KELOMPOK 4 :
Puji dan sykur kami haturkan kepada tuhan yang maha esa karena atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini kami susun secara
detail dan terperinci baik dari pemaparan materinya maupun sitem penulisan, dalam makalah
yang berjudul PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER DAN
PRESIDENSIAL ini kami telah memaparkan materinya dengan baik dan sistematis.
namun kami menyadari makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak
kesalahan-kesalahan, maka dengan hati yang terbuka kami memohon yang sebesar-besarnya
kepada pembaca. dan akhir kata kami berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembacanya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….
KESIMPULAN……………………………………………………………………………
SARAN…………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan
negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem
pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem
pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis. Jika
suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis, absolut maka hal itu akan
berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan kaum minoritas untuk memprotes hal
tersebut.
Pada umumnya, negara-negara didunia menganut salah satu dari sistem pemerintahan
tersebut. Adanya sistem pemerintahan lain dianggap sebagai variasi atau kombinasi dari dua
sistem pemerintahan diatas. Negara Inggris dianggap sebagai tipe ideal dari negara yang
menganut sistem pemerintahan parlemen. Bahkan, Inggris disebut sebagai Mother of Parliaments
(induk parlemen), sedangkan Amerika Serikat merupakan tipe ideal dari negara dengan sistem
pemerintahan presidensial.
Kedua negara tersebut disebut sebagai tipe ideal karena menerapkan ciri-ciri yang
dijalankannya. Inggris adalah negara pertama yang menjalankan model pemerintahan
parlementer. Amerika Serikat juga sebagai pelopor dalam sistem pemerintahan presidensial.
Kedua negara tersebut sampai sekarang tetap konsisten dalam menjalankan prinsip-prinsip dari
sistem pemerintahannya. Dari dua negara tersebut, kemudian sistem pemerintahan diadopsi oleh
negara-negara lain dibelahan dunia.
PEMBAHASAN
Sistem Pemerintahan adalah system hubungan fungsional antara lembaga Negara dalam
menjalankan kekuasaannya di dalam suatu Negara untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.
Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara itu.
Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme karena sistem pemerintahan yang
dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai
fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah dan menjadi statis.
Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat, menjaga
tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga
kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang
kontinu dan demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan
sistem pemerintahan tersebut.Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan
sistem pemerintahan itu secara menyeluruh.
Dapat disimpulkan secara umum bahwa sistem pemerintahan dapat menjaga kestabilan
masyarakat dalam banyak segi sosial, norma, dan ekonomi, menjaga kestabilan sistem dalam
menjaga kedaulatan negara, menjaga kekuatan dari segi pertahanan, ekonomi, politik dan
keamanan dimata dunia sehingga menjadi suatu sistem pemerintahan yang berkelanjutan untuk
memenuhi tugas esensial dan fakultif dari suatu Negara.
Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak bisa saling
menjatuhkan.
Tidak ada status yang tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan legislatif.
Penyelenggara negara berada ditangan presiden. Presiden adalah kepala negara sekaligus
kepala pemerintahan. Presiden tidak dipilih oleh parlemen, tetapi dipilih langsung oleh
rakyat atau suatu dewan majelis.
Presiden tidak bertanggungjawab kepada parlemen. Hal itu dikarenakan presiden tidak
dipilih oleh parlemen.
Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemen.
Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu. Misalnya, masa
jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun, Presiden Indonesia adalah lima
tahun.
Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya.
Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena dapat diisi oleh
orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.
lembaga legislatif.
Anggota parlemen terdiri atas orang-orang dari partai politik yang memenangkan
pemiihan umum. Partai politik yang menang dalam pemilihan umum memiliki peluang
besar menjadi mayoritas dan memiliki kekuasaan besar di parlemen.
Pemerintah atau kabinet terdiri dari atas para menteri dan perdana menteri sebagai
pemimpin kabinet. Perdana menteri dipilih oleh parlemen untuk melaksakan kekuasaan
eksekutif. Dalam sistem ini, kekuasaan eksekutif berada pada perdana menteri sebagai
kepala pemerintahan. Anggota kabinet umumnya berasal dari parlemen.
Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen dan dapat bertahan sepanjang mendapat
dukungan mayoritas anggota parlemen. Hal ini berarti bahwa sewaktu-waktu parlemen
dapat menjatuhkan kabinet jika mayoritas anggota parlemen menyampaikan mosi tidak
percaya kepada kabinet.
Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan adalah
perdana menteri, sedangkan kepala negara adalah presiden dalam negara republik atau
raja/sultan dalam negara monarki. Kepala negara tidak memiliki kekuasaan
pemerintahan. Ia hanya berperan sebgai symbol kedaulatan dan keutuhan negara.
Sebagai imbangan parlemen dapat menjatuhkan kabinet maka presiden atau raja atas
saran dari perdana menteri dapat membubarkan parlemen. Selanjutnya, diadakan
pemilihan umum lagi untuk membentukan parlemen baru.
Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif
berada pada satu partai atau koalisi partai.
Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan public jelas.
Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi
barhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bias ditentukan berakhir
sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet
adalah anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena pengaruh mereka
yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
Sistem pemerintahan parlementer memiliki presiden / sultan / raja sebagai kepala negara
yang fungsinya hanya secara simbolis sehingga berperan secara seremonial dalam
melantik, mengesahkan, maupun mengukuhkan UU (Undang-Undang) dan kabinet.
Untuk membantu menjalankan pemerintahannya, presiden dibantu oleh perdana menteri
yang berperan sebagai kepala pemerintahan. Dengan kata lain, terdapat pemisahan yang
tegas antara kepala negara dan kepala pemerintahan
Pemilihan kepala negara dan kepala pemerintahan pada sistem pemerintahan yang
berbeda melalui mekanisme yang berbeda pula, perbedaannya adalah:
Pada sistem pemerintahan presidensial kepala negara yang sekaligus menjabat sebagai
kepala pemerintahan dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilu dimana
pelaksanaan pemilu ini diselenggarakan menjelang habisnya masa jabatan presiden dan
wakil presiden periode sebelumnya. (Baca juga: Jenis-Jenis Pemilu)
Pada sistem pemerintahan parlementer, perdana menteri dipilih oleh parlemen melalui
penunjukan secara langsung untuk menjalankan fungsi eksekutif. Dalam sistem
pemerintahan ini, pemilu oleh rakyat dilakukan hanya untuk memilih anggota parlemen.
Terdapat perbedaan besar terkait lembaga tertinggi negara untuk sistem pemerintahan
tertentu, perbedaan keduanya adalah:
Pada sistem pemerintahan presidensial tidak ada istilah lembaga supremasi tertinggi atau
lembaga tertinggi negara, yang ada adalah supremasi konstitusi dimana kedaulatan
rakyatlah yang dijunjung tinggi. Meskipun demikian, antar lembaga negara masih dapat
saling mengawasi guna menghindari penyebab terjadinya tindakan penyalahgunaan
wewenang dan menghindari dampak korupsi bagi negara.
Pada sistem pemerintahan parlementer, masih terdapat lembaga supremasi tertinggi yaitu
parlemen dimana parlemen memiliki kekuasaan besar dalam negara baik sebagai badan
perwakilan maupun badan legislatif.
Pada sistem pemerintahan yang berbeda menunjukkan kekuasaan eksekutif dan legislatif
yang berbeda pula, yakni:
Sistem pemerintahan presidensial mengijinkan kekuasaan eksekutif dan legislatif berjalan
sejajar artinya kekuasaan keduanya sama-sama kuat sehingga tidak dapat saling
menjatuhkan. (Baca juga: Tugas Lembaga Negara)
Eksekutif dan legislatif merupakan dua lembaga yang ada dalam sebuah negara,
keduanya memiliki perannya masing-masing yang mana berbeda sistem pemerintahan
dalam perbedaan sistem Pemerintahan Presidensial dengan Parlementer maka berbeda
pula peran lembaga tersebut. Perbedaan keduanya seperti diuraikan di bawah ini:
Terdapat pembagian kekuasaan yang jelas antara eksekutif dan legislatif dalam sistem
pemerintahan presidensial baik secara kelembagaan maupun secara kepersonalan
anggota. Hal ini dikarenakan ditetapkannya aturan perundang-undangan tentang larangan
merangkap jabatan eksekutif dan legislatif.
Oleh karena pemilihan kepala negara dan kepala pemerintahan pada sistem pemerintahan
presidensial dan parlementer dilakukan dengan cara yang berbeda maka sistem
pertanggungjawabannya pun juga berbeda, yakni:
Pada sistem pemerintahan presidensial, kepala negara dan kepala pemerintahan yakni
presiden dipilih secara langsung oleh rakyat sehingga ia bertanggung jawab terhadap
kedaulatan rakyat. Selain itu, seluruh tindakannya harus dipertanggungjawabkan terhadap
konstitusi negara. Sistem seperti ini dapat membuat pertangungjawaban presiden kurang
jelas. Untuk mengontrol tindakan pemerintah diperlukan pengawasan dari berbagai pihak
untuk selalu kritis dan tanggap. (Baca juga: Hubungan Dasar Negara dengan Konstitusi)
Masa jabatan kepala negara dan kepala pemerintahan pada sistem pemerintahan dan
parlementer berbeda, adapun perbedaan keduanya adalah:
Masa jabatan kepala negara dan kepala pemerintahan pada negara dengan sistem
pemerintahan presidensial jelas karena sudah diatur di dalam UU misalnya setiap 5 (lima)
tahun atau 6 (enam) tahun sekali. Untuk di Indonesia sendiri dilaksanakan setiap lima
tahun sekali yang mana presiden terpilih hanya dapat menduduki jabatannya maksimal 2
(dua) kali periode pemilihan berturut-turut.
Presiden pada sistem pemerintahan parlementer dipilih secara langsung oleh parlemen
atau suatu badan pemilihan umum. Adapun masa jabatan perdana menteri pada sistem
pemerintahan parlementer tidaklah menentu karena semua tergantung dari parlemen.
Dengan demikian, bisa saja dalam 1 (satu) tahun dilakukan penggantian perdana menteri
secara berulang-ulang.
8. Pembentukan Kabinet
Pada sistem pemerintahan parlementer, kabinet dibentuk oleh parlemen yang mana setiap
anggota kabinet merupakan anggota terpilih dari parlemen sehingga bertanggung jawab
langsung kepada parlemen. Kabinet ini berada dalam lingkup tanggung jawab perdana
menteri dan bukanlah presiden seperti pada sistem pemerinatahan presidensial.
Dalam sistem pemerintahan presidensial partai politik berperan menjadi fasilitator yang
mengusung calon presiden dan wakil presiden. Partai politik tidak memiliki wewenang
dalam memasukkan ideologi politik kepada calon yang diusung. Presiden dan wakil
presiden hanya bertanggung jawab secara personal kepada partai politik tersebut. (Baca
juga: Tipe-Tipe Budaya Politik di Indonesia)
10. Legitimasi
Proses pemilihan kepala negara dan kepala pemerintahan yang berbeda pada sistem
pemerintahan yang berbeda membuat legitimasi yang berbeda pula, yakni:
Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam sistem pemerintahan presidensial
sehingga legitimasinya didapatkan dari rakyat. Hal ini dapat memperkuat posisi presiden
yang mana telah mendapatkan suara dari sebagian besar warga negaranya. (Baca juga:
Kewajiban Warga Negara)
Pada sistem pemerintahan parlementer, masa jabatan pemerintah sangat bergantung pada
parlemen sehingga tidak dapat dipastikan kapan kabinet akan turun dari jabatannya.
Dengan demikian melesetnya alokasi waktu pelaksanaan program kerja akan sering
terjadi dan proses penyesuaian program kerja dari kabinet yang lama kepada kabinet yang
baru lebih sulit.
Selain beberapa hal di atas, kestabilan posisi lembaga eksekutif juga sangat berbeda
antara sistem pemerintahan presiden sial dan parlementer yaitu:
Pada sistem pemerintahan presidensial, masa jabatan yang jelas dalam UU dan kekuasaan
eksekutif yang sejajar dengan legislatif membuat posisi eksekutif dalam sistem
pemerintahan ini lebih stabil.
Pada sistem pemerintahan parlementer kekuasaan eksekutif cenderung tidak stabil karena
sangat tergantung oleh parlemen.
Pemilihan umum dilakukan oleh suatu negara untuk memilih pemimpinnya yang mana
terdapat perbedaan mengenai orang-orang yang dipilih dalam pemilu tersebut jika dilihat
dari sistem pemerintahan yang dianut oleh negara, yakni:
Pada sistem pemerintahan presidensial pemilu diadakan untuk memilih presiden beserta
wakil presiden dan anggota legislatif baik untuk kabupaten/kota, propinsi, maupun pusat.
Mengikuti pemilu dengan baik merupakan contoh sikap nasionalisme dan patriotisme.
Pada sistem pemerintahan parlementer pemilu diakan semata-mata hanya untuk memilih
anggota parlemen dan bukannya memilih presiden beserta wakil presiden karena
keduanya dipilih dari anggota parlemen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembagian sistem pemerintahan negara secara modern terbagi dua, yaitu presidensial, ministerial
(parlemen). Dalam sistem parlementer, badan eksekutif mendapat pengwasan langsung dari
legislatif. Sebaliknya, apabila badan eksekutif berada diluar pengawasan legislatif maka sistem
pemerintahannya adalah presidensial.
3.2 Saran
Belajar ilmu kepemerintahan adalah bagian dari ketatanegaraan, oleh sebab itu diharapkan untuk
lebih memperdalam dalam lagi tentang ilmu keperintahan tersebut agar kelak dikemudian hari
apabila dikehendaki menjadi pemimpin bangsa, bisa menerapkan pola kebijakan sistem
pemerintahan yang lebih baik,dinamis yang sesuai dengan kondisi masyarakat, hingga tercipta
masyarakat yang demokratif, sosial dan beradab.