PENGAWASAN POLITIS
Pengawasan politis sering juga disebut dengan legislative control, yang dimana biasa
diartikan sebagai pengawasan yang dilakukan oleh DPR terhadap pemerintah
eksekutif sesuai dengan tugas, wewenang, dan haknya. Dari hal ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa subjek dari pengawasan politis yaitu Lembaga Politik DPR, dan
objeknya adalah pemerintah dalam melaksanakan tugas, wewenag, dan haknya.
Contoh pengawasan politis :
Pengawasannya meliputi :
1. Pelaksanaan kebijakan
2. Pelaksanaan kerjasama internasional
3. Pelaksanaan undang-undang
Dalam pelaksanaan pengawasan politis melalui :
1. Pandangan umum fraksi-fraksi dalam rapat paripurna
2. Rapat pembahasan dalam siding komisi
3. Rapat pembahasan dalam panitia-panitia yang dibentuk berdasarkan tata tertib
4. Rapat dengar pendapat pemerintah daerah dan pihak-pihak lain yang
diperlukan
5. Kunjungan kerja
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, bahwa fungsi pengawasan dilaksanakan
melalui pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN).
Setiap anggota DPR diberikan hak melakukan pengawasan diantaranya adalah
pelaksanaan APBN yang dilakukan kementerian atau lembaga negara. kementerian
atau lembaga wajib menyerahkan bahan tertulis mengenai jenis belanja dan
kegiatan paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah undang-undang tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) atau undang-undang tentang
APBNP ditetapkan di paripurna DPR.
Anggota DPR dapat meminta pihak terkait untuk menindaklanjuti hasil pengawasan
yang dilakukan oleh anggota DPR tersebut wajib menindaklanjutinya dan
menyampaikan hasil tindak lanjut tersebut kepada anggota DPR.
PENGAWASAN PERADILAN
Untuk pengawasan dalam lingkungan peradilan, saat ini ada tiga lembaga, yaitu MA,
KY, dan KON. MA, yang dibentuk menurut Pasal 24 UUD 1945, adalah pemegang
kekuasaan kehakiman. Untuk pengawasan terhadap peradilan, oleh Pasal 32 UU No.
14 Tahun 1985, ia diberikan tugas melakukan pengawasan tertinggi atas
penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan peradilan dan juga mengawasi
perilaku para hakim di semua lingkungan peradilan.
Contoh kasus :
Penangkapan hakim pada Pengadilan Tipikor Bengkulu, Dewi Suryana, dan panitera
pengganti di Pengadilan Negeri Tipikor Bengkulu, Hendra Kurniawan, dinilai dapat
terjadi karena lemahnya pengawasan peradilan.
Peneliti dari Lembaga Kajian dan Advokasi untuk Independensi Peradilan (LeIP),
Liza Farihah menjelaskan, ada ratusan satuan kerja yang terdiri dari hakim, panitera,
dan pegawai pengadilan lainnya yang harus diawasi oleh Bawas MA.
"Bawas yang letaknya di pusat dengan sumber daya manusia dan anggaran
terbatas, diminta untuk mengawasi hampir 900 satuan kerja, tentu bukan pekerjaan
mudah," kata Liza saat dihubungi, Sabtu (9/9/2017).
"Apalagi yang diawasi bukan hanya perilaku, melainkan seluruh bidang mulai dari
administrasi perkara, administrasi persidangan, keuangan, dan lainnya," ujar dia.
Di sisi lain, lanjut Liza, terkait pengawasan dikenal juga istilah pengawasan melekat.
Pengawasan ini dilakukan oleh atasan kepada bawahan secara rutin, baik berupa
tindakan preventif maupun represif.
"Bila (pimpinan) tak melakukan pengawasan dengan baik, maka akan dikenakan
sanksi," kata Liza.
Namun demikian, menurut Liza, dalam penerapannya selama ini pengawasan
melekat sangat kurang tertib. Padahal, pengawasan dari atasan kepada
bawahannya ini menjadi penambal dari pengawasan fungsional.
"Untuk kasus OTT Bengkulu ini, Ketua PN Bengkulu dinonaktifkan. Menurut saya, ini
erat kaitannya dengan implementasi Perma ini," kata Liza.
Satu bulan lalu, KPK juga telah menangkap panitera pengganti pada Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan, Tarmizi.
Menurut KY, kata Farid, sebagai induk dari lbaga peradilan maka MA perlu selalu
mengambil langkah-langkah tegas atas setiap pelanggaran yang dilakukan aparat
pengadilan.
Misalnya seperti yang dilakukan MA atas kasus suap hakim dan panitera di PN
Bengkulu, yakni menonaktifkan sementara Ketua Pengadilan Negeri (PN) Bengkulu,
Kaswanto. Dengan demikian, pelanggaran-pelangaran dapat ditekan.
"Model sanksi yang demikian jadi pelajaran bagi pihak lain agar senantiasa tidak
bosan melakukan pembinaan sekaligus memberi keteladanan dalam melakoni
profesinya," kata Farid saat dihubungi, Jumat (8/9/2017).
KPK menangkap hakim anggota Pengadilan Negeri Tipikor Bengkulu Dewi Suryana,
panitera pengganti di PN Tipikor Bengkulu Hendra Kurniawan, dan seorang PNS
bernama Syuhadatul Islamy, di Bengkulu pada Rabu (6/9/2017) pukul 21.00 WIB.
Dewi Suryana dan Hendra Kurniawan diduga menerima suap dari Syuhadatul
Islamy. Diduga, suap tersebut diberikan Syuhadatul guna memengaruhi putusan
hakim.
PENGAWASAN OMBUDSMAN
Contoh kasus :
Penanganan Kasus dugaan pungli di desa bulumanis lor dan Ngemplar Kidul
Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati yang telah dilaporkan Warga setempat
setahun yang lalu ke Polres Pati ternyata sudah dilakukan investigasi oleh
Ombudsman Jawa Tengah, bahkan saat ini penanganan kasusnya masih dalam
pengawasannya.
Hal ini sebagaimana disampaikan Kepala Ombudsman Jateng, Sabarudin yang
menjelaskan, jika kasus dugaan pungli di Desa Bulunanis Lor dan Ngemplak Kidul
yang dilaporkan ke Polres Pati juga sudah diterima aduannya dan telah ditangani
ombudsman.
Kemudian juga telah di investigasi ke polres pati dan rencananya bulan februari 2018
ini tim ombudsman jawa tengah akan investigasi kembali ke polres pati.
Demikian juga laporan masyarakat atas dugaan pungli di desa ngemplak kidul.
"Kedua laporan tersebut masih dalam pengawasan Ombudsman Jawa Tengah untuk
memeriksa lebih lanjut dugaan maladministrasi yang terjadi di Polres Pati yang belum
menyelesaikan kasus tersebut," ungkapnya kepada MCWNews, Jumat, (9/2/18).
Dan Sabarudin pun menegaskan, jika pihaknya akan terus melakukan pemeriksaan
kepada pihak-pihak terkait di Polres Pati dan juga Ahli, "Maaf, belum dapat kami
ungkap hasil pemeriksaan ini. Nanti kalau tim ke pati, akan kami infokan untuk dapat
berkomunikasi," tandasnya.
Ditempat terpisah salah seorang Aktivis Pati, Huri menyatakan kesediaannya untuk
terus mengawal kasus ini hingga ada kepastian hukum, "karena kasus ini sudah lebih
dari satu tahun, maka jika memang kasus ini tidak di anggap pungli. Maka polisi harus
beri SP2HP yang berbunyi bahwa ini bukan pungli dan tidak melanggar undang
undang korupsi," ungkapnya, Jumat (9/2/18).
Sedangkan Kapolres Pati saat dikonfirmasi via selulernya, hingga ditulisnya berita ini
belum juga meresponnya.
Sebagaimana informasi yang dapat dihimpun Media ini, memang kasus dugaan pungli
penerimaan perangkat Desa di Desa Ngempak kidul dan Bulumanis Lor ini hanyalah
salah satu kasus yang dicuatkan warga desanya untuk meminta penegakkan hukum
yang sebenar-benarnya dan seadil-adilnya.
Guna meminimalisir budaya korupsi yang kian merebak di desa-desa, karena untuk
menjadi perangkat desa saja harus bayar serta berpungli ria yang bisa berakibat
rusaknya tatanan pemerintahan desa yang mestinya bebas dari Korupsi.
"Kalau budaya pungli ini terjadi di Desa, maka akan rusak Negeri ini," ujar seorang
Warga yang minta identitasnya dirahasiakan.
PENGAWASAN ASN
Komisi Aparatur Sipil Negara (disingkat KASN) adalah lembaga nonstruktural yang
mandiri dan bebas dari intervensi politik untuk menciptakan Pegawai ASN yang
profesional dan berkinerja, memberikan pelayanan secara adil dan netral, serta
menjadi perekat dan pemersatu bangsa. KASN dibentuk berdasarkan undang-undang
nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. KASN terdiri atas tujuh orang
anggota yang dua orang diantaranya merangkap sebagai ketua dan wakil ketua.
KASN melaporkan pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenangnya, termasuk yang
berkaitan dengan kebijakan dan kinerja ASN paling kurang 1 (satu) kali pada akhir
tahun kepada Presiden.
Contoh Kasus :
Pemetaan Penerapan Sistem Merit Manajemen ASN dan Pengawasan
Penerapan Kode Etik, Kode Perilaku, dan Netralitas ASN se - Provinsi Jambi