Anda di halaman 1dari 4

Nama : Bima Permadi

NIM : 2105401021

Mata kuliah : Pancasila

JAWABAN
1. Pancasila adalah petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin
dalam masyarakat yang sifatnya beraneka ragam. Sebagai pandangan hidup pula,
Pancasila memiliki tiga fungsi utama dalam kehidupan bernegara.
1. Mempererat bangsa Indonesia, memelihara, dan mengukuhkan persatuan serta
kesatuan. Pada hakikatnya Pancasila dirumuskan untuk seluruh lapisan dan unsur bangsa
Indonesia. Pancasila memberikan cita-cita dan motivasi untuk mencapai cita-cita
pembangunan nasional.
2. Membimbing dan mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya
3. Menyoroti kenyataan yang ada dan mengkritisi upaya perwujudan cita-cita yang
terkandung dalam Pancasila. Artinya, Pancasila merupakan ukuran dalam melakukan kritik
mengenai keadaan bangsa dan negara.

2. 1.Menunjukkan keberadaan dan eksistensi bangsa Indonesia.


2.Menjadi penciri yang mudah dikenali dan membedakan dalam pergaulan antar bangsa
(hubungan internasional).
3.Melindungi jadi diri bangsa dan negara Indonesia seiring dengan adanya tantangan
globalisasi.
4. Menjaga eksistensi negara dalam hubungan internasional. Maksudnya adalah identitas
nasional yang terwakili oleh negara maupun masyarakat Indonesia dalam interaksi
berbagai bidang mampu menunjukkan bahwa negara Indonesia benar-benar terwujud.

3. Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan yang parlemennya memiliki


peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam
mengangkat perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu
dengan cara mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem
presidensial, sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang perdana
menteri, yang berwenang terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensial, presiden
berwenang terhadap jalannya pemerintahan, tetapi dalam sistem parlementer presiden
hanya menjadi simbol kepala negara.Sistem parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif
pemerintah tergantung dari dukungan secara langsung atau tidak langsung cabang
legislatif, atau parlemen, sering dikemukakan melalui sebuah veto keyakinan. Oleh karena
itu, tidak ada pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang eksekutif dan cabang
legislatif, menuju kritikan dari beberapa yang merasa kurangnya pemeriksaan dan
keseimbangan yang ditemukan dalam sebuah republik kepresidenan. Sistem parlemen
dipuji, dibanding dengan sistem presidensial, karena kefleksibilitasannya dan
tanggapannya kepada publik. Kekurangannya adalah dia sering mengarah ke
pemerintahan yang kurang stabil, seperti dalam Republik Weimar Jerman dan Republik
Keempat Prancis. Sistem parlemen biasanya memiliki pembedaan yang jelas antara kepala
pemerintahan dan kepala negara, dengan kepala pemerintahan adalah perdana menteri,
dan kepala negara ditunjuk sebagai dengan kekuasaan sedikit atau seremonial. Namun
beberapa sistem parlemen juga memiliki seorang presiden terpilih dengan banyak kuasa
sebagai kepala negara, memberikan keseimbangan dalam sistem ini.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer:

1. Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif
berada pada satu partai atau koalisi partai.
2. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.
3.Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet
menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
4.Pembuatan keputusan memakan waktu yang cepat.

Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer:

1.Kedudukan badan eksekutif atau kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan
parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
2. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir
sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.
3.Masa pemilihan umum dapat berubah-ubah dengan jangka waktu tertentu.
4. Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet
adalah anggota parlemen dan berasal dari partai mayoritas. Karena pengaruh mereka
yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
5. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman
mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi bekal penting untuk
menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.

Sistem pemerintahan presidensial adalah suatu pemerintahan dimana kedudukan


eksekutif tidak bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat, dengan kata lain
kekuasaan eksekutif berada di luar pengawasan langsung parlemen. Problematika sistem
presidensial pada umumnya terjadi ketika ia dikombinasikan dengan sistem multipartai,
apalagi dengan tingkat fragmentasi dan polarisasi yang relatif tinggi. Presidensialisme dan
sistem multipartai bukan hanya merupakan “kombinasi yang sulit”, melainkan juga
membuka peluang terjadinya deadlock dalam relasi eksekutif dan legislatif yang kemudian
berdampak pada instabilitas demokrasi presidensial. Sistem multipartai dewasa ini,
ternyata gagal memberikan sumbangan kepada negara karena tidak mengkondisikan
pembentukan kekuatan oposisi yang diperlukan untuk menopang rezim dan pemerintahan
yang kuat, stabil, dan efektif secara demokratik. Bersamaan dengan itu, sistem multipartai
tidak pula berfungsi untuk melandasi praktik politik check and balances, baik diantara
lembaga negara maupun fraksi pemerintah dengan fraksi lainnya di lembaga perwakilan
rakyat. Sistem presidensial yang berdasarkan sistem multipartai, bila tidak ada partai
politik yang meraih suara mayoritas di parlemen, koalisi merupakan suatu yang tidak bisa
dihindari. Ia bisa dikatakan sebagai suatu keniscayaan. Bila tidak, kemungkinan efektivitas
pemerintahan akan terganggu. Karena itu, koalisi merupakan ”jalan penyelamat” bagi
sistem pemerintahan presidensial yang menganut sistem multipartai. Koalisi pendukung
presiden dalam sistem presidensialisme tidak stabil. Karena, pertama, koalisi
pemerintahan dan elektoral sering berbeda. Dalam koalisi pemerintahan, parpol tidak
bertanggung jawab menaikkan presiden dalam pemilu sehingga parpol cenderung
meninggalkan presiden yang tidak lagi populer. Pemilu presiden selalu ada di depan mata
sehingga partai politik berusaha sebisa mungkin menjaga jarak dengan berbagai kebijakan
presiden, yang mungkin baik, tetapi tidak populis.. Dampak multi partai di Indonesia dapat
kita rasakan bersama, yaitu sulitnya Presiden untuk membuat keputusan berkaitan
dengan masalah kehidupan berbangsa dan negara yang strategis meliputi aspek; politik,
ekonomi, diplomasi dan militer. Bila kita mengamati secara fokus hubungan antara
Eksekutif dan Legislatif, Presiden mengalamai resistansi karena peran Legislatif lebih
dominan dalam sistem multi partai. Sebenarnya posisi Presiden RI sangat kuat karena
presiden dipilih langsung oleh rakyat bukan dipilh oleh DPR. Tetapi dalam hal penerbitan
dan pengesahan perundang-undangan presiden perlu dukungan DPR. DPR yang
merupakan lembaga negara, justru menjadi resistansi dalam sistem pemerintahan kita,
karena mereka bias dengan kepentingan primordial masing-masing.

Kelebihan sistem presidensial


1. Kejelasan masa jabatan eksekutif dengan jangka waktu tertentu. Contohnya presiden
Indonesia bisa menjabat selama lima tahun.
2.Program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu.
3. Legislatif bisa diisi oleh orang luar, termasuk anggota parlemen.
4. Kepala pemerintahan dipilih langsung oleh rakyat sehingga lebih demokratis daripada
pemilihan tidak langsung.
5. Adanya pemisahan kekuasaan berarti pemerintahan dibatasi.

Kekurangan sistem presidensial


1. Adanya konflik eksekutif dan legislatif bisa merugikan kedua belah pihak.
2. Masa jabatan presiden yang dibatasi tidak memberi kesempatan untuk melakukan
penyesuaian.
3. Sistem ini berjalan atas aturan 'pemenang menguasai semua' sehingga sering
menimbulkan potensi konflik.
4. Kekuasaan eksekutif ada di luar pengawasan langsung legislatif, dan akhirnya
menimbulkan kekuasaan mutlak.
5. Pembuatan keputusan atau kebijakan publik antara legislatif dan eksekutif sering
menghasilkan keputusan tidak tegas serta memakan waktu lama.

4. 1. Kejujuran diarahkan untuk membangun integritas yang tinggi.


2. Kedisiplinan digunakan untuk menaati hukum dan norma-norma.
3. Kepedulian merupakan bentuk kepekaan pada lingkungan.
4. Tanggung jawab adalah kesadaran untuk menunaikan amanah.
5. Kerja keras merupakan bentuk pengabdian yang sebaik-baiknya.
6. Kesederhanaan yaitu bergaya hidup tidak boros dan mewah.
7. Kemandirian merupakan tanda tidak mudah tergantung pada orang lain.
8. Keberanian adalah mampu melaporkan kecurangan dan berani memperbaiki diri.
9. Keadilan yaitu adil di dalam menerapkan hukum.
5. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak
yang sama pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—
dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum.
Jadi demokrasi adalah pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, untuk rakyat, dan
oleh rakyat. Dalam demokrasi, setiap warga negara diperbolehkan untuk berpartisipasi,
baik secara langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum. Setiap negara menganut sistem pemerintahan yang berbeda. Di
beberapa negara, istilah demokrasi banyak digunakan sebuah negara untuk
menggambarkan sistem pemerintahan yang dianut. Indonesia menjadi satu di antara
negara yang menganut sistem pemerintahan secara demokrasi. Negara yang menganut
sistem demokrasi akan memberikan kebebasan warga negaranya untuk menyampaikan
pendapat.

Tantangan dan Hambatan.


Proses demokrasi di Indonesia mengalami tahapan pasang dan surut seiring pergantian
rezim di negeri ini. Bertahun-tahun demokrasi telah diterapkan negeri ini, tetapi
kenyataannya belum bisa menghadirkan tata kelola pemerintahan yang baik. Transisi
sistem politik dan pemerintahan dari awal kemerdekaan Indonesia banyak diwarnai
dengan penyalahgunaan kekuasaan dengan memanfaatkan demokrasi itu sendiri,
sehingga perjalanan demokrasi hingga saat ini masih mewariskan praktek-praktek korupsi,
kolusi, dan nepotisme yang pada dasarnya sangat bertentangan dengan kehidupan
demokrasi yang sebenarnya. Demokrasi juga belum mampu menciptakan rakyat yang
tunduk dan taat terhadap hukum serta peraturan yang berlaku. Kenyatannya demokrasi
mempermudah elite atau kelompok kepentingan tertentu untuk mempolitisasi hukum di
negeri ini. Penyalahgunaan demokrasi ini menjadikan keadilan hukum di negeri ini masih
dipertanyakan. Keadaan sosial politik era reformasi juga tidak jauh lebih baik dari rezim-
rezim sebelumnya. Reformasi juga belum mampu menciptakan pesta demokrasi yang
benar-benar jujur dan adil hingga sekarang, masih banyak kecurangan serta masalah
lainnya yang timbul dari setiap pemilu. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang
keseriusan negara Indonesia dalam menjamin hak-hak politik rakyatnya. Kenyatannya
proses demokrasi di Indonesia telah melupakan nilai-nilai lokal serta konsep dasar negara,
maka dari itu proses demokrasi di Indonesia tidak sesuai dengan tujuan dan harapan
bangsa ini. Tidak jelasnya tujuan serta arah proses demokrasi di Indonesia menimbulkan
pertanyaan besar bagi peneliti yaitu apa faktor yang menyebabkan terhambatnya proses
konsolidasi demokrasi di Indonesia hingga sekarang. Dengan memanfaatkan teknik
pengumpulan data studi pustaka yang merupakan metode untuk mengekplorasi serta
memahami realita penerapan sistem politik dan pemerintahan di negeri ini. Hal ini
bertujuan untuk menemukan faktor penghambat proses konsolidasi demokrasi di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai