Anda di halaman 1dari 10

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

HUKUM DAN LEMBAGA NEGARA Dr. H. Abu Samah, MH.

PERUBAHAN HUKUM DAN LEMBAGA NEGARA TERHADAP


LEMBAGA TINGGI NEGARA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

CINDDY ALLISYA F 11920724126

DANDI SAPUTRA 11920711477

WULANDA SARI 11920721853

KONSENTRASI HTN-D

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT.atas berkat dan rahmat-Nyalah kita
senantiasa diberi kesehatan jasmani maupun rohani dan berkah yang tak terhingga. Shalawat
serta salam tak lupa kami hanturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW,
yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benerang seperti
yang kita rasakan saat ini. Pembuatan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
“Hukum Dan Lembaga Negara”, guna lebih mengetahui dan memahami mengenai Perubahan
Hukum Dan Lembaga Negara Terhadap Lembaga Tinggi Negara.
Kami berharap dengan selesainya tugas makalah ini dapat memudahkan kita semua untuk
lebih memahami mata kuliah “Hukum Dan Lembaga Negara” khususnya materi mengenai
Perubahan Hukum Dan Lembaga Negara Terhadap Lembaga Tinggi Negara.. Kami juga
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi
penulisan, pemilihan kata, kerapian, dan isi.Oleh karena itu, kepada para pembaca makalah ini,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan
makalah ini dan perbaikan dalam berbagai hal untuk kedepannya.

Pekanbaru, 30 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------- i

DARTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------ ii

BAB I PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------------------- 1

A. LATAR BELAKANG ---------------------------------------------------------------------- 1


B. RUMUSAN MASALAH ------------------------------------------------------------------- 1
C. TUJUAN -------------------------------------------------------------------------------------- 1

BAB II PEMBAHASAN
A. PERUBAHAN HUKUM-------------------------------------------------------------------- 2
B. LEMBAGA TINGGI NEGARA---------------------------------------------------------- 2

BAB III PENUTUP ---------------------------------------------------------------------------------- 8

A. KESIMPULAN ------------------------------------------------------------------------------ 8
B. SARAN ---------------------------------------------------------------------------------------- 8

DAFTAR PUSTAKA -------------------------------------------------------------------------------- 9


A. PERUBAHAN HUKUM

Lembaga negara sering dipersamakan dengan organisasi negara, ada dua unsur pokok
yang saling berkaitan, yaitu organ dan functie. Organ adalah bentuk atau wadahnya sedangkan
fungsi adalah isinya . Organ adalah status bentuknya seperti; Inggris: Form, Jerman: Vorm,
Sedangkan functie adalah gerakan wadah itu sesuai maksud pembentukannya.

Amandemen UUD 1945 berdampak juga pada perubahan kedudukan lembaga-lembaga


negara, ada yang lembaga baru yang bertambah, lembaga yang dihapuskan serta lembaga negara
yang bergeser kedudukannya. Salah satu lembaga negara yang kedudukannya bergeser adalah
MPR. Susunan MPR mengalami perubahan mendasar.

Apabila sebelum perubahan, susunan keanggotaan MPR itu terdiri atas anggota DPR,
utusan daerah, dan utusan golongan. Kini menjadi anggota DPR dan dewan perwakilan rakyat
atau DPD yang dipilih melalui pemilu. Dengan demikian keberadaan utusan daerah dan utusan
golongan sebagai salah satu elemen dalam MPR ini berakhir. MPR sebelumnya merupakan
lembaga tinggi negara yang membawahi lembaga kini telah menjadi sejajar dengan lembaga
konstitusional lainnya. MPR tidak lagi menetapkan garis garis besar haluan negara baik yang
berbentuk gbhn maupun yang berupa peraturan perundang-undangan. Kewenangan untuk
mengangkat Presiden dan Wakil Presiden kini berpindah tangan kepada rakyat. Rakyat kini
dapat memilih secara langsung calon presiden, yang berkaitan dengan berwenang untuk melantik
Presiden dan Wakil Presiden yang telah dipilih secara langsung. Hal ini merupakan rangkaian
proses reformasi, oleh sebab itu penataan dalam sistem kelembagaan pun turut mengalami
perubahan.

Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 terdapat tidak kurang dari 28 subjek hukum
kelembagaan. Secara tekstual dapat dikemukakan organ-organ yang dimaksud itu satu persatu
menurut urutan pasal yang mengaturnya di dalam Undang-Undang Dasar 1945 yaitu sebagai
berikut: 1) Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR, 2) Presiden, 3) Wakil Presiden, 4)
Menteri Dan Kementerian Negara, 5) Dewan Pertimbangan Presiden, 6) Duta, 7) Konsul, 8)
Pemerintahan Daerah Provinsi, 9) Gubernur Kepala Pemerintahan Daerah, 10) Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, 11) Pemerintahan Daerah, Kabupaten, 12) Bupati Kepala
Pemerintahan Daerah Kabupaten, 13) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, 14) Pemerintahan
Daerah Kota, 15) Walikota Kepala Pemerintahan Daerah, 16) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kota, 17) Dewan Perwakilan Rakyat, 18) Dewan Perwakilan Daerah Atau DPD , 19) Komisi
Penyelenggara Pemilu, 20) Bank Sentral, 21) Badan Pemeriksa Keuangan, 22) Mahkamah
Agung, 23) Mahkamah Konstitusi, 24) Komisi Yudisial, 25) Tentara Nasional Indonesia, 26)
Kepolisian Negara Republik Indonesia, 27) Satuan Pemerintahan Daerah, 28) Badan-Badan
Lainnya Yang Fungsinya Terkait Dengan Kehakiman Seperti Kejaksaan.

Dari 28 organ atau subjek tersebut, tidak semuanya ditentukan dengan jelas ,
keberadaannya di dalam UUD 1945. Yang keberadaannya ditentukan dan jelas di dalam UUD
hanya 23 organ atau 24 subjek jabatan, sementara itu 4 lainnya tidak diatur dengan jelas di dalam
UUD 1945. 4 organ lainnya adalah 1) Bank Sentral, 2) Duta, 3) Konsul, 4) Badan-Badan Lain
Yang Berkaitan Dengan Kekuasaan Kehakiman.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 terdapat banyak lembaga negara yang disebut baik
secara langsung maupun tidak langsung. Organ tersebut dapat dibedakan secara hierarki.
Hierarki antar lembaga negara itu penting untuk ditentukan dikarenakan harus ada pengaturan
mengenai perlakuan hukum terhadap orang yang menduduki jabatan dalam lembaga negara itu.

Dari segi hierarki lembaga-lembaga negara itu dapat dibedakan dalam tiga lapis. Pertama
lembaga tinggi negara, kedua lembaga negara saja, sedangkan lapis ketiga merupakan lembaga
daerah. Walaupun sekarang sudah tidak ada lagi istilah lembaga tertinggi negara dan lembaga
tinggi negara. Namun, untuk memudahkan pengertian, organ-organ konstitusi pada lapisan
pertama dapat disebut sebagai lembaga tinggi negara. Terdapat 8 buah lembaga tinggi negara
yang mempunyai kedudukan sederajat dan secara langsung kewenangannya diatur secara tegas
di dalam UUD 1945. 8 organ tersebut ialah DPR, DPD , MPR, BPK, presiden dan wakil
presiden, ma, mk, dan ky.

B. LEMBAGA TINGGI NEGARA


1) Presiden dan Wakil Presiden

Presiden adalah kepala negara yang dipilih secara langsung oleh rakyat, di mana
kewenangannya secara rinci dan tegas telah dituangkan di dalam Undang-Undang Dasar 1945.
masa jabatannya ialah 5 tahun, dilakukan pemilihan secara langsung oleh rakyat terhadap
seorang presiden yang menimbulkan konsekuensi dimana dalam sistem pemerintahan presiden
dikatakan sangat kuat, sebab rakyat telah sepenuhnya menyerahkan kepercayaan kepada presiden
untuk memerintah sebuah negara.

Di samping itu presiden tidak dapat dijatuhkan dalam masa jabatannya, dikarenakan sekadar
alasan politik semata, kecuali apabila ia melakukan pelanggaran hukum yang dapat merugikan
negara. begitupun sebaliknya, presiden tidak dapat membubarkan atau membekukan dewan
perwakilan rakyat sebagaimana pernah terjadi pada saat pemerintahan Abdurrahman Wahid.

Sama halnya dengan presiden, wakilnya pun diangkat secara langsung oleh rakyat dan dalam
masa jabatan yang ditentukan atau 5 tahun dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Selain mengatur tentang presiden, juga mengatur tentang wakil presiden terdapat di
dalam pasal 4 ayat (2) ditegaskan “dalam melakukan kewajibannya presiden dibantu oleh satu
orang wakil presiden”. Dalam pasal 6a ayat (1) ditentukan bahwa Presiden dan Wakil Presiden
dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat ketentuan mengenai pasal ini secara
tegas menentukan bahwa “Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat”. Ketentuan mengenai pasal ini secara tegas menentukan bahwa Presiden
dan Wakil Presiden yang dipilih merupakan satu kesatuan sebagai sepasang presiden beserta
wakilnya.

Dalam berbagai kesempatan apabila presiden tidak dapat memenuhi kewajibannya karena
suatu alasan tertentu maka wakil presiden dapat menggantikan tugas presiden tersebut sementara
itu dalam berbagai kesempatan lain wakil presiden juga dapat berfungsi sebagai pendamping
presiden dalam melakukan kewajibannya.
2) Dewan Perwakilan Rakyat Atau DPR.

Dengan adanya perubahan pasca amandemen UUD 1945 mengalihkan kekuasaan legislatif
atau kekuasaan pembentuk undang-undang, yang tadinya di tangan presiden kini berpindah
tangan menjadi kewenangan DPR.

Dengan kata lain sejak perubahan itu terjadi pergeseran kekuasaan legislatif dari tangan
presiden ke tangan DPR. Sama halnya dengan presiden para anggota DPR memiliki hak untuk
mengajukan usul rancangan undang-undang dengan syarat dan tata cara yang diatur dalam
peraturan tata tertib tersebut.

Selain fungsi legislasi, DPR juga memiliki fungsi lain yaitu; fungsi anggaran dan
pengawasan, hal ini pun dituangkan secara tegas di dalam UUD 1945, yang sama halnya dengan
presiden sebagaimana dijelaskan sebelum DPR pun memiliki posisi yang sangat kuat dalam
ketatanegaraan Indonesia sebab itu muncul anggapan bahwa keadaan ini berubah menjadi
Legislatif Heavy mengingat kedudukan DPR yang sangat besar.

Yang sebenarnya terjadi menurut Margarito dalam sistem konstitusional yang baru dewasa
ini, baik presiden maupun DPR sama-sama menikmati kedudukan yang kuat dan sama-sama
tidak bisa dijatuhkan melalui prosedur politik. dalam dinamika politik yang biasa dengan
demikian tidak perlu dikuatirkan terjadinya akses yang berlebihan dalam segala gejala Legislatif
Heavy yang banyak dikeluhkan oleh kalangan masyarakat karena dampak psikologis ini
merupakan sesuatu yang wajar dan hanya bersifat sementara, sambil dicapainya titik
keseimbangan dalam perkembangan politik ketatanegaraan di masa yang akan datang.1

3) Dewan Perwakilan Daerah

Perubahan UUD juga melahirkan lembaga baru yakni dewan perwakilan daerah atau DPD.
sebagai lembaga yang terbilang baru dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Lembaga ini
muncul melalui perubahan ketiga UUD 1945. Hadirnya DPD dalam struktur ketenaga
ketatanegaraan Indonesia diatur dalam pasal 22 C Dan 22 D. Pasal 22 C berbunyi: 2 “1) Anggota
Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum; 2) Anggota
Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama dengan jumlah seluruh Anggota

1
Jimly Asshiddiqie.2006. Sengketa Kewenangan Antar lembaga Negara.H.79
2
Ni’matul Huda. 2007. Lembaga Negara Dalam Masa Transisi Demokrasi. Yogyakarta: UII press, H.112
Dewan Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan Perwakilan
Daerah; 3) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun; 4) susunan dan
kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan Undang-Undang.

Selanjutnya mengenai wewenang DPD diatur dalam pasal 22 D. DPD merupakan lembaga
perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai lembaga negara yang mempunyai fungsi; a)
pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan dengan
bidang legislasi tertentu; b) pengawasan atas pelaksanaan undang-undang tertentu.

4. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


UUD 1945 sebelum amandemen sebenarnya menegaskan bahwa kedaulatan rakyat
Indonesia dijelmakan dalam tubuh MPR sebagai pelaku dan pelaksana sepenuhnya
kedauatan rakyat. Dalam pasal 1 ayat (2) Bab 1 UUD 1945 adalah “ kedaulatan adalah
ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan di Pasal 6 ayat (2) ditentukan
bahwa “Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh majelis permusyawaratan rakyat dengan
suara terbanyak”.3 Atas dasar ini MPR dinilai sbagai lembaga yang memiliki weweannag
paling tinggi. Dalam UUD 1945 MPR mempunyai wewenang :
1) Mengubah daan menetapkan UUD
2) Memghemtikan presiden/wakil menurutkan uud
3) Memilih presiden /wakil untuk mengisi kekosongan dalam jabatan presiden/wakil
menurut uud
4) Mengadakan sidang MPR untuk melakukan pelantikan atau pengucapan
sumpah/janji jabatan presiden/wakil

Dalam keempat kewwenangan diats tidak satupun bersifat tetap.

5. Mahkamah Konstitusi (MK)


Mahkamah KOnstitusi lahir didasarkan pada pasal 24C UUD 1945 amandemen.
Fungsi Mahkamah Kostitusi sebagai penjaga konstitusi agar dapat dilaksanakan secara
demokratis antara lain :
1) Menguji undang-undang terhadap UUD 1945
2) Memutus sangketa kewenangan antarlemabag negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD Negara Republik Indonesia Thaun 1945
3
Lihatlah Ketentuan Pasal 1 Dan Pasal 6 Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
3) Memutus pembubaran partai politik
4) Memutus perselisihan tentang hsasil pemilu umum

Kewajiban MK dimana MK wajib memberi keputusan atas pendapat DPR bahwa


presiden/ wakil presiden diduga :4

1) Telah melakukan pelanggaran hukum berupa


a. Penghinaan terhadap negara
b. Korupsi
c. Penyuapan
d. Tindak pidana lainnya
2) Melakukan perbuatan tercela
3) Tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden/wakil presiden.

6. Mahkamah Agung (MA)


Mahkamah Agung adalah salah satu dari kekuasaan kehakiman, ketentuan mengenai
MA dijelaskan dalam pasal 24A yang terdiri dari 5 ayat. Mahkamah Agung adalah
puncak dari kekuasaankehakiman dan lingkungan peradilan umum, peradilan agama,
peradilan tata usha negara, dan peralidna militer. Mahkamah Konstitusi ini merupkan
pengawsan Undang-undang. Dalam UUd 1945 MA Secara tegas hanya diamati dengan
dua kewenangan konstitusionall, yaitu mengadili pada tingkat kasasi, dan menguji
peraturan perundang-undangan dubawah Undang-Undang terhadap Undang-Undang.5

7. Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)


Badan pemeriksaan keuangan berada dalam struktur kelembagaan negara Indonesia
bersifat auxiliary terhadap fungsi DEwan perwakilan rakyat dibidang pengawsana
terhadap kinerja pemerintah. Fungsi pengawasan oleh DPR itu bersifat politik. Dalam
pengelolaan keuangan negara, pemeriksaan semacam ini memerlukan lembaga negara
yang tersendiri, yang bekerja yang bersifat otonom atau independen.6

4
http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.ProfilMAHKAMAH KONSTITUSI&id=3
5
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi. Cetakan Ke-dua, Sinar
Grafika, Jakarta, 2012, H.135
6
Ibid,138
8. Komisi Yudisial (KY)
Melalui amandemen ketiga Undang-undang dasar tahun 1945 pada tahun 2001
disepakati tentang pembentukan komisi yudisial.ketentuan komisi yudisial diatur dalam
pasal 24B UUD RI tahun 1945. Komisi ini dibentuk dengan dua kewenangan konstitusi
yaitu untuk mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai kewenangan lain
dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim. Sesuai pasal 13 Undang-undang Nomor 18 tahun 2011 Komisi Yudisial
mempunyai wewenang :7
1) Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung
kepada DPR untuk mendapatkan kehormatan
2) Menjaga dan menegakkan kehormatan keluhuran martabat, serta perilaku hakim
3) Menetapkan kode etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) bersama
dengan Mahkamah Agung
4) Menjaga dan menegakkan pelaksanaan kode etik dan atau pedoman prilaku
hakim(KEPPH)

7
53http://www.bing.com/search?q=komisi+yudisial&src=IE TopResult&FORM-IE 10TR diakses Rabu 28
September 2022 pukul 22.31

Anda mungkin juga menyukai