Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TENTANG

SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENURUT UUD 1945

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah PHI

Oleh

MIRNAWATI

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM (STIH) MUHAMMADIYAH BIMA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Azza wa Jalla, karena atas berkat rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sistem pemerintahan negara republik indonesia
menurut UUD 1945 ini tepat pada waktunya.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya
ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari pihak lain, akhirnya
makalah sistem pemerintahan negara republik indonesia menurut UUD 1945 ini dapat terselesaikan.
Karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada kami setiap saat.

Dengan segala keterbatasan kami yakni bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati. Pada Akhirnya kami
berharap mudah-mudahan makalah Sistem Pemerintahan Indonesia ini bisa diterima dan bermanfaat bagi
para pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia...........................................................................................5
B. Sistem Penyelenggaraan Kekuasaan Negara Indonesia...................................................................6
C. Praktik Lembaga-lembaga Pemerintahan Indonesia........................................................................8
BAB III......................................................................................................................................................10
PENUTUP.................................................................................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................................................................10
B. Saran..............................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan sistem pemerintahan Indonesia mengalami dinamika yang unik, pada awal
kemerdekaan Indonesia sempat menerapkan sistem Demokrasi Parlementer namun perseteruan
politik telah mengakibatkan kegagalan kabinet untuk dapat bekerja dengan baik. Setelah Presiden
Soekarno mengeluarkan dekret yang antara lain menyatakan kembali ke UUD 1945. Sistem
pemerintahan Indonesia kembali ke presidensial dalam praktiknya, baik pada masa Soekarno
maupun Soeharto presiden menguasai panggung politik Indonesia. Amandemen UUD 1945 yang
dilakukan diera reformasi diharapkan mampu menerapkan kedudukan legislatif dan eksekutif
secara profesional. Berikut ini dapat dilihat perbandingan sistem pemerintahan negara Republik
Indonesia sebelum dan sesudah dilaksanakan amandemen UUD 1945 dan lahirnya UU RI No. 22
Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Tertinggi MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
Pada era reformasi sekarang ini, kekuasaan tertinggi tidaklah tertumpu di tangan MPR
yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat tidak terjadinya saling
mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances). Jabatan Presiden dan Wakil Presiden
dalam satu pasangan oleh rakyat melalui pemilihan umum. Masa jabatannya pun dibatasi hanya
untuk dua periode saja. Adanya pemilihan langsung dalam memilih pimpinan negara, maka
kedaulatan rakyat menjadi sangat penting dan menentukan masa depan bangsa negara Indonesia.
Presiden tidak akan bertindak sewenang-wenang, karena ada lembaga perwakilan rakyat yang
ikut memantau jalannya sistem pemerintahan, yaitu DPR.
Dengan adanya perubahan ini aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis
dan modern, antara lain melalui pembagian kekuasaan yang lebih tegas, sistem saling mengawasi
dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan transparan, dan pembentukan
lembaga-lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan
tantangan zaman.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
a) Bagaimana sistem pemerintahan negara Indonesia?
b) Bagaimana penyelenggaraan kekuasaan negara Indonesia?
c) Bagaimana praktik lembaga-lembaga pemerintahan Indonesia?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia


Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi. Sebelum
diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen keempat
tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945 dengan
beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju sistem pemerintahan yang baru.
Sistem pemerintahan baru diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya Pemilu
2004. Pokok-pokok Sistem Pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip Otonomi Daerah yang luas. Wilayah negara terbagi dalam
beberapa provinsi;
2. Bentuk pemerintahan adalah Republik, sedangkan Sistem Pemerintahan Presidensial;
3. Presiden adalah Kepala Negara dan sekaligus Kepala Pemerintahan. Presiden dan wakil presiden
dipilih dan diangkat oleh MPR untuk masa jabatan lima tahun. Untuk masa jabatan 2004-2009,
presiden dan wakil presiden akan dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu pasangan;
4. Kabinet atau Menteri diangkat oleh Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden;
5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota MPR. DPR memiliki
kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan;
6. Kekuasaan Yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya.

Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem Demokrasi Parlementer
dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam
Sistem Presidensial. Beberapa variasi dari Sistem Pemerintahan Presidensial di Indonesia adalah
sebagai beriKut:
1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi, DPR tetap
memiliki kekuasaan mengawasi Presiden meskipun secara tidak langsung;
2. Presiden dalam mengangkat Pejabat Negara perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR;
3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR;
4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang dan hak
budget (anggaran).
Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem Pemerintahan Indonesia.
Hal itu diperuntukkan dalam memperbaiki Sistem Presidensial yang lama. Perubahan baru
tersebut, antara lain adanya pemilihan secara langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks and
balance, dan pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan
pengawasan dan fungsi anggaran.
B. Sistem Penyelenggaraan Kekuasaan Negara Indonesia
1. Prinsip Negara Hukum
Perubahan UUD 1945 mempertegas prinsip negara hukum dan mencantumkannya pada
Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, yang berbunyi “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Negara
hukum yang dimaksud adalah negara yang menempatkan kekuasaan kehakiman sebagai
kekuasaan yang merdeka, menghormati hak asasi manusia dan prinsip due process of law.
Pelaksanaan kekuasaan kehakiman yang merdeka diatur dalam bab IX yang berjumlah 5 pasal
dan 16 ayat. (Bandingkan dengan UUD 1945 sebelum perubahan yang hanya 2 pasal dengan 2
ayat).
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (Pasal 24 ayat 1 UUD 1945). Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan perangkat lembaga peradilan yang ada
di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer dan peradilan
tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Sedangkan badan-badan lainnya yang
fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam Undang-Undang.
Jaminan atas kekuasaan kehakiman yang merdeka ini tercermin dalam pemberian
wewenang yang tegas dalam pasal-pasal UUD 1945 dan mekanisme pengangkatan hakim agung
yang dilakukan melalui mekanisme saling kontrol antara Komisi Yudisial, DPR, Presiden serta
Mahkamah Agung, serta pengangkatan Hakim Konstitusi yang berjumlah 9 orang masing-masing
3 orang yang ditunjuk DPR, Presiden, dan Mahkamah Agung.
Hak asasi manusia diatur sangat lengkap dalam Undang-Undang Dasar ini dalam Bab
tersendiri, yaitu Bab XA yang terdiri atas 10 pasal dan 24 ayat (bandingkan dengan UUD 1945
sebelum perubahan yang hanya terdiri 2 pasal dan 1 ayat). Pengaturan ini dimaksudkan untuk
memberikan jaminan perlindungan hak-hak asasi manusia baik bagi setiap warga negara maupun
setiap orang yang berada dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Implikasi yang diharapkan dari pengaturan mengenai kekuasaan kehakiman dan hak asasi
manusia dalam UUD 1945 ini adalah berjalannya pemerintahan yang berdasar atas prinsip due
process of law, yaitu setiap tindakan dan kebijakan pemerintah harus berdasarkan atas ketentuan
hukum. Tidak ada kebijakan yang boleh keluar dari hukum yang berlaku. Setiap kebijakan negara
dan pemerintah dapat digugat oleh setiap orang atau warga negara manakala terjadi
penyimpangan atau pelanggaran hukum terhadap hak-hak warga negara yang dijamin konstitusi.
2. Sistem Konstitusional Berdasarkan Check and Balances
Perubahan UUD 1945 mengenai penyelenggaraan kekuasaan negara dilakukan untuk
mempertegas kekuasaan dan wewenang masing-masing lembaga-lembaga negara, mempertegas
batas-batas kekuasaan setiap lembaga negara dan menempatkannya berdasarkan fungsi-fungsi
penyelenggaraan negara bagi setiap lembaga negara. Sistem yang hendak dibangun adalah sistem
“check and balances”, yaitu pembatasan kekuasaan setiap lembaga negara oleh Undang-Undang
Dasar, tidak ada yang tertinggi dan tidak ada yang rendah, semuanya sama diatur berdasarkan
fungsi-fungsi masing-masing.
Atas dasar semangat itulah perubahan pasal 1 ayat 2, UUD 1945 dilakukan, yaitu
perubahan dari “Kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR”, menjadi
“Kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Ini berarti
bahwa kedaulatan rakyat yang dianut adalah kedaulatan berdasar Undang-Undang Dasar yang
dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Dasar oleh lembaga-lembaga negara yang diatur dan
ditentukan kekuasaan dan wewenangnya dalam Undang-Undang Dasar. Oleh karena itu
kedaulatan rakyat, dilaksanakan oleh MPR, DPR, DPD, Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, Komisi Yudisial, BPK, dan lain-lain sesuai tugas dan wewenangnya yang diatur oleh
UUD. Bahkan rakyat secara langsung dapat melaksanakan kedaulatannya untuk menentukan
Presiden dan Wakil Presidennya melalui pemilihan umum.
Sistem yang dibangun berdasarkan perubahan ini adalah mempertegas dan merumuskan
secara lebih jelas “Sistem Konstitusional” yang telah disebutkan dalam penjelasan UUD 1945
sebelum perubahan, yaitu penyelenggaraan kekuasaan negara berdasar konstitusi atau Undang-
Undang Dasar. Kewenangan dan kekuasaan masing-masing lembaga negara diatur dan dirinci
sedemikian rupa dan saling mengimbangi dan membatasi antara satu dengan yang lainnya
berdasar ketentuan Undang-Undang Dasar. Inilah yang disebut sistem “check and balances”
(perimbangan kekuasaan). Bahkan setiap warga negara dapat menggugat negara melalui organ
negara yang bernama Mahkamah Konstitusi manakala ada tindakan negara yang melanggar hak-
hak konstitusionalnya yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar.
Sistem ini tetap dalam sistem Pemerintahan Presidensial, bahkan mempertegas Sistem
Presidensial itu, yaitu Presiden tidak bertanggung jawab kepada Parlemen, akan tetap
bertanggung kepada rakyat dan senantiasa dalam pengawasan DPR. Presiden hanya dapat
diberhentikan dalam masa jabatannya karena melakukan perbuatan melanggar hukum yang
jenisnya telah ditentukan dalam Undang-Undang Dasar atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden. DPR dapat mengusulkan untuk memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya
manakala ditemukan pelanggaran hukum yang dilakukan Presiden sebagaimana yang ditentukan
dalam Undang-Undang Dasar.
C. Praktik Lembaga-lembaga Pemerintahan Indonesia
1. Pemerintah Pusat dan Kewenangannya
Dalam UU No. 22 tahun 1999 jo. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai
Daerah Otonom, disebutkan bahwa pemerintah pusat ialah “perangkat negara kesatuan RI yang
terdiri dari presiden beserta para menteri.” Kedua peraturan perundang-undangan itu juga
menyebutkan tentang wewenang pemerintah pusat mencakup kewenangan dalam bidang politik
luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal, agama,
serta kewenangan bidang lain.
Kewenangan bidang lain pemerintah ialah kebijakan tentang perencanaan nasional,
pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem
administrasi negara dan lembaga perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber
daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi
dan standardisasi nasional.
Menurut aturan yang telah ditetapkan pemerintah dalam PP No. 25 Tahun 2000,
kewenangan bidang lain ini meliputi bidang pertanian, kelautan, pertambangan, energi, kehutanan
dan perkebunan, perindustrian, dan perdagangan, perkoperasian, penanaman modal
kepariwisataan, ketenagakerjaan, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, sosial, penataan ruang,
pertanahan, pemukiman, perkerjaan umum, perhubungan, lingkungan hidup, politik dalam negeri
dan administrasi publik, pengembangan otonomi daerah, perimbangan keuangan, kependudukan,
hukum dan perundang-undangan, olahraga, dan penerangan.
2. Pemerintah Daerah dan Kewenangannya
Pada masa Orde Baru, penyelenggaraan sistem pemerintah daerah menggunakan model
sentralisasi, namun pada era reformasi, penyelenggaraan pemerintah daerah menggunakan model
otonomi. Otonomi daerah dalam penyelenggaraan sistem pemerintah daerah diatur dalam UU No.
22 tahun 1999 jo. UU No. 32 Tahun 2004. Undang-Undang ini menghapus UU No. 5 tahun 1975
yang sentralistis.
Format baru pemerintah daerah di bawah UU No. 32 tahun 2004 diarahkan kepada
terciptanya kemandirian daerah dengan meletakan suatu prinsip otonomi yang luas dan utuh pada
daerah kabupaten/kota. Asas utama penyelenggaraan pemerintah daerah dalam peraturan
perundang-undangan ini menganut asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Ketentuan
mengenai kewenangan daerah provinsi diatur melalui PP No. 25 tahun 2000, sedangkan
kewenangan kabupaten/kota adalah kewenangan sisa yang tidak disebut dalam peraturan
pemerintah tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam sistem penyelenggaraan negara ada yang disebut dengan aparatur negara, aparatur
negara adalah lembaga-lembaga negara berdasarkan UUD 1945 dan perubahannya. Lembaga-
lembaga kenegaraan di tingkat pusat/nasional dipegang oleh Presiden dan Wakil Presiden selaku
badan Eksekutif, (MPR, DPR, dan DPD) selaku badan Legislatif, (Mahkamah Agung, Komisi
Yudisial, dan Mahkamah Konstitusi) selaku badan Yudikatif, dan BPK selaku badan
Auditif/Eksplanatif. Sedangkan di tingkat provinsi di pegang oleh Gubernur/Wakil Gubernur
selaku badan Eksekutif, (DPRD Provinsi) selaku badan Legislatif dan di tingkat Kabupaten/Kota
di pegang oleh Bupati dan Wakil Bupati atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota selaku badan
Eksekutif, (DPRD Kabupaten/Kota) selaku badan Legislatif.
Dalam sistem pemerintahan ini, lembaga-lembaga negara itu berjalan sesuai dengan
mekanisme demokratis, sedangkan dalam sistem pemerintahan negara monarki, lembaga itu
bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip yang berbeda. Setelah adanya perubahan/amandemen UUD
1945 tidak ada kedudukan lembaga tertinggi, melainkan semuanya sama sebagai lembaga-
lembaga tinggi negara.
B. Saran
Indonesia merupakan Negara kesatuan yang berbentuk Republik. Di mana Negara ini
menganut sistem Presidensial. Seharusnya presiden sebagai kepala Negara sekaligus kepala
pemerintahan bisa melaksanakan kewajiban keduanya dengan baik. Presiden sebagai kepala
pemerintahan harus mampu mengondisikan sistem pertahanannya dengan baik, karena pada
kenyataannya sistem yang berjalan belum bisa dikatakan berhasil membuat rakyat makmur.
Sesuai dengan tujuan pemerintahan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Budiardjo, Miriam. 2009. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hidayat, Komarudin dkk. 2010. Pendidikan Kewargaan. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah.

Mahmud, Abdullah dkk. 2000. Tata Negara. Ponorogo: Darussalam Press.

Ranadireksa, Hendarmin. 2007. Arsitektur Konstitusi Demokratik. Bandung: Fokusmedia.

Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila. Jakarta: PT. Grasindo.

Syafiie, Kencana, dkk. 2009. Sistem Politik Indonesia. Bandung: PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai