TERBATAS
Oleh:
Sem. I/PAI B
Dengan mengucap puji syukur alhamdulilah kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak
Terbatas” dalam keadaan sehat wal’afiat tanpa kurang suatu apapun.
Tujuan utama penulis membuat makalah ini agar pembaca dapat mengetahui akan
kebutuhan manusia terhadap agama dan untuk memenuhi Mata Kuliah Pendidikan
Pancasila.
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
ataupun adanya ke tidak sesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami
mohon maaf. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa dan STAI
TebingTinggi pada umumnya. Penulis menerima kritik dan saran dari pembaca agar
bias memebuat karya makalah yg lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepala negara adalah sebuah jabatan individual atau kolektif yang
mempunyai peranan sebagai wakil tertinggi dari sebuah negara seperti republik,
monarki, federasi, persekutuan atau bentuk-bentuk lainnya. Kepala negara
mempunyai tanggung jawab dan hak politis yang ditetapkan sesuai dengan
konstitusi sebuah negara. Oleh karena itu, pada dasarnya kepala negara dapat
dibedakan melalui konstitusi berbeda pada negara tertentu di dunia1
Kedudukan dan kekuasaan presiden sama dengan raja-raja, yaitu bagian dari
kekuasaan eksekutif. Dinegara yang berbentuk kerajaan, raja atau ratu menduduki
tahta berdasarkan keturunan. Seorang raja atau ratu di gantikan oleh anak
tertuanya, kecuali di Malaysia dimana rajanya dipilih secara bergantian di antara
Sembilan raja-raja negara bagian sebagai yang Dipertuan Agung. Sedangkan
presiden pada negara dengan sistem parlementer, umumnya dipilih oleh perlemen
negara bersangkutan. Pada negara-negara dengan sistem pemeritahan prisidensial,
presiden di samping berkedudukan sebagai Kepala Negara, juga berkedudukan
sebagai kepala Eksekutif. Pada sistem presidensial murni, presiden langsung
dipilih oleh rakyat, seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, Indonesia, dan
Filipina2.
Kepala Negara organ dari lembaga eksekutif yang bersamaan dengan perdana
menteri, dan menteri. Negara yang berbentuk kerajaan, kekuasaan eksekutifnya di
pegang oleh raja, ratu, atau kaisar. Spanyol, Inggris, Belanda, kepala negaranya
disebut raja/ratu sedangkan di Jepang, kepala negaranya di pegang oleh kaisar.
B. Rumusan Masalah
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Kepala_negara/ di kutip 21 April 2019
2
Ahmad Sukardja, Hukum Tata Negara Dan Administrasi Negara Dalam Prespektif Fikih Siyasah
(Jakarta Timur: Sinar Garfika, 2012), h. 136.
3. Bagaimana Pembatasan Kekuasaan Presiden Menurut UUD Negara RI Tahun
1945?
BAB II
PEMBAHASAN
“Presiden dan wakil presiden memegang jabatannya selama lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali”.
“Presiden dan wakil Presiden memegang jabatannya selama lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu
kali masa jabatan.”
Perubahan pasal ini dipandang sebagai langkah yang tepat untuk mengakhiri
perdebatan tentang periodesasi jabatan Presiden dan Wakil Presiden.[1]. Hasil
Amandemen UUD 1945 menyebutkan bahwa Presiden dan Wakil Presiden
dipilih secara langsung oleh rakyat. Sehingga dalam sistem kekuasaan
kelembagaan negara, Presiden tidak lagi merupakan Mandataris MPR bahkan
sejajar dengan MPR dan DPR. namun apabila Presiden terbukti melanggar
Undang-Undang maupun UUD 1945, maka MPR dapat melakukan
IMPEACHMANT (pemberhentian).[2]
Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan
Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem
pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah
kepemimpinan Presiden Soeharto. Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah
adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua
kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa
melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Memasuki
masa Reformasi, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang
konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah
konstitusional bercirikan bahwa konstitusi negara itu berisi :
Dari sudut bahasa rumusan penyusun UUD 1945 “Kekuasaan Kepala Negara
Cara Tidak Terbatas” itu mungkin menimbulkan pertanyaan, apa sebab demikian
rumusannya. Tidak Tak Terbatas. Istilah “TIDAK” yang negatif itu,
digandengkan dengan istilah “TAK” yang juga negatif itu, hasilnyakan menjadi
positif. Sehingga rumusan “Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas”
artinya tidak lain dan tidak bukan adalah “Kekuasaan Kepala Negara (adalah
positip) Terbatas”.[3]
12
Pasal 15 UUD 1945.
inisiatif untuk mengajukan rancangan undang-undang ke Dewan Perwakilan
Rakyat; (iii) Presiden sebenarnya tidak memiliki hak tolak terhadap rancangan
undang-undang yang telah disetujui bersama; (iv) rancangan undang-undang yang
telah disetujui akan menjadi undang-undang tanpa pengesahan Presiden dalam
waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui.
Lihat Jimly Asshiddiqie, Peran DPR RI di Bidang Legislasi di Masa Depan, Makalah, Diskusi Panel
14
17
Lihat Pasal 24 C ayat (2) UUD 1945
18
Pasal 24 A ayat (1) UUD 1945
19
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Mekanisme Impeachment dan Hukum Acara Mahkamah
Konstitusi, Laporan Penelitian, Kerjasama Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dengan Konrad
Adenauer Stiftung, Jakarta, 2005, hlm. 70
20
Ibid.
Kemudian DPR menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada MPR. Lembaga MPR
inilah yang akan memutuskan Presiden dan/atau Wakil Presiden akan
diberhentikan dalam masa jabatannya atau tidak.
Dengan demikian, Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan
negara tidak mudah untuk diberhentikan. Dalam sistem pemerintahan
Presidensil yang dianut UUD 1945 menghendaki agar pemerintahan dapat
berjalan secara stabil. Ini bukan berarti memperbesar kekuasaan Presiden,
melainkan justru dengan pengaturan dalam konstitusi mengenai pemberhentian
Presiden tersebut memungkinkan agar Presiden dapat menghindari dari
perbuatan yang melanggar hukum.
Dalam kaitannya dengan pembatasan terhadap kekuasaan Presiden,
maka Mahkamah Agung mempunyai peran penting untuk membatasi
kekuasaan Presiden. Kewenangan Mahkamah Agung (MA) dalam rangka
pengawasan kekuasaan Presiden ialah kewenangan untuk menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang.
Dalam Pasal 24 A ayat (1) UUD 1945, menyebutkan bahwa:
Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji
peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang,
dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
21
Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (UU MA).
22
Pasal 31 ayat (3) UU MA.
23
Pasal 31 ayat (3) UU MA.
Melalui analisis dan pembahasan di atas maka dapat ditarik simpulan sebagai
berikut:
1) Secara teoritis dapat dikatakan bahwa telah terjadi pembatasan isi kekuasaan
Presiden dalam rangka mewujudkan pemerintahan konstitusional di Indonesia.
Dalam hal ini, pembatasan kekuasaan Presiden selain dapat dilihat dari
pembatasan masa jabatannya, ternyata pembatasan kekuasaan Presiden juga
dilakukan melalui: pertama, pembatasan kewenangan Presiden, misalnya
mengangkat pejabat-pejabat negara dan pembatasan di bidang perundang-
undangan. Kedua, Pembatasan kekuasaan Presiden dalam hubungannya
dengan kekuasaan legislatif, misalnya hubungan fungsional Presiden dengan
DPR dalam hal fungsi pengawasan yang dijalankan DPR, kewenangan MPR
untuk memberhentikan Presiden dalam masa jabatannya, dan pengawasan
DPD terhadap Presiden. Ketiga, pembatasan kekuasaan Presiden dalam
hubungannya dengan kekuasaan yudikatif, misalnya kewenangan MK yang
terlibat dalam pemberhentian Presiden yang memutus dugaan DPR dari segi
yuridis, dan kewenangan MA yang dapat menguji peraturan perundang-
undangan yang dibuat Presiden terhadap UndangUndang.
B. Saran
Demikian makalah ini penulis susun. Penulis hanyalah manusia biasa yang tak
luput dari kesalahan. Karena itu, pastilah makalah ini belum sesuai harapan. Untuk
itu, penulis berharap agar para pembaca memberi kritik dan saran kepada penulis.
Sehingga makalah kami bisa lebih baik kedepannya. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ni’matullah Huda, Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta: PT. Grafindo Persada,
Cetakan kelima,2010), hlm. 188.
[4] Dasril Rajab, Hukum Tata Negara indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, cetakan
kedua, 2005) hlm. 93.
https://nasional.kompas.com/read/2022/06/04/01150021/mengapa-kekuasaan-
pemerintah-harus-dibatasi-
file:///C:/Users/ACER/Downloads/225-439-1-SM.