Anda di halaman 1dari 13

DEMOKRASI PARLEMENTER

Oleh:
Decequen Putri Setiadi
Kelas

PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI
1945
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran
PKn. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan
sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan
informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Jakarta, 17 Agustus 1945


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Demokrasi Parlementer............................................................ 3
B. Sistem Pemerintahan Demokrasi Parlementer....................................... 4
C. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer di Indonesia................................ 5
D. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer Dalam Bidang Ekonomi............. 5
E. Akhir Masa Demokrasi Parlementer di Indonesia................................. 7
F. Kelebihan dan Kelemahan Demokrasi Parlementer.............................. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 9
B. Saran...................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan
warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno
pada abad ke-5 SM.
Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah
sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari
istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan definisi modern telah
berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem
“demokrasi” di banyak negara. Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu
demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan,
sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita
kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep
demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik.
Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai
indikator perkembangan politik suatu negara.
Berbicara mengenai demokrasi, Indonesia merupakan salah satu negara
yang memiliki banyak pengalaman tentang demokrasi. Sudah ada tiga jenis
demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia, yaitu presidensial, terpimpin,
dan parlementer. Dari ketiga jenis demokrasi itu, yang menjadi pembuka
lembaran sejarah Indonesia adalah demokrasi parlementer yang dimulai sejak
tanggal 14 November 1945 sampai dengan 5 Juli 1959. Melihat demokrasi
parlementer yang menjadi tonggak awal pelaksanaan demokrasi di Indonesia,
maka sudah selayaknya kita sebagai generasi penerus Indonesia mengenal
bagaimana proses permulaan dan lika-liku yang mewarnai perjalanan
demokrasi Indonesia..

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi demokrasi parlementer?
2. Bagaimana sistem pemerintahan demokrasi parlementer?
3. Bagaimana pelaksanaan demokrasi parlementer di Indonesia?
4. Bagaimana pelaksanaan demokrasi parlementer dalam bidang ekonomi?
5. Kapan akhir masa demokrasi parlementer di Indonesia?
6. Apa kelebihan dan kelemahan demokrasi parlementer?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Demokrasi Parlementer


Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan yang
parlemennya memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini
parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan
parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara
mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem
presidensiil, sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang
perdana menteri, yang berwenang terhadap jalannya pemerintahan. Dalam
presidensiil, presiden berwenang terhadap jalannya pemerintahan, namun
dalam sistem parlementer presiden hanya menjadi simbol kepala negara saja.
Sistem parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah
tergantung dari dukungan secara langsung atau tidak langsung cabang
legislatif, atau parlemen, sering dikemukakan melalui sebuah veto keyakinan.
Oleh karena itu, tidak ada pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang
eksekutif dan cabang legislatif, menuju kritikan dari beberapa yang merasa
kurangnya pemeriksaan dan keseimbangan yang ditemukan dalam sebuah
republik kepresidenan.
Sistem parlemen dipuji, dibanding dengan sistem presidensiil, karena
kefleksibilitasannya dan tanggapannya kepada publik. Kekurangannya adalah
dia sering mengarah ke pemerintahan yang kurang stabil, seperti dalam
Republik Weimar Jerman dan Republik Keempat Perancis. Sistem parlemen
biasanya memiliki pembedaan yang jelas antara kepala pemerintahan dan
kepala negara, dengan kepala pemerintahan adalah perdana menteri, dan
kepala negara ditunjuk sebagai dengan kekuasaan sedikit atau seremonial.
Namun beberapa sistem parlemen juga memiliki seorang presiden terpilih
dengan banyak kuasa sebagai kepala negara, memberikan keseimbangan
dalam sistem ini. Negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer
adalah Inggris, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura dan sebagainya.
Sebuah bentuk demokrasi dalam sistem pemerintah di mana partai atau
koalisi dari partai-partai dengan representasi terbesar dalam wilayah legislatif

3
dalam pemerintahan. Pemimpin dari parlemen dalam sistem pemerintahan
demokrasi parlementer adalah perdana menteri ataupun kanselir. Eksekutif
dalam pemerintahan ditunjuk oleh para anggota parlemen oleh perdana
menteri dalam kabinet. Partai yang minor berlaku sebagai oposisi terhadap
mayoritas dan memiliki tugas untuk menantang. Perdana menteri dapat
diturunkan apabila kehilangan kepercayaan dari partai yang berkuasa ataupun
dari dewan-dewan yang berada dalam parlemen. Demokrasi parlementer
menurut sejarah lahir di Britain (Inggris Raya) dan diadopsi dalam bentuk-
bentuk yang beragam pada beberapa negara lainnya dan bekas koloni Inggris.

B. Sistem Pemerintahan Demokrasi Parlementer


Terlihat jelas bahwa rakyat, para pemilih hanya memilih legislatif saja,
selanjutnya para dewan di parlemen atau anggota legislatif akan memilih
perdana menteri dan kemudian, perdana menteri menentukan anggota-anggota
kabinet dan selanjutnya dipertanggungjawabkan kepada parlemen dan
selanjutnya bertindak sebagai eksekutif. Akan tetapi, di beberapa negara yang
menganut demokrasi parlementer tetap memiliki presiden, perdana menteri
dan sistem kekuasaan yang bukan lagi demokrasi parlementer.
Dalam demokrasi parlementer yang memiliki negara bagian, umumnya
terjadi pada sistem pemerintahan monarki ataupun tidak memiliki senat atau
perwakilan tiap tiap negara bagian yang telah ditentukan jumlahnya oleh
konstitusi yang dibangun oleh parlemen. Dulunya, parlemen yang ada
memilih perwakilan tiap negara bagian lalu kemudian, diganti dengan
pemilihan langsung bagi tiap negara bagian untuk menentukan senat mereka
yang akan duduk di negara pusat untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan
aturan-aturan yang ada. Dalam segi kekuasaan, bila terbentuk senat, maka
kekuasaan terbesar terletak pada senat atau senator, bukan lagi house of
representative atau dewan perwakilan yang umumnya ada. Akan tetapi,
mereka diharuskan untuk tetap bekerja sama untuk menjadi legislator dalam
pemerintahan. Hingga sekarang ini, negara-negara yang mengaku menganut
demokrasi parlementer banyak memiliki cara pemilihan dan rantai kekuasaan
yang betul-betul rumit.

4
C. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer di Indonesia
Setelah bangsa Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya
pada tanggal 17 Agustus 1945 dan dengan disahkannya UUD 1945 sebagai
konstitusi negara, Pancasila sebagai dasar negara, perjuangan pada masa pasca
proklamasi adalah mempertahankan dan mengisi kemerdekaan bangsa.
Salah satu cara untuk mengisi kemerdekaan adalah dengan
mempertahankan kemerdekaan bangsa yang telah lama diraih oleh pejuang-
pejuang bangsa. Cara mempertahankannya sendiri adalah di antaranya dengan
mempelajari sejarah pelaksanaan demokrasi di Indonesia sehingga dapat
dijadikan tolak ukur dalam penentuan sistem pemerintahan yang baik, yang
sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa. Dengan belajar dari sejarah, kita
dapat memetik ilmu serta dapat menganalisis baik buruknya dampak yang
ditimbulkan dari berbagai pelaksanaan demokrasi yang berbeda-beda di
Indonesia.
Menurut sejarahnya, bangsa Indonesia pernah menerapkan tiga model
demokrasi, yaitu demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, dan demokrasi
Pancasila. Setiap fase tentunya memiliki karakteristik yang merupakan ciri
khas dari pelaksanaan tiap-tiap tiap fase demokrasi. Namun, untuk
pembahasan kali ini penulis akan mengkhususkan pembahasan mengenai
pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada masa Demokrasi Parlementer 1945
– 1959. Sebelum menginjak ke pembahasan selanjutnya, terlebih dulu penulis
akan memaparkan mengenai pengertian dan ciri-ciri dari demokrasi
parlementer itu sendiri. Demokrasi liberal dikenal pula sebagai demokrasi
parlementer karena pada saat itu berlangsung sistem pemerintahan
parlementer dan berlaku UUD 1945 periode pertama, konstitusi RIS, dan
UUDS 1950.

D. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer Dalam Bidang Ekonomi


Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem
ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan
pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire

5
laissez passer. Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa
bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina. Pada
akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia
yang baru merdeka. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah
ekonomi, antara lain:
1. Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret
1950, untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga
turun.
2. Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan
wiraswastakan pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa
bersaing dengan perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang
tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi
serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar
nantinya dapat berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional.
Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung
konsumtif dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-pribumi.
3. Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15
Desember 1951 lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank
sentral dan bank sirkulasi.
4. Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai
Mr Iskak Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerja sama antara
pengusaha cina dan pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi
diwajibkan memberikan latihan-latihan pada pengusaha pribumi, dan
pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta
nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena pengusaha
pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk
mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah.
5. Pembatalan sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar, termasuk
pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha
Belanda yang menjual perusahaannya sedangkan pengusaha-pengusaha
pribumi belum bisa mengambil alih perusahaan-perusahaan tersebut.

6
E. Akhir Masa Demokrasi Parlementer di Indonesia
Kekacauan politik ini membuat keadaan negara menjadi dalam keadaan
darurat. Hal ini diperparah dengan Dewan Konstituante yang mengalami
kebuntuan dalam menyusun konstitusi baru, sehingga Negara Indonesia tidak
memiliki pijakan hukum yang mantap. Kegagalan konstituante disebabkan
karena masing-masing partai hanya mengejar kepentingan partainya saja tanpa
mengutamakan kepentingan negara dan Bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Masalah utama yang dihadapi konstituante adalah tentang penetapan dasar
negara.
Terjadi tarik-ulur di antara golongan-golongan dalam konstituante.
Sekelompok partai menghendaki agar Pancasila menjadi dasar negara, namun
sekelompok partai lainnya menghendaki agama Islam sebagai dasar negara.
Pemungutan suara dilakukan 3 kali dan hasilnya yaitu suara yang setuju selalu
lebih banyak dari suara yang menolak kembali ke UUD 1945, tetapi anggota
yang hadir selalu kurang dari dua pertiga. Hal ini menjadi masalah karena
masih belum memenuhi syarat. Dengan kegagalan konstituante mengambil
suatu keputusan, maka sebagian anggotanya menyatakan tidak akan
menghadiri siding konstituante lagi. Sampai tahun 1959 Konstituante tidak
pernah berhasil merumuskan UUD baru. Keadaan itu semakin mengguncang
situasi politik Indonesia saat itu.
Dalam situasi dan kondisi seperti itu, beberapa partai politik mengajukan
usul kepada Presiden Soekarno agar mendekretkan berlakunya kembali UUD
1945 dan pembubaran Konstituante. Oleh karena itu pada tanggal 5 Juli 1959,
Presiden Soekarno mengeluarkan dekret yang berisi sebagai berikut:
1. Pembubaran Konstituante.
2. Berlakunya kembali UUD 1945.
3. Tidak berlakunya UUDS 1950.
4. Pembentukan MPRS dan DPAS.
Setelah keluarnya dekret Presiden 5 Juli 1959 dan tidak diberlakukannya
lagi UUDS 1950, maka secara otomatis sistem pemerintahan Demokrasi
Parlementer tidak berlaku lagi di Indonesia.

7
F. Kelebihan dan Kelemahan Demokrasi Parlementer
1. Kelebihan Demokrasi Parlementer
a. Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi
penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena
kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi
partai.
b. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan
publik jelas.
c. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet
sehingga kabinet menjadi berhati-hati dalam menjalankan
pemerintahan.
d. Pembuatan keputusan memakan waktu yang cepat.
2. Kekurangan Demokrasi Parlementer
a. Kedudukan badan eksekutif atau kabinet sangat tergantung pada
mayoritas dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat
dijatuhkan oleh parlemen.
b. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa
ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-
waktu kabinet dapat bubar.
c. Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para
anggota kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai
mayoritas. Karena pengaruh mereka yang besar di parlemen dan partai,
anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
d. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan
menjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif
lainnya.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak
pengalaman tentang demokrasi. Sudah ada tiga jenis demokrasi yang pernah
diterapkan di Indonesia, yaitu presidensial, terpimpin, dan parlementer. Dari
ketiga jenis demokrasi itu, yang menjadi pembuka lembaran sejarah Indonesia
adalah demokrasi parlementer yang dimulai sejak tanggal 14 November 1945
sampai dengan 5 Juli 1959.
Dalam demokrasi parlementer yang memiliki negara bagian, umumnya
terjadi pada sistem pemerintahan monarki ataupun tidak memiliki senat atau
perwakilan tiap-tiap negara bagian yang telah ditentukan jumlahnya oleh
konstitusi yang dibangun oleh parlemen. Dulunya, parlemen yang ada
memilih perwakilan tiap negara bagian lalu kemudian, diganti dengan
pemilihan langsung bagi tiap negara bagian untuk menentukan senat mereka
yang akan duduk di negara pusat untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan
aturan-aturan yang ada.
Kekacauan politik ini membuat keadaan negara menjadi dalam keadaan
darurat. Hal ini diperparah dengan Dewan Konstituante yang mengalami
kebuntuan dalam menyusun konstitusi baru, sehingga Negara Indonesia tidak
memiliki pijakan hukum yang mantap Setelah keluarnya dekret Presiden 5 Juli
1959 dan tidak diberlakukannya lagi UUDS 1950, maka secara otomatis
sistem pemerintahan Demokrasi Parlementer tidak berlaku lagi di Indonesia.

B. Saran
Agar demokrasi berjalan dengan optimal, kita harus mampu mengerti apa
yang harus kita lakukan sebagai warga negara yang baik dengan sadar akan
hak dan kewajiban terhadap negara.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://makalahhisto.blogspot.co.id/2013/04/makalah-sejarah-mengenai-
demokrasi.html

http://www.learniseasy.com/2015/10/pengertian-demokrasi-parlementer-dan-
penjelasannya.html

http://www.lihatdisini.com/definisi-dan-pengertian/definisi-dan-pengertian-
demokrasi-parlementer-adalah

https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_parlementer

https://www.academia.edu/17950973/Makalah_Demokrasi_Parlementer

Anda mungkin juga menyukai