Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA

LEMBAGA EKSEKUTIF

Disusun uintuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Politik Indonesia

Dosen Pengampu Abdul Rizal Maulana, S.H

Oleh Kelompok 4 :

 Shinta Oktaviani : 7020122167


 Sri Imelda Amelia : 7020122168
 Melisa Handayani : 7020122162
 Sendi : 7020122166

STISIP WIDYAPURI MANDIRI SUKABUMI

CAB. IV SIMPENAN

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini mengenai “LEMBAGA EKSEKUTIF”.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dosen Mata Kuliah Sistem Politik
Indonesia.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini mengenai “LEMBAGA


EKSEKUTIF ” dapat memberikan informasi dan manfaat terhadap pembaca
terkhususnya bagi masyarakat.

Simpenan, 9 Desember 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I................................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1

1.2 Tujuan Penulisan........................................................................................ 2

BAB II PERMASALAHAN........................................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN................................................................................5

3.1 Aturan Pemilihan Presiden Secara langsung.............................................. 5

3.2 Kedudukan, Kekuasaan, Wewenang dan Tugas Presiden ......................... 7

3.3 Pertanggungjawaban Presiden dan Wakil Presiden....................................15

BAB IV PENUTUP.........................................................................................18

4.1 Kesimpulan.................................................................................................18

4.2 Saran...........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang berbentuk kesatuan yang berbentuk
republik dan Indonesia merupakan negara yang mempunyai sistem pembagian
kekuasaan trias politika yang artinya pembagian kekuasaan menjadi tiga badan.
Ketiga badan itu adalah lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Lembaga legislatif adalah lembaga yang bertugas membuat Undang-undang
badan itu adalah Dewan Perwakilan rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat daerah, dan
Majelis Permusyawwaratn Rakyat. Lembaga ini dipilih melaluipemilihan umum dan
masa jabatanya biasanya lima tahun. Lembaga yang selanjutnya adalah lembaga
eksekutif lembaga ini adalah lembaga yang bertugas menjalankan Undang-Undang.
Lembaga ini terdiri dari Presiden dan Wakil Presiden. Lembaga ini juga dipilih
melalui pemilihan umum dan masa jabatannya yaitu lima tahun juga, maksimal masa
jabatan lembaga ini yaitu selama dua periode berturut- turut. Lembaga yang terakhir
yaitu lembaga Yudikatif, lembaga ini bertugas mengawasi pelaksanaan Undang-
Undang. Lembaga ini berada dibawah kekuasan Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi dan Komisi Yudisial Lembaga ini dipilih dan diangkat oleh presiden. Dan
Dewan Perwakilan Rakyat dan masa jabatan selama lima tahun dapat dipilih dalam
satu kali masa jabatan.
Lembaga eksekutif ini mempunyai andil besar dalam sistem ketatanegaraan
dimana lembaga ini harus menjalankan tugas dan wewenangnya berdasarkan
Undang-Undang dan harus bisa memberikan contoh teladan yang baik karena
lembaga ini adlah lembaga yang sangat berpengaruh dan menjadi orang penting
dalam negara Indonesia.Menjadi lembaga eksekutif tidaklah mudah, semudah
membalikkan telapak tangan. Sebelum menjadi lembaga eksekutif biasanya calon-
calon lembaga eksekutif dipilih adan disaring oleh lembaga-lembaga partai politik

iv
yang ingin menyalurkannya. Menjadi seorang pemimpin harusnya memiliki jiwa
seorang pemimpin.
Di Indonesia telah terjadi perggantian Presiden sebanyak 7 (tujuh) kali dan
Wakil Presiden lebih dari 10 kali, yaitu Presiden Soekarno dengan Wakil Presiden
Mohammad Hatta, Presiden Soeharto dengan Wakil Presiden Hamengkubuwana IX,
Adam Malik, Umar Wirahadikusumah, Soedharmono, Try Sutrisno dan B.J Habibie,
Presiden B.J Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid dengan Wakil Presiden
Megawati Soekarnoputri, Presiden Megawati Soekarnoputri dengan Wakil Presiden
Hamzah Haz, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan Wakil Presiden M. Jusuf
Kalla dan Boediono dan Presiden Joko Widodo Dengan Wakil Presiden M. Jusuf
Kalla.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk memenuhi tugas Hukum Tata Negara
2. Pembaca dapat mengetahui bagaimana aturan pemilihan jabatan Presiden dan
Wakil Presiden secara langsung
3. Pembaca dapat mengetahui kedudukan, kekuasaan wewenang dan tugas
Presiden
4. Pembaca dapat mengetahui pertanggung jawaban Presiden dan Wakil
presiden

BAB II
PERMASALAHAN

v
Berbicara tentang badan eksekutif ini terutama untuk presiden banyak sekali
yang akan dibahas mulai dari aturan pemilihannya, kedudukan, kekuasaan,
wewenang dan tugasnya dan bagaimana pertanggung jawabannya.
Dulu sebelum Undang-Undang Dasar belum diamandemen Presiden dipilih
oleh MPR tetapi sekarang Presiden dipilih langsung oleh rakyat kenapa hal itu
terjadi? Hal itu juga akan dibahas dalam makalah ini. Menjadi seorang Presiden juga
harus mempunyai syarat-syarat tertentu. Syarat dan ketentuan akan dibahas lanjut
dalam bab pembahasan. Menjadi seorang Presiden tak mudah karena Presiden
Kedudukannya, kekuasaannya, wewenangnya dan tugasnya diatur dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Jika seorang Presiden terbukti melakukan
kesalahan dan menyeleweng dari UUD 1945 maka hukum tetap saja berlaku
untuknya.
Setelah menjalankan tugasnya selama lima tahun dalam satu periode Presiden
pun harus melakukan pertanggung jawabannya, kepada siapa Presiden melakukan
pertanggung jawabanya akan dikupas tuntas di bab permasalahan. Dari uraian diatas
pokok permasalahan dapat disimpulkan menjadi :
2.1 Bagaimana Aturan Pemilihan Presiden secara Langsung?
2.2 Apa saja Kedudukan, Kekuasaan, Wewenang dan Tugas Presiden berdasarkan
Amandemen ke-4 UUD 1945?
2.3 Bagaimana pertanggung jawaban Presiden dan Wakil presiden?

BAB III
PEMBAHASAN

vi
3.1 Aturan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung
1. Pengisian Jabatan Presiden
Undang-Undang Dasar 1945 mengatur masalah pengisisan jabatan Presiden
dalam pasal 6 ayat (1) dan (2). Pasal ini menyebutkan bahwa (1) Calon Presiden dan
Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak
pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah
menghianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden, (2) Syarat-syarat untuk
menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-undang.
Perubahan Ketiga UUD 1945 pada Pasal 6A Undang-Undang Dasar 1945 ayat
(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh
rakyat, ayat (2) pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum perlaksanaan
pemilihan umum, ayat (3) pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang
mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan
umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara disetiap provinsi yang tersebar di
lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil
Presiden, ayat (4) dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua
dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang
memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
Ketentuan pada Pasal 6A ayat (1) mengubah sistem pemilihan Presiden
dengan tidak lagi dipilih oleh MPR sebagaimana ketentuan Pasal 6 ayat (2) UUD
1945 sebelum diubah. Perubahan sistem pemilihn Presiden tersebut membawa
beberapa implikasi, yaitu : (1) Kedudukan Presiden adalah kuat karena tidak
tergantung pada MPR; (2) Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR
melainkan bertanggung jawab kepada rakyat dan konstitusi; (3) MPR tidak dapat
menjatuhkan Presiden, kecualimelalui mekanisme impeachment yang telah diatur
dalam UUD 1945.

vii
Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut
dengan undang-undang (Pasal 6 (2) UUD 1945). Dalam Pasal 6 UU No. 23 Tahun
2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden dinyatakan, bahwa calon
Presiden dan calon Wakil Presiden harus memenuhi syarat:

1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;


2. Warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri;
3. Tidak pernah mengkhianati negara;
4. Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden;
5. Bertempat tinggal dalam wilayah negara kesatuan RI;
6. Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang
memeriksa laporan kekayaan penyelenggara negara;
7. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau
secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan
keuangan negara;
8. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan;
9. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
10. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela;
11. Terdaftar sebagai pemilih;
12. Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan telah melaksanakan
kewajiban pajak selama lima tahun terakhir yang dibuktikan dengan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi;
13. Memiliki daftar riwayat hidup;
14. Belum pernah menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden selama dua
kali masa jabatan dalam jabatan yangsama;

viii
15. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, UUD 1945, dan cita-cita
Proklamasi 17 Agustus 1945;
16. Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana makar
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap;
17. Berusia sekurang-kurangnya 35 tahun;
18. Berpendidikan serendah-rendahnya SLTA atau yang sederajat;
19. Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia,
termasuk organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung
dalam G 30 S/PKI;
20. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih.

3.2 Kedudukan, kekuasaan, wewenang dan tugas presiden


A. Kedudukan Presiden
Kedudukan presiden yaitu sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan.Berikut adalah perbedaan antara Kepala Pemerintahan dan
Kepala Negara:
1. Kepala Negara – Sebagai Kepala Negara, Presiden memiliki hak politis
yang ditetapkan sesuai dengan konstitusi sebuah Negara.Berdasarkan
sifatnya, Kepala Negara dibagi menjadi Kepala Negara Simbolis dan
Kepala Negara Populis. Sedangkan jika berdasarkan tanggung jawab dan
hak politis, Kepala Negara berdasarkan jenis konstitusi dapat dibagi
menjadi Sistem Presindensiil dan Sistem Semi-presidensiil.
2. Kepala Pemerintahan – Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu
oleh menteri-menteri dalam kabinet untuk melakukan tugas pemerintahan
dan menjalankan kekuasaan legislatif.

ix
B. Kekuasaan Presiden
Kekuasaan Presiden setelah perubahan UUD 1945 sebanyak empat kali
sejak tahun 1999-2002, terjadi banyak perubahan terhadap kekuasaan
konstitusional Presiden RI.Kekuasaan Presiden diatur dalam Bab III UUD
1945 tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara. Pada Bab III UUD 1945 yang
berisi 17 pasal mengatur berbagai aspek mengenai Presiden dan lembaga
kepresidenan, termasuk rincian kewenangan yang dimilikinya dalam
memegang kekuasaan pemerintah. Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 4 ayat (1) UUD 1945. Artinya dalam menjalankan
kewenangannya, Presiden menjalankan pemerintahan menurut konstitusi.
1. Terjadi pengurangan dalam bidang pembuatan undang-undang. Pada
perubahanpertama, ditegaskan bahwa kekuasaan membentuk undang-
undang ada ditangan DPR (Pasal 20 ayat (1) UUD 1945), bukan lagi di
tangan presiden (pasal 5 ayat (1) UUD 1945 sebelum perubahan). Selain
itu, selain Rancangan Undang-Undang sudah memperoleh persetujuan
bersama DPR dan Presiden, maka dalam jangka 30 hari sejak persetujuan
bersama, RUU tersebut akan sah menjadi undang-undang dan wajib
diundangkan meskipun tidak disahkan oleh presiden. Hal tersebut berbeda
dengan sebelum perubahan UUD 1945, dimana setiap rancangan undang-
undang kalau sudah disahkan oleh presiden.
2. Terjadi sedikit pengurangan dalam kekuasaan hubungan luar negeri yaitu
dalam hal mengangkat duta, presiden memperhatikan pertimbangan DPR.
Begitu juga dalam hal presiden menerima penempatan duta negara lain,
dimana presiden memperhatkan pertimbangan DPR (pasal 13). Sebelum
perubahan, presiden tidak memerlukan pertimbangan DPR dalam
melaksanakan kekuasaan tersebut. Begitu juga dalam hal kekuasaan
membuat perjanjian internasional. Setelah perubahan, ketentuanmengenai

x
perjanjian internasional diharuskan diatur lebih lanjut dangan undang-
undang. Sebelum perubahan, keteentuan seperti itu tidak ada (pasal 11)
3. Terjadi sedikit pengurangandalam hal kekuasaan yudisial. Dalam hal
presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan MA (pasal 14 ayat (1)). Sebelum perubahan, tidak ada
kewajiban bagi presiden untuk meminta pertimbangan kepada MA ketika
akan memberi grasi dan rehabilitasi. Begitujuga dalam hal kekuasaan
memberi amnesti dan abolisi, presiden memperhatikan pertimbangan DPR
(pasal 14 ayat (2)). Sebelum perubahan, presiden tidak memerlukan
pertimbangan dari DPR ketika akan memberi amnesti dan abolisi.
4. Terjadi sedikit penguranan dalam hal kekuasaan presiden memberi gelar,
tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan. Setelah perubahan pertama,
diharuskan ketentuan tersebut diatur dengan undang-undang, padahal
sebelum perubahan, ketentuan seperti itu tidak ada. Dengan keharusan
diatur dengan undang-undang, pelaksanaan dari kekuasaan tersebut haarus
mengacu pada undang-undang tersebut. Pembuatan undang-undang
dilakuakan oleh DPR dan presiden yang tentunya harus mengakomodir
kepenringan DPR agar menjadi persetujuan bersama (pasal 15)
5. Terjadi sedikit pengurangan kekuasaan presiden dalam hal pembentukan,
pengubahan, dan pembubaran Kementerian Negara yaitu dengan adanya
pengaturan oleh undang-undang. Sebelum perubahan, ketentuan seperti itu
tidak diatur dalam UUD 1945 yang dalam praktiknya dianggap sebagai
hak prerogatif presiden dalam rangka menjalankan program yang
direncanakannya sebagaimana ia mempunyai kekuasaan untuk
mengangkat dan memberhentikan menteri negara. Namun, setelah
perubahan, hal tersebut tidak bisa dilakukan karena harus sesuai dengan
undang-undang yang mengatur hal tersebut.
6. Setelah perubahan keempat, presiden mendapat kekuasaan konstitusional
“tambahan” untuk membentuk dewan pertimbangan yang bertuga

xi
memberikan nasihat dan pertimbangan kepada presiden (pasal 16).
Sebelum perubahan, secara konstitusional presiden tidak memiliki
kekusaan tersebut, meskipun begitu dalam praktiknya dahulu, presiden
mempunyai kekuasaan mengangkat dan memberhentikan anggota dan
Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
7. Secara konstitusional, presiden juga mendapatkan kekuasaan tambahan,
yaitu mempunyai kekuasaan untuk meresmikan anggota Badan Pemeriksa
Keuangan yang telah terpilih oleh DPR dengan memperhatikan
pertimbanga DPD, menetapkan calon Hakim Agung usulan dari Komisi
Yudisiak yang telah disetujui oleh DPR, mengangkat dan memberhentikan
anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR, serta mengusulkan tiga
hakim konstitusi dan menetapkan sembilan hakim konstitusi yang
diusulkan masing-masing tiga dari MA, tiga dari DPR dan tiga dari
Presiden sendiri. Kekuasaan-kekuasaan yang berkaitan dengan MK dan
KY adalah kekuasaan yang baru karena sebelum perubahan UUD 1945,
lembaga tersebut tidak ada. Sementara kekuasaan yang berkaitan dengan
peresmian anggota BPK dan penetapan anggota MA dalam praktiknya
sudah dimiliki presiden sebelum terjadi perubahan UUD 1945.
8. Kekuasaan presiden dalam memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan
Darat, Angkatan laut dan Angkatan Udara (pasal 10).
9. Kekuasaan Presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian dan
perjanjian dengan negara lain harus dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat. Ketentuan ini membatasi kekuasaan Presiden, karena
dalam melaksanakan kewenangan Presiden harus mendapat persetujuan
dari DPR.
10. Kekuasaan Presiden menjadi terbatas, karena Presiden dalam membuat
perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan
mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan

xii
negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-
undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
11. Kekuasaan Presiden terbatas dalam hal perjanjian internasional, karena
ketentuan-ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur
dengan undang-undang. Dengan ketentuan ini, berarti penyelenggaraan
pemerintahan yang terkait dengan perjanjian internasional dapat
dilaksanakan jika ada perangkat undang-undang.
12. Kekuasaan Presiden terbatas dalam hal menyatakan keadaan bahaya, maka
syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-
undang. Dengan penetapan undang-undang terlebih dahulu berarti
Presiden akan berhadapan dengan DPR secara bersama-sama membahas
rancangan undang-undang yang terkait.
C. Wewenang Presiden
Wewenang Presiden sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 adalah:
1. Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (Pasal 5 Ayat 1).
2. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan
perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain (Pasal 11
Ayat 1)
3. Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang
menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang
terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan
atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat (Pasal 11 Ayat 2)
4. Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya
keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 12)
5. Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung (Pasal 14 Ayat 1)

xiii
6. Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 14 Ayat 2)
7. Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang
diatur dengan undang-undang (Pasal 15)
8. Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas
memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya
diatur dalam undang-undang (Pasal 16)
9. Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak
menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang
(Pasal 22 Ayat 1)
10. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara (Pasal 33 Ayat 2)
11. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
(Pasal 33 Ayat 3)

D. Tugas Presiden
Dalam negara republik, seorang Presiden sebagai orang nomor 1 di negara
memiliki dua tugas dan jabatan, yakni sebagai Kepala Negara dan Kepala
Pemerintahan.
Tugas Presiden sebagai Kepala Negara
Sebagai Kepala Negara, Presiden memiliki tugas-tugas khusus yang harus
dilakukan selaku Kepala Negara. Tugas Presiden sebagai Kepala Negara
tercantum dalam peraturan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD ’45) adalah:
 Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut dan Angkatan Udara (Pasal 10)
 Presiden mengangkat duta dan konsul (Pasal 13 ayat 1)

xiv
 Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 13 ayat 3)
 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu (Pasal 29 Ayat 2)
 Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional (Pasal 31 Ayat 4)
 Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya (Pasal 32 Ayat 1)
 Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan
budaya nasional (Pasal 32 Ayat 2)
 Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara (Pasal 34
Ayat 1)
 Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan (Pasal 34 Ayat 2)
 Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak (Pasal 34 Ayat 3)
Tugas Presiden sebagai Kepala Pemerintahan
Sebagai Kepala Pemerintahan Presiden mempunyai UUD 1945 adalah:
 Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
Undang-Undang Dasar (Pasal 4 ayat 1)
 Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-
undang sebagaimana mestinya (Pasal 5 ayat 2)
 Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden (Pasal 17
ayat 2)

xv
 Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
provinsi, kabupaten, dan kota, atau provinsi dan kabupaten dan kota,
diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan
keragaman daerah (Pasal 18B Ayat 1)
 Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam
dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-
undang (Pasal 18B Ayat 2)
 Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama untuk menjadi undang-undang (Pasal 20 Ayat 4)
 Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara
diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah (Pasal
23 Ayat 2)
 Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah
dan diresmikan oleh Presiden (Pasal 23F Ayat 1)
 Calon Hakim Agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan
Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya
ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden (Pasal 24A Ayat 3)
 Anggota Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 24B Ayat 3)
 Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim
konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing
tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan
Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden (Pasal 24C Ayat 3)
 Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah (Pasal 28I Ayat 4)

xvi
 Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya (Pasal 31 Ayat 2)
 Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang (Pasal 31 Ayat 3)
 Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia (Pasal 31 Ayat 5)

3.3 Pertanggung jawaban Presiden dan Wakil presiden


Dalam UUD 1945 sebelum dan sesudah di amandemen terdapat persamaan
dan perbedaan dalam hal pertanggungjawaban Presiden. Adapun persamaannya
adalah adanya pertanggungjawaban moral dari seorang Presiden untuk memenuhi
atau mematuhi sumpah. Sedangkan perbedaannya adalah bahwa sebelum amandemen
Presiden dipilih oleh MPR dengan suara terbanyak, MPR mengangkat Kepala Negara
(Presiden) dan Wakil Kepala Negara (Wakil Presiden), maka Presiden
bertanggungjawab kepada MPR. Setelah di amandemen Presiden dan Wakil Presiden
dipilih dalam satu-pasangan secara langsung oleh rakyat, maka Presiden
bertanggungjawab kepada rakyat selaku yang memilihnya.
Analisis Kasus :
Kenapa Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dihapus?
Dari 16 Pasal UUD 1945 yang dibahas oleh PAH I dalam rangka Perubahan
Keempat UUD 1945, ada 10 (sepuluh) pasal yang sudah disepakati oleh seluruh
fraksi, dan ada 6 (enam) pasal yang masih belum disepakati, sehingga keenam pasal
tersebut masih berbentuk alternatif.
Kesepuluh pasal itu adalah Pasal 8 ayat (3), Pasal 16, Pasal 23B, Pasal 24,
Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34, Pasal 37, Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan.

xvii
Sedangkan Pasal-pasal yang masih berbentuk alternatif adalah Pasal 2, Pasal 3, Pasal
6A, Pasal 23D, Pasal 29, dan Pasal 31.
Dari Rancangan Perubahan Keempat UUD 1945 yang dibacakan oleh Ketua
PAH I diketahui bahwa Bab IV tentang DPA dihapus, sehingga Pasal 16 yang semula
mengatur tentang keberadaan DPA menjadi Bab III dan bunyi Pasal 16 pun diubah.
Adapun bunyi Pasal 16 adalah: Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang
bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya
diatur dalam undang-undang.
Dengan demikian keberadaan DPA sebagai lembaga tinggi negara dihapus
dan akan digantikan oleh suatu dewan pertimbangan yang dibentuk oleh Presiden. Di
samping itu, dalam Rancangan Perubahan Keempat UUD 1945 khususnya dalam
Aturan Peralihan ditetapkan bahwa Mahkamah Konstitusi harus dibentuk selambat-
lambatnya pada tanggal 17 Agustus 2003. Dan selama belum dibentuk, fungsi
Mahkamah Konstitusi dilakukan oleh Mahkamah Agung.
Mengenai pro kontra apakah tahun 2003 nanti akan ada Sidang Tahunan MPR
atau tidak, sudah terjawab dalam Rancangan Perubahan Keempat UUD 1945. Karena
dalam Aturan Tambahan Rancangan Perubahan Keempat tersebut ditetapkan bahwa
MPR ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum
Ketetapan MPRS dan Ketetapan MPR untuk diputuskan pada Sidang MPR 2003.
Pada masa lalu, kinerja DPA sering disorot. DPA bertugas memberikan saran
kepada presiden. Namun karena terlalu dekat dengan presiden, DPA saat dipimpin
oleh A.A. Baramuli malah terlalu dekat dengan Presiden B.J. Habibie. Akibatnya,
Ketua DPA dianggap melangkah terlalu jauh.
Pada masa lalu pula, anggota DPA sering dianggap sebagai jabatan hadiah
bagi para pensiunan pejabat. Karena diangkat oleh presiden, sering kali anggota DPA
jadi sungkan memberi saran atau kritik kepada presiden.
Menurut Pasal 16 (1), susunan Dewan pertimbangan Agung ditetapkan
dengan undang-undang. Lalu dalam Pasal 16 (2) disebutkan bahwa Dewan ini

xviii
berkewajiban memberi jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak mengajukan usul
kepada pemerintah.
Dalam rancangan perubahan kedua UUD 1945 pasal yang menyangkut DPA
ini diamandeman. Alternatif pertama, DPA dihapus, diganti dengan rumusan baru
sebagai berikut: Presiden dapat membentuk badan penasehat yang bertugas
memberikan pertimbangan kepada presiden sesuai dengan kebutuhan menurut
ketentuan yang ditetapkan oleh undang-undang.
Alternatif kedua, DPA tetap dipertahankan dengan rumusan: Dewan
Pertimbangan Agung terdiri dari para anggota yang dipilih oleh Dewan Perwakilan
Rakyat atas dasar integritas pribadi, wawasan kebangsaan, ketokohan dalam
masyarakat, serta sejarah pengabdiannya kepada negara dan bangsa.
Pada Pasal 16 A disebutkan bahwa Dewan ini berkewajiban memberikan
jawaban atas pertanyaan presiden dan berhak memajukan usul kepada Presiden dalam
mengatasi masalah-masalah kenegaraan. Selanjutnya dalam Pasal 16 B dinyatakan
bahwa Susunan dan kedudukan Dewan Pertimbangan Agung ditetapkan dengan
Undang-undang. Hal yang menjadi kelemahan DPA adalah bahwa DPA tidak
mempunyai kewenangan yang memaksa Presiden untuk mematuhi pertimbangan-
pertimbangan yang diberikan DPA.Oleh karena itu apabila tidak jadi dihapuskan,
DPA mengajukan tambahan-tambahan wewenang.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Presiden sebagai badan eksekutif negara dipilih secara langsung oleh
rakyat melalui pemilihan umum. Undang-Undang Dasar 1945 mengatur masalah

xix
pengisisan jabatan Presiden dalam pasal 6 ayat (1) dan (2). Pasal 6A Undang-
Undang Dasar 1945 ayat (1) (2) (3) (4) (5) mengatur aturan pemilihan Presiden
dan Wakil Presiden secara langsung. Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan
Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-undang (Pasal 6 (2) UUD
1945).
Presiden sebagai badan eksekutif negara mempunyai keududukan sebagai
kepalannegara dan kepala pemerintahan. Kekuasaan Presiden setelah perubahan
UUD 1945 sebanyak empat kali sejak tahun 1999-2002, terjadi banyak
perubahan terhadap kekuasaan konstitusional Presiden RI. Wewenang Presiden
sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 (Pasal 5 Ayat 1), (Pasal 11 Ayat 1, 2),
(Pasal 12), (Pasal 14 Ayat 1), (Pasal 14 Ayat 2), (Pasal 15), (Pasal 16), (Pasal 22
Ayat 1), (Pasal 33 Ayat 2), (Pasal 33 Ayat 3). Negara. Tugas Presiden sebagai
Kepala Negara tercantum dalam peraturan Undang-Undang Dasar 1945 (Pasal
10), (Pasal 13 ayat 1), (Pasal 13 ayat 3), (Pasal 29 Ayat 2), (Pasal 31 Ayat 4),
(Pasal 32 Ayat 1), (Pasal 32 Ayat 2), (Pasal 34 Ayat 1), (Pasal 34 Ayat 2), (Pasal
34 Ayat 3). Tugas Presiden sebagai Kepala Pemerintahan berdasarkan UUD
1945 diatur dalam (Pasal 4 ayat 1), (Pasal 5 ayat 2), (Pasal 17 ayat 2), (Pasal 18B
Ayat 1), (Pasal 18B Ayat 2), (Pasal 20 Ayat 4), (Pasal 23 Ayat 2), (Pasal 23F
Ayat 1), (Pasal 24A Ayat 3), (Pasal 24B Ayat 3), (Pasal 24C Ayat 3) dan lain
sebagainya.

4.2 Saran
Dengan adanya pasal-pasal yang telah menentukan apa saja kedudukan,
kekuasaan, wewenang dan tugas presiden yang telah tercantum dalam UUD
1945, diharapkan Presiden dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan
sebagaimana telah diatur dalam UUD 1945 untuk kepentingan rakyat Indonesia.

xx
DAFTAR PUSTAKA

Kusnardi, Moh.,SH. (1976). Hukum Tata Negara. Jakarta: Sinar Bakti

xxi
Kansil, C.S.T.,Drs. SH. (2008), Hukum Tata Negara Republik Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta

Azis, Sholecchul. (2013).Jurus Andalan Menguasai UUD 1945 dan Perubahannya.


Jakarta: KunciKom

UUD 1945 dan Amandemennya.

http://guruppkn.com/tugas-fungsi-dan-wewenang-presiden-dan-wakil-presiden

http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/64902

http://www.edukasippkn.com/2015/06/syarat-menjadi-calon-presiden-dan-wakil.html

https://ejournal.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php/jk/article/viewFile/225/221

http://widyariset.pusbindiklat.lipi.go.id/index.php/widyariset/article/viewFile/135/129

http://journal.um.ac.id/index.php/jppk/article/view/5495/2157

xxii

Anda mungkin juga menyukai