Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TENTANG PERBANDINGAN ANTAR SISTEM PEMERINTAHAN

PRESIDENSIAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER

KELOMPOK 4 :

1. YORIN DAPUTRAN P. NAKUL


2. THERESIA DENISA AVILLA
3. SRISENI KAKA BALO
4. TANIA EXANTI NDUN
5. GRACELIA BABO
6. JANUARIUS Y. N. NEOLAKA
7. DEO G. P. A. BATTU WONG
8. MUHAMAD FIKRIYADIN
KATA PENGANTAR

Puji dan sykur kami haturkan kepada tuhan yang maha esa karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini kami susun secara
detail dan terperinci baik dari pemaparan materinya maupun sitem penulisan, dalam makalah
yang berjudul PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER DAN
PRESIDENSIAL ini kami telah memaparkan materinya dengan baik dan sistematis.

namun kami menyadari makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak
kesalahan-kesalahan, maka dengan hati yang terbuka kami memohon yang sebesar-besarnya
kepada pembaca. dan akhir kata kami berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembacanya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………

1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………………

1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………

1.3 TUJUAN PENULISAN……………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………..

KESIMPULAN……………………………………………………………………………

SARAN…………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan
negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem
pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem
pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis. Jika
suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu akan
berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk memprotes hal
tersebut.

Pada umumnya, negara-negara didunia menganut salah satu dari sistem pemerintahan
tersebut. Adanya sistem pemerintahan lain dianggap sebagai variasi atau kombinasi dari dua
sistem pemerintahan diatas. Negara Inggris dianggap sebagai tipe ideal dari negara yang
menganut sistem pemerintahan parlemen. Bahkan, Inggris disebut sebagai Mother of Parliaments
(induk parlemen), sedangkan Amerika Serikat merupakan tipe ideal dari negara dengan sistem
pemerintahan presidensial.

Kedua negara tersebut disebut sebagai tipe ideal karena menerapkan ciri-ciri yang
dijalankannya. Inggris adalah negara pertama yang menjalankan model pemerintahan
parlementer. Amerika Serikat juga sebagai pelopor dalam sistem pemerintahan presidensial.
Kedua negara tersebut sampai sekarang tetap konsisten dalam menjalankan prinsip-prinsip dari
sistem pemerintahannya. Dari dua negara tersebut, kemudian sistem pemerintahan diadopsi oleh
negara-negara lain dibelahan dunia.

Klasifikasi sistem pemerintahan presidensial dan parlementer didasarkan pada hubungan


antara kekuasaan eksekutif dan legislatif. Sistem pemerintahan disebut parlementer apabila
badan eksekutif sebagai pelaksana kekuasaan eksekutif mendapat pengawasan langsung dari
badan legislatif. Sistem pemerintahan disebut presidensial apabila badan eksekutif berada di luar
pengawasan langsung badan legislatif.Untuk lebih jelasnya, berikut ini ciri-ciri, kelebihan serta
kekurangan dari sistem pemerintahan parlementer.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan system pemerintahan?

2. Bagaimana bentuk system pemerintahan presidensial?

3. Bagaimana bentuk system pemerintahan parlementer?

4. bagaimana perbandingan system presidensial dengan parlementer?

1.3 Tujuan Penulisan

1. untuk mengetahui secara jelas tentang system pemerintahan!

2. untuk mengetahui bentuk system pemerintahan presidensial dan parlementer!

3. untuk mengetahui perbandingan system presidensial dengan parlementer!


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Pemerintahan

Sistem Pemerintahan adalah system hubungan fungsional antara lembaga Negara dalam
menjalankan kekuasaannya di dalam suatu Negara untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara itu.
Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem pemerintahan yang
dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai
fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis.

Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga
tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga
kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang
kontinu dan demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan
sistem pemerintahan tersebut.Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan
sistem pemerintahan itu secara menyeluruh.

Secara sempit,Sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan


roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah
adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri

Dapat disimpulkan secara umum bahwa sistem pemerintahan dapat menjaga kestabilan
masyarakat dalam banyak segi sosial, norma, dan ekonomi, menjaga kestabilan sistem dalam
menjaga kedaulatan negara, menjaga kekuatan dari segi pertahanan, ekonomi, politik dan
keamanan dimata dunia sehingga menjadi suatu sistem pemerintahan yang berkelanjutan untuk
memenuhi tugas esensial dan fakultif dari suatu Negara.

2.2 Sistem Pemerintahan Presidensial


Sistem pemerintahan Presidensial merupakan system pemerintahan di mana kepala
pemerintahan dipegang oleh presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada parlemen
(legislatif). Menteri bertanggung jawab kepada presiden karena presiden berkedudukan sebagai
kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan. Contoh Negara: AS, Pakistan, Argentina,
Filiphina, Indonesia.

 Unsur pemerintahan presidensial

Menurut Rod Hague, pemerintahan presidensiil terdiri dari 3 unsur yaitu:

 Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan mengangkat pejabat-pejabat


pemerintahan yang terkait.

 Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak bisa saling
menjatuhkan.

 Tidak ada status yang tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan legislatif.

 Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial

 Penyelenggara negara berada ditangan presiden. Presiden adalah kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan. Presiden tidak dipilih oleh parlemen, tetapi dipilih langsung oleh
rakyat atau suatu dewan majelis.

 Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertangungjawab kepada


presiden dan tidak bertanggung jawab kepada parlemen atau legislatif.

 Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen. Hal itu dikarenakan presiden tidak
dipilih oleh parlemen.

 Presiden tidak dapat membubarkan parlemen seperti dalam sistem parlementer.

 Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan sebagai lembaga perwakilan. Anggota


parlemen dipilih oleh rakyat.

 Presiden tidak berada dibawah pengawasan langsung parlemen.


 Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial

 Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen.

 Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya, masa
jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Indonesia adalah lima
tahun.

 Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.

 Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi oleh
orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.

 Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial

 Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat menciptakan


kekuasaan mutlak.

 Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.

 Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara


eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas dan memakan waktu
yang lama.

2.3 Sistem Pemerintahan Parlementer

Sistem pemerintahan Parlementer merupakan suatu system pemerintahan di mana


pemerintah (eksekutif) bertanggung jawab kepada parlemen. Dalam system pemerintahan ini,
parlemen mempunyai kekuasaan yang besar dan mempunyai kewenangan untuk melakukan
pengawasan terhadap eksekutif. Menteri dan perdana menteri bertanggung jawab kepada
parlemen. Contoh Negara: Kerajaan Inggris, Belanda, India, Australia, Malaysia.

 Ciri-ciri sistem pemerintahan parlementer


 Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan yang anggotanya dipilih
langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum. Parlemen memiliki kekuasaan besar
sebagai badan perwakilan dan

 lembaga legislatif.

 Anggota parlemen terdiri atas orang-orang dari partai politik yang memenangkan
pemiihan umum. Partai politik yang menang dalam pemilihan umum memiliki peluang
besar menjadi mayoritas dan memiliki kekuasaan besar di parlemen.

 Pemerintah atau kabinet terdiri dari atas para menteri dan perdana menteri sebagai
pemimpin kabinet. Perdana menteri dipilih oleh parlemen untuk melaksakan kekuasaan
eksekutif. Dalam sistem ini, kekuasaan eksekutif berada pada perdana menteri sebagai
kepala pemerintahan. Anggota kabinet umumnya berasal dari parlemen.

 Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen dan dapat bertahan sepanjang mendapat
dukungan mayoritas anggota parlemen. Hal ini berarti bahwa sewaktu-waktu parlemen
dapat menjatuhkan kabinet jika mayoritas anggota parlemen menyampaikan mosi tidak
percaya kepada kabinet.

 Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan adalah
perdana menteri, sedangkan kepala negara adalah presiden dalam negara republik atau
raja/sultan dalam negara monarki. Kepala negara tidak memiliki kekuasaan
pemerintahan. Ia hanya berperan sebgai symbol kedaulatan dan keutuhan negara.

 Sebagai imbangan parlemen dapat menjatuhkan kabinet maka presiden atau raja atas
saran dari perdana menteri dapat membubarkan parlemen. Selanjutnya, diadakan
pemilihan umum lagi untuk membentukan parlemen baru.

 Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer

 Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif
berada pada satu partai atau koalisi partai.

 Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan public jelas.
 Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi
barhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.

 Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer

 Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan


parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.

 Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bias ditentukan berakhir
sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.

 Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet
adalah anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena pengaruh mereka
yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.

 Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka


menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk menjadi
menteri atau jabatan eksekutif lainnya.

2.4 perbandingan system parlementer dengan presidensial

1. Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan

Perbedaan pertama yaitu perbedaan sistem Pemerintahan Presidensial dengan


Parlementer untuk sistem pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan
parlementer adalah pada kepala negara dan kepala pemerintahannya.

Sistem pemerintahan presidensial baik kepala negara maupun kepala pemerintahannya


dijabat oleh seorang presiden sehingga tidak ada pemisahan diantara keduanya. Dengan
demikian presiden berwenang dalam mengatur jalannya pemerintahan sekaligus
berfungsi secara simbolis.

Sistem pemerintahan parlementer memiliki presiden / sultan / raja sebagai kepala negara
yang fungsinya hanya secara simbolis sehingga berperan secara seremonial dalam
melantik, mengesahkan, maupun mengukuhkan UU (Undang-Undang) dan kabinet.
Untuk membantu menjalankan pemerintahannya, presiden dibantu oleh perdana menteri
yang berperan sebagai kepala pemerintahan. Dengan kata lain, terdapat pemisahan yang
tegas antara kepala negara dan kepala pemerintahan

2. Pemilihan Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan

Pemilihan kepala negara dan kepala pemerintahan pada sistem pemerintahan yang
berbeda melalui mekanisme yang berbeda pula, perbedaannya adalah:

Pada sistem pemerintahan presidensial kepala negara yang sekaligus menjabat sebagai
kepala pemerintahan dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilu dimana
pelaksanaan pemilu ini diselenggarakan menjelang habisnya masa jabatan presiden dan
wakil presiden periode sebelumnya. (Baca juga: Jenis-Jenis Pemilu)

Pada sistem pemerintahan parlementer, perdana menteri dipilih oleh parlemen melalui
penunjukan secara langsung untuk menjalankan fungsi eksekutif. Dalam sistem
pemerintahan ini, pemilu oleh rakyat dilakukan hanya untuk memilih anggota parlemen.

3. Lembaga Supremasi Tertinggi

Terdapat perbedaan besar terkait lembaga tertinggi negara untuk sistem pemerintahan
tertentu, perbedaan keduanya adalah:

Pada sistem pemerintahan presidensial tidak ada istilah lembaga supremasi tertinggi atau
lembaga tertinggi negara, yang ada adalah supremasi konstitusi dimana kedaulatan
rakyatlah yang dijunjung tinggi. Meskipun demikian, antar lembaga negara masih dapat
saling mengawasi guna menghindari penyebab terjadinya tindakan penyalahgunaan
wewenang dan menghindari dampak korupsi bagi negara.

Pada sistem pemerintahan parlementer, masih terdapat lembaga supremasi tertinggi yaitu
parlemen dimana parlemen memiliki kekuasaan besar dalam negara baik sebagai badan
perwakilan maupun badan legislatif.

4. Kekuasaan Eksekutif dan Legislatif

Pada sistem pemerintahan yang berbeda menunjukkan kekuasaan eksekutif dan legislatif
yang berbeda pula, yakni:
Sistem pemerintahan presidensial mengijinkan kekuasaan eksekutif dan legislatif berjalan
sejajar artinya kekuasaan keduanya sama-sama kuat sehingga tidak dapat saling
menjatuhkan. (Baca juga: Tugas Lembaga Negara)

Sistem pemerintahan parlementer tidak mengijinkan kesetaraan kedudukan antara


eksekutif dan legislatif seperti dalam sistem pemerintahan presidensial. Dalam sistem
tersebut, kabinet dalam hal ini perdana menteri beserta menteri dapat dijatuhkan oleh
parlemen melalui mosi tidak percaya. Namun, jika perselisihan antara kabinet dan
parlemen menunjukkan kabinetlah yang berada pada pihak yang benar, maka kepala
negara berhak membubarkan parlemen.

5. Pembagian Kekuasaan Eksekutif dan Legislatif

Eksekutif dan legislatif merupakan dua lembaga yang ada dalam sebuah negara,
keduanya memiliki perannya masing-masing yang mana berbeda sistem pemerintahan
dalam perbedaan sistem Pemerintahan Presidensial dengan Parlementer maka berbeda
pula peran lembaga tersebut. Perbedaan keduanya seperti diuraikan di bawah ini:

Terdapat pembagian kekuasaan yang jelas antara eksekutif dan legislatif dalam sistem
pemerintahan presidensial baik secara kelembagaan maupun secara kepersonalan
anggota. Hal ini dikarenakan ditetapkannya aturan perundang-undangan tentang larangan
merangkap jabatan eksekutif dan legislatif.

Pembagian kekuasaan antara eksekutif dan legislatif dalam sistem pemerintahan


parlementer tidak begitu jelas karena eksekutif dipilih dari anggota legislatif atau bisa
dikatakan kabinet dipilih dari anggota parlemen.

6. Tanggung Jawab Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan

Oleh karena pemilihan kepala negara dan kepala pemerintahan pada sistem pemerintahan
presidensial dan parlementer dilakukan dengan cara yang berbeda maka sistem
pertanggungjawabannya pun juga berbeda, yakni:

Pada sistem pemerintahan presidensial, kepala negara dan kepala pemerintahan yakni
presiden dipilih secara langsung oleh rakyat sehingga ia bertanggung jawab terhadap
kedaulatan rakyat. Selain itu, seluruh tindakannya harus dipertanggungjawabkan terhadap
konstitusi negara. Sistem seperti ini dapat membuat pertangungjawaban presiden kurang
jelas. Untuk mengontrol tindakan pemerintah diperlukan pengawasan dari berbagai pihak
untuk selalu kritis dan tanggap. (Baca juga: Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi)

Pemilihan kepala pemerintahan pada sistem pemerintahan parlementer oleh parlemen,


membuat sistem pertanggungjawaban kabinet yakni perdana menteri dan para menteri
dilakukan secara langsung kepada parlemen. Kabinet berada di bawah pengawasan
parlemen secara langsung maka pertanggungjawabannya menjadi jelas karena dapat
dilakukan pengawasan secara intens.

7. Masa Jabatan Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan

Masa jabatan kepala negara dan kepala pemerintahan pada sistem pemerintahan dan
parlementer berbeda, adapun perbedaan keduanya adalah:

Masa jabatan kepala negara dan kepala pemerintahan pada negara dengan sistem
pemerintahan presidensial jelas karena sudah diatur di dalam UU misalnya setiap 5 (lima)
tahun atau 6 (enam) tahun sekali. Untuk di Indonesia sendiri dilaksanakan setiap lima
tahun sekali yang mana presiden terpilih hanya dapat menduduki jabatannya maksimal 2
(dua) kali periode pemilihan berturut-turut.

Presiden pada sistem pemerintahan parlementer dipilih secara langsung oleh parlemen
atau suatu badan pemilihan umum. Adapun masa jabatan perdana menteri pada sistem
pemerintahan parlementer tidaklah menentu karena semua tergantung dari parlemen.
Dengan demikian, bisa saja dalam 1 (satu) tahun dilakukan penggantian perdana menteri
secara berulang-ulang.

8. Pembentukan Kabinet

Pembentukan kabinet beserta mekanisme tanggung jawabnya berbeda antara sistem


pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan parlementer, adapun yang
membedakannya adalah:
Pada sistem pemerintahan presidensial, kabinet dipilih dan dilantik sendiri oleh presiden.
Mekanisme pemilihannya pun merupakan hak prerogatif yang dimiliki presiden karena
tidak adanya UU yang mengaturnya secara khusus. Karena kabinet yang terdiri para
menteri dibentuk sendiri oleh presiden maka sistem pertanggungjawabannya langsung
kepada presiden bukan kepada parlemen.

Pada sistem pemerintahan parlementer, kabinet dibentuk oleh parlemen yang mana setiap
anggota kabinet merupakan anggota terpilih dari parlemen sehingga bertanggung jawab
langsung kepada parlemen. Kabinet ini berada dalam lingkup tanggung jawab perdana
menteri dan bukanlah presiden seperti pada sistem pemerinatahan presidensial.

9. Peran Partai Politik

Peran partai politik sangat berpengaruh terhadap berjalannya sistem pemerintahan,


terdapat ciri khas tertentu dari sistem pemerintahan presidensial maupun parlementer
yang mana perbedaan keduanya adalah sebagai berikut:

Dalam sistem pemerintahan presidensial partai politik berperan menjadi fasilitator yang
mengusung calon presiden dan wakil presiden. Partai politik tidak memiliki wewenang
dalam memasukkan ideologi politik kepada calon yang diusung. Presiden dan wakil
presiden hanya bertanggung jawab secara personal kepada partai politik tersebut. (Baca
juga: Tipe-Tipe Budaya Politik di Indonesia)

Dalam sistem pemerintahan parlementer, partai politik dapat memasukkan ideologi


politik sehingga mempengaruhi kepemimpinan presiden dan wakil presiden terpilih.
Anggotanya juga terdiri dari orang partai politik yang menang dalam pemilu.

10. Legitimasi

Proses pemilihan kepala negara dan kepala pemerintahan yang berbeda pada sistem
pemerintahan yang berbeda membuat legitimasi yang berbeda pula, yakni:

Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam sistem pemerintahan presidensial
sehingga legitimasinya didapatkan dari rakyat. Hal ini dapat memperkuat posisi presiden
yang mana telah mendapatkan suara dari sebagian besar warga negaranya. (Baca juga:
Kewajiban Warga Negara)

Pada sistem pemerintahan parlementer, legitimasi didapatkan dari parlemen sehingga


posisi perdana menteri dalam memerintah negara dinilai kurang kuat karena tidak
mendapat dukungan dari rakyat secara langsung.

11. Penyesuaian Pelaksanaan Program Kerja

Pemerintah selalu membuat berbagai program kerja demi tercapainya tujuan


pembangunan nasional. Ketika terdapat pergantian jabatan maka program kerja yang
dilaksanakan pun juga berbeda. Masa jabatan yang berbeda dalam sistem pemerintahan
presidensial dan parlementer membuat perbedaan besar dalam penyesuaian pelaksanakan
program kerja, yakni:

Pada sistem pemerintahan presidensial, masa jabatan presiden sebagai kepala


pemerintahan sudah diatu di dalam UU sehingga dalam membuat program kerjanya
pemerintah telah memikirkan dengan baik alokasi waktu pelaksanaan program kerja yang
disusunnya. Dengan kata lain dalam sistem pemerintahan presidensial proses penyesuaian
program kerja dari periode lama ke periode yang baru lebih mudah.

Pada sistem pemerintahan parlementer, masa jabatan pemerintah sangat bergantung pada
parlemen sehingga tidak dapat dipastikan kapan kabinet akan turun dari jabatannya.
Dengan demikian melesetnya alokasi waktu pelaksanaan program kerja akan sering
terjadi dan proses penyesuaian program kerja dari kabinet yang lama kepada kabinet yang
baru lebih sulit.

12. Kestabilan Posisi Eksekutif

Selain beberapa hal di atas, kestabilan posisi lembaga eksekutif juga sangat berbeda
antara sistem pemerintahan presiden sial dan parlementer yaitu:

Pada sistem pemerintahan presidensial, masa jabatan yang jelas dalam UU dan kekuasaan
eksekutif yang sejajar dengan legislatif membuat posisi eksekutif dalam sistem
pemerintahan ini lebih stabil.
Pada sistem pemerintahan parlementer kekuasaan eksekutif cenderung tidak stabil karena
sangat tergantung oleh parlemen.

13. Pemilihan Umum

Pemilihan umum dilakukan oleh suatu negara untuk memilih pemimpinnya yang mana
terdapat perbedaan mengenai orang-orang yang dipilih dalam pemilu tersebut jika dilihat
dari sistem pemerintahan yang dianut oleh negara, yakni:

Pada sistem pemerintahan presidensial pemilu diadakan untuk memilih presiden beserta
wakil presiden dan anggota legislatif baik untuk kabupaten/kota, propinsi, maupun pusat.
Mengikuti pemilu dengan baik merupakan contoh sikap nasionalisme dan patriotisme.

Pada sistem pemerintahan parlementer pemilu diakan semata-mata hanya untuk memilih
anggota parlemen dan bukannya memilih presiden beserta wakil presiden karena
keduanya dipilih dari anggota parlemen.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang bekerja dan


berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya tujuan penyelenggaraan negara.
Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik meliputi empat institusi pokok, yaitu
eksekutif, birokratif, legislatif, dan yudikatif. Selain itu, terdapat lembaga lain atau unsur lain
seperti parlemen, pemilu, dan dewan menteri.

Pembagian sistem pemerintahan negara secara modern terbagi dua, yaitu presidensial, ministerial
(parlemen). Dalam sistem parlementer, badan eksekutif mendapat pengwasan langsung dari
legislatif. Sebaliknya, apabila badan eksekutif berada diluar pengawasan legislatif maka sistem
pemerintahannya adalah presidensial.

3.2 Saran

Belajar ilmu kepemerintahan adalah bagian dari ketatanegaraan, oleh sebab itu diharapkan untuk
lebih memperdalam dalam lagi tentang ilmu keperintahan tersebut agar kelak dikemudian hari
apabila dikehendaki menjadi pemimpin bangsa, bisa menerapkan pola kebijakan sistem
pemerintahan yang lebih baik,dinamis yang sesuai dengan kondisi masyarakat, hingga tercipta
masyarakat yang demokratif, sosial dan beradab.

Anda mungkin juga menyukai