Anda di halaman 1dari 14

Bab I

Pendahuluan

A. Latar belakang

Dewasa ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melaksanakan pengelolaan penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah no.19 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP
adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. PP no. 19 ini memberikan arahan tentang delapan standar nasional pendidikan, yang
meliputi: (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar kompetensi lulusan (d) standar pendidik dan
tenaga kependidikan; (e). standar sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar
pembiayaan; dan (h) standar penilaian pendidikan.

Standar isi yang mencakup Kerangka dasar dan struktur kurikulum merupakan pedoman dalam
penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai
pendidikan menengah. Dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum, khusus mengenai struktur
kurikulum SD/MI, salah satunya ditentukan bahwa pembelajaran pada jenjang dasar menggunakan
pendekatan terpadu. (BNSP, 2006:7).

Pendekatan terpadu merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan kurikulum
terpadu. Pendekatan terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan tema sebagai
isu sentral pembelajaran yang didalamnya tercakup beberapa mata pelajaran yang dipadukan.

Secara umum Robin Fogarty (1991) membagi integrasi kurikulum menjadi tiga, yaitu: 1) within single
discipline / satu mata pelajaran, 2) across several discipline / antar mata pelajaran, dan 3) within and
across learners / pelajar dan antar pelajar. Namun secara khusus jika dilihat dari cara memadukan
konsep, keterampilan, topik, dan unit tematiknya ada sepuluh cara atau model dalam merencanakan
pembelajaran terpadu yaitu: (1) Model Fragmented, (2) Model Connected, (3) Model Nested, (4) Model
Sequenced, (5) Model Shared, (6) Model Webbed, (7) Model Threaded, (8) Model Integrated, (9) Model
Immersed, dan 10) Model Networked.

Pada kesempatan ini, kami akan membahas tentang model pertama yaitu Fragmented. Model ini
dilambangkan dengan periskop yaitu alat optik pada kapal selam untuk melihat permukaan pada saat
kapal menyelam. Sifat periskop adalah pandangan satu arah, satu pengamatan, fokus terbatas pada satu
hal.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana pengertian, prinsip, ciri-ciri, karakteristik, kelebihan, kelemahan,

ragam model pembelajaran terpadu, dan alasan penggunaan pembelajaran terpadu?


Bagaimana pengertian, kelemahan, kekurangan, dan penerapan pembelajaran terpadu tipe/model
fragmented?

Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui pengertian, prinsip, ciri-ciri, karakteristik, kelebihan, kelemahan, ragam model
pembelajaran terpadu, dan alasan penggunaan pembelajaran terpadu

Untuk mengetahui pengertian, kelemahan, kekurangan, dan penerapan pembelajaran terpadu


tipe/model fragmented

Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai sebagai berikut

Dapat mengetahui pengertian, prinsip, ciri-ciri, karakteristik, kelebihan,

kelemahan, ragam model pembelajaran terpadu, dan alasan penggunaan pembelajaran terpadu.

Dapat mengetahui pengertian, kelemahan, kekurangan, dan penerapan pembelajaran terpadu


tipe/model fragmented.

BAB III

KAJIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Terpadu

1. Pengertian Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu merujuk pada dua pengertian yaitu sebagai berikut.

a. Pembelajaran terpadu sebagai bentuk aktivitas belajar-mengajar yang secara struktur sama dengan
program satuan pembelajaran untuk satu pokok bahasan/ materi pokok dalam silabus, hanya muatan
materinya dan konteksnya berbeda, yaitu berasal dari beberapa pokok bahasan untuk satu mata
pelajaran atau bahkan antar pokok bahasan dari dua atau lebih mata pelajaran.

b. Pembelajaran terpadu berfungsi sebagai wadah, ajang, atau muara penyatupaduan konsep-konsep
yang dikandung beberapa pokok bahasan dan atau beberapa mata pelajaran yang seharusnya memiliki
keterkaitan dan keterpaduan pemahamannya.

Tim Pengembang PGSD (1996/1997) mengemukakan pengertian pembelajaran terpadu sebagai berikut.
a. Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of interest)
yang digunakan untuk memahami gejala- gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari bidang studi
yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.

b. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan
dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak

c. Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan
harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.

2. Prinsip Dasar Pembelajaran Terpadu

Perancangan pembelajaran terpadu mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Substansi materi yang akan diramu ke dalam pembelajaran terpadu

diangkat dari konsep-konsep kunci yang terkandung dalam aspek- aspek perkembangan terkait.

b. Antar konsep kunci yang dimaksud memiliki keterkaitan makna dan fungsi, yang apabila diramu ke
dalam satu konteks tertentu (peristiwa, isu, masalah, atau tema) masih memiliki makna asal, selain
memiliki makna yang berkembang dalam konteks yang dimaksud.

c. Aktivitas belajar yang hendak dirancang dalam pembelajaran terpadu mencakup aspek perkembangan
anak, yaitu Moral dan nilai-nilai Agama, bahasa, fisik, dan motorik, dan seni.

Selain itu dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi:

a. Prinsip penggalian tema

Diantaranya yaitu: 1). Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan
memadukan banyak bidang studi, 2). Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji
harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya 3). Tema harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan psikologis anak. 4). Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar
minat anak, 5). Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang
terjadi dalam rentang waktu belajar, 6) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum
yang berlaku, serta harapan dari masyarakat 7). Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan
ketersediaan sumber belajar.

b. Prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu

Diantaraya yaitu: 1) guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan
dalam proses belajar mengajar, 2) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam
setiap tugas yang menuntut adanya kerjasarna kelompok, 3) guru perlu akomodatif terhadap ide-ide
yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam poses perencanaan.

c. Prinsip evaluasi
Diantaranya yaitu : 1). memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping
bentuk evaluasi lainnya, 2) guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah
dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah

disepakati dalam kontrak.

d. Prinsip reaksi

Dampak pengiring (nuturan efek) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru
dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus
bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua “event “ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi
ke suatu kesatuan utuh dan bermakna.

3. Ciri-ciri dan Karakteristik Pembelajaran Terpadu

Hilda Karli dan Margaretha (2002:15) mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai
berikut.

1. Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari
beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.

2. Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang
dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan
masalah- masalah nyata di dalam kehidupannya.

3. Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri- inkuiri. Peserta didik
terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung memotivasi anak untuk belajar.

Sejalan dengan itu, Tim Pengembang PGSD (1977:7) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu
memiliki ciri-ciri berikut ini.

a. Berpusat pada anak

b. Memberikan pengalaman langsung pada anak

c. Pemisahan antar bidang studi tidak begitu jelas

d. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran

e. Bersikap luwes

f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak

Karakteristik di atas sesuai dengan filosofi konstrukstivisme sebagai rujukan pendidikan yang
sekarang dianut, di mana dengan filosofi ini kita harus berpegang pada prinsip bahwa anak bersifat aktif
dan memiliki kemampuan untuk membangun pengetahuannya.
4. Kelebihan Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan dibandingkan dengan pendekatan konvensional, yaitu sebagai
berikut.

a. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan
anak.

b. Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.

c. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan
lebih lama.

d. Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berfikir dan sosial peserta didik.

e. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering
ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta didik.

f. Jika pembelajaran terpadu diracang bersama, dapat meningkatkan kerja sama antar guru bidang
kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan
nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks
yang lebih bermakna

5. Keterbatasan pembelajaran Terpadu

Di samping ada kelebihan, pembelajaran terpadu memiliki keterbatasan, terutama dalam


pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evalusi yang lebih banyak menuntut guru
untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. Puskur,
Balitbang Diknas (tt:9) mengidentifikasi beberapa keterbatasan pembelajaran terpadu (jika digunakan di
SMP atau SMA) antara lain dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut.

a. Aspek Guru

Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa
percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru
dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan
diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian
tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu dalam IPA akan sulit terwujud.

b. Aspek peserta didik

Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam
kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu
menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung- hubungkan),
kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka
penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
c.Aspek sarana dan sumber pembelajaran

Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan
bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah
pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga
akan terhambat.

d. Aspek kurikulum

Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan
pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan
materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.

e. Aspek penilaian

Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu


menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan.
Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian
dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi
pelajaran berasal dari guru yang berbeda.

f. Aspek Suasana pembelajaran

Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan „tenggelam‟nya
bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah tema, maka guru berkecenderungan
menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan
latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

6. Alasan Penggunaan Pembelajaran Terpadu

Piaget mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak meliputi tahapan: (a) sensori-motor, (b)
pra operasional, (c) operasional konkrit, dan (d) operasi formal. Anak-anak usia dini (2-8 th) berada pada
tahapan pra operasional dan konkrit, sehingga kalau kita merujuk pada teori ini, dalam praktik
pembelajaran di kelas hendaknya guru memperhatikan ciri-ciri perkembangan anak pada tahapan ini.
Secara khusus pula para ahli psikologi pendidikan anak mengemukakan bahwa perkembangan anak usia
dini bersifat holistik; perkembangan anak bersifat terpadu, di mana aspek perkembangan yang satu
terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan yang lainnya. Perkembangan fisik tidak bisa
dipisahkan dari perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun sebaliknya, dan perkembangan
itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan

lingkungannya.

Merujuk pada teori-teori belajar, di antaranya teori Piaget, maka dalam pembelajaran di jenjang SD
kelas rendah hendaknya kita menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan
perkembangan anak (DAP atau Developmentally Appropiate Practice). Penggunaan pendekatan DAP ini
mengacu pada beberapa asas yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu:

1.asas kedekatan, pembelajaran dimulai dari yang dekat dan dapat dijangkau oleh anak,

2.asas faktual, pembelajaran hendaknya menapak pada hal-hal yang faktual (konkrit) mengarah pada
konseptual (abstrak)

3.asas holistik dan integratif, pembelajaran hendaknya tidak memilah- milah topik pelajaran, guru harus
memikirkan segala sesuatu yang akan dipelajari anak sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terpadu.

4.asas kebermaknaan, pembelajaran hendaknya penuh makna dengan menciptakan banyak proses
manipulatif sambil bermain.

Model pembelajaran terpadu tidak hanya cocok untuk peserta didik usia dini, namun bisa juga
digunakan untuk peserta didik pada satuan pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, karena pada hakikatnya
model pembelajaran ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip
secara holistik dan otentik (Depdikbud, 1996:3).

Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga
dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah
dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep
yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik dan aktif. Cara pengemasan pengalaman
belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta
didik. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan
proses belajar lebih efektif.

Untuk memberikan pengalaman belajar peserta didik secara holistik dan melihat keterkaitan antar
konsep, maka guru perlu memahami cara merancang pembelajarannya. Dalam hal ini, model
pembelajaran yang harus dipahami adalah model pembelajaran terpadu. Oleh karena itu, modul ini
diberi judul Model Pembelajaran Terpadu. Dalam modul ini akan dipaparkan mengenai: konsep, prinsip
dasar, ciri-ciri pembelajaran terpadu, alasan-alasan digunakan pembelajaran terpadu, bentuk-bentuk
model pembelajaran terpadu, dan cara merancang pembelajaran terpadu.

Beberapa alasan pembelajaran terpadu cocok digunakan di tingkat SD kelas rendah sebagai berikut.

1. Pendidikan di SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf


perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh, mereka belum dapat
memisah- misahkan bahan kajian yang satu dengan yang lain.

2. Di samping memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga harus mengurangi dampak dari
fenomena ini di antaranya anak tidak mampu melihat dan memecahkan masalah dari berbagai sisi,
karena ia terbiasa berfikir secara fragmentasi, anak dikhawatirkan tidak memiliki cakrawala pandang
yang luas dan integratif. Cakrawala pandang yang luas diperlukan dalam memecahkan permasalahan
yang akan mereka hadapi nanti di masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang sehat dalam
memandang manusia secara utuh.

Sedangkan alasan-alasan pembelajaran terpadu dapat digunakan di tingkat SMP atau SMA, khususnya
dalam pelajaran IPA, di antaranya adalah sebagai berikut

a.Permasalahan-permasalahan yang ada atau yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari sangat
kompleks, untuk memecahkannya tidak bisa hanya diselesaikan dengan merujuk pada satu keilmuan,
tetapi multi disiplin ilmu.

b.Konsep-konsep dalam mata pelajaran IPA banyak yang saling terkait satu sama lain.

c.Pembelajaran terpadu menjadi sarana untuk melatih peserta didik melihat masalah dan
memecahkannya dari berbagai sudut pandang keilmuan, melalui bagaimana cara untuk membangun
pengetahuan melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan
berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.

d.Pembelajaran terpadu dapat meningkatkan efisiensi dan efktivitas pembelajaran jika dirancang
dengan efektif.

7. Model-Model Pembelajaran Terpadu

Menurut Robin Forgarty (1993: 25) ada 10 model pembelajaran

yang termasuk dalam kelompok pembelajaran terpadu yaitu;

a.Model Pengelompokan (fragmented)

Kurikulum tradisional menetapkan untuk memisahkan dan membedakan mata pelajaran. Khususnya,
empat mata pelajaran pokok dalam pendidikan yaitu matematika, ilmu pengetahuan, sastra bahasa dan
ilmu sosial. Kesenian, musik dan jasmani sering dianggap sebagai “soft subject” (mata pelajaran yang
mudah) ketika dibandingkan dengan “hard core” seperi yang telah disebutkan diatas. Dalam standar
kurikulum, area pokok permasalahan ini dipisahkan dan tidak ada usaha untuk menghubungkan. Jadi
masing-masing terlihat murni. Model ini dapat dimanfaatkan untuk sekolah yang luas dan siswa yang
heterogen.

b. Model Connected

Model ini memfokuskan pada pembuatan hubungan yang jelas dengan tiap pelajaran, menghubungkan
satu topic ketopik berikutnya, menghubungkan saru konsep dengan konsep lainnya, menghubungkan
satu keterampilan dengan ketrampilan yang lain, menghubungkan pekerjaan satu ke hari berikutnya,
atau bahkan ide satu semester dengan semester berikutnya. Kunci model ini adalah usaha untuk
menghubungkan kurikulum dengan disiplin ilmu dengan asumsi bahwa peserta didik akan mengerti
hubungan secara otomatis.

c. Model Nested
Konten dasar sebuah mata pelajaran pada sistem, Model nested sangat sesuai untuk dipakai uji coba
oleh guru untuk memasukkan ketrampilan berpikir dan ketrampilan kooperatif ke dalam isi pelajaran
mereka. Menjaga tujuan isi sesuai tempatnya sambil menambahkan sebuah fokus pikiran dan
menargetkan ketrampilan sosial akan meningkatkan keseluruhan pengalaman belajar. Ketrampilan
nested di dalam tiga wilayah dalam model ini memadukan konsep dan perilaku secara mudah melalui
kegiatan terstruktur.

d. Model Sequenced

Terbatasnya hubungan antar disiplin ilmu yang berbeda, guru bisa menyusun kembali ke topik-topik
pembelajaran. Jadi mata pelajaran

yang memiliki persamaan gagasan bisa bertepatan. Dua disiplin ilmu yang berkaitan bisa diurutkan.
Dengan mengurutkan topik- topik yang diajarkan aktivitas dari masing-masing bisa mendorong topik
yang satunya. Dengan kata lain, satu topik mendukung topik yang lain demikian.

Dari model ini, kedua disiplin ilmu tetap murni. Penekanan khusus pada bahasan ide pokoknya. Sehingga
siswa tetap bisa mendapatkan keuntungan dari topik terkait.

e. Model Shared

Perluasan disiplin menciptakan payung yang mencakup kurikulum: ilmu pasti dan ilmu pengetahuan
dipasangkan sebagai ilmu, sastra dan sejarah dipasangkan dibawah label kemanusiaan, seni, musik, tari
dan drama dipandang sebagai seni-seni indah, dan teknologi komputer, industri dan seni rumah
dipasangkan sebagai seni praktik. Didalam beberapa disiplin komplementer, perencanaan dan atau guru
menciptakan fokus pada konsep bersama, keahlian dan sikap.

f. Model Webbed

Kurikulum webbed menggambarkan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan materi pokok. Secara
khas, pendekatan tematik ini untuk mengembangkan kurikulum yang dimulai dengan tema. Tim lintas
bidang studi membuat sebuah keputusan yang menggunakan tema untuk subyek yang berbeda. Dalam
penerapannya yang lebih rumit, bagian yang berbelit-belit dalam pelajaran dapat dibangun menjadi
terpadu dalam bidang yang relevan.

g. Model Threated

Kemampuan berpikir, kemampuan sosial, kemampuan belajar, pengorganisasian grafik teknologi, dan
kecerdasan ganda merupakan pendekatan pembelajaran yang terangkai (threated) dalam seluruh
disiplin mata pelajaran. Model ini berfokus pada metakurikulum yang melintasi beberapa inti dan
seluruh inti permasalahan.

h. Model Integrated

Model kurikulum yang menunjukkan pendekatan dari antar cabang ilmu pengetahuan mirip dengan
model shared. Model ini menekankan pada empat disiplin mayor dengan menata prioritas kurikulum
pada setiap bagian dan menemukan skill, konsep dan sikap dalam empat bagian. Seperti pada model
shared, pemaduan adalah hasil dari penyaringan ide dari isi suatu materi pelajaran, bukan meletakkan
ide pada subyek-subyek itu seperti yang ada dalam pendekatan tema webbed.

I. Model Immersed

Para lulusan, kandidat doktor, dan guru besar melebur total dalam satu bidang studi. Mereka menyaring
berbagai kurikulum pembelajaran melaui satu lensa mikroskopik. Individu ini memadukan semua data
(dari berbagai bidang dan disiplin ilmu) dengan cara menyalurkan berbagai ide sesuai bidang dan minat
masing-masing.

j. Model Networked

Model networked pembelajaran terpadu keberlanjutan sumber input eksternal yang selalu memberikan
ide-ide baru, diperluas, dan diperbaiki atau dengan masukan khusus. Dalam model ini siswa memadukan
proses melalui seleksi dari jalinan-jalinan kerja yang diperlukan

Dari sepuluh model pembelajaran terpadu yang dikemukakan Forgarty (1991), dapat dikelompokkan ke
dalam tiga kelompok yaitu:

1. Model pembelajaran terpadu berdasarkan keterpaduan di dalam mata pelajaran-mata pelajaran yang
ada dalam satu disiplin ilmu, yaitu model Fragmented, Connected, dan Nested.

2. Model pembelajaran terpadu berdasarkan keterpaduan yang ada pada beberapa mata pelajaran, dari
yang sederhana hingga yang rumit dari suatu mata pelajaran. Model ini terdiri dari Sequenced, Shared,
Webbed, threaded.

3. Model pembelajaran terpadu berdasarkan pendekatan lintas beberapa disiplin ilmu. Model ini terdiri
atas integrated, Immersed, Networked.

B. Pembelajaran Terpadu Tipe/Model Fragmented

1. Penegrtian Pembelajaran Terpadu Tipe/Model Fragmented

Model Fragmented adalah susunan kurikulum tradisional yang memisahkan berbagai macam disiplin
ilmu. Di dalam kurikulum standar, berbagai mata pelajaran diajarkan secara terpisah dan sama sekali
tidak ada usaha untuk menghubungkan dan menggabungkan pelajaran-pelajaran tersebut. Merupakan
model pembelajaran konvensional (umumnya) yang terpisah secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari
siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran
lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda.
Setiap mata pelajaran memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk mempersatukannya.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model fragmented ini menunjukkan
pengintegrasian secara implisit di dalam satu displin ilmu tertentu (intra disiplin). Di dalam masing-
masing disiplin ilmu itu memiliki bagian-bagian atau bidang-bidang ilmu yang merupakan satu kesatuan
dalam bidang ilmu tersebut. Misalnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terdapat lima aspek yaitu:
Berbicara, menulis, menyimak, membaca, dan apresiasi sastra. Dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa
Indonesia ini lima aspek tersebut dianjurkan secara menyeluruh sesuai dengan kurikulum yang telah
direncanakan. Untuk mata pelajaran IPA terdiri atas ilmu Kimia, Fisika, dan Biologi. Sedangkan
matapelajaran IPS terdiri atas ilmu Geografi, Sejarah, dan Ekonomi.

2. Kelebihan Tipe/Model Fragmented Fragmented

Salah satu kelebihan dari model fragmented ini adalah kemurnian dari setiap disiplin ilmu, selain itu
guru mempersiapkan dengan baik sebagai ahli dalam suatu bidang tertentu dan memiliki kewenangan
menggali subyek/ mata pelajaran mereka dengan baik luas dan mendalam. Model tradisional ini juga
menyediakan sebuah zona kenyamanan bagi semua pihak karena mewakili norma (aturan). Selain itu,
ada nilai lebih dalam menguji satu disiplin atau subjek sebagai entitas yang terpisah dan berbeda untuk
mengungkap atribut rahasia dari masing-masing bidang. Meskipun terpecah-pecah, model ini tidak
memberikan pandangan yang jelas dan terpisah dari disiplin ilmu. Para ahli dapat dengan mudah
menyaring keluar prioritas bidang studi sendiri. Selain itu, dalam model ini siswa menyadari manfaat
bekerja dengan seorang mentor (pembimbing).

Adapun kelebihan dari model Fragmented ini, antara lain :

1. Guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan dengan mudah
menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran

2. Materi pelajaran merupakan bentuk yang murni dari setiap ilmu

3. Menciptakan guru yang ahli dibidangnya serta dapat mengembangkan ilmunya secara luas

3. Kekurangan Model Fragmented

Kelemahan model fragmented dua kali lipat. Pelajar memiliki kesulitan ketika menghubungkan atau
mengintegrasikan konsep yang serupa secara mandiri. Selain itu, overlap konsep, keterampilan dan
sikap pelajar yang tidak diperhatikan dan proses pembelajaran pada situasi yang nyaman kemungkinan
sedikit terjadi. Untuk pelajar yang kurang pengawasan dalam menghubungkan kedua konsep antar atau
lintas disiplin ilmu dengan melihat beberapa penelitian terbaru pada proses pembelajaran sebagai
pengalihan panggilan untuk penghubung yang jelas. Dalam disiplin ilmu berbasis model ini, siswa dapat
dengan mudah terjebak dalam tugas atau pekerjaan yang berat. Meskipun setiap guru memberikan
jumlah yang wajar, tetapi bagi para siswa hal ini memberi efek kumulatif yang luar biasa.

Model Fragmented merupakan konfigurasi kurikulum yang bermanfaat bagi sekolah-sekolah besar
dengan populasi beragam, di mana tentu saja dengan berbagai fasilitas yang menyediakan suatu
spektrum sehingga subyek dapat menargetkan kepentingan-kepentingan khusus. Hal ini terutama
berguna jika diterapkan pada tingkat universitas, di mana mahasiswa melakukan pelaksanaan
pembelajaran di jalur studi khusus yang memerlukan pengetahuan para ahli untuk mengajar, mentoring,
pembinaan, dan berkolaborasi. Pada prioritas level universitas, model fragmented ini membantu guru
dalam persiapan, sehingga dapat lebih terfokus. Model ini juga baik bagi para guru yang ingin meneliti
prioritas kurikulum dengan hati-hati sebelum menggunakan model lintas departemen untuk
perencanaan lintas disiplin.

Model pembelajaran terpadu jenis Fragmented ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain :

a. Siswa tidak mampu membuat hubungan yang berkesinambungan antara macam bidang ilmu yang
berbeda sehingga mereka tidak mampu membuat

hubungan secara konsep dua mata pelajaran yang berbeda.

b. Model ini akan menyebabkan semacam proses tumpang tindih dalam hal konsep,

perilaku dan konsep yang dikuasai siswa.

c. Tidak efisien waktu karena mata pelajaran disajikan secara terpenggal-penggal

4. Penerapan Pembelajaran Terpadu Tipe/Model Fragmented dalam Pembelajaran IPA SD/SMP.

Menurut Fogarty (1991:6) model fragmented sangat cocok diterapkan pada tahap penjurusan mata
pelajaran misalnya diterapkan pada tingkat Universitas ataupun Sekolah Menengah Atas yang dalam
proses

pembelajarannya terdapat penjurusan/pemisahan mata pelajaran.

Akan tetapi di Sekolah Dasar juga dapat diterapkan baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi.
Tergantung bagaimana guru bisa mengemas pembelajaran sebaik mungkin, agar siswa bisa lebih
bermakna dalam

mengikuti pembelajaran.

Pembelajaran fragmented sebagai suatu pendekatan belajar mengajar suatu mata pelajaran yang utuh
tanpa mengkaitkan mata pelajaran satu dengan yang lainnya (Fogarty,1991). Bila seorang guru kelas SD
mengajar mata pelajaran IPA maka konsep pada pelajaran IPA diajarkan utuh kepada siswanya tanpa
melihat atau mempertimbangkan dengan konsep yang ada pada mata pelajaran IPS atau bahasa
Indonesia. Jadi dalam pembelajaran Fragmented setiap mata pelajaran dirancang secara terpisah-pisah
dan tidak ada usaha untuk mengkaitkan di antara mata pelajaran tersebut. Oleh Fogarty pembelajaran
fragmented disimbolkan dengan sebuah periskop yang artinya memandang satu arah, fokus yang sempit
untuk setiap mata pelajaran. Contohnya dikelas 3 SD semester 1, guru akan mengajarkan IPA, IPS,
Bahasa Indonesia, dan matematika dengan pokok bahasan yang sudah tercantum secara berurutan
dalam kurikulum tanpa melihat keterpaduan dari setiap konsep. Model ini merupakan model tradisional
yang memisahkan dan membedakan bidang-bidang kajian dalam satu disiplin ilmu.

Sedangkan di SMP atau SMA masing-masing disiplin diajarkan oleh guru yang berbeda di tempat yang
berbeda di lingkungan gedung yang mengharuskan murid pindah ruangan-ruangan yang berbeda.
Masing-masing pertemuan terpisah dan mengandung sebuah organisasi sel yang berbeda, meninggalkan
para murid dengan sebuah pandangan yang terkotak-kotak atas kurikulum, kekurangan beberapa model
fragmentasi, dengan subyek tetap diajari secara terpisah dan terlepas satu sama lain adalah kelas dasar.
Dalam situasi ini guru mengatakan “Sekarang tinggalkan buku matematika mu dan ambil paket Fisika
mu. Ini adalah waktu kerja untuk unit Fisika”. Jadwal harian menunjukkan slot jarak waktu untuk
Matematika, Fisika atau IPS. Jarang ada topik dari dua area dikehendaki berhubungan. Isolasi subyek
seperti ini tetap menjadi norma, meskipun di dalam kelas bimbingan sendiri.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa


matapelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi anak. Pembelajaran terpadu
diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan anak. Pembelajaran terpadu secara efektif akan membantu menciptakan kesempatan yang
luas bagi siswa untuk melihat

dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan

2. Dari uraian tentang Model Fragmented di atas dapat kami simpulkan bahwa model tradisional ini
memilah dan memisahkan disiplin ilmu atas beberapa mata pelajaran tanpa memadukan atau
mengaitkan satu sama lain. Model ini dapat dimanfaatkan di universitas karena siswa / mahasiswa
belajar lebih khusus tentang suatu hal dan membutuhkan bimbingan para ahli. Model ini juga cocok saat
guru mempersiapkan siswa untuk belajar antar bab/antar matapelajaran. Tetapi model ini
menyebabkan terjadinya tumpang tindih antar mata pelajaran dan siswa mendapatkan beban belajar
yang berat, misalnya mempelajari beberapa matapelajaran dan mendapatkan PR dari setiap mata
pelajaran tersebut.

Saran

Jika makalah ini hendak dikembangkan lagi, sebaiknya isi makalah ini dapat dijelaskan lebih terperinci
lagi tanpa mengurangi komponen-komponen yang telah dijelaskan dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, 2006, Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA di SD/MI, Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas, 2006, Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA di SMP/Mts, Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas, tt, Panduan Pengembangan Pembelajaran Ipa Terpadu, , Jakarta: Puskr, Balitbang Diknas.
Fogarty, Robin, 1991, The Mindfull School: How To Integrate The Curricula, Paltine: Skyligh Publishing,
Inc.

-----------------, 1991, Contracting Knowledge Together Classroom as Centre of Inquiry and Literacy,
Portsmoth, NH:Heineman.

Lake, Kathy, tt, Integrated Curriculum,http://www.nwrel.org/scpd/sirs/8/coi6- html. Mit Witjaksono,


(tt), Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar (makalah)

Tim Pengembang PGTK, 1996/1997, Pembelajaran Terpadu D-II PGTK dan S2 Pendidikan Dasar, Jakarta:
Depdikbud.

Tim Pemakalah TK, 2000, Berpusat Pada Peserta didik Sebuah Paradigma Baru, Makalah pada seminar
dan workshop), jakarta: Sekolah Global Jaya.

Anda mungkin juga menyukai