Anda di halaman 1dari 6

PENGAWASAN MASYARAKAT

Didalam kehidupan bernegara rakyat sejatinya adalah pemegang kedaulatan


tertinggi, partisipasi masyarakat telah berada dalam posisi yang semakin penting. Ini
terjadi sebagai konsekuensi logis dari terbukanya kran kebebasan berekspresi
masyarakat buah dari proses reformasi, Dampak dari semua itu masyarakat menjadi
lebih kritis dan terbuka mengakaji serta mengkritisi kebijakan-kebijakan yang akan
dan tengah dilakukan pemerintah. Begitupun didalam proses kehidupan berbangsa
bernegara, dalam proses pembangunan masyarakat punya hak-hak
pengawasannya.

Masyarakat selaku penyumbang anggaran terbesar bagi Pendapatan Asli Daerah


(PAD) melalui pajak dan retribusi yang akan digunakan untuk pembangunan sudah
semestinya juga dilibatkan dalam pengawasan. Bahwasanya masyarakat memiliki
hak berperan dalam berbagai kebijakan publik dan bukan hanya berposisi sebagai
pengguna atau objek belaka,masyarakat juga berhak dalam proses pengambilan
kebijakan publik dan diposisikan sebagai pemangku kepentingan yang dimintai
pendapat, dalam rangka untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik
transparan, efektif, efisien,dan akuntabel, demokratis serta dapat
dipertanggungjawabkan.

Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 dikatakan ‘kedaulatan berada di tangan


rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar’ (Bab I pasal 1 ) dan juga,
’setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat bangsa dan negara’ (UUD 1945 pasal
28C). Sebagaimana juga dalam beberapa undang-undang dan peraturan
pemerintah yang telah dikukuhkan partisipasi dan peran serta masyarakat selalu
mendapat tempat sebagai fungsi pengawasan dan kontrol dalam proses
pembangunan seperti dalam bidang pendidikan, jasa konstruksi, hak asasi manusia
dll, dalam rangka turut serta berperan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik, tentunya diperlukan pengelolaan dan penyedian pelayanan publik yang
transparan, akuntabel dan bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme(KKN).

Menurut Peraturan Pemerintah No 68 Tahun 1999 peran serta masyarakat dalam


penyelenggaraan Negara untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih
dilaksanakan dalam bentuk hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi
mengenai penyelenggaraan negara, hak memperoleh pelayanan yang sama dan
adil, hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab terhadap
kebijakan penyelenggaraan Negara (Bab II Pasal 2 butir a, b, dan c). sebagaimana
pula di dalam UU RI No 28 tahun 1999, peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan negara merupakan hak dan tanggung jawab masyarakat untuk ikut
mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih (Bab VI pasal 8 ayat 1).

Peran serta masyarakat menjadi penting sebab masyarakat harus mengetahui


secara pasti kemana sumbangan mereka melalui pajak dan retribusi digunakan oleh
pemerintah selaku pengelola keuangan. Dalam hal peran serta masyarakat
membantu upaya pencegahan tindak pidana korupsi juga dituangkan dalam pasal
41 dan 42 UU RI no 31/1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, yang
diwujudkan dalam bentuk hak mencari,memperoleh dan memberikan informasi
adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi, sebagaimana telah
diimplementasikan kedalam PP 71 tahun 2000 yang merupakan peraturan
pelaksanaan dari pasal 41 dan 42 UU No 31/1999 tentang tatacara pelaksanaan
peran serta masyarakat dan pemberian penghargaan dalam pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi. Yang mana hal-hal tersebut untuk menuju
dan mewujudkan pemerintah yang bersih bebas dari KKN serta berkeadilan, menuju
terciptanya transparansi dan akuntabilitas pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan negara/daerah dalam menciptakan goodgovernance. Untuk mewujudkan
dan menuju hal tersebut maka, Selain peran pemerintah selaku organisasi

Penyedia pelayanan publik, lembaga pengawas, legislatif dan institusi hukum


sejatinya juga tidak bisa lepas dari peran serta masyarakat terlibat dalam kebijakan
publik dan pengawasan sebab masyarakat selaku penyumbang anggaran terbesar
bagi PAD lewat pajak dan retribusi untuk pembangunan yang telah, sedang dan
akan dilaksanakan, bukankah hal tersebut adalah sebuah hal yang sangat urgent
dan substansial bagi pemerintahan yang berdasarkan asas hukum dan demokrasi.

PENGAWASAN POLITIS

Pengawasan politis sering juga disebut dengan legislative control, yang dimana biasa
diartikan sebagai pengawasan yang dilakukan oleh DPR terhadap pemerintah
eksekutif sesuai dengan tugas, wewenang, dan haknya. Dari hal ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa subjek dari pengawasan politis yaitu Lembaga Politik DPR, dan
objeknya adalah pemerintah dalam melaksanakan tugas, wewenag, dan haknya.
Contoh pengawasan politis :
Pengawasannya meliputi :
1. Pelaksanaan kebijakan
2. Pelaksanaan kerjasama internasional
3. Pelaksanaan undang-undang
Dalam pelaksanaan pengawasan politis melalui :
1. Pandangan umum fraksi-fraksi dalam rapat paripurna
2. Rapat pembahasan dalam siding komisi
3. Rapat pembahasan dalam panitia-panitia yang dibentuk berdasarkan tata tertib
4. Rapat dengar pendapat pemerintah daerah dan pihak-pihak lain yang
diperlukan
5. Kunjungan kerja
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, bahwa fungsi pengawasan dilaksanakan
melalui pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN).
Setiap anggota DPR diberikan hak melakukan pengawasan diantaranya adalah
pelaksanaan APBN yang dilakukan kementerian atau lembaga negara. kementerian
atau lembaga wajib menyerahkan bahan tertulis mengenai jenis belanja dan
kegiatan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah undang-undang tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) atau undang-undang tentang
APBNP ditetapkan di paripurna DPR.
Anggota DPR dapat meminta pihak terkait untuk menindaklanjuti hasil pengawasan
yang dilakukan oleh anggota DPR tersebut wajib menindaklanjutinya dan
menyampaikan hasil tindak lanjut tersebut kepada anggota DPR.

PENGAWASAN PERADILAN
Untuk pengawasan dalam lingkungan peradilan, saat ini ada tiga lembaga, yaitu MA,
KY, dan KON. MA, yang dibentuk menurut Pasal 24 UUD 1945, adalah pemegang
kekuasaan kehakiman. Untuk pengawasan terhadap peradilan, oleh Pasal 32 UU No.
14 Tahun 1985, ia diberikan tugas melakukan pengawasan tertinggi atas
penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan peradilan dan juga mengawasi
perilaku para hakim di semua lingkungan peradilan.
Contoh kasus :

Penangkapan hakim pada Pengadilan Tipikor Bengkulu, Dewi Suryana, dan panitera
pengganti di Pengadilan Negeri Tipikor Bengkulu, Hendra Kurniawan, dinilai dapat
terjadi karena lemahnya pengawasan peradilan.

Secara kelembagaan atau fungsional, pengawasan menjadi tanggung jawab Badan


Pengawasan pada Mahkamah Agung (Bawas MA). Namun, pengawasan itu menjadi
satu persoalan krusial.

Peneliti dari Lembaga Kajian dan Advokasi untuk Independensi Peradilan (LeIP),
Liza Farihah menjelaskan, ada ratusan satuan kerja yang terdiri dari hakim, panitera,
dan pegawai pengadilan lainnya yang harus diawasi oleh Bawas MA.

"Bawas yang letaknya di pusat dengan sumber daya manusia dan anggaran
terbatas, diminta untuk mengawasi hampir 900 satuan kerja, tentu bukan pekerjaan
mudah," kata Liza saat dihubungi, Sabtu (9/9/2017).

"Apalagi yang diawasi bukan hanya perilaku, melainkan seluruh bidang mulai dari
administrasi perkara, administrasi persidangan, keuangan, dan lainnya," ujar dia.

Di sisi lain, lanjut Liza, terkait pengawasan dikenal juga istilah pengawasan melekat.
Pengawasan ini dilakukan oleh atasan kepada bawahan secara rutin, baik berupa
tindakan preventif maupun represif.

Pengawasan melekat sudah diatur dalam Peraturan MA (Perma) Nomor 8/2016.

"Bila (pimpinan) tak melakukan pengawasan dengan baik, maka akan dikenakan
sanksi," kata Liza.
Namun demikian, menurut Liza, dalam penerapannya selama ini pengawasan
melekat sangat kurang tertib. Padahal, pengawasan dari atasan kepada
bawahannya ini menjadi penambal dari pengawasan fungsional.

"Untuk kasus OTT Bengkulu ini, Ketua PN Bengkulu dinonaktifkan. Menurut saya, ini
erat kaitannya dengan implementasi Perma ini," kata Liza.

Sementara, Juru Bicara Komisi Yudisial (KY), Farid Wajdi menyampaikan,


berdasarkan catatan KY sejak 2016 hingga kini, terdapat 28 orang aparat
pengadilan dari berbagai unsur jabatan yang ditangkap KPK, mulai dari hakim,
panitera, maupun pegawai pengadilan.

Satu bulan lalu, KPK juga telah menangkap panitera pengganti pada Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan, Tarmizi.

Menurut KY, kata Farid, sebagai induk dari lbaga peradilan maka MA perlu selalu
mengambil langkah-langkah tegas atas setiap pelanggaran yang dilakukan aparat
pengadilan.

Misalnya seperti yang dilakukan MA atas kasus suap hakim dan panitera di PN
Bengkulu, yakni menonaktifkan sementara Ketua Pengadilan Negeri (PN) Bengkulu,
Kaswanto. Dengan demikian, pelanggaran-pelangaran dapat ditekan.

"Model sanksi yang demikian jadi pelajaran bagi pihak lain agar senantiasa tidak
bosan melakukan pembinaan sekaligus memberi keteladanan dalam melakoni
profesinya," kata Farid saat dihubungi, Jumat (8/9/2017).

KPK menangkap hakim anggota Pengadilan Negeri Tipikor Bengkulu Dewi Suryana,
panitera pengganti di PN Tipikor Bengkulu Hendra Kurniawan, dan seorang PNS
bernama Syuhadatul Islamy, di Bengkulu pada Rabu (6/9/2017) pukul 21.00 WIB.

Kemudian, ketiganya ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.

Dewi Suryana dan Hendra Kurniawan diduga menerima suap dari Syuhadatul
Islamy. Diduga, suap tersebut diberikan Syuhadatul guna memengaruhi putusan
hakim.

PENGAWASAN OMBUDSMAN

Ombudsman merupakan sebuah lembaga yang memiliki kewenangan melakukan


pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan
oleh penyelenggara Negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan olen
Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang diberi tugas
menyelenggarakan pelayanan publik. Pengawasan yang dilakukan oleh
Ombudsman terhadap penyelenggaraan pelayanan publik merupakan bentuk
pengawasan eksternal yang bersifat represif. karena pengawasan tersebut dilakukan
oleh lembaga diluar lembaga atau organ pemerintahan yang diawasi dan pada
dasarnya pengawasan yang dilakukan oleh Ombudsman tersebut berbasis dari
pengawasan masyarakat kemudian pengawasan lebih lanjut dilakukan oleh
Ombudsman dan pengawasan tersebut dilakukan terhadap pengaduan oleh
masyarakat terhadap tindakan maladministrasi yang dilakukan oleh pejabat
publik.Jadi Pengawasan Ombudsman disini merupakan upaya bagaimana tindak
lanjut atau penegakkan hukum dari penyimpangan yang dilakukan oleh
penyelenggaran pelayanan publik.

Contoh kasus :

Penanganan Kasus dugaan pungli di desa bulumanis lor dan Ngemplar Kidul
Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati yang telah dilaporkan Warga setempat
setahun yang lalu ke Polres Pati ternyata sudah dilakukan investigasi oleh
Ombudsman Jawa Tengah, bahkan saat ini penanganan kasusnya masih dalam
pengawasannya.
Hal ini sebagaimana disampaikan Kepala Ombudsman Jateng, Sabarudin yang
menjelaskan, jika kasus dugaan pungli di Desa Bulunanis Lor dan Ngemplak Kidul
yang dilaporkan ke Polres Pati juga sudah diterima aduannya dan telah ditangani
ombudsman.
Kemudian juga telah di investigasi ke polres pati dan rencananya bulan februari 2018
ini tim ombudsman jawa tengah akan investigasi kembali ke polres pati.
Demikian juga laporan masyarakat atas dugaan pungli di desa ngemplak kidul.
"Kedua laporan tersebut masih dalam pengawasan Ombudsman Jawa Tengah untuk
memeriksa lebih lanjut dugaan maladministrasi yang terjadi di Polres Pati yang belum
menyelesaikan kasus tersebut," ungkapnya kepada MCWNews, Jumat, (9/2/18).
Dan Sabarudin pun menegaskan, jika pihaknya akan terus melakukan pemeriksaan
kepada pihak-pihak terkait di Polres Pati dan juga Ahli, "Maaf, belum dapat kami
ungkap hasil pemeriksaan ini. Nanti kalau tim ke pati, akan kami infokan untuk dapat
berkomunikasi," tandasnya.
Ditempat terpisah salah seorang Aktivis Pati, Huri menyatakan kesediaannya untuk
terus mengawal kasus ini hingga ada kepastian hukum, "karena kasus ini sudah lebih
dari satu tahun, maka jika memang kasus ini tidak di anggap pungli. Maka polisi harus
beri SP2HP yang berbunyi bahwa ini bukan pungli dan tidak melanggar undang
undang korupsi," ungkapnya, Jumat (9/2/18).
Sedangkan Kapolres Pati saat dikonfirmasi via selulernya, hingga ditulisnya berita ini
belum juga meresponnya.
Sebagaimana informasi yang dapat dihimpun Media ini, memang kasus dugaan pungli
penerimaan perangkat Desa di Desa Ngempak kidul dan Bulumanis Lor ini hanyalah
salah satu kasus yang dicuatkan warga desanya untuk meminta penegakkan hukum
yang sebenar-benarnya dan seadil-adilnya.
Guna meminimalisir budaya korupsi yang kian merebak di desa-desa, karena untuk
menjadi perangkat desa saja harus bayar serta berpungli ria yang bisa berakibat
rusaknya tatanan pemerintahan desa yang mestinya bebas dari Korupsi.
"Kalau budaya pungli ini terjadi di Desa, maka akan rusak Negeri ini," ujar seorang
Warga yang minta identitasnya dirahasiakan.
PENGAWASAN ASN
Komisi Aparatur Sipil Negara (disingkat KASN) adalah lembaga nonstruktural yang
mandiri dan bebas dari intervensi politik untuk menciptakan Pegawai ASN yang
profesional dan berkinerja, memberikan pelayanan secara adil dan netral, serta
menjadi perekat dan pemersatu bangsa. KASN dibentuk berdasarkan undang-undang
nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. KASN terdiri atas tujuh orang
anggota yang dua orang diantaranya merangkap sebagai ketua dan wakil ketua.
KASN melaporkan pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenangnya, termasuk yang
berkaitan dengan kebijakan dan kinerja ASN paling kurang 1 (satu) kali pada akhir
tahun kepada Presiden.
Contoh Kasus :
Pemetaan Penerapan Sistem Merit Manajemen ASN dan Pengawasan
Penerapan Kode Etik, Kode Perilaku, dan Netralitas ASN se - Provinsi Jambi

Bidang Pengkajian dan Pengembangan KASN telah melakukan kegiatan pemetaan


penerapan sistem merit manajemen ASN dan pengawasan penerapan kode etik, kode
perilaku, dan netralitas ASN pada tanggal 7 dan 8 Agustus 2018, baik di lingkungan
pemerintah Provinsi Jambi dan seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi. Yang hadir
dalam kegiatan ini adalah Komisioner KASN Bidang Pengkajian dan Pengembangan,
Dr. Nuraida Mokhsen, MA dan Asisten Komisioner Septiana Dwiputrianti, M. Com
(Hons), Ph.D serta 2 orang tim pendukung substansi, Della Damayanti, S.AP. dan
Syaugi Muhammad, S. AP. Kegiatan ini berupa diskusi dan penyampaian materi
tentang pemetaan penerapan sistem merit manajemen ASN dan pengawasan
penerapan kode etik, kode perilaku, dan netralitas ASN, dilanjutkan dengan
pengkajian melalui diskusi tanya jawab, pengisian form penilaian mandiri sistem merit
manajemen ASN, dan penyebaran kuesioner tentang kode etik, kode perilaku, dan
netralitas ASN.
Kegiatan dibuka oleh Asisten Pemerintahan Daerah III Setda Pemerintah Provinsi
Jambi menyampaikan pentingnya penerapan sistem merit dan pengawasan terhadap
penerapan kode etik, kode perilaku, dan netralitas ASN dalam mendorong
peningkatan kinerja pegawai ASN di Provinsi Jambi, baik di lingkungan Pemerintah
Provinsi maupun ASN di Kabupaten/Kota yang ada. Komisioner KASN, Dr. Nuraida
Mokhsen, MA., menyampaikan bahwa untuk bisa menjawab tantangan Indonesia
pada era mendatang diperlukan upaya reformasi untuk mewujudkan birokrasi yang
efisien, efektif, bersih, akuntabel serta melayani. Untuk mewujudkan hal tersebut,
diperlukan upaya perubahan manajemen ASN melalui penerapan sistem merit.
Tujuan dari penerapan sistem merit dalam manajemen ASN adalah untuk
mewujudkan ASN yang berkualitas dalam arti kompeten, netral, berintegritas dan
kinerja tinggi.

Anda mungkin juga menyukai