Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melaksanakan
pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah
no.19 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. PP no. 19 ini memberikan arahan tentang delapan standar nasional
pendidikan, yang meliputi: (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar
kompetensi lulusan (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (e). standar
sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; dan (h)
standar penilaian pendidikan.
Standar isi yang mencakup Kerangka dasar dan struktur kurikulum
merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan
pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah.
Dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum, khusus mengenai struktur
kurikulum SD/MI, salah satunya ditentukan bahwa pembelajaran pada jenjang
dasar menggunakan pendekatan terpadu. (BNSP, 2006:7).
Pendekatan terpadu merupakan salah satu pendekatan yang digunakan
dalam pelaksanaan kurikulum terpadu. Pendekatan terpadu merupakan
pendekatan pembelajaran yang menggunakan tema sebagai isu sentral
pembelajaran yang didalamnya tercakup beberapa mata pelajaran yang
dipadukan.
Secara umum Robin Fogarty (1991) membagi integrasi kurikulum menjadi
tiga, yaitu: 1) within single discipline / satu mata pelajaran, 2) across several
discipline / antar mata pelajaran, dan 3) within and across learners / pelajar dan
antar pelajar. Namun secara khusus jika dilihat dari cara memadukan konsep,
keterampilan, topik, dan unit tematiknya ada sepuluh cara atau model dalam
merencanakan pembelajaran terpadu yaitu: (1) Model Fragmented, (2) Model
Connected, (3) Model Nested, (4) Model Sequenced, (5) Model Shared, (6) Model
2

Webbed, (7) Model Threaded, (8) Model Integrated, (9) Model Immersed, dan
(10) Model Networked.
Pada kesempatan ini, kami akan membahas tentang model pertama yaitu
Fragmented. Model ini dilambangkan dengan periskop yaitu alat optik pada
kapal selam untuk melihat permukaan pada saat kapal menyelam. Sifat periskop
adalah pandangan satu arah, satu pengamatan, fokus terbatas pada satu hal.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian, prinsip, ciri-ciri, karakteristik, kelebihan, kelemahan,
ragam model pembelajaran terpadu, dan alasan penggunaan pembelajaran
terpadu?
2. Bagaimana pengertian, kelemahan, kekurangan, dan penerapan pembelajaran
terpadu tipe/model fragmented?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian, prinsip, ciri-ciri, karakteristik, kelebihan,
kelemahan, ragam model pembelajaran terpadu, dan alasan penggunaan
pembelajaran terpadu
2. Untuk mengetahui pengertian, kelemahan, kekurangan, dan penerapan
pembelajaran terpadu tipe/model fragmented

D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai sebagai berikut
1. Dapat mengetahui pengertian, prinsip, ciri-ciri, karakteristik, kelebihan,
kelemahan, ragam model pembelajaran terpadu, dan alasan penggunaan
pembelajaran terpadu.
2. Dapat mengetahui pengertian, kelemahan, kekurangan, dan penerapan
pembelajaran terpadu tipe/model fragmented.
3

BAB II
KERANGKA BERPIKIR DALAM PENULISAN

A. Metode Penulisan
Metode penulisan dalam makalah ini adalah dengan menggunakan
metode studi literatur. Setelah melalui tahapan studi literatur, maka dirumuskan
beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini. Dari rumusan
masalah tersebutlah dibahas mengenai beberapa hal penting yang menyangkut
materi pembelajaran terpadu dan pemebelajaran terpadu model fragmented

B. Ruang Lingkup Kajian dan Pembahasan


Ruang lingkup kajian dan pembahasan dalam makalah ini mencakup hal-
hal berikut :
1. Membahas mengenai pemebelajaran terpadu yang mencakup pengertian,
prinsip, ciri-ciri, karakteristik, kelebihan, kelemahan, penggunaan
pembelajaran terpadu dan ragam model pembelajaran terpadu.
2. Membahas mengenai pemebelajaran terpadu model fragmented yang
mencakup pengertian, kelemahan, kekurangan, dan penerapanya dalam
pembelajaran IPA SD/SMP

C. Sumber Data dan Informasi


Sumber data dan informasi dalam makalah ini diperoleh dari beberapa
sumber buku dan jurnal Internasional yang diperoleh dari internet.

D. Teknik Pengumpulan, Penyajian Data dan Informasi


Teknik pengumpulan, penyajian data dan informasi dalam makalah ini
berupa studi literatur. Penulis mengumpulkan data dari beberapa sumber buku dan
jurnal Internasional dari internet. Kemudian dari sumber informasi tersebut,
penulis menyajikan beberapa rumusan masalah yang kemudian dibahas secara
singkat dalam makalah ini.
4

E. Peta Konsep Kajian dan Pembahasan


Peta konsep kajian dan pembahasan dalam makalah ini dapat
digambarkan seperti gambar 2.1 di bawah ini

Gambar 2.1 Peta Konsep Kajian dan Pembahasan

Pembelajaran terpadu

Cakupan pembahasan

Pengertian, prinsip, 10 tipe/model Kelebihan, kekurangan, alasan


ciri-ciri, karakteristik pemebelajaran terpadu penggunaan pembelajaran terpadu

Terdiri atas

Tipe/model Fragmentad Model Connected


Model Threaded
Pokok bahasan Pembelajaran terpadu
Model Nested
Pengertian Pembelajaran terpadu Model Integrated
Model Sequenced Pembelajaran terpadu
Kelebihan Pembelajaran terpadu Model Immersed
Model Shared Pembelajaran terpadu
Kekurangan Pembelajaran terpadu Model Networked
Model Webbed Pembelajaran terpadu
Penerapan Pembelajaran terpadu
5

BAB III
KAJIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Terpadu
1. Pengertian Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merujuk pada dua pengertian yaitu sebagai
berikut.
a. Pembelajaran terpadu sebagai bentuk aktivitas belajar-mengajar yang
secara struktur sama dengan program satuan pembelajaran untuk satu
pokok bahasan/ materi pokok dalam silabus, hanya muatan materinya
dan konteksnya berbeda, yaitu berasal dari beberapa pokok bahasan
untuk satu mata pelajaran atau bahkan antar pokok bahasan dari dua atau
lebih mata pelajaran.
b. Pembelajaran terpadu berfungsi sebagai wadah, ajang, atau muara
penyatupaduan konsep-konsep yang dikandung beberapa pokok bahasan
dan atau beberapa mata pelajaran yang seharusnya memiliki keterkaitan
dan keterpaduan pemahamannya.
Tim Pengembang PGSD (1996/1997) mengemukakan pengertian
pembelajaran terpadu sebagai berikut.
a. Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat
perhatian (center of interest) yang digunakan untuk memahami gejala-
gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari bidang studi yang
bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
b. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang
studi yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang
kemampuan dan perkembangan anak
c. Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang
studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik
dan bermakna.
6

2. Prinsip Dasar Pembelajaran Terpadu


Perancangan pembelajaran terpadu mengacu pada prinsip-prinsip
sebagai berikut :
a. Substansi materi yang akan diramu ke dalam pembelajaran terpadu
diangkat dari konsep-konsep kunci yang terkandung dalam aspek- aspek
perkembangan terkait.
b. Antar konsep kunci yang dimaksud memiliki keterkaitan makna dan
fungsi, yang apabila diramu ke dalam satu konteks tertentu (peristiwa,
isu, masalah, atau tema) masih memiliki makna asal, selain memiliki
makna yang berkembang dalam konteks yang dimaksud.
c. Aktivitas belajar yang hendak dirancang dalam pembelajaran terpadu
mencakup aspek perkembangan anak, yaitu Moral dan nilai-nilai
Agama, bahasa, fisik, dan motorik, dan seni.
Selain itu dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran
terpadu yaitu meliputi:
a. Prinsip penggalian tema
Diantaranya yaitu: 1). Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan
mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi, 2). Tema harus
bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya 3). Tema harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak. 4). Tema
yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak,
5). Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa
otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar, 6) Tema yang dipilih
hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan
dari masyarakat 7). Tema yang dipilih hendaknya juga
mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
b. Prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu
Diantaraya yaitu: 1) guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang
mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar, 2) pemberian
tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas
7

yang menuntut adanya kerjasarna kelompok, 3) guru perlu akomodatif


terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam
poses perencanaan.
c. Prinsip evaluasi
Diantaranya yaitu : 1). memberi kesempatan kepada siswa untuk
melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya, 2) guru
perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah
dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah
disepakati dalam kontrak.
d. Prinsip reaksi
Dampak pengiring (nuturan efek) yang penting bagi perilaku secara
sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena
itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran.
Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua “event “ yang
tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan
bermakna.

3. Ciri-ciri dan Karakteristik Pembelajaran Terpadu


Hilda Karli dan Margaretha (2002:15) mengemukakan beberapa ciri
pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut.
1. Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk
memahami suatu fenomena dari segala sisi.
2. Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah
kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak
mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-
masalah nyata di dalam kehidupannya.
3. Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan
diskoveri- inkuiri. Peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran
yang secara tidak langsung memotivasi anak untuk belajar.
8

Sejalan dengan itu, Tim Pengembang PGSD (1977:7) mengemukakan


bahwa pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri berikut ini.
a. Berpusat pada anak
b. Memberikan pengalaman langsung pada anak
c. Pemisahan antar bidang studi tidak begitu jelas
d. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu
proses pembelajaran
e. Bersikap luwes
f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat
dan kebutuhan anak
Karakteristik di atas sesuai dengan filosofi konstrukstivisme sebagai
rujukan pendidikan yang sekarang dianut, di mana dengan filosofi ini kita
harus berpegang pada prinsip bahwa anak bersifat aktif dan memiliki
kemampuan untuk membangun pengetahuannya.

4. Kelebihan Pembelajaran Terpadu


Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan dibandingkan dengan
pendekatan konvensional, yaitu sebagai berikut.
a. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan
dengan tingkat perkembangan anak.
b. Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan
peserta didik.
c. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga
hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
d. Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berfikir dan
sosial peserta didik.
e. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis
dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan
riil peserta didik.
f. Jika pembelajaran terpadu diracang bersama, dapat meningkatkan kerja
sama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta
9

didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber;


sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan
dalam konteks yang lebih bermakna

5. Keterbatasan pembelajaran Terpadu


Di samping ada kelebihan, pembelajaran terpadu memiliki
keterbatasan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan
pelaksanaan evalusi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan
evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung
saja. Puskur, Balitbang Diknas (tt:9) mengidentifikasi beberapa
keterbatasan pembelajaran terpadu (jika digunakan di SMP atau SMA)
antara lain dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut.
a. Aspek Guru
Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan
metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani
mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut
untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan
bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini,
maka pembelajaran terpadu dalam IPA akan sulit terwujud.
b. Aspek peserta didik
Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang
relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya.
Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada
kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-
hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan
menggali). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model
pembelajaran terpadu ini sangat sulit dilaksanakan.
c. Aspek sarana dan sumber pembelajaran
Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi
yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua
10

ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan


wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran
terpadu juga akan terhambat.
d. Aspek kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan
pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian
materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi,
metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
e. Aspek penilaian
Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh
(komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari
beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru
selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan
penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk
berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang
berbeda.
f. Aspek Suasana pembelajaran
Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang
kajian dan „tenggelam‟nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat
mengajarkan sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau
mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman,
selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

6. Alasan Penggunaan Pembelajaran Terpadu


Piaget mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak
meliputi tahapan: (a) sensori-motor, (b) pra operasional, (c) operasional
konkrit, dan (d) operasi formal. Anak-anak usia dini (2-8 th) berada pada
tahapan pra operasional dan konkrit, sehingga kalau kita merujuk pada teori
ini, dalam praktik pembelajaran di kelas hendaknya guru memperhatikan
ciri-ciri perkembangan anak pada tahapan ini. Secara khusus pula para ahli
psikologi pendidikan anak mengemukakan bahwa perkembangan anak usia
11

dini bersifat holistik; perkembangan anak bersifat terpadu, di mana aspek


perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek
perkembangan yang lainnya. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari
perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun sebaliknya, dan
perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan
lingkungannya.
Merujuk pada teori-teori belajar, di antaranya teori Piaget, maka
dalam pembelajaran di jenjang SD kelas rendah hendaknya kita
menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan
anak (DAP atau Developmentally Appropiate Practice). Penggunaan
pendekatan DAP ini mengacu pada beberapa asas yang harus diperhatikan
oleh guru, yaitu:
1) asas kedekatan, pembelajaran dimulai dari yang dekat dan dapat
dijangkau oleh anak,
2) asas faktual, pembelajaran hendaknya menapak pada hal-hal yang faktual
(konkrit) mengarah pada konseptual (abstrak)
3) asas holistik dan integratif, pembelajaran hendaknya tidak memilah-
milah topik pelajaran, guru harus memikirkan segala sesuatu yang akan
dipelajari anak sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terpadu.
4) asas kebermaknaan, pembelajaran hendaknya penuh makna dengan
menciptakan banyak proses manipulatif sambil bermain.
Model pembelajaran terpadu tidak hanya cocok untuk peserta didik
usia dini, namun bisa juga digunakan untuk peserta didik pada satuan
pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, karena pada hakikatnya model
pembelajaran ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan
otentik (Depdikbud, 1996:3).
Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh
pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk
menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya.
12

Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri


berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna,
otentik dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru
sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta
didik. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur
konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif.
Untuk memberikan pengalaman belajar peserta didik secara holistik
dan melihat keterkaitan antar konsep, maka guru perlu memahami cara
merancang pembelajarannya. Dalam hal ini, model pembelajaran yang harus
dipahami adalah model pembelajaran terpadu. Oleh karena itu, modul ini
diberi judul Model Pembelajaran Terpadu. Dalam modul ini akan
dipaparkan mengenai: konsep, prinsip dasar, ciri-ciri pembelajaran terpadu,
alasan-alasan digunakan pembelajaran terpadu, bentuk-bentuk model
pembelajaran terpadu, dan cara merancang pembelajaran terpadu.
Beberapa alasan pembelajaran terpadu cocok digunakan di tingkat SD
kelas rendah sebagai berikut.
1. Pendidikan di SD harus memperhatikan perkembangan intelektual
anak. Sesuai dengan taraf perkembangannya, anak SD melihat dunia
sekitarnya secara menyeluruh, mereka belum dapat memisah-misahkan
bahan kajian yang satu dengan yang lain.
2. Di samping memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga
harus mengurangi dampak dari fenomena ini di antaranya anak tidak
mampu melihat dan memecahkan masalah dari berbagai sisi, karena ia
terbiasa berfikir secara fragmentasi, anak dikhawatirkan tidak
memiliki cakrawala pandang yang luas dan integratif. Cakrawala
pandang yang luas diperlukan dalam memecahkan permasalahan yang
akan mereka hadapi nanti di masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup
yang sehat dalam memandang manusia secara utuh.
Sedangkan alasan-alasan pembelajaran terpadu dapat digunakan di
tingkat SMP atau SMA, khususnya dalam pelajaran IPA, di antaranya
adalah sebagai berikut
13

1. Permasalahan-permasalahan yang ada atau yang dihadapi dalam


kehidupan sehari-hari sangat kompleks, untuk memecahkannya tidak
bisa hanya diselesaikan dengan merujuk pada satu keilmuan, tetapi
multi disiplin ilmu.
2. Konsep-konsep dalam mata pelajaran IPA banyak yang saling terkait
satu sama lain.
3. Pembelajaran terpadu menjadi sarana untuk melatih peserta didik
melihat masalah dan memecahkannya dari berbagai sudut pandang
keilmuan, melalui bagaimana cara untuk membangun pengetahuan
melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar
berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.
4. Pembelajaran terpadu dapat meningkatkan efisiensi dan efktivitas
pembelajaran jika dirancang dengan efektif.

7. Model-Model Pembelajaran Terpadu


Menurut Robin Forgarty (1993: 25) ada 10 model pembelajaran
yang termasuk dalam kelompok pembelajaran terpadu yaitu;
a. Model Pengelompokan (fragmented)
Kurikulum tradisional menetapkan untuk memisahkan dan
membedakan mata pelajaran. Khususnya, empat mata pelajaran pokok
dalam pendidikan yaitu matematika, ilmu pengetahuan, sastra bahasa
dan ilmu sosial. Kesenian, musik dan jasmani sering dianggap
sebagai “soft subject” (mata pelajaran yang mudah) ketika
dibandingkan dengan “hard core” seperi yang telah disebutkan diatas.
Dalam standar kurikulum, area pokok permasalahan ini dipisahkan dan
tidak ada usaha untuk menghubungkan. Jadi masing-masing terlihat
murni. Model ini dapat dimanfaatkan untuk sekolah yang luas dan
siswa yang heterogen.
b. Model Connected
Model ini memfokuskan pada pembuatan hubungan yang jelas
dengan tiap pelajaran, menghubungkan satu topic ketopik berikutnya,
14

menghubungkan saru konsep dengan konsep lainnya, menghubungkan


satu keterampilan dengan ketrampilan yang lain, menghubungkan
pekerjaan satu ke hari berikutnya, atau bahkan ide satu semester
dengan semester berikutnya. Kunci model ini adalah usaha untuk
menghubungkan kurikulum dengan disiplin ilmu dengan asumsi bahwa
peserta didik akan mengerti hubungan secara otomatis.
c. Model Nested
Konten dasar sebuah mata pelajaran pada sistem, Model nested
sangat sesuai untuk dipakai uji coba oleh guru untuk memasukkan
ketrampilan berpikir dan ketrampilan kooperatif ke dalam isi pelajaran
mereka. Menjaga tujuan isi sesuai tempatnya sambil menambahkan
sebuah fokus pikiran dan menargetkan ketrampilan sosial akan
meningkatkan keseluruhan pengalaman belajar. Ketrampilan nested di
dalam tiga wilayah dalam model ini memadukan konsep dan perilaku
secara mudah melalui kegiatan terstruktur.
d. Model Sequenced
Terbatasnya hubungan antar disiplin ilmu yang berbeda, guru bisa
menyusun kembali ke topik-topik pembelajaran. Jadi mata pelajaran
yang memiliki persamaan gagasan bisa bertepatan. Dua disiplin
ilmu yang berkaitan bisa diurutkan. Dengan mengurutkan topik-topik
yang diajarkan aktivitas dari masing-masing bisa mendorong topik
yang satunya. Dengan kata lain, satu topik mendukung topik yang lain
demikian. Dari model ini, kedua disiplin ilmu tetap murni. Penekanan
khusus pada bahasan ide pokoknya. Sehingga siswa tetap bisa
mendapatkan keuntungan dari topik terkait.
e. Model Shared
Perluasan disiplin menciptakan payung yang mencakup kurikulum:
ilmu pasti dan ilmu pengetahuan dipasangkan sebagai ilmu, sastra dan
sejarah dipasangkan dibawah label kemanusiaan, seni, musik, tari dan
drama dipandang sebagai seni-seni indah, dan teknologi komputer,
industri dan seni rumah dipasangkan sebagai seni praktik. Didalam
15

beberapa disiplin komplementer, perencanaan dan atau guru


menciptakan fokus pada konsep bersama, keahlian dan sikap.
f. Model Webbed
Kurikulum webbed menggambarkan pendekatan tematik untuk
mengintegrasikan materi pokok. Secara khas, pendekatan tematik ini
untuk mengembangkan kurikulum yang dimulai dengan tema. Tim
lintas bidang studi membuat sebuah keputusan yang menggunakan
tema untuk subyek yang berbeda. Dalam penerapannya yang lebih
rumit, bagian yang berbelit-belit dalam pelajaran dapat dibangun
menjadi terpadu dalam bidang yang relevan.
g. Model Threated
Kemampuan berpikir, kemampuan sosial, kemampuan belajar,
pengorganisasian grafik teknologi, dan kecerdasan ganda merupakan
pendekatan pembelajaran yang terangkai (threated) dalam seluruh
disiplin mata pelajaran. Model ini berfokus pada metakurikulum yang
melintasi beberapa inti dan seluruh inti permasalahan.
h. Model Integrated
Model kurikulum yang menunjukkan pendekatan dari antar cabang
ilmu pengetahuan mirip dengan model shared. Model ini menekankan
pada empat disiplin mayor dengan menata prioritas kurikulum pada
setiap bagian dan menemukan skill, konsep dan sikap dalam empat
bagian. Seperti pada model shared, pemaduan adalah hasil dari
penyaringan ide dari isi suatu materi pelajaran, bukan meletakkan
ide pada subyek-subyek itu seperti yang ada dalam pendekatan tema
webbed.
i. Model Immersed
Para lulusan, kandidat doktor, dan guru besar melebur total dalam
satu bidang studi. Mereka menyaring berbagai kurikulum
pembelajaran melaui satu lensa mikroskopik. Individu ini
memadukan semua data (dari berbagai bidang dan disiplin ilmu)
16

dengan cara menyalurkan berbagai ide sesuai bidang dan minat


masing-masing.
j. Model Networked
Model networked pembelajaran terpadu keberlanjutan sumber input
eksternal yang selalu memberikan ide-ide baru, diperluas, dan
diperbaiki atau dengan masukan khusus. Dalam model ini siswa
memadukan proses melalui seleksi dari jalinan-jalinan kerja yang
diperlukan
Dari sepuluh model pembelajaran terpadu yang dikemukakan Forgarty
(1991), dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu:
1. Model pembelajaran terpadu berdasarkan keterpaduan di dalam mata
pelajaran-mata pelajaran yang ada dalam satu disiplin ilmu, yaitu
model Fragmented, Connected, dan Nested.
2. Model pembelajaran terpadu berdasarkan keterpaduan yang ada pada
beberapa mata pelajaran, dari yang sederhana hingga yang rumit dari
suatu mata pelajaran. Model ini terdiri dari Sequenced, Shared, Webbed,
threaded.
3. Model pembelajaran terpadu berdasarkan pendekatan lintas beberapa
disiplin ilmu. Model ini terdiri atas integrated, Immersed, Networked.

B. Pembelajaran Terpadu Tipe/Model Fragmented


1. Penegrtian Pembelajaran Terpadu Tipe/Model Fragmented
Model Fragmented adalah susunan kurikulum tradisional yang
memisahkan berbagai macam disiplin ilmu. Di dalam kurikulum standar,
berbagai mata pelajaran diajarkan secara terpisah dan sama sekali tidak ada
usaha untuk menghubungkan dan menggabungkan pelajaran-pelajaran
tersebut. Merupakan model pembelajaran konvensional (umumnya) yang
terpisah secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan
kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya.
Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda dan mungkin pula
17

ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran memiliki ranahnya tersendiri dan
tidak ada usaha untuk mempersatukannya.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
fragmented ini menunjukkan pengintegrasian secara implisit di dalam satu
displin ilmu tertentu (intra disiplin). Di dalam masing-masing disiplin ilmu itu
memiliki bagian-bagian atau bidang-bidang ilmu yang merupakan satu
kesatuan dalam bidang ilmu tersebut. Misalnya dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia terdapat lima aspek yaitu: Berbicara, menulis, menyimak,
membaca, dan apresiasi sastra. Dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa
Indonesia ini lima aspek tersebut dianjurkan secara menyeluruh sesuai dengan
kurikulum yang telah direncanakan. Untuk mata pelajaran IPA terdiri atas
ilmu Kimia, Fisika, dan Biologi. Sedangkan matapelajaran IPS terdiri atas
ilmu Geografi, Sejarah, dan Ekonomi.

2. Kelebihan Tipe/Model Fragmented Fragmented


Salah satu kelebihan dari model fragmented ini adalah kemurnian dari
setiap disiplin ilmu, selain itu guru mempersiapkan dengan baik sebagai ahli
dalam suatu bidang tertentu dan memiliki kewenangan menggali subyek/ mata
pelajaran mereka dengan baik luas dan mendalam. Model tradisional ini juga
menyediakan sebuah zona kenyamanan bagi semua pihak karena mewakili
norma (aturan). Selain itu, ada nilai lebih dalam menguji satu disiplin atau
subjek sebagai entitas yang terpisah dan berbeda untuk mengungkap atribut
rahasia dari masing-masing bidang. Meskipun terpecah-pecah, model ini tidak
memberikan pandangan yang jelas dan terpisah dari disiplin ilmu. Para ahli
dapat dengan mudah menyaring keluar prioritas bidang studi sendiri. Selain
itu, dalam model ini siswa menyadari manfaat bekerja dengan seorang mentor
(pembimbing).
Adapun kelebihan dari model Fragmented ini, antara lain :
a. Guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan
dengan mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan
dalam setiap pengajaran
18

b. Materi pelajaran merupakan bentuk yang murni dari setiap ilmu


c. Menciptakan guru yang ahli dibidangnya serta dapat mengembangkan
ilmunya secara luas

3. Kekurangan Model Fragmented


Kelemahan model fragmented dua kali lipat. Pelajar memiliki kesulitan
ketika menghubungkan atau mengintegrasikan konsep yang serupa secara
mandiri. Selain itu, overlap konsep, keterampilan dan sikap pelajar yang tidak
diperhatikan dan proses pembelajaran pada situasi yang nyaman kemungkinan
sedikit terjadi. Untuk pelajar yang kurang pengawasan dalam menghubungkan
kedua konsep antar atau lintas disiplin ilmu dengan melihat beberapa
penelitian terbaru pada proses pembelajaran sebagai pengalihan panggilan
untuk penghubung yang jelas. Dalam disiplin ilmu berbasis model ini, siswa
dapat dengan mudah terjebak dalam tugas atau pekerjaan yang berat.
Meskipun setiap guru memberikan jumlah yang wajar, tetapi bagi para siswa
hal ini memberi efek kumulatif yang luar biasa.
Model Fragmented merupakan konfigurasi kurikulum yang bermanfaat
bagi sekolah-sekolah besar dengan populasi beragam, di mana tentu saja
dengan berbagai fasilitas yang menyediakan suatu spektrum sehingga subyek
dapat menargetkan kepentingan-kepentingan khusus. Hal ini terutama berguna
jika diterapkan pada tingkat universitas, di mana mahasiswa melakukan
pelaksanaan pembelajaran di jalur studi khusus yang memerlukan pengetahuan
para ahli untuk mengajar, mentoring, pembinaan, dan berkolaborasi. Pada
prioritas level universitas, model fragmented ini membantu guru dalam
persiapan, sehingga dapat lebih terfokus. Model ini juga baik bagi para guru
yang ingin meneliti prioritas kurikulum dengan hati-hati sebelum
menggunakan model lintas departemen untuk perencanaan lintas disiplin.
Model pembelajaran terpadu jenis Fragmented ini memiliki beberapa
kelemahan, antara lain :
19

a. Siswa tidak mampu membuat hubungan yang berkesinambungan antara


macam bidang ilmu yang berbeda sehingga mereka tidak mampu membuat
hubungan secara konsep dua mata pelajaran yang berbeda.
b. Model ini akan menyebabkan semacam proses tumpang tindih dalam hal
konsep, perilaku dan konsep yang dikuasai siswa.
c. Tidak efisien waktu karena mata pelajaran disajikan secara terpenggal-
penggal

4. Penerapan Pembelajaran Terpadu Tipe/Model Fragmented dalam


Pembelajaran IPA SD/SMP.
Menurut Fogarty (1991:6) model fragmented sangat cocok diterapkan
pada tahap penjurusan mata pelajaran misalnya diterapkan pada tingkat
Universitas ataupun Sekolah Menengah Atas yang dalam proses
pembelajarannya terdapat penjurusan/pemisahan mata pelajaran.
Akan tetapi di Sekolah Dasar juga dapat diterapkan baik di kelas rendah
maupun di kelas tinggi. Tergantung bagaimana guru bisa mengemas
pembelajaran sebaik mungkin, agar siswa bisa lebih bermakna dalam
mengikuti pembelajaran.
Pembelajaran fragmented sebagai suatu pendekatan belajar mengajar suatu
mata pelajaran yang utuh tanpa mengkaitkan mata pelajaran satu dengan yang
lainnya (Fogarty,1991). Bila seorang guru kelas SD mengajar mata pelajaran
IPA maka konsep pada pelajaran IPA diajarkan utuh kepada siswanya tanpa
melihat atau mempertimbangkan dengan konsep yang ada pada mata
pelajaran IPS atau bahasa Indonesia. Jadi dalam pembelajaran Fragmented
setiap mata pelajaran dirancang secara terpisah-pisah dan tidak ada usaha
untuk mengkaitkan di antara mata pelajaran tersebut. Oleh Fogarty
pembelajaran fragmented disimbolkan dengan sebuah periskop yang artinya
memandang satu arah, fokus yang sempit untuk setiap mata pelajaran.
Contohnya dikelas 3 SD semester 1, guru akan mengajarkan IPA, IPS,
Bahasa Indonesia, dan matematika dengan pokok bahasan yang sudah
tercantum secara berurutan dalam kurikulum tanpa melihat keterpaduan dari
20

setiap konsep. Model ini merupakan model tradisional yang memisahkan dan
membedakan bidang-bidang kajian dalam satu disiplin ilmu.
Sedangkan di SMP atau SMA masing-masing disiplin diajarkan oleh guru
yang berbeda di tempat yang berbeda di lingkungan gedung yang
mengharuskan murid pindah ruangan-ruangan yang berbeda. Masing-masing
pertemuan terpisah dan mengandung sebuah organisasi sel yang berbeda,
meninggalkan para murid dengan sebuah pandangan yang terkotak-kotak atas
kurikulum, kekurangan beberapa model fragmentasi, dengan subyek tetap
diajari secara terpisah dan terlepas satu sama lain adalah kelas dasar. Dalam
situasi ini guru mengatakan “Sekarang tinggalkan buku matematika mu dan
ambil paket Fisika mu. Ini adalah waktu kerja untuk unit Fisika”. Jadwal
harian menunjukkan slot jarak waktu untuk Matematika, Fisika atau IPS.
Jarang ada topik dari dua area dikehendaki berhubungan. Isolasi subyek
seperti ini tetap menjadi norma, meskipun di dalam kelas bimbingan sendiri.
21

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang
melibatkan beberapa matapelajaran untuk memberikan pengalaman belajar
yang bermakna bagi anak. Pembelajaran terpadu diyakini sebagai
pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan anak. Pembelajaran terpadu secara efektif akan
membantu menciptakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melihat
dan membangun konsep-konsep yang saling berkaitan
2. Dari uraian tentang Model Fragmented di atas dapat kami simpulkan
bahwa model tradisional ini memilah dan memisahkan disiplin ilmu atas
beberapa mata pelajaran tanpa memadukan atau mengaitkan satu sama
lain. Model ini dapat dimanfaatkan di universitas karena siswa /
mahasiswa belajar lebih khusus tentang suatu hal dan membutuhkan
bimbingan para ahli. Model ini juga cocok saat guru mempersiapkan siswa
untuk belajar antar bab/antar matapelajaran. Tetapi model ini
menyebabkan terjadinya tumpang tindih antar mata pelajaran dan siswa
mendapatkan beban belajar yang berat, misalnya mempelajari beberapa
matapelajaran dan mendapatkan PR dari setiap mata pelajaran tersebut.

B. Saran
Jika makalah ini hendak dikembangkan lagi, sebaiknya isi makalah ini
dapat dijelaskan lebih terperinci lagi tanpa mengurangi komponen-komponen
yang telah dijelaskan dalam makalah ini.
22

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, 2006, Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA di SD/MI, Jakarta:


Depdiknas.
Depdiknas, 2006, Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA di SMP/Mts,
Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, tt, Panduan Pengembangan Pembelajaran Ipa Terpadu, , Jakarta:
Puskr, Balitbang Diknas.
Fogarty, Robin, 1991, The Mindfull School: How To Integrate The Curricula,
Paltine: Skyligh Publishing, Inc.
-----------------, 1991, Contracting Knowledge Together Classroom as Centre
of Inquiry and Literacy, Portsmoth, NH:Heineman.
Lake, Kathy, tt, Integrated Curriculum,http://www.nwrel.org/scpd/sirs/8/coi6-
html. Mit Witjaksono, (tt), Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar
(makalah)
Tim Pengembang PGTK, 1996/1997, Pembelajaran Terpadu D-II PGTK dan
S2 Pendidikan Dasar, Jakarta: Depdikbud.

Tim Pemakalah TK, 2000, Berpusat Pada Peserta didik Sebuah Paradigma
Baru, Makalah pada seminar dan workshop), jakarta: Sekolah Global
Jaya.

Anda mungkin juga menyukai