Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“ DEMOKRASI PARLEMENTER”

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2
RIA SAFITRI
NURUL FATIMAH
EGA SUMIRTA
KELAS : IX 2
SMP NEGERI 1 LUBUK DALAM

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan
kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran PKn. Kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara tersebut. Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di
Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari
sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini
telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18,
bersamaan dengan perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara.

Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang
berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita
kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi
menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab
demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Berbicara mengenai demokrasi, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak
pengalaman tentang demokrasi. Sudah ada tiga jenis demokrasi yang pernah diterapkan di
Indonesia, yaitu presidensial, terpimpin, dan parlementer. Dari ketiga jenis demokrasi itu, yang
menjadi pembuka lembaran sejarah Indonesia adalah demokrasi parlementer yang dimulai sejak
tanggal 14 November 1945 sampai dengan 5 Juli 1959. Melihat demokrasi parlementer yang
menjadi tonggak awal pelaksanaan demokrasi di Indonesia, maka sudah selayaknya kita sebagai
generasi penerus Indonesia mengenal bagaimana proses permulaan dan lika-liku yang mewarnai
perjalanan demokrasi Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

Apa definisi demokrasi parlementer?

Bagaimana sistem pemerintahan demokrasi parlementer?

Bagaimana pelaksanaan demokrasi parlementer di Indonesia?

Bagaimana pelaksanaan demokrasi parlementer dalam bidang ekonomi?

Kapan akhir masa demokrasi parlementer di Indonesia?

Apa kelebihan dan kelemahan demokrasi parlementer?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Demokrasi Parlementer

Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan yang parlemennya memiliki peranan
penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat
perdana menteri dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara
mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem presidensial, sistem
parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang berwenang
terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensial, presiden berwenang terhadap jalannya
pemerintahan, namun dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi simbol kepala negara
saja.

Sistem parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah tergantung dari dukungan
secara langsung atau tidak langsung cabang legislatif, atau parlemen, sering dikemukakan
melalui sebuah veto keyakinan. Oleh karena itu, tidak ada pemisahan kekuasaan yang jelas
antara cabang eksekutif dan cabang legislatif, menuju kritikan dari beberapa yang merasa
kurangnya pemeriksaan dan keseimbangan yang ditemukan dalam sebuah republik kepresidenan.

Sistem parlemen dipuji, dibanding dengan sistem presidensial, karena kefleksibilitasannya dan
tanggapannya kepada publik. Kekurangannya adalah dia sering mengarah ke pemerintahan yang
kurang stabil, seperti dalam Republik Weimar Jerman dan Republik Keempat Perancis. Sistem
parlemen biasanya memiliki pembedaan yang jelas antara kepala pemerintahan dan kepala
negara, dengan kepala pemerintahan adalah perdana menteri, dan kepala negara ditunjuk sebagai
dengan kekuasaan sedikit atau seremonial. Namun beberapa sistem parlemen juga memiliki
seorang presiden terpilih dengan banyak kuasa sebagai kepala negara, memberikan
keseimbangan dalam sistem ini. Negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer adalah
Inggris, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura dan sebagainya.

Sebuah bentuk demokrasi dalam sistem pemerintah di mana partai atau koalisi dari partai-partai
dengan representasi terbesar dalam wilayah legislatif dalam pemerintahan. Pemimpin dari
parlemen dalam sistem pemerintahan demokrasi parlementer adalah perdana menteri ataupun
kanselir. Eksekutif dalam pemerintahan ditunjuk oleh para anggota parlemen oleh perdana
menteri dalam kabinet. Partai yang minor berlaku sebagai oposisi terhadap mayoritas dan
memiliki tugas untuk menantang. Perdana menteri dapat diturunkan apabila kehilangan
kepercayaan dari partai yang berkuasa ataupun dari dewan-dewan yang berada dalam parlemen.
Demokrasi parlementer menurut sejarah lahir di Britain (Inggris Raya) dan diadopsi dalam
bentuk-bentuk yang beragam pada beberapa negara lainnya dan bekas koloni Inggris.
B. Sistem Pemerintahan Demokrasi Parlementer

Terlihat jelas bahwa rakyat, para pemilih hanya memilih legislatif saja, selanjutnya para dewan
di parlemen atau anggota legislatif akan memilih perdana menteri dan kemudian, perdana
menteri menentukan anggota-anggota kabinet dan selanjutnya dipertanggungjawabkan kepada
parlemen dan selanjutnya bertindak sebagai eksekutif. Akan tetapi, di beberapa negara yang
menganut demokrasi parlementer tetap memiliki presiden, perdana menteri dan sistem kekuasaan
yang bukan lagi demokrasi parlementer. Dalam demokrasi parlementer yang memiliki negara
bagian, umumnya terjadi pada sistem pemerintahan monarki ataupun tidak memiliki senat atau
perwakilan tiap-tiap negara bagian yang telah ditentukan jumlahnya oleh konstitusi yang
dibangun oleh parlemen.

Dulunya, parlemen yang ada memilih perwakilan tiap negara bagian lalu kemudian, diganti
dengan pemilihan langsung bagi tiap negara bagian untuk menentukan senat mereka yang akan
duduk di negara pusat untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan aturan-aturan yang ada.
Dalam segi kekuasaan, bila terbentuk senat, maka kekuasaan terbesar terletak pada senat atau
senator, bukan lagi house of representative atau dewan perwakilan yang umumnya ada. Akan
tetapi, mereka diharuskan untuk tetap bekerja sama untuk menjadi legislator dalam
pemerintahan. Hingga sekarang ini, negara-negara yang mengaku menganut demokrasi
parlementer banyak memiliki cara pemilihan dan rantai kekuasaan yang betul-betul rumit.

C. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer di Indonesia

Setelah bangsa Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus


1945 dan dengan disahkannya UUD 1945 sebagai konstitusi negara, Pancasila sebagai dasar
negara, perjuangan pada masa pasca proklamasi adalah mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan bangsa. Salah satu cara untuk mengisi kemerdekaan adalah dengan
mempertahankan kemerdekaan bangsa yang telah lama diraih oleh pejuang-pejuang bangsa. Cara
mempertahankannya sendiri adalah di antaranya dengan mempelajari sejarah pelaksanaan
demokrasi di Indonesia sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam penentuan sistem
pemerintahan yang baik, yang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa.

Dengan belajar dari sejarah, kita dapat memetik ilmu serta dapat menganalisis baik buruknya
dampak yang ditimbulkan dari berbagai pelaksanaan demokrasi yang berbeda-beda di Indonesia.
Menurut sejarahnya, bangsa Indonesia pernah menerapkan tiga model demokrasi, yaitu
demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, dan demokrasi Pancasila. Setiap fase tentunya
memiliki karakteristik yang merupakan ciri khas dari pelaksanaan tiap-tiap tiap fase demokrasi.
Namun, untuk pembahasan kali ini penulis akan mengkhususkan pembahasan mengenai
pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada masa Demokrasi Parlementer 1945–1959. Sebelum
menginjak ke pembahasan selanjutnya, terlebih dulu penulis akan memaparkan mengenai
pengertian dan ciri-ciri dari demokrasi parlementer itu sendiri. Demokrasi liberal dikenal pula
sebagai demokrasi parlementer karena pada saat itu berlangsung sistem pemerintahan
parlementer dan berlaku UUD 1945 periode pertama, konstitusi RIS, dan UUDS 1950.

D. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer Dalam Bidang Ekonomi

Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya menggunakan
prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik
yang menyatakan laissez faire laissez passer. Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan
belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina. Pada akhirnya
sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka. Usaha-
usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain:

Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk mengurangi
jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.

Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastakan pribumi dan
mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing dengan
membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi
serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi
dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi
yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.

Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU
no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.

Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr Iskak


Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerja sama antara pengusaha cina dan pengusaha pribumi.
Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan pada pengusaha pribumi, dan
pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional. Program ini tidak
berjalan dengan baik, karena pengusaha pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya
dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.

Pembatalan sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar, termasuk pembubaran Uni
Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang menjual perusahaannya
sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa mengambil alih perusahaan-perusahaan
tersebut.
E. Akhir Masa Demokrasi Parlementer di Indonesia

Kekacauan politik ini membuat keadaan negara menjadi dalam keadaan darurat. Hal ini
diperparah dengan Dewan Konstituante yang mengalami kebuntuan dalam menyusun konstitusi
baru, sehingga Negara Indonesia tidak memiliki pijakan hukum yang mantap. Kegagalan
konstituante disebabkan karena masing-masing partai hanya mengejar kepentingan partainya saja
tanpa mengutamakan kepentingan negara dan Bangsa Indonesia secara keseluruhan. Masalah
utama yang dihadapi konstituante adalah tentang penetapan dasar negara. Terjadi tarik-ulur di
antara golongan-golongan dalam konstituante. Sekelompok partai menghendaki agar Pancasila
menjadi dasar negara, namun sekelompok partai lainnya menghendaki agama Islam sebagai
dasar negara.

Pemungutan suara dilakukan 3 kali dan hasilnya yaitu suara yang setuju selalu lebih banyak dari
suara yang menolak kembali ke UUD 1945, tetapi anggota yang hadir selalu kurang dari dua
pertiga. Hal ini menjadi masalah karena masih belum memenuhi syarat. Dengan kegagalan
konstituante mengambil suatu keputusan, maka sebagian anggotanya menyatakan tidak akan
menghadiri siding konstituante lagi. Sampai tahun 1959 Konstituante tidak pernah berhasil
merumuskan UUD baru. Keadaan itu semakin mengguncang situasi politik Indonesia saat itu.

Dalam situasi dan kondisi seperti itu, beberapa partai politik mengajukan usul kepada Presiden
Soekarno agar mendekretkan berlakunya kembali UUD 1945 dan pembubaran konstituante. Oleh
karena itu pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekret yang berisi sebagai
berikut:

Pembubaran konstituante.

Berlakunya kembali UUD 1945.

Tidak berlakunya UUDS 1950.

Pembentukan MPRS dan DPAS.

Setelah keluarnya dekret Presiden 5 Juli 1959 dan tidak diberlakukannya lagi UUDS 1950, maka
secara otomatis sistem pemerintahan Demokrasi Parlementer tidak berlaku lagi di Indonesia.

F. Kelebihan dan Kelemahan Demokrasi Parlementer

1. Kelebihan Demokrasi Parlementer

Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi penyesuaian pendapat
antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu
partai atau koalisi partai.
Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik jelas.

Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi berhati-
hati dalam menjalankan pemerintahan.

Pembuatan keputusan memakan waktu yang cepat.

2. Kekurangan Demokrasi Parlementer

Kedudukan badan eksekutif atau kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan parlemen
sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.

Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir sesuai
dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar.

Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet adalah
anggota parlemen dan berasal dari partai mayoritas. Karena pengaruh mereka yang besar di
parlemen dan partai, anggota kabinet dapat mengusai parlemen.

Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif. Pengalaman mereka menjadi
anggota parlemen dimanfaatkan dan menjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan
eksekutif lainnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak pengalaman tentang demokrasi.
Sudah ada tiga jenis demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia, yaitu presidensial,
terpimpin, dan parlementer. Dari ketiga jenis demokrasi itu, yang menjadi pembuka lembaran
sejarah Indonesia adalah demokrasi parlementer yang dimulai sejak tanggal 14 November 1945
sampai dengan 5 Juli 1959.

Dalam demokrasi parlementer yang memiliki negara bagian, umumnya terjadi pada sistem
pemerintahan monarki ataupun tidak memiliki senat atau perwakilan tiap-tiap negara bagian
yang telah ditentukan jumlahnya oleh konstitusi yang dibangun oleh parlemen. Dulunya,
parlemen yang ada memilih perwakilan tiap negara bagian lalu kemudian, diganti dengan
pemilihan langsung bagi tiap negara bagian untuk menentukan senat mereka yang akan duduk di
negara pusat untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan aturan-aturan yang ada.

Kekacauan politik ini membuat keadaan negara menjadi dalam keadaan darurat. Hal ini
diperparah dengan Dewan Konstituante yang mengalami kebuntuan dalam menyusun konstitusi
baru, sehingga Negara Indonesia tidak memiliki pijakan hukum yang mantap Setelah keluarnya
dekret Presiden 5 Juli 1959 dan tidak diberlakukannya lagi UUDS 1950, maka secara otomatis
sistem pemerintahan Demokrasi Parlementer tidak berlaku lagi di Indonesia.

B. Saran

Agar demokrasi berjalan dengan optimal, kita harus mampu mengerti apa yang harus kita
lakukan sebagai warga negara yang baik dengan sadar akan hak dan kewajiban terhadap negara

Anda mungkin juga menyukai