Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PPKN

PENGARUH MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN SOEHARTO


TERHADAP BIDANG SOSIAL BUDAYA, POLITIK,
EKONOMI DAN IPTEK GLOBALISASI

DISUSUN OLEH:
FARRRAND NAHAMPUN SIMBOLON
SMA KRIDA NUSANTARA
KELAS XII MIPA 4

i
KATAPENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya. Atas berkat rahmat dan hidayat Nya serta berbagai upaya, tugas makalah
mata pelajaran PPKN yang membahas tentang pengaruh masa pemerintahan Presiden
Soeharto terhadap bidang Sosial Budaya, Politik, Ekonomi dan Iptek globalisasi dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan buku yang berkaitan dengan
PPKN, dan serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan pemerintahan
Soeharto. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu
diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk pembaca.

Bekasi, 7 Februari 2024

Farrran Nahampun Simbolon

DAFTAR ISI
ii
Halaman

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang....................................................................... 1

2. Rumusan Masalah................................................................. 3

3. Tujuan.................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

4. Pengertian Presiden.............................................................. 4

5. Pengaruh Pemerintahan Presiden Soeharto......................... 4

5.1 Sosial Budaya............................................................. 4

5.2 Politik…………............................................................ 5

5.3 Ekonomi...................................................................... 6

5.4 Iptek Globalisasi....................................................................... 8

BAB III PENUTUP

6. Kesimpulan............................................................................ 11

7. Saran .................................................................................... 11

iii
1

PENGARUH MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN SOEHARTO TERHADAP BIDANG


SOSIAL BUDAYA, POLITIK, EKONOMI DAN IPTEK GLOBALISA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.

Pasal 1 Ayat (1) UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia
adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik. Selain bentuk negara
kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan
pada Pasal 4 Ayat (1) yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” Dengan demikian, sistem pemerintahan di
Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial.
Penyelenggara negara mempunyai peran yang penting dalam mewujudkan tujuan
negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuan negara adalah untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Oleh karena itu, sejak
proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, Pemerintah Negara Republik
Indonesia bertekad menjalankan fungsi pemerintahan negara ke arah tujuan yang dicita-
citakan. 1 Oleh karenanya dilakukan amandeman UUD 1945 dilakukan agar tejadi
pergeseran lembaga negara dalam sistem ketatanegaraan. Kekuasaan Presiden sebagai
pemegang tertinggi tampuk kekuasaan eksekutif, lebih terpusat pada urusan-urusan
jalannya pemerintahan, kekuasaan legislatif yang semula dominan pada kekuasaan
eksekutif, kini kekuasaan tersebut dikembalikan kepada DPR. Amandemen UUD 1945 juga
memberikan kedudukan Presiden sederajat dengan DPR. Perimbangan kedudukan tersebut
diwujudkan dalam ketentuan bahwa Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut
UUD (Pasal 4 ayat (1), sedangkan DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang
(Pasal 20 ayat (1). Hal ini menandakan bahwa kedudukan Presiden tidak bergantung pada
parlemen seperti dalam sistem parlementer. DPR ataupun MPR tidak dapat dengan mudah
memberhentikan Presiden dan atau Wakil Pesiden dalam masa jabatannya, kecuali karena
melakukan pelanggaran hukum tertentu yang harus diputuskan terlebih dahulu melalui
mekanisme hukum dalam forum pengadilan Mahkamah Konstitusi.2 Perubahan mendasar
kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislatif, menegaskan perubahan yang mendasar dan
menegaskan sistem presidensial dalam UUD 1945. Hal ini berarti bahwa penyelenggaraan
pemerintahan pasca amandemen UUD 1945 dilaksanakan dengan sistem presidensial.
Urusan pemerintahan dalam sistem presidensial yang telah lebih terpusat pada kekuasaan

RAHASIA
2

eksekutif pasca amandemen UUD 1945, adalah dalam rangka memberikan kesejahteraan
terhadap masyarakat, di mana negara memerlukan kekuasaan yang lebih luas. Negara
diidealkan untuk menanganai hal-hal yang sebelumnya tidak ditangani. Oleh karenanya,
untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat pemegang kekuasaan eksekutif (pemerintah)
dalam negara modern mempunyai kekuasaan yang sangat besar dan luas. Sebagai
pemegang kekuasaan eksekutif, Presiden dalam menjalankan fungsi dan tugasnya
sebagaimana diamanatkan UUD 1945 dibantu oleh MenteriMenteri negara. Ditegaskan
dalam UUD 1945 pada Bab V tentang KeMenterian Nagara Pasal 17 menyebutkan: 1.
Presiden dibantu oleh Menteri-Menteri negara. 2. Menteri-Menteri itu diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden. 3. Setiap Menteri membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan. 4. Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran keMenterian negara diatur
dalam Undang-undang. Ketentuan dalam konstitusi yang mengantur tentang pembentukkan
kementrian negara berdasarkan Pasal 17 UUD 1945, memberikan kewenangan kepada
presiden untuk membentuk kabinet Menteri. pembentukan kabinet Menteri oleh presiden
berdasarkan konstitusi bermakna bahwa presiden mempunyai hak prerogratif dalam
menyusun kabinet Menterinya yang akan membantu dalam menjalankan tugas dan
fungsinya berdasarkan konstitusi. Selain itu, ketentuan tersebut mengisyaratkan bahwa
Menteri-Menteri negara yang membidangi urusan tertentu tersebut berada di bawah
presiden dan bertanggung jawab kepada presiden. presiden memiliki hak penuh untuk
memilih Menteri-Menteri negara yang akan membantu menjalankan tugas kekuasaan
pemerintahan. Karena itulah, yang bertanggung jawab kepada publik terhadap keberhasilan
pelaksanaan pemerintahan yang menjadi urusan Menteri negara tertentu adalah Presiden.3
Pada sistem presidensial, eksekutif (pemerintah) non-kolegial. Presiden bertanggung jawab
atas pelaksanaan tugas para Menterinya. Semua pejabat di bawah presiden adalah para
membantunya. Jadi, kepemimpinan atau kekuasaanya bersifat hirarkis, dan tanggung jawab
sepenuhnya berada pada presiden. Dengan kata lain, prsiden adalah pemegang kekuasaan
eksekutif tunggal. Pertanggungjawaban presiden bukan pada parlemen, karena itu tidak ada
mosi tidak percaya, tetapi kepada konstitusi. Namun demikian, seperti di AS, presiden dapat
diberhentikan dari jabatan melalui mekanisme impeachment apabila melakukan
pengkhianatan, menerima suap, dan melakukan kejahatan serius (treason, bribery, or other
hight crime, and misdemeanors). Secara konseptual, Menteri dalam sistem presidensial
adalah sepenuhnya pembantu presiden, artinya Menteri dalam kabinet merupakan
perpanjangan tangan presiden yang melaksanakan sepenuhnya kebijakan yang telah
digariskan oleh presiden. Tidak boleh ada campur tangan partai dalam penentuan garis-garis
kebijakan dari presiden kepada Menterinya. Mengingat bahwa dalam sistem presidensial,
program eksekutif sepenuhnya berpatokan kepada kontrak sosial antara Presiden dengan
rakyat. Tidak ada ikatan kepentingan program dengan partai, walaupun Presiden dicalonkan
oleh koalisi partai tertentu. Hal ini berbeda dengan penjabaran fungsi Menteri dalam sebuah
kabinet parlementer. Pada kabinet parlementer, Menteri adalah pengemban misi partai atau

RAHASIA
3

dapat pula dikatakan sebagai representasi partai-partai dalam kabinet koalisi di lembaga
eksekutif. Maka dalam kabinet koalisi, program kerja kabinet adalah produk kompromi antara
kepentingan partai anggota dengan partai pemenang. 4 Pembentukan kabinet Menteri yang
merupakan hak prerogratif presiden, mengartikan bahwa Presiden memiliki hak mutlak untuk
menentukan siapa-siapa saja yang bisa menjadi Menteri. Akan tetapi, dalam sistem
presidensial dengan keterlibatan partai politik yang besar dalam penentuan presiden, maka
pengisian jabatan Menteri yang merupakan hak prerogratif presiden akan menjadi bias,
karena adanya keterlibatan partai politik yang besar dalam sistem presidensial. Hal itu juga
berimbas pada loyalitas Menteri dan pertanggungjawaban kinerjanya. Saat pelantikan
Menteri, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan bahwa Indonesia menganut
sistem Kabinet Presidensial. Presiden yaitu sebagai nahkoda. “Loyalitas dan garis
pertanggungjawaban Menteri adalah ke Presiden, bukan ke pimpinan-pimpinan partai politik
dalam hubungan tugas pemerintahan”.5 Sebagai negara hukum pembentukan Menteri
dalam sebuah kabinet selain merupakan hak prerogatif dari presiden, juga merupukan
amanah dari UndangUndang. Teori negara berdasarkan hukum secara esensi bermakna
bahwa hukum adalah ”Supreme” dan kewajiban bagi setiap penyelenggara negara atau
pemerintahan untuk tunduk pada hukum (subject to the law). Tidak ada kekuasaan di atas
hukum (above the law) semuanya ada di bawah hukum (under the rule of law). Dengan
kedudukan ini tidak boleh ada kekuasaan yang sewenang-wenang (arbitrary power) atau
penyalahgunaan kekuasaan (misuse of power).6 Oleh karenanya Pengaturan terkait
pengangkatan, pemberhentian, tupoksi dan tanggungjawab Menteri diatur dalam Undang-
Undang yaitu Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian negara. Undang-
undang ini disusun dalam rangka membangun sistem pemerintahan presidensial yang efektif
dan efisien, yang menitikberatkan pada peningkatan pelayanan publik yang prima.

2. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan
permasalahan. Apakah masa pemerintahan Presiden Soeharto berpengaruh terhadap
bidang Sosial Budaya, Politik, Ekonomi dan Iptek Globalisasi?

3. Tujuan.
Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah penulis uraikan, tujuan yang ingin
dicapai dalam penulisan ini adalah untuk menjelaskan apa pengaruh masa pemerintahan
Presiden Soeharto terhadap bidang Sosial Budaya, Politik, Ekonomi dan Iptek Globalisasi.

RAHASIA
4

BAB II
PEMBAHASAN

4. Pengertian Presiden.
Presiden adalah lembaga negara terbanyak diatur dalam Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945). Bentuk pengaturan
tersebut terkait tugas, kekuasaan, dan kewenangan Presiden, terutama dalam lingkup
kekuasaan pemerintah. Menurut Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, kekuasaan Presiden
berdasarkan UUD 1945 dibagi dalam tiga kekuasaan, yaitu :
1. Kekuasaan Presiden dalam bidang eksekutif.
2. Kekuasaan Presiden dalam bidang legislative.
3. Kekuasaan Presiden sebagai Kepala Negara.
Untuk menjalankan kekuasaannya, Presiden tidak bisa menjalankan seluruh tugas
sendirian. Presiden didukung oleh pembantu presiden yaitu Menteri. Menteri-Menteri
tergabung dalam kabinet. Setiap Menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan,
kecuali Menteri koordinator yang bertugas melakukan sinkronisasi dan koordinasi urusan
Menteri-Menteri yang berada di dalam lingkup tugasnya. Presiden juga dapat
mengangkat wakil Menteri pada Kementerian tertentu apabila terdapat beban kerja yang
membutuhkan penanganan secara khusus. Pada beberapa kabinet terdahulu, ada Menteri
dengan nomenklatur "Menteri muda" dan "Menteri negara".

5. Pengaruh Masa Pemerintahan Presiden Soeharto.


Orde baru adalah istilah yang digunakan untuk menyebut masa pemerintahan
Presiden Soeharto yang berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Orde baru lahir sebagai
akibat dari krisis politik dan ekonomi yang melanda Indonesia pada masa orde lama di
bawah Presiden Soekarno. Orde baru memiliki visi untuk menerapkan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen dalam seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara
Indonesia. Untuk mewujudkan visi tersebut, orde baru mengeluarkan berbagai kebijakan
umum yang dapat dibagi menjadi 4 (empat) bidang yaitu sosial budaya, politik, ekonomi dan
Iptek Globalisasi.

5.1 Sosial Budaya.

Kebijakan sosial budaya orde baru bertujuan untuk menciptakan kesatuan dan
persatuan bangsa, serta meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup rakyat.
Beberapa masa pemerintahan Presiden Soeharto sosial budaya antara lain adalah:
a. Menetapkan Pancasila sebagai ideologi dan asas tunggal bagi seluruh
organisasi kemasyarakatan dan partai politik. Orde baru juga mengadakan
berbagai program untuk mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai Pancasila

RAHASIA
5

kepada rakyat, seperti P4, Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK), Wajib Belajar
9 Tahun dan lain-lain.
b. Membangun Transmigrasi sebagai program untuk meratakan
penduduk dan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Orde baru
mengirim jutaan penduduk dari pulau-pulau padat penduduk seperti Jawa,
Bali, dan Madura ke pulau-pulau yang kurang berkembang seperti Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
c. Meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan yang terpadu dan terjangkau. Orde baru juga
melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
d. Mengembangkan pendidikan nasional dengan menetapkan kurikulum
nasional yang berbasis pada Pancasila dan UUD 1945. Orde baru juga
meningkatkan akses dan mutu pendidikan di semua jenjang, serta
memberikan beasiswa bagi siswa-siswa berprestasi.
e. Program Keluarga Berencana ini dicanangkan oleh Presiden Suharto
pada tahun 1970. Program ini menganjurkan 2 anak pada setiap keluarga dan
jarak melahirkan anak selama 5 tahun. Program ini bertujuan untuk menekan
laju penduduk pertumbuhan dan jumlah penduduk Indonesia.

f. Masyarakat Tionghoa mengalami diskriminasi dan pemerintah Orde


Baru melakukan pelarangan penggunaan bahasa Mandarin, pelarangan
melaksanakan tradisi, budaya, adat-istiadat Tionghoa melalui Inpres No. 14 /
1967. Setelah jatuhnya presiden Suharto, Inpres ini dicabut dan diskriminasi
pada masyarakat tinghoa dihapuskan

5.2. Politik.

Kebijakan politik orde baru bertujuan untuk menciptakan stabilitas dan


keamanan nasional, serta menghapus pengaruh komunisme yang dianggap sebagai
ancaman utama bagi negara. Beberapa masa pemerintahan Presiden Soeharto politik
antara lain adalah:
a. Membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan organisasi-
organisasi pendukungnya, serta melakukan pembersihan terhadap anggota
dan simpatisan PKI yang dituduh terlibat dalam peristiwa
G30S/PKI. Pembersihan ini berakibat pada pembunuhan massal yang
menewaskan ratusan ribu orang.
b. Menyelenggarakan pemilu dalam batas waktu yang sudah ditetapkan
yaitu pada tanggal 5 Juli 1968. Pemilu ini diikuti oleh sepuluh partai politik,
namun hanya tiga partai yang mendapat kursi di parlemen, yaitu Golkar, PNI,

RAHASIA
6

dan NU. Pemilu ini juga dianggap tidak demokratis karena adanya manipulasi
dan intimidasi terhadap pemilih.
c. Melakukan politik luar negeri bebas aktif untuk kepentingan
nasional. Orde baru berusaha menjalin hubungan baik dengan negara-negara
Barat maupun Timur, serta mengambil peran aktif dalam organisasi-organisasi
internasional seperti ASEAN, OKI, Gerakan Non-Blok dan PBB.
d. Melanjutkan perjuangan anti penjajahan dan kolonialisme dalam segala
bentuk. Orde baru mendukung perjuangan rakyat Vietnam, Kamboja, Laos,
Palestina, Afrika Selatan, dan lain-lain yang menghadapi penjajahan atau
apartheid. Orde baru juga melakukan integrasi terhadap Papua Barat melalui
Pepera tahun 1969 yang kontroversial.

5.3. Ekonomi.
Kebijakan ekonomi orde baru bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, mengatasi inflasi, mengurangi kemiskinan, serta membuka peluang
investasi asing. Beberapa masa pemerintahan Presiden Soeharto ekonomi antara lain
adalah:

a. Membentuk Tim Ekonomi Muda (TEM) yang terdiri dari para ahli
ekonomi lulusan Amerika Serikat. TEM berperan dalam merumuskan
kebijakan-kebijakan ekonomi makro dan mikro yang berorientasi pada pasar
bebas dan liberalisasi perdagangan.
b. Menerapkan program stabilisasi moneter dengan bantuan Dana
Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Program ini meliputi devaluasi
mata uang rupiah, pengurangan subsidi pemerintah, peningkatan pajak,
pengendalian anggaran belanja negara, serta penyesuaian harga-harga
barang-barang pokok.
c. Melaksanakan program pembangunan lima tahun (Repelita) yang
dimulai sejak tahun 1969. Program ini mencakup berbagai sektor seperti
pertanian, industri, infrastruktur, pendidikan, kesehatan, pertahanan, dan lain-
lain. Program ini berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata
sebesar 7 persen per tahun.
d. Mendorong investasi asing dengan memberikan berbagai insentif dan
kemudahan. Orde baru juga membentuk Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam mengurus perizinan
dan pengawasan investasi asing. Investasi asing berkontribusi dalam
meningkatkan ekspor, devisa, dan lapangan kerja.
e. Pemulihan Ekonomi (1966-1973).

RAHASIA
7

Yang menjadi misi dasar pemerintahan Orde Baru Suharto adalah


pembangunan ekonomi; langkah pertama adalah reintegrasi Indonesia ke
dalam ekonomi dunia dengan cara bergabung kembali dengan International
Monetary Fund (IMF), Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Bank Dunia dalam
pertengahan akhir tahun 1960an. Ini memulai aliran bantuan keuangan dan
bantuan asing dari negara-negara Barat dan Jepang masuk ke Indonesia.
Permusuhan dengan Malaysia (politik konfrontansi Soekarno) juga dihentikan.
Langkah kedua adalah memerangi hiperinflasi. Suharto mengandalkan
sekelompok teknokrat ekonomi (sebagian besar dididik di Amerika Serikat)
untuk membuat sebuah rencana pemulihan ekonomi. Di akhir 1960an stabilitas
harga diciptakan melalui sebuah kebijakan yang melarang pendanaan domestik
dalam bentuk hutang domestik ataupun pencetakan uang. Kemudian sebuah
mekanisme pasar bebas dipulihkan dengan tindakan-tindakan membebaskan
kontrol pasar, diikuti dengan implementasi Undang-Undang (UU) Penanaman
Modal Asing (1967) dan UU Penanaman Modal Dalam Negeri (1968). Kedua
udang-undang ini mengandung insentif-insentif yang menarik bagi para investor
untuk berinvestasi di negara ini dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi
lebih dari 10% di tahun 1968.
f. Pertumbuhan Ekonomi Cepat dan Intervensi Pemerintah yang makin
kuat (1974-1982).
Sampai tahun 1982, pertumbuhan ekonomi tahunan yang cepat di atas
minimum 5% dijaga. Fakta lain yang juga penting adalah Indonesia
diuntungkan secara siginifikan dari dua oil boom yang terjadi di tahun 1970an.
Oil boom yang pertama terjadi di tahun 1973/1974 ketika Organization of
Petroleum-Exporting Countries (OPEC), yang anggotanya termasuk Indonesia,
memotong ekspornya dengan drastis dan menyebabkan kenaikan harga
minyak yang besar. Oil boom kedua terjadi di tahun 1978/1979 ketika Revolusi
Iran mengganggu produksi minyak dan kembali terjadi kenaikan harga yang
besar. Karena kedua oil boom ini, pendapatan ekspor Orde Baru dan
pendapatan Pemerintah meningkat tajam. Ini memungkinkan sektor publik
untuk memainkan peran yang lebih besar dalam perekonomian dengan
melakukan investasi-investasi publik yang penting dalam pembangunan
daerah, pembangunan sosial, infrastruktur dan pendirian industri-industri (dasar
skala besar), diantaranya termasuk industri-industri substitusi impor. Barang-
barang modal dan bahan-bahan mentah bisa diimpor karena pendapatan
devisa yang makin membesar. Hal ini membangkitkan sektor manufaktur yang
berkembang. Namun, kemudian terjadi kerusuhan besar saat kunjungan
Perdana Menteri Jepang di tahun 1974 karena anggapan bahwa ada terlalu
banyak proyek-proyek investasi asing di negara ini. Masyarakat Indonesia

RAHASIA
8

merasa frustasi karena orang-orang pribumi tampaknya diabaikan dari


menikmati buah-buah perekonomian. Pemerintah merasa terguncang karena
kerusuhan ini (yang dikenal sebagai Peristiwa Malari) dan memperkenalkan
aturan-aturan yang lebih ketat mengenai investasi asing dan menggantinya
dengan kebijakan-kebijakan yang memberikan perlakukan khusus yang
menguntungkan penduduk pribumi. Meningkatnya pendapatan pemerintah
yang didapat dari oil boom pertama berarti Pemerintah tidak lagi bergantung
pada investasi-investasi asing, dan karenanya pendekatan intervensionis bisa
dimulai.
g. Pertumbuhan Ekonomi Didorong Ekspor dan Deregulasi (1983-1996).
Pada awal 1980an, harga minyak mulai jatuh lagi dan reposisi mata uang di
tahun 1985 menambah hutang luar negeri Indonesia. Pemerintah harus
melakukan usaha-usaha baru untuk memulihkan stabilitas makroekonomi. Nilai
rupiah didevaluasi di tahun 1983 untuk mengurangi defisi transaksi berjalan
yang bertumbuh, UU pajak yang baru diterapkan untuk menambah pendapatan
dari pajak non minyak dan tindakan-tindakan deregulasi perbankan dilakukan
(credit ceilings untuk suku bunga dihapuskan dan bank diizinkan untuk
menentukan tingkat suku bunga dengan bebas). Terlebih lagi, perekonomian
telah diarahkan ulang dari perekonomian yang tergantung kepada minyak
kepada sebuah perekonomian yang memiliki sektor swasta yang kompetitif
yang berorientsi pada pasar ekspor. Ini menyebabkan adanya tindakan-
tindakan deregulasi baru untuk memperbaiki iklim investasi bagi para investor
swasta. Waktu harga minyak jatuh lagi di pertengahan 1980an, Pemerintah
meningkatkan tindakan-tindakan untuk mendukung pertumbuhan yang
didorong oleh ekspor (seperti pembebasan bea cukai-bea cukai impor dan
pengulangan devaluasi rupiah). Perubahan kebijakan-kebijakan ini
(dikombinasi dengan paket deregulasi di tahun 1990an) juga mempengaruhi
investasi asing di Indonesia. Investasi asing yang berorientasi pada ekspor
disambut secara khusus.
Sektor lain yang juga terpengaruh oleh tindakan-tindakan deregulasi
yang mendalam adalah sektor keuangan Indonesia. Bank-bank swasta baru
diizinkan untuk didirikan, bank-bank yang sudah ada bisa membuka cabang-
cabang di seluruh negeri dan bank-bank asing bebas beroperasi di luar
Jakarta. Reformasi finansial ini kemudian akan menjadi masalah yang
memperkuat krisis di Indonesia pada akhir 1990an. Namun sebelumnya,
tindakan-tindakan ketat ini memiliki dampak positif pada perekonomian
Indonesia. Ekspor produk-produk manufaktur mulai menjadi mesin
perekonomian Indonesia. Antara 1988 dan 1991 produk domestik bruto (PDB)
Indonesia bertumbuh rata-rata 9% setiap tahunnya, melambat menjadi 'hanya'

RAHASIA
9

rata-rata 7,3% pada periode 1991-1994 dan meningkat lagi di dua tahun
selanjutnya.

5.4. Iptek Globalisasi.


Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia pada masa ini
berkembang dengan sangat cepat, berbeda pada masa seblumnya. Orde Baru sendiri
terkenal sebagai era pembangunan Indonesia dan di kepala negarai oleh Soeharto
yang terkenal sebagai bapak pembangunan Indonesia.
Pada awal tahun 1970-an kemajuan IPTEK mengalami peningkatan yang
didukung pemerintah karena faktor-faktor perkembangan ekonomi, perluasan
pertanian, dan perubahan sosial budaya. Pada tanggal 6 Maret 1962 dibentuknya
DURENAS (Departement Urusan Riset Nasional) yang kemudian berganti nama
menjadi Departement Riset Nasional (DRN) yang bertugas untuk merumuskan,
mengamati, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan riset dan teknologi di
Indonesia.
Pada tanggal 23 Agustus1967 pemerintah mendirikan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai fusi dari DRN dan MIPI yang memiliki
tugas:

1. memberikan nasehat atau arahan kepada pemimpin pemerintah dalam


hal perumusan dan penyusunan kebijakan nasional dalam ilmu pengetahuan.

2. membimbing aparatur-aparatur penelitian ilmiah dan pengembangan


teknologi yang ada.

3. membina tenaga-tenaga peneliti agar mempunyai rasa kesadaran


ilmiah rakyat Indonesia seta tanggung jawab yang tinggi untuk upaya
perkembangan yang pesat di Indonesia.

4. menanam, memupuk, mengembangkan, dan membina kesadaran


ilmiah di kalangan rakyat Indonesia.

5. menyelenggarakan hubungan dan kerjasama dengan badan


internasional dan badan ilmiah negara lain sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Pada masa Orde Baru memiliki masa pemerintahan Presiden
Soeharto akan perkembangan teknologi yang cukup dibanggakan, bahkan
terkenal sampai luar negeri diantaranya:

Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD) Palapa


SKSD Palapa adalah sistem satelit komunikasi yang dikendalikan oleh sistem
satelit komunikasi pengendalian bumi yang dibuat oleh HAC (Hughes Aircraft
Company) Perumtel Indonesia. Satelit ini dibangun pada tahun 1974-1976

RAHASIA
10

dengan peluncuran generasi 1-A1. Sampai tahun 1996 sudah generasi ke tiga
dengan kode C2 yang jarak jangkaunya dari Irian sampai Vladivostok (Rusia),
dari Australia sampai Slandia Baru, satelit ini juga dipakai oleh negara-negara
tetangga. Selain SKSD Palapa sekarang ini kita mengenal satelit komunikasi
yang lain, yaitu Telkom-1 dan Garuda-1.

Televisi
Berdasarkan surat keputusan Menpen tahun 1961 TVRI lahir untuk
menayangkan/meliput semua kegiatan kejuaraan Asia Games IV di Jakarta.
TVRI berhasil mengudara pada acara Liputan 17 Agustus 1962 di Istana
Negara, kemudian pada tanggal 24 Agustus 1962 TVRI diresmikan oleh
Presiden Sukarno.
Setelah diresmikannya TVRI oleh Sukarno terus menerus mengalami
perkembangan pada masa Orde Baru. Namun mulai tanggal 1 April 1981
Pemerintah melarang siaran niaga dengan alasan:

a. TVRI berfungsi sebgai gooverment tool (alat pemerintah) yang


bertugas menyiarkan pembangunan dan hasil-hasilnya keseluruh pelosok
Indonesia.

b. TVRI berperan meningkatkan pengetahuan dan wawasan pola pikir


masyarakat.

c. Masyarakat bersifat konsumerisme.


d. Kemudian pada tahun 1989, pemerintah mengizinkan kehadiran televisi
swasta sehingga bermunculan TV swasta seperti RCTI, SCTV, TPI, ANTV,
Indosiar dan sebagainya.

Sarana Perhubungan
Sarana perhubungan pada masa ini digalakan besar-besaran sebagai upaya
penunjang kehidupan rakyat, seperti sarana perhubungan darat yang paling
banyak diminati oeleh masyarakat karena harganya yang relatif murah, cepat
dan mudah dijangkau. Sarana perhubungan darat yang diupayakan adalah
pemeliharaan jalan raya yang sudah ada, membangun jalan tol dan jalan
layang, pembangunan rel kereta api, dan penggandaan kereta api yang lebih
modern.
Selain perhubungan darat yang dikemangkan pada masa ini pula
meningkatkan sarana perhubungan laut dan udara sebagai sarana

RAHASIA
11

penjangkauan dan mempercepat lalu lintas antar pulau, serta upaya untuk
meningkatkan perdagangan domestik dan internasional.

BABA III
PENUTUP

6. Kesimpulan.
Masa pemerintahan Presiden Soeharto yang memiliki visi untuk menerapkan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam seluruh aspek kehidupan
bangsa dan negara Indonesia. Untuk mewujudkan visi tersebut, orde baru mengeluarkan
berbagai kebijakan umum yang dapat dibagi menjadi 4 (empat) bidang yaitu sosial budaya,
politik, ekonomi dan Iptek. Kebijakan-kebijakan ini memiliki dampak positif maupun negatif
bagi perkembangan Indonesia.

7. Saran.
Sebagai generasi bangsa diharapkan tetap terus memiliki beberapa peranan yang
seharusnya dapat dilakukan. Beberapa peranan tersebut, diantaranya adalah menempa
dirinya menjadi pribadi-pribadi yang memiliki agent of change atau agen perubahan, agent of
development atau agen pembangunan sebagai penerus bangsa, agent of
modernization atau agen pembaharuan bangsa Indonesia kreatif, membangun pendidikan
dan memiliki semangat juang yang tinggi serta semangat pengabdian terhadap masyarakat,
bangsa dan negara yang tinggi.

RAHASIA
12

DAFTAR PUSTAKA

1. https://kesrasetda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/pemuda-potensi-masalah-
peran-dan-harapan-untuk-bangsa-25

2. https://prezi.com/p/_ky-90h63-ll/orde-baru-perkembangan-dalam-bidang-sosial
budaya/

3. https://an-nur.ac.id/blog/kebijakan-umum-era-orde-baru-dalam-bidang-politik-ekonomi-
dan-sosial-budaya.html

4. https://sekarangtau.wordpress.com/2017/06/08/perkembangan-iptek-pada-masa-orde-
baru/

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai