Anda di halaman 1dari 14

Tugas Kelompok Dosen Pengampuh

“ hukum dan Lembaga negara “ Dr. H. Abu Samah, MH.

HUKUM DAN LEMBAGA PRESIDEN DAN LEMBAGA BADAN


PEMERIKSA KEUANGAN (BPK)

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 6

ELSI AGUS MELAN :12020723425


SOFI YULIA ANGGRAINI: 12020722834

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatu


Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah Hukum
Dan Lembaga Negara yang berjudul “Hukum Dan Lembaga Presiden Dan
Lembaga Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)”.

Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Saw. sang


pembawa rahmat bagi seluruh alam, sosok tauladan yang patut kita tiru sebagai
bekal kita menempuh perjalanan di dunia dan akhirat.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini dan semoga makalah yang sederhana ini
bisa bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi penulis.
Mungkin dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang
perlu dikoreksi baik dari segi susunan tata bahasa maupun materi yang dibahas.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat penulis harapkan
demi kemajuan di masa yang akan datang.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatu

Pekanbaru, 17 Agustus 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 2
C. TUJUAN ......................................................................................................... 2
BAB III HUKUM DAN LEMBAGA PRESIDEN DAN LEMBAGA BADAN
PEMERIKSA KEUANGAN (BPK) .................................................................... 3
A. HUKUM DAN LEMBAGA PRESIDEN ..................................................... 3
B.HUKUM DAN LEMBAGA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK) .. 4
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 8
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 8
B. Saran ............................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10

iii
iv
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Upaya pencapaian tujuan negara memerlukan pembiayaan yang
cukup dan dikelola secara benar dan bertanggung jawab oleh pemerintah.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan lemba yang bertanggung
jawab dengan masalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan
negara. BPK ditempatkan sebagai lembaga negara yang dekat dengan DPR,
dengan penegasan bahwa hasil pemeriksaan BPK tentang tanggung jawab
keuangan negara tersebut diserahkan kepada DPR, bahkan dapat dikatakan
bahwa BPK itu adalah mitra kerja DPR dalam mengawasi pemerintah,
khususnya dalam hal keuangan negara. Keuangan negara dalam bentuk dan
materi muatannya yang dikenal sekarang ini secara terpisah-pisah terdapat
dalam APBN, APBD, anggaran-anggaran BUMN/BUMD, dan tempat-
tempat atau lembaga-lembaga lain berdasarkan ketentuan perundang-
undangan, sehingga pada hakekatnya seluruh kekayaan negara merupakan
keuangan negara yang diperiksa pertanggungjawabannya oleh BPK. Dalam
rangka transparansi dan peningkatan partisipasi publik, penulis
menyarankan setiap laporan pemeriksaan BPK yang sudah disampaikan
kepada lembaga perwakilan rakyat (DPR) itu harus terbuka untuk umum
dengan cara salah satunya adalah melalui situs web BPK. Tujuannya adalah
agar masyarakat dapat memperoleh kesempatan untuk mengetahui hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK.
Hukum dan lembaga presiden berdasarkan perubahan UUD 1945
menetapkan perubahan sistem pemerintahan yang dianut yakni
memperjelas dan mempertegas sistem Presidentil atau sistem kongresional,
merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasaan
eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif.
Sistem pemerintahan yang ditetapkan dalam UUD 1945 sebelum
amandemen, walaupun ditetapkan sistem presindentil tetapi ciri-ciri sistem
parlementer masih terlihat kalau dilihat dari cara kewenangan dari lembaga
perwakilan. pengisian dan
Perubahan UUD 1945 telah menetapkan banyak perubahan
mengenai kekuasaan lembaga kepresidenan, mulai dari pengisian jabatan
Presiden, kekuasaan presiden sampai pemberhentian pemikiran perubahan
terhadap beberapa pasal dari UUD Presiden. 1945 mengenai Presiden dapat
dilihat dari perspektik Dasar teoritis yang ingin mewujudkan sistem
pemerintahan presidentil untuk lebih mendekati konsep ideal dari sistem
tersebut.
Sesuai fungsinya sebagai lembaga pemeriksa keuangan, Badan
Pemeriksa Keuangan pada pokoknyalebih dekat fungsi parlemen. Karena

1
itu hubungan kerja Badan Pemeriksa Keuangan dengan parlemen makin
dipererat. Bahkan dapat dikatakan Badan Pemeriksa Keuangan adalah mitra
kerja yang erat bagi Dewan Perwakilan Rakyat dalam mengawasi kinerja
pemerintahan, khususnya yang berkenaan dengan soal- soal dan kekayaan
negara. Pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian anggota dan pimpinan
BPK hendaklah dilihat sebagai kewenangan DPR. Karena itu, pencalonan
anggota BPK haruslah datang dari DPR untuk kemudian ditetapkan oleh
Presiden.
Disamping itu, mitra kerja BPK yang semula hanya DPR ditingkat
pusat dikembangkan juga kedaerah- daerah. Sehingga laporan hasil
pemeriksaan BPK tidak saja harus disampaika kepada DPR, tetapi juga
Dewan Perwakilan Daerah dan juga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
baik tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota. Mengapa demikian?
Karena objek pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan itu hanya terbatas
pada pada pelaksanaan dan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), tetapi juga Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana hukum dan Lembaga presiden?
2. Bagaimana hukum dan Lembaga badan pemeriksa keuangan?

C. TUJUAN
1. Mengetahui hukum dan Lembaga presiden
2. Mengetahui hukum dan Lembaga badan pemeriksa keuangan?

2
BAB II
HUKUM DAN LEMBAGA PRESIDEN DAN LEMBAGA BADAN
PEMERIKSA KEUANGAN (BPK)

A. HUKUM DAN LEMBAGA PRESIDEN


Hukum dan lembaga presiden berdasarkan perubahan UUD 1945
menetapkan perubahan sistem pemerintahan yang dianut yakni
memperjelas dan mempertegas sistem Presidentil atau sistem kongresional,
merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasaan
eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif.
Sistem pemerintahan yang ditetapkan dalam UUD 1945 sebelum
amandemen, walaupun ditetapkan sistem presindentil tetapi ciri-ciri sistem
parlementer masih terlihat kalau dilihat dari cara kewenangan dari lembaga
perwakilan. pengisian dan
Perubahan UUD 1945 telah menetapkan banyak perubahan
mengenai kekuasaan lembaga kepresidenan, mulai dari pengisian jabatan
Presiden, kekuasaan presiden sampai pemberhentian pemikiran perubahan
terhadap beberapa pasal dari UUD Presiden. 1945 mengenai Presiden dapat
dilihat dari perspektik Dasar teoritis yang ingin mewujudkan sistem
pemerintahan presidentil untuk lebih mendekati konsep ideal dari sistem
tersebut. Disisi lain perubahan tersebut sangat dilatar belangi adanya
praktek ketatanegaraan semenjak Indonesia merdeka sampai runtuhnya
rezim orde baru.Perubahan UUD 1945 telah melahirkan perubahan yang
mendasar dan cukup besar mengenai kekuasaan Presiden. Mulai dari
perubahan pertama yang menjadi sasaran perubahan adalah kekuasaan
Presiden karena masalalu ini yang dianggap melahirkan pemerintahan yang
tidak demokratis. Apabila UUD 1945 sebelum perubahan memberikan
kekuasaan yang besar kepada Presiden. UUD 1945 pasca amandemen
banyak memberikan pembatasan terhadap kekuasaan Presiden, baik dari
segi fungsional maupun dari segi waktu atau periode.
Ada kekuasaan Presiden yang bergeser ke DPR seperti kekuasaan
dalam pembentukan undang-undang walaupun dalam prosesnya melibatkan
Presiden, ada kekuasaan Presiden yang dulunya bersifat mandiri sekarang
sudah terkait dengan lembaga negara lain. 1

1Abu Samah, “Hukum dan Lembaga negara (Lembaga pusat dan daerah) di indonesia”,
(Pekanbaru:CV.Cahaya Firdaus), 2022, hlm 60-61

3
Dalam pengisian jabatan Presiden dan Wakil Presiden telah terjadi
perubahan sistem demokrasi, dari sistem demokrasi perwakilan menjadi
demokrasi langsung. Hal ini berarti telah terjadi pelaksanaan pergeseran
kedaulatan rakyat terkait dengan pemiliham Presiden dari MPR kepada
rakyat.
Terjadinya peralihan ini disatu sisi adalah dalam kerangka
pelaksanaan system presidentil, disis lain dilatarbelakangi oleh praktek
ketatanegaraan dalam pengisian jabatan Presiden selama ini yang kurang
mencerminkan prinsip demokrasi Terjadinya perubahan sistem pengisian
jabatan Presiden juga mengubah tata cara pemberhentian Presiden. Sebelum
amandemen UUD 1945 pemberhentian Presiden berdasarkan
pertanggungjawaban politik. UUD amandemen 1945 pasca menetapkan
pemberhentian Presiden melalui proses hukum. Walaupun putusan akhir
ditentukan oleh MPR tetapi ada tiga lembaga negara yang terlibat dalam
pemberhentian Presiden yaitu DPR, MK dan MPR.

B. HUKUM DAN LEMBAGA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


(BPK)

Hukum dan lembaga BPK dalam UUD 1945 pasca amandemen


keberadaan BPK diatur dalam BAB tersendiri, hal ini dimaksudkan untuk
memberi dasar hukum yang lebih kuat serta pengaturan lebih rinci menjadi
BPK yang bebas dan mandiri. Dan sebagai lembaga negara dengan fungsi
memeriksa pengeluaran dan tanggungjawab keuangan negara. Dengan
adanya ketentuan mengenai hal ini dalam Undang-Undang Dasar 1945,
dharapkan pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara dilakukan secara optimal.
Dengan demikian diharapkan meningkatkan transparansi dan
tanggungjawab (akuntabilits) keuangan Negara. Terkait dengan
pemeriksaan keuangan negara, ditegaskan BPK juga berwenang melakukan
pemeriksaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) walau
daerah mempunyai otonomi. Untuk itu BPK mempunyal perwakilan
disetiap provinsi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 23C ayat (1).
Sesuai fungsinya sebagai lembaga pemeriksa keuangan, Badan
Pemeriksa Keuangan pada pokoknyalebih dekat fungsi parlemen. Karena
itu hubungan kerja Badan Pemeriksa Keuangan dengan parlemen makin
dipererat. Bahkan dapat dikatakan 2

2 IBID, Abu Samah, hlm 61-62

4
Badan Pemeriksa Keuangan adalah mitra kerja yang erat bagi
Dewan Perwakilan Rakyat dalam mengawasi kinerja pemerintahan,
khususnya yang berkenaan dengan soal- soal dan kekayaan negara.
Pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian anggota dan pimpinan BPK
hendaklah dilihat sebagai kewenangan DPR. Karena itu, pencalonan
anggota BPK haruslah datang dari DPR untuk kemudian ditetapkan oleh
Presiden.
Disamping itu, mitra kerja BPK yang semula hanya DPR ditingkat
pusat dikembangkan juga kedaerah- daerah. Sehingga laporan hasil
pemeriksaan BPK tidak saja harus disampaika kepada DPR, tetapi juga
Dewan Perwakilan Daerah dan juga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
baik tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota. Mengapa demikian?
Karena objek pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan itu hanya terbatas
pada pada pelaksanaan dan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), tetapi juga Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD).3
1. Determinasi Lembaga Audit
Keberadaan suatu badan yang memeriksa keuangan negara
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari mekanisme check and
balances. Dalam praktik di banyak negara, lembaga semacam ini
dipandang sebagai lembaga penunjang (auxiliary state bodies),
terhadap lembaga legislatif, dan menjadi bagian dari akuntabilitas
badan perwakilan itu sendiri.
Dalam kajian The International Organization of Audit Institute,
keberadaan suatu lembaga pemeriksa keuangan negara penting untuk
mengendalikan pengelolaan keuangan negara dan mencegah korupsi di
sektor publik. Lembaga ini merupakan actor utama dalam pengelolaan
anggaran negara dan sistem pengawasan keuangan, sekaligus juga
―providing much-needed checks and balances in the management of
public finances.
Lembaga pemeriksa keuangan negara, menurut Dye dan
Stapenhurst, merupakan ―pillars of integrity‖, yang berperan sebagai
―agencies of government restraint within the state. Diuraikan lebih
lanjut, bahwa fungsi lembaga ini ―to review the robustness and
effectiveness of financial management, government accounts and
control systems and, therefore, contributing to strengthening those.4

3IBID, Abu Samah, hlm 62


4Isharyanto,”Hukum Kelembagaan Negara” . Cetakan I . Surakarta . Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta. 2015, hlm 223-225

5
Sebuah lembaga pemeriksa keuangan negara sebagai lembaga
audit tertinggi, lazim ditetapkan di sebuah negara demokratis. Sebuah
asosiasi seperti Uni Eropa pun memiliki juga lembaga jenis ini, yang
disebut sebagai European Court of Auditors. Fungsi lembaga ini dalam
suatu negara lebih luas dan lebih besar jangkauannya dibandingkan
sekedar profesi pengawas keuangan
2. Model-Model Kelembagaan Pemeriksa Keuangan
Di negara-negara sub Sahara Afrika yang berbahasa Prancis, seperti
Burundi, Burkina Faso, Kamerun, Kongo, Madagarkar, Mali, Nigeria,
Senegal, dan Togo, dikenal 2 kelembagaan terkait dengan pemeriksaan
keuangan negara, yaitu the Court of Account dan the General State
Inspektorat.
Lembaga the Court of Account dapat merupakan divisi khusus dari
Mahkamah Agung atau merupakan badan peradilan khusus dalam sistem
yudisial negara yang bersangkutan. Para penuntut dan hakim di the Court
of Account dipimpin oleh seorang Ketua, yang dicalonkan oleh Presiden.
Peradilan ini, yang juga didukung oleh sejumlah staf, berwenang untuk
memutus perkara legalitas dan pengaturan transaksi rekening para
individu akuntan public serta melaporkannya kepada Parlemen sebagai
bagian dari keseluruhan anggaran negara. Parlemen kemudian
menyetujui hasil pemeriksaan pengadilan. Para aparatnya secara
tradisional disukai yang berlatar belakang sarjana hukum dibandingkan
akuntan atau auditor, sekalipun di sejumlah negara cakupan kompetensi
itu dapat diperluas.
Sarjana seperti Allen and Tommasi573 merumuskan adanya 3 model
kelembagaan lembaga pemeriksa keuangan yaitu model monokratik
(monocratic model), model peradilan (court model), dan model dewan
atau kollegial (board or collegial model). Berikut ini dibahas secara
ringkas penjelasan atas masing-masing model tersebut.
a. Pertama, model monokratik (monocratic model).
Kelembagaan pemeriksaan keuangan negara pada model ini
dijalankan oleh satu organ auditor tunggal yang bersifat independen
dan menjadi alat kelengkapan Parlemen. Fokus wewenang lembaga
ini adalah audit represif, dibandingkan pemeriksaan yang bersifat
preventif.5

5 IBID, Isharyanto, hlm 225, 227, 230

6
b. Kedua, model peradilan (court model).
Pemeriksaan keuangan negara dilakukan oleh sebuah badan yang
bersifat kollegial dan berfungsi sebagai peradilan yang menyerupai
peradilan tata usaha negara
c. Ketiga, model dewan (board model).
Model ini merupakan model di mana kelembagaan pemeriksaan
keuangan negara dilaksanakan oleh sebuah dewan yang bersifat
kolegial akan tetapi tidak mempunyai wewenang sebagai suatu badan
quasi peradilan.6
3. .Mekanisme Pemeriksaan Keuangan Negara
Masing-masing negara mempunyai keragaman dalam menentukan
pemeriksaan keuangan negara dan hal ini merupakan salah fenomena
yang berkembang dari waktu ke waktu. Pada hakekatnya, mekanisme
pemeriksaan keuangan negara ditentukan oleh 4 faktor utama yaitu tipe
audit, jangka waktu, daya jangkau, dan tindaklanjut hasil pemeriksaan.
a) Faktor Tipe Audit
b) Faktor Waktu
c) Faktor Daya Jangkau
d) Faktor Tindaklanjut Hasil Pemeriksaan

6 IBID, Isharyanti, hlm 231

7
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum dan lembaga presiden berdasarkan perubahan UUD 1945
menetapkan perubahan sistem pemerintahan yang dianut yakni memperjelas
dan mempertegas sistem Presidentil atau sistem kongresional, merupakan
sistem pemerintahan negara republik di mana kekuasaan eksekutif dipilih
melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan legislatif. Sistem pemerintahan
yang ditetapkan dalam UUD 1945 sebelum amandemen, walaupun ditetapkan
sistem presindentil tetapi ciri-ciri sistem parlementer masih terlihat kalau dilihat
dari cara kewenangan dari lembaga perwakilan. 1945 mengenai Presiden dapat
dilihat dari perspektik Dasar teoritis yang ingin mewujudkan sistem
pemerintahan presidentil untuk lebih mendekati konsep ideal dari sistem
tersebut. Perubahan UUD 1945 telah melahirkan perubahan yang mendasar dan
cukup besar mengenai kekuasaan Presiden.
Mulai dari perubahan pertama yang menjadi sasaran perubahan adalah
kekuasaan Presiden karena masalalu ini yang dianggap melahirkan
pemerintahan yang tidak demokratis. Apabila UUD 1945 sebelum perubahan
memberikan kekuasaan yang besar kepada Presiden. Ada kekuasaan Presiden
yang bergeser ke DPR seperti kekuasaan dalam pembentukan undang-undang
walaupun dalam prosesnya melibatkan Presiden, ada kekuasaan Presiden yang
dulunya bersifat mandiri sekarang sudah terkait dengan lembaga negara lain.
Terjadinya peralihan ini disatu sisi adalah dalam kerangka pelaksanaan system
presidentil, disis lain dilatarbelakangi oleh praktek ketatanegaraan dalam
pengisian jabatan Presiden selama ini yang kurang mencerminkan prinsip
demokrasi Terjadinya perubahan sistem pengisian jabatan Presiden juga
mengubah tata cara pemberhentian Presiden.
Walaupun putusan akhir ditentukan oleh MPR tetapi ada tiga lembaga
negara yang terlibat dalam pemberhentian Presiden yaitu DPR, MK dan MPR.
Hukum dan lembaga BPK dalam UUD 1945 pasca amandemen keberadaan
BPK diatur dalam BAB tersendiri, hal ini dimaksudkan untuk memberi dasar
hukum yang lebih kuat serta pengaturan lebih rinci menjadi BPK yang bebas
dan mandiri. Badan Pemeriksa Keuangan adalah mitra kerja yang erat bagi
Dewan Perwakilan Rakyat dalam mengawasi kinerja pemerintahan, khususnya
yang berkenaan dengan soal- soal dan kekayaan negara. Disamping itu, mitra
kerja BPK yang semula hanya DPR ditingkat pusat dikembangkan juga
kedaerah- daerah.

8
Kelembagaan Pemeriksa KeuanganLembaga the Court of Account dapat
merupakan divisi khusus dari Mahkamah Agung atau merupakan badan
peradilan khusus dalam sistem yudisial negara yang bersangkutan. Para
penuntut dan hakim di the Court of Account dipimpin oleh seorang Ketua, yang
dicalonkan oleh Presiden. Peradilan ini, yang juga didukung oleh sejumlah staf,
berwenang untuk memutus perkara legalitas dan pengaturan transaksi rekening
para individu akuntan public serta melaporkannya kepada Parlemen sebagai
bagian dari keseluruhan anggaran negara. Para aparatnya secara tradisional
disukai yang berlatar belakang sarjana hukum dibandingkan akuntan atau
auditor, sekalipun di sejumlah negara cakupan kompetensi itu dapat diperluas.
Sarjana seperti Allen and Tommasi573 merumuskan adanya 3 model
kelembagaan lembaga pemeriksa keuangan yaitu model monokratik , model
peradilan , dan model dewan atau kollegial . Fokus wewenang lembaga ini
adalah audit represif, dibandingkan pemeriksaan yang bersifat preventif.

B. Saran
Kami mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan. Penulis berharap semoga makalah yang berjudul “Hukum Dan Lembaga
Presiden Dan Lembaga Badan Pemeriksa Keuangan (Bpk)” ini dapat menambah
wawasan dan bermanfaat bagi kami maupun bagi semua pihak

9
DAFTAR PUSTAKA

Abu Samah, 2022 “Hukum dan Lembaga negara (Lembaga pusat dan daerah) di
indonesia”, (Pekanbaru:CV.Cahaya Firdaus),
Isharyanto, 2015 ”Hukum Kelembagaan Negara” . Cetakan I . Surakarta . Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai