Anda di halaman 1dari 18

SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“PANCASILA”
Dosen Pengampu:
Dr. H. Ilham Thohari, SH, M.HI

Disusun oleh:
Hendrik Zulfa A (22201176)
Hilya Labibah H.A (22201184)
Salma Rosyida (22201215)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


KELAS E
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji dan syukur Kehadirat Allah SWT, akhirnya


penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini, yang berjudul Judul Makalah.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangannya, hal ini di karenakan keterbatasan waktu,
pengetahuan dan kemampuan yang di miliki penyusun, oleh karena itu penyusun
sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifat nya membangun untuk
perbaikan di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu terselesaikan tugas ini, semoga Alah SWT, membalas
amal kebaikanya. Aamiin. Dengan segala pengharapan dan doa semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi penyusun khusus nya bagi pembaca umumnya.

ii
DAFTAR ISI

JUDUL MAKALAH ................................................ Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................... Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah .......................................... Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penulisan ............................................ Error! Bookmark not defined.
BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
A. Sistem pemerintahan pada sejarah politik ....................................................... 3
B. Periodesasi sistem pemerintahan .................... Error! Bookmark not defined.
C. Hubungan negara dan Warga negara .............. Error! Bookmark not defined.
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................. 14
A. Kesimpulan .................................................................................................. 14
B. Saran .............................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 15

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu
kestabilan Negara itu. Namun di beberapa Negara sering terjadi tindakan
separatisme karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat
ataupun merugikan rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat
dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis. Jika suatu pemerintahan
mempunyai sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu akan
berlangsung selama- lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk
memprotes hal tersebut.
Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat,
menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi
pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan
sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontiniu dan demokrasi dimana
seharusnya masyarakat bisa ikut adil dalam pembangunan sistem pemerintahan
tersebut. Hingga saat ini hanya sedikit Negara yang bisa mempratikkan sistem
pemerintahan itu secara menyeluruh.
Secara sempit, sistem pemerintaha hanya sebagai sarana kelompok untuk
menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan Negara dalam waktu
relatif lama dan mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari
rakyatnya itu sendiri. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka
penulis memberi judul “Sistem Pemerintahan Negara Indonesia”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pemerintahan dalam sejarah politik di indonesia?
2. Bagaimana periodesasi sistem pemerintahan?
3. Bagaimana hubungan Negara dan warga Negara?
4. Bagaimana sistem pemerintahan daerah?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui sistem pemerintahan dalam sejarah politik di Indonesia
2. Mengetahui periodesasi sistem pemerintahan
3. Mengetahui hubungan Negara dan warga Negara
4. Mengetahui sistem pemerintahan daerah

2
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Sistem Pemerintahan dalam Sejarah Politik di Indonesia
1. Sistem Politik Indonesia Sebelum Amandemen UUD 1945
adalah Negara kesatuan yang berbentuk republik. Hal itu berarti bahwa
kedaulatan berada di tangan rakyat dan sepenuhnya dijalankan oleh MPR,
Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensil artinya presiden
berkedudukan sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan. UUD 1945
adalah konsitusi Negara Indonesia yang mengatur kedudukan dan tanggung
jawab penyelenggaraan Negara, kewenangan, tugas, dan hubungan antara
lembaga – lembaga Negara. UUD 1945 juga mengatur hak dan kewajiban
warga Negara. Lembaga legislatif terdiri atas MPR yang merupakan lembaga
tertinggi Negara dan DPR. Lembaga eksekutif terdiri atas presiden dan
menjalankan tugasnya yang dibantu oleh seorang wakil presiden serta kabinet.
Lembaga yudikatif menjalankan kekuasaan kehakiman yang dilakukan oleh
MA sebagai lembaga kehakiman tertinggi bersama badan-badan kehakiman lain
yang berada dibawahnya.
2. Sistem Politik Indonesia Setelah Amandemen UUD 1945
Pokok-pokok system politik di Indonesia setelah amandemen UUD 1945
adalah sebagai berikut:
a). bentuk Negara adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan adalah
republik. NKRI terbagi dalam 34 daerah provinsi dengan menggunakan prinsip
desentralisasi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Dengan demikian,
terdapat pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

3
b). kekuaasan eksekutif berada ditangan presiden. Presiden adalah kepala
Negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden beserta wakilnya dipilih dalam
satu paket secara langsung oleh rakyat. Presiden tidak bertanggung jawab
parlemen, dan tidak dapat membubarkan parlemen. Masa jabatan presoden
beserta wakilnya adalah 5 tahun dan setelahnya dapat dipilih kembali untuk
satu kali masa jabatan.
c). tidak ada lembaga tertinggi dan lembaga tinggi Negara. Yang ada
lembaga-lembaga Negara seperti MPR, DPR, DPD, BPK, Presiden, MK, KY,
dan MA.
d). DPA ditiadakan yang kemudian dibentuk sebuah dewan pertimbangan
yang berada langsung dibawah presiden.
e). kekuasaan membentuk UU ada ditangan DPR. Selain itu DPR
menetapkan anggaran belanja Negara dan mengawasi jalannya pemerintahan.
DPR tidak dapat dibubarkan oleh presiden beserta kabinetnya, tetapi dapat
mengajukan usulan pemberhentian presiden kepada MPR.

B. Periodesasi Sistem Pemerintahan


Berikut tahapan sistem pemerintahan yang bernah berlaku di Indonesia,
terbagi atas beberapa periode yaitu :
a. Sistem pemerintahan Periode 18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949 (UUD
1945).
Dalam periode ini, pegangan bernegara yang digunakan adalah UUD
1945 dengan konsep pemerintahan yang Presidensil. Namun belum dapat
dijalankan secara murni dan utuh, oleh karenanya negara Indonesia baru
memproklamirkan kemerdekaannya dan masih mengalami masa transisi dan
revolusi1. Walaupun UUD 1945 telah diberlakukan oleh PPKI, namun yang
baru dapat terbentuk yaitu Presiden dan Wakil Presiden, serta para menteri

1
Mahmuzar, 2010, Sistem Pemerintahan Indonesia, Nusa Media, Bandung, Hlm. 88

4
yang tergabung dalam Kabinet Presidensil, sebagai pembantu presiden dan
para gubernur sebagai perpanjangan tangan pemerintah di daerah. 2
Tentang hal ini dapat kita lihat pada aturan UUD 1945 yang
menyatakan bahwa untuk pertama kalinya Presiden dan Wakli Presiden
dipilih oleh PPKI, jadi tidaklah menyalahi apabila MPR belum dimanfaatkan
karena pemilu belum dilakukan.3 Lembaga-lembaga tinggi yang lain telah
disebutkan dalam UUD 1945, akan tetapi belum diwujudkan sehubungan
dengan negara masih dalam keadaan darurat pada saat itu. Jadi sebelum
MPR, DPR, dan DPA terbentuk, segala kekuasaan dijalankan oleh presiden
dengan dibantu oleh Komite Nasional.
Menurut Mahmuzar 4 dalam periode ini Negara Indonesia tidak
menerapkan sistem Presidensil hal ini dapat ditinjau dari ketentuan yang ada
dalam Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945, yang memberikan semua
kekuasaan lembaga negara kepada Presiden sebelum terbentuknya MPR,
DPR, dan DPA, yang menyebabkan hubungan legislatif dengan eksekutif
menjadi tidak jelas, maka sistem Pemerintahan Indonesia sebelum
diberikannya kekuasaan legislatif kepada Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP), tidak bisa disebut sebagai sistem pemerintahan Presidensil, karena
tidak sesuai dengan ciri-ciri sistem presidensil, olehnya pada saat itu
Indonesia lebih tepat disebut dengan pemerintahan yang dipusatkan secara
mutlak dan bersifat revolusioner.
b. Sistem pemerintahan Periode 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950
(Konstitusi RIS).
Bisa dikatakan Indonesia sejak diproklamirkan tanggal 17 Agustus
1945, belum mendapat pengakuan yang utuh dari pemerintah kerajaan
Belanda, pertempuran yang berujung pada perdamaian masih sering terjadi,
perjanjian Linggarjati (25 Maret 1947), perjanjian Renville (8 Desember

2
Inu Kencana, 1994, Sistem Pemerintahan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, Hlm. 29
3
Ibid.
4
Mahmuzar, Op.Cit. Hlm. 89

5
1947), dan Koferensi Meja Bundar (23 Agustus 1949). Sampai pada
puncaknya pada tanggal 27 desember 1949 Pemerintah Kerajaan Belanda
mengakui kedaulatan Republik Indonesia dengan syarat berbentuk serikat.
Maka dalam periode ini pegangan bernegara Republik Indonesia adalah
Konstitusi RIS/UUD RIS. dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa Republik
Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum
yang demokrasi dan berbentuk federasi. Sedangkan dalam ayat (2)
disebutkan bahwa Kekuasaan Kedaulatan Republik Indonesia Serikat
dilakukan oleh Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR).
Sistem pemerintahannya adalah Kabinet Parlementer, ini dapat dilihat
dari bunyi Pasal 118 ayat (2) sebagai berikut:
Tanggung jawab kebijaksanaan berada di tangan menteri, tetapi
apabila kebijaksanaan menteri/ para menteri ternyata tidak
dibenarkan oleh DPR, maka menteri/ menteri-menteri itu harus
mengundurkan diri. Atau DPR dapat membubarkan menteri-
menteri (kabinet) tersebut dengan alasan mosi tidak percaya.
c. Sistem pemerintahan Periode 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959 (UUDS 1950).
Pada tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia resmi kembali menjadi
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan konstitusi Undang-Undang
Dasar Sementara (UUDS 1950). Sistem pemerintahannya tetap berbentuk
Sistem Parlementer, dengan bentuk Kabinet Parlementer, yaitu para menteri
(kabinet) bertanggung jawab kepada Parlemen (DPR), DPR dapat
menjatuhkan Kabinet dengan Mosi Tidak Percaya. Presiden periode ini
hanya bertindak sebagai kepala negara saja. Kepala Pemerintahannya dijabat
oleh seorang Perdana Menteri (PM), olehnya Presiden tidak dapat dijatuhkan
oleh Parlemen (DPR).
Indonesia baru mengadakan pemilihan umum untuk memilih anggota
DPR atau badan konstituante pada tahun 1955. Sehingga dengan begitu yang
merangkap tugas parlemen pada saat itu adalah KNIP.
Dalam Pasal 1 ayat (1) UUDS 1950 diuraikan bahwa Negara Republik
Indonesia adalah negara dengan bentuk kesatuan. Sedangkan untuk

6
melaksanakan perpanjangan tangan pemerintah pusat serta pendelegasian
wewenang, diselenggaran suatu Desentralisasi, dalam Pasal 131 disebutkan
sebagai berikut :
Pembagian daerah indonesia atas daerah besar kecil yang berhak
mengurus rumah tangganya sendiri (otonom), dengan bentuk
susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang...
Pada tahun 1959 keluarlah dekrit, yang kita kenal dengan sebutan
dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang salah satu poin pentingnya adalah
dikembalikannya UUD 1945 sebagai kontitusi Negara Republik Indonesia.
d. Periode 5 Juli 1959 – Amandemen 1999-2002 (UUD.1945)
 Orde Lama (Demokrasi Terpimpin)
Implementasi sistem pemerintahan di periode diberlakukannya
kembali UUD 1945 pasca Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sebagian besar
diwarnai oleh perilaku Orde Lama dan Orde Baru. Kembali ke UUD 1945
berarti kembali kepada UUD yang belum sempurna sebagaimana diakui
oleh The Founding Father Indonesia sebagai UUD kilat dan bersifat
sementara. Setelah kembali ke UUD 1945, pemerintah Orde Lama
menerapkan sistem pemerintahan Presidensil untuk menjalankan roda
pemrintahan5. sistem pemerintahan ini dipilih karena dalam sistem
sebelumnya yakni Parlementer, pemerintah sering jatuh akibat mosi tidak
percaya yang datang dari Parlemen maupun dari luar Parlemen.
Sistem presidensil dipilih, karena dalam sistem ini masa jabatan
Presiden dijamin oleh konstitusi, Hal tersebut diatur dalam Pasal 7 UUD
1945 yang menyebutkan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden
Indonesia adalah selama lima tahun. Ketika sistem presidensil diterapkan
pemerintah berhasil memperkuat posisi lembaga kepresidenan
sebagaimana yang dikehendaki oleh UUD 1945, sehingga jalannya
pemerintahan lebih stabil jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Namun dalam prakteknya terjadi berbagai pelanggaran berat terhadap

5
Ibid Hlm. 95

7
konstitusi atau UUD 1945, misalnya tindakan MPRS mengangkat
sokearni menjadi Presiden seumur hidup, dan tidakan Presiden Soekarno
membubarkan DPR-GR dan MPRS di bbawah pimpinan Sartono pada
tanggal 5 Maret 1960.
Periode ini juga dikenal dengan sistem demokrasi terpimpin, dikuti
pula dengan adanya istilah ekonomi terpimpin. Ekonomi terpimpin ini
sebagai konsepsi bidang ekonomi dalam rangka pelaksanaan demokrasi
terpimpin. Jadi apa yang dimaksud dengan demokrasi terpimpin ini
adalah demokrasi yang mendasarkan pada sistem pemerintahannya
kepada musyawarah mufakat dengan pimpinan satu kekuasaan sentral
ditangan satu orang.6
 Orde Baru.
Di era Orde Baru ini, konsentrasi penyelenggaraan sistem pemerintahan
dan kehidupan demokrasi dititikberatkan pada aspek stabilitas politik
dalam rangka menunjang pembangunan nasional. Dilakukan upaya-upaya
pembenahan secara ketatanegaraan dengan format politik yang pada
prinsipnya mempuntyai sejumlah sisi yang menonjol yaitu: 7
1) Adanya konsep Dwi Fungsi ABRI;
2) Menutamakan Golongan Karya;
3) Kekuasaan di tangan eksekutif.
Dalam UUD 1945 terdapat kelemahan, kekuasaan Presiden
sangatlah besar (executive Heavy), jika dibandingkan dengan lembaga
kekuasaan lainnya, sehingga Checks and balances tak terjadi antara
lembaga kekuasaan. UUD 1945 juga memberikan kedudukan yang
tinggi terhadap lembaga Kepresidenan, sehingga presiden cenderung
Otoriter. Walaupun kekuasaan Presiden dalam UUD 1945 sangat kuat,
namun dapat dilihat dari sistem ketatanegaraan berdasarkan UUD 1945,
justrus ciri-ciri Parlementer terlihat di dalamnya:

6
Inu Kencana, Op. Cit. Hlm. 40
7
Sulardi, 2012, Op. Cit. Hlm. 71-72

8
1) Pertama Presiden dipilih oleh MPR dengan suara terbanyak. Anggota
MPR terdiri dari Anggota DPR ditambah dengan utusan Daerah dan
Golongan.
2) Presiden yang terpilih diangkat oleh MPR dan sewaktu-waktu MPR
dapat meminta pertanggung jawaban presiden, sesuai dengan
ketentuan mengenai sistem pemerintahan negara yang diatur dalam
penjelasan umum UUD 1945.
3) Presiden menjalankan roda pemerintahan wajib berdasarkan GBHN,
dimana GBHN dibuat dan ditetapkan oleh MPR.
 Era Reformasi.
Setelah Orde Baru dilengserkan, maka sistem ketatanegaraan
indonesia memasuki era transisi, pada masa ini proses perubahan UUD 1945
dilakukan dengan mendorong terselenggaranya sistem ketatanegaraan yang
demokratis dan mengurangi kedudukan presiden yang kuat. Perubahan
UUD 1945 pun dilakukan oleh MPR dari tahun 1999-2002. Hasil perubahan
UUD 1945 menjadikan format hubungan antara Presiden dan DPR bergeser,
terutama dalam pembentukan undang-undang, terjadi pemurnian sistem
presidensil, hal ini ditandai dengan:
1) Presiden tidak lagi dipilih oleh MPR, tetapi dipilih langsung oleh rakyat;
2) Kekuasaan membentuk undang-undang berubah menjadi berhak
mengajukan RUU ke badan Legislasi;
3) Mekanisme pemberhentian Presiden pada masa jabatannya diatur, dimana
sebelumnya tidak diatur dalam UUD 1945;
4) Presiden tidak dapat membekukan atau membubarkan DPR; Dll.
Dari hasil perubahan UUD 1945 menjadi UUD NRI 1945
menunjukkan telah terjadi penguatan masing-masing lembaga, di satu sisi
Presiden memiliki legitimasi yang kuat karena dipilih oleh rakyat, di sisi lain
peran DPR di bidang legislasi dan pengawasan juga semakin kuat.
Dalam perubahan ketiga UUD 1945, Presiden dan Wakil Presiden
tidak lagi dipilih oleh MPR, melainkan dipilih secara langsung secara

9
berpasangan oleh rakyat. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang
sebelumnya diatur dalam pasal 6 ayat (2) yang berbunyi “Presiden dan
Wakil Presiden dipilih olah Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan suara
terbanyak”, sekarang diatur dalam pasal 6A yang berbunyi “ Presiden dan
Wakil Presiden dipilih dalam satu berpasangan secara langsung oleh rakyat”.
Tentu saja perubahan ini juga berimplikasi pada kewenangan MPR yang
sebelumnya berwenang memilih Presiden dan Wakil Presiden sebelumnya.
Dengan adanya perubahan ini, Presiden tidak lagi bertanggung jawab
kepada MPR dan MPR tidak memiliki kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban Presiden apalagi menjatuhkan Presiden. Apalagi
perubahan ini diikuti dengan perubahan mengenai pemberhentian Presiden
dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya, seperti yang disebutkan dalam
pasal 7A UUD 1945 setelah perubahan yaitu:
“Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa
jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atau usul Dewan
Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela
maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden
dan/atau Wakil Presiden”8

Dipilihnya Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat


serta kedudukan Presiden yang tidak dapat dijatuhkan oleh MPR kecuali
seperti diatur dalam pasal 7A, menghilangkan segi-segi parlementer dalam
sistem pemerintahan Indonesia.
Seperti yang dikatakan oleh Bagir Manan bahwa:
“sistem (pemerintahan) Indonesia secara hakiki adalah sistem
presidensiil bukan dimaksudkan sebagai suatu bentuk campuran.
Karena di masa depan Presiden disatu pihak dipilih langsung, dan di
pihak lain tidak bertanggung jawab kepada MPR, maka sistem
presidensil menjadi lebih murni (tidak ada lagi unsur campuran)”. 9

8
UUD 1945
9
Bagir Manan, 2011, “Membedah UUD 1945”, Universitas Brawijaya Press, Malang, Hlm. 117

10
C. Hubungan Negara dan Warga Negara
Hubungan antara Negara dan warga Negara identic dengan adanya hak dan
kewajiban, anatara warga Negara dengan negaranya ataupun sebaliknya.
Negara memiliki kewajiban untuk memberikan keamanan, kesejahteraan,
perlindungan terhadap warga negaranya serta memiliki hak untuk dipatuhi dan
dihormati. Sebaliknya warga Negara wajib membela Negara dan berhak
mendapatkan perlindungan dari Negara.
Di indonesiaseringkali terjadi adanya kesenjangan antara peranan Negara
dengan kehidupan warga Negara. Masalah- masalah politik, sosial, ekonomi,
dan budaya misalnya, seringkali terjadi karena adanya kesenjangan antara
peranan Negara serta kehidupan warga negaranya.
1. Teori Hubungan Negara dengan Warga Negara
1) Teori Marxis
Menurut teori Marxis, negara hanyalah sebuah panitia yang
mengelola kepentingan kaum borjuis, sehingga sebenarnya tidak
memiliki kekuasaan yang nyata. Justru kekuasaan nyata terdapat pada
kelompok atau kelas yang dominan dalam masyarakat (kaum borjuis
dalam sistem kapitalis dan kaum bangsawan dalam sistem feodal).
2) Teori Pluralis
Dalam pandangan teori pluralis, negara merupakan alat dari
masyarakat sebagai kekuatan eksternal yang mengatur negara. Dalam
masyarakat terdapat banyak kelompok yang berbeda kepentingannya,
sehingga tidak ada kelompok yang terlalu dominan. Untuk menjadi
mayoritas, kepentingan yang beragam ini dapat melakukan
kompromi.
3) Teori Organis
Menurut teori Organis, negara bukan merupakan alat dari
masyarakatnya, tetapi merupakan alat dari dirinya sendiri. Negara
mempunyai misinya sendiri, yaitu misi sejarah untuk menciptakan

11
masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, negara harus dipatuhi
oleh warganya sebagai lembaga diatas masyarakat. Negaralah yang
tahu apa yang baik bagi masyarakat secara keseluruhan. Pandangan
ini merupakan dasar bagi terbentuknya negara-negara kuat yang
seringkali bersifat otoriter bahkan totaliter.
4) Teori Elite Kekuasaan
Teori ini muncul sebagai bentuk kritik terhadap teori
pluralis. Menurut teori ini, meskipun masyarakatnya terdiri dari
bermacam-macam kelompok yang pluralitas, tetapi dalam
kenyataannya kelompok elite penguasa datang hanya dari kelompok
masyarakat tertentu, meskipun secara hukum semua orang memang
bisa menempati jabatan-jabatan dalam negara/pemerintah

D. Sistem Pemerintahan Daerah


Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi.
Daerah Provinsi itu dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan daerah Kota. Setiap
daerah Provinsi, daerah Kabupaten, dan daerah Kota mempunyai Pemerintahan
Daerah yang diatur dengan undang-undang. Pemerintah Daerah dan DPRD
adalah penyelenggara Pemerintahan Daerah menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar 1945.
Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Perangkat Daerah
adalah organisasi atau lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung
jawab kepada Kepala Daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di
daerah. Pada Daerah Provinsi, Perangkat Daerah terdiri atas Sekretariat Daerah,
Dinas Daerah, dan Lembaga Teknis Daerah. Pada Daerah Kabupaten/Kota,
Perangkat Daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, Lembaga

12
Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan. Perangkat Daerah dibentuk oleh
masing-masing Daerah berdasarkan pertimbangan karakteristik, potensi, dan
kebutuhan Daerah. Organisasi Perangkat Daerah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah setempat dengan berpedoman kepada Peraturan Pemerintah.
Pengendalian organisasi perangkat daerah dilakukan oleh Pemerintah Pusat
untuk Provinsi dan oleh Gubernur untuk Kabupaten/Kota dengan berpedoman
pada Peraturan Pemerintah. Formasi dan persyaratan jabatan perangkat daerah
ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dengan berpedoman pada
Peraturan Pemerintah.

13
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Sistem Politik Indonesia Sebelum Amandemen UUD 1945
adalah Negara kesatuan yang berbentuk republik. Hal itu berarti bahwa
kedaulatan berada di tangan rakyat dan sepenuhnya dijalankan oleh MPR,
Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensil artinya presiden
berkedudukan sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan.
2. Sistem Politik Indonesia Setelah Amandemen UUD 1945
Pokok-pokok system politik di Indonesia setelah amandemen UUD 1945
adalah sebagai berikut:
a). bentuk Negara adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan adalah
republik.
b). kekuaasan eksekutif berada ditangan presiden
Hubungan antara Negara dan warga Negara identic dengan adanya hak dan
kewajiban, anatara warga Negara dengan negaranya ataupun sebaliknya. Negara
memiliki kewajiban untuk memberikan keamanan, kesejahteraan, perlindungan
terhadap warga negaranya serta memiliki hak untuk dipatuhi dan dihormati.
Sebaliknya warga Negara wajib membela Negara dan berhak mendapatkan
perlindungan dari Negara. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah Provinsi. Daerah Provinsi itu dibagi lagi atas daerah Kabupaten
dan daerah Kota. Setiap daerah Provinsi, daerah Kabupaten, dan daerah Kota
mempunyai Pemerintahan Daerah yang diatur dengan undang-undang.
Pemerintah Daerah dan DPRD adalah penyelenggara Pemerintahan Daerah
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945.

14
DAFTAR PUSTAKA
Mahmuzar, 2010, Sistem Pemerintahan Indonesia, Nusa Media, Bandung.
Inu Kencana, 1994, Sistem Pemerintahan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.
Mahmuzar, Op.Cit.
Sulardi, 2012, Op. Cit.
UUD 1945
Bagir Manan, 2011, “Membedah UUD 1945”, Universitas Brawijaya Press, Malang
Sulardi, 2012, Op. Cit.

15

Anda mungkin juga menyukai