pemilik rumah minta sewa yang tinggi sekali. Untuk mengatasi
hal ini, pemerintah kota menyewa rumah itu dengan jumlah
sewa yang biasa. Si pemilik rumah mengadukan halnya ke
pengadilan perdata. Dalam kasus tersebut pemerintah kota
telah menyimpang dari kewenangan membagi perumahan,
dan telah berbuat tindakan menekan jumlah sewa.
7. Asas permainan yang layak
(principle of fair play)
Asas ini berkenaan dengan prinsip bahwa
badan atau pejabat administrasi negara
harus memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada setiap warga negara untuk
mencari kebenaran dan keadilan. Ridawan HR
(2008: 268) mengemukakan bahwa asas
permainan yang layak menekankan perlunya
kejujuran dan keterbukaan dalam proses
penyelesaian sengketa tata usaha negara.
Sebuah contoh : Sebuah UU mengenai tata
kota berlaku di negara Belanda yang oleh pihak
tertentu dirasakan keberatannya karena
menyangkut kepentingan bangunannya. Seorang
warga kota menyampaikan keberatannya pada
Dewan Kota tapi disini diberikan informasi oleh
pejabat kota bahwa rencana tatakota itu tidak
mempunyai pengaruh dan akibat bagi projek
bangunan. Yang berkepentingan pada akhirnya
menyampaikan halnya kepada Mahkota. Pada
tingkat ini Mahkota memberikan izin bangunan
padanya, dengan alasan bahwa Dewan Kota
telah bertindak berlawanan dengan asas
permainan yang layak.
8. Asas keadilan atau kewajaran (principle of
reasonable or prohibition of arbitrariness)
Asas ini menghendaki supaya pejabat administrasi
negara dalam mengambil suatu keputusan atau tindakan
perlu selalu memperhatikan keadilan dan kewajaran.
Aspek keadilan dalam setiap tindakan atau keputusan
pejabat administrasi negara mengandung arti bahwa
setiap tindakan pejabat administrasi negara hendaklah
dilakukan secara proporsional, sesuai, dan selaras dengan
hak setiap orang (H.R., 2008:271)
Aspek kewajaran dalam setiap keputusan atau tindakan
pejabat administrasi negara mengendaki supaya setiap
tindakan pejabat administrasi negara harus
memperhatikan nilai nilai yang berlaku dalam
masyarakat seperti nilai-niilai agama, budaya, ekonomi,
sosial dan juga dapat diterima akal sehat.
Menurut asas ini, tindakan yang tidak wajar
(willekeuring; onredelijk) adalah terlarang, dan jika terjadi
maka tindakan yang demikian dapat dibatalkan.
Prof. Crince le Roy memberikan contoh: Keputusan
Kroon (Mahkota) tertanggal 29 Juni 1966 membatalkan
Keputusan Menteri yang menolak izin tinggal bagi
seorang gadis Indonesia di Nederland, karena masalah
assimilasi yang merupakan syarat bagi orang asing
yang ingin bertempat tinggal di Nederland, bahwa
mereka harus ber-assimilasi dengan situasi disana.
Sedangkan wanita itu dapat berbicara dengan bahasa
Belanda bahkan pernah tinggal bersama keluarga
Belanda selama beberapa tahun di Indonesia, sehingga
berdasarkan fakta fakta ini Kroon memandang bahwa
keputusan sang Menteri tidak wajar.
9. Asas Menanggapi Pengharapan Yang Wajar
(principle of meeting raised expectation)
Asas ini menghendaki agar tindakan pemerintah dapat
menimbulkan harapan harapan yang wajar bagi yang
berkepentingan.
Untuk ini, Prof. crine le Roy mengemukakan contoh sebagai
berikut :
Seorang pegawai minta izin memakai kendaraanpribadi
diwaktu dinas, tetapi untuk pemakaian ini ia meminta
penggantian biaya. Ternyata menurut UU kepegawaian, ganti
biaya, semacam itu tidak dapat diberikan menyertai izin tadi.
Karena itu pejabat pemerintah dapat menarik kembali
keputusan itu, tetapi oleh Central Board of Appeal penarikan
kembali putusan dibatalkan, karena dianggap bertantangan
dengan principle of meeting raised expectation.
10. Asas meniadakan akibat keputusan yang batal
(principle of undoing the consequences of an annuled decision)
Asas ini menghendaki agar jika terjati pembatalan
asas suatu keputusan yang dibatalkan itu harus
dihilangkan sehingga yang bersangkutan (terkena)
harus diberikan ganti rugi atau rehabilitasi. Misalnya
suatu intasi membuat suatu keputusan menghantikan
salah satu pegawainya. Ternyata keputusan
memberhentikan pegawai tersebut kemudian
dibatalkan oleh lembaga peradilan administrasi (bidang
kepegawaian). Maka akibat dari semua keputusan yang
kemudian dibatalkan itu harus dihilangkan sehingga
instansi yang mebuat keutusan pemberhentian itu
bukan saja harus menerima pegawai yang bersangkutan
untuk bekerja lagi tetapi juga harus mengganti rugi
akibat dari keputusan yang pernah dibuatnya.
11. Asas perlindungan atas pandangan cara hidup
pribadi (principle of protection the personal way of life)
Asas perlindungan atas pandangan cara hidup pribadi
adalah asas yang bertujuan agar pemerintah atau badan
administrasi negara memberikan perlindungan kepada
setiap warga negara. Penerapan asas ini dikaitkan dengan
sistem keyakinan, kesusilaan, dan norma-norma yang
dijunjung tinggi masyarakat. Pandangan hidup seseorang
tidak dapat digunakan ketika bertentangan dengan norma-
norma suatu bangsa.Selain itu asas ini juga bertujuan agar
setiap orang diberi hak kebebasan untuk mengatur
kehidupannya sesuai dengan pandangan atau cara hidup
yang dianutnya. Penerapan asas ini harus ditekankan pada
pembatasan moral Pancasila. Dengan demikian pandangan
hidup itu dalam pelaksanaannya harus diberikan batasan
moral yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
12. Asas kebijaksanaan (sapientia)
Asas kebijaksanaan adalah asas yang bertujuan supaya
pemerintah dalam melaksanakan tugasnya sebaiknya diberikan
kebebasan dan keleluasaan untuk menerapkan kebijaksanaan tanpa
harus terpaku pada peraturan perundang-undangan sebab peraturan
perundang-undangan selalu mengandung cacat bawaan, yakni tidak
selalu dapat menampung segenap persoalan. Oleh karena itu pejabat
administrasi negara perlu diberi keleluasaan untuk bertindak supaya
dapat menyikapi persoalan-persoalan baru yang timbul dalam
masyarakat. Pemberian kebebasan ini berkaitan dengan perlunya
tindakan positif dari pemerintah yaitu menyelenggarakan
kepentingan umum. Koentjoro Poerbopranoto menyatakan
kecenderungannya pada pendapat Notohamidjojo yang menyatakan
bahwa pengertian hikmah kebijaksanaan itu berimplikasi pada tiga
unsur, yaitu:
Analisa situasi yang dihadapi
Rancangan penyelesaian atas dasar staats idee ataupun rechts
idee yang disetujui bersama yaitu Pancasila bagi pemerintah
Indonesia
Mewujudkan rancangan penyelesaian untuk mengatasi situasi
dengan perbuatan dan penjelasan yang tepat
13. Asas penyelenggaraan kepentingan umum
(principle of public service)
Asas ini menghendaki agar dalam menyelenggarakan
tugasnya pemerintah selalu mengutamakan kepentingan
umum sebagai kepentingan segenap orang. Ridwan H.R.
mengemukakan bahwa asas penyelenggaraan kepentingan
umum merupakan konsekuensi atas asas negara hukum
modern sebagaimana tugas negara hukum kesejahteraan
adalah menyelenggarakan kesejahteraan umum sebagai
kepentingan segenap bangsa.
Negara Indonesia adalah negara hukum yang dinamis
yang menuntut segenap aparat pemerintahannya melakukan
kegiatan-kegiatan yang menuju pada penyelenggaraan
kepentingan umum. Oleh sebab itu asas penyelenggaraan
kepentingan umum ini dengan sendirinya menjadi asas
pemerintahan yang baik di negara Republik Indonesia.
ASAS-ASAS PEMERINTAHAN YANG BAIK
MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Dengan diundangkannya UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN,
Asas-asas umum pemerintahan yang baik di Indonesia diidentifikasikan dalam Pasal 3 dirumuskan sebagai
Asas umum Perpenyelenggaraan negara, yaitu :

1. Asas Kepastian Hukum


Adalah asas dalam rangka negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan
dalam setiap kebijakan penyelenggara Negara.
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara
Adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian dan
keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan Negara.
3. Asas Kepentingan Umum
Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan
cara yang aspiratif, akomodatif dan selektif.
4. Asas Keterbukaan
Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia Negara.
5. Asas Proporsionalitas
Adalah asas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban penyelenggara negara
6. Asas Profesionalitas
Adalah asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
7. Asas Akuntabilitas
Adalah asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara
negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan
tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Kesimpulan

Peningkatan status hukum asas-asas umum pemerintahan yang


baik, dari tendensi-tendensi etis (etika pemerintahan) menjadi
hukum positif tidak tertulis atau hukum tertulis, membuat
keberadaan asas-asas umum pemerintahan yang baik semakin
penting dalam konteks teori ataupun praktik pemerintahan.
Fungsi pelayanan lebih menitikberatkan pada pemenuhan
kebutuhan organisasi untuk instansi pengguna dalam rangka
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
Good governance ialah suatu penyelenggaraan manajemen
pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan
dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran
salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik
secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin
anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi
tumbuhnya aktivitas usaha.

Anda mungkin juga menyukai