Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Kewarganegaraan”
Disusun oleh :
FAKULTAS SYARI’AH
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Hakim dan Hukum” ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan
menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata
kuliah Ushul Fiqh dengan judul “Hakim dan Hukum”. Disamping itu, kami mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalan ini
berlangsung ,sehingga makalah ini dapat terealisasikan.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.
BAB I
PENDAHULUAN
b. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Rule of Law dan hakekatnya?
2. Apa yang dimaksud dengan Negara Hukum?
3. Apa yang dimaksud dengan Penegakan Hukum?
c. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Rule of Law dan Hakekatnya.
2. Untuk mengetahui pengertian Negara Hukum.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Penegakan Hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
1
0. Notohamidjojo, Makna Negara Hukum, h. 31.
2
Azhary, Negara Hukum Indonesia-Analisis Yuridis Normatif tentang Unsur-Unsurnya, h. 31.
3
ibid.
4
Didi Nazmi Yunus, Konsepsi Negara Hukum, h. 22-23.
alat untuk membenarkan kekuasaan, termasuk membatasi kekuasaan itu. Jadi yang
berkuasa, berdaulat dan supreme adalah hukum dan bukan kekuasaan. 5
B. Negara Hukum
Pengertian Negara Hukum
Secara etimologis, wacana “negara hukum” berakar pada pemaknaan atas kata
“hukum” itu sendiri yang berbeda antara tradisi Barat dan Timur. Secara umum,
dalam tradisi Barat hukum dimaknai sesuatu yang lurus, tegas, sebagaimana
tercermin dari makna literal dari kata recht (Belanda, Jerman) yang semakna dengan
right (Inggris) dan Droit (Prancis) yang bermakna “lurus, kanan (kebalikan dari kiri),
baik, benar”. Namun, tradisi Barat membedakan antara istilah “hukum” dan
“aturan/undang-undang”. Dalam beberapa bahasa Eropa, menggunakan istilah recht
(Belanda, Jerman), law (Inggris), droit (Prancis), derecho (Spanyol) untuk
pengertian “hukum”. Sementara untuk istilah “undang-undang” digunakan istilah wet
(Belanda), gesetz (Jerman)¸ loi (Prancis), ley (Spanyol), act (Inggris). 6
Peristilahan tentang negara hukum sudah begitu populer dalam kepustakaan
Indonesia. Bukan hanya di kalangan ahli hukum, masyarakat umum juga sudah
begitu mengenal istilah dimaksud. Adapun istilah negara hukum pada terminologi
negara-negara di Eropa dan Amerika, menggunakan istilah yang berbeda-beda. Di
Jerman dan Belanda misalnya, digunakan istilah rechtsstaat sebagaimana istilah
dimaksud juga pernah diberlakukan atau dikenal di Indonesia. Di Prancis digunakan
istilah etat de droit. Istilah estado de derecho dipakai di Spanyol dan istilah stato di
diritto digunakan di Italia. Dalam terminologi Inggris dikenal dengan ungkapan the
state according to law atau according to the rule of law (Allan R. Brewer and Carias,
1989:7). Lebih lanjut dikemukakan bahwa istilah-istilah seperti etat de droit, estado
de derecho, stato di diritto atau rechtsstaat yang digunakan dalam paham atau
konsep Eropa Kontinental dan Amerika Latin adalah merupakan istilah-istilah yang
tidak mempunyai padanan kata yang tepat dalam sistem hukum Inggris, meskipun
5
Miriam Budiarjo, Op.cit., h. 58.
6
Aidul Fitriciada Azhari, “Negara Hukum Indonesia : Dekolonisasi dan Rekonstruksi Tradisi”, Jurnal Hukum IUS
QUIA IUSTUM Volume 19 No.4 Oktober 2012 : 492
ungkapan legal state atau state according to law atau the rule of law mencoba
mengungkapkan suatu ide yang serupa. 7
Negara hukum adalah sebuah negara yang penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahannya didasarkan atas hukum. Tata cara menjalankan kehidupan di
hampir seluruh negara diatur oleh asas hukum, termasuk pula di Indonesia. Maka
daripada itu, dalam kekuasaan pemerintahan, hukum berada di posisi paling atas.
Sebab, Indonesia adalah negara hukum dan itu tercantum dalam pasal 1 ayat 3 UUD
1945. Negara yang berlandaskan hukum menggunakan aturan hukum untuk
mencapai tujuan kehidupan bernegara. Menurut Johan Nasution dalam buku Negara
Hukum dan Hak Asasi Manusia (2013), negara hukum adalah sebuah negara yang
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Sementara
menurut guru besar hukum tata negara Jimly Asshiddiqie (2006), negara hukum
disebut sebagai bentuk negara yang unik karena seluruh kehendak didasarkan atas
hukum. Konsep negara yang tidak menggunakan hukum, tentu sangat berbeda
dengan negara hukum. Sebab, untuk menetapkan dan mengatur, negara hukum
memiliki sebuah puncak sistem berupa konstitusi atau UUD. Menurut pasal 1 ayat 3
UUD 1945, Indonesia merupakan negara yang berlandaskan hukum dalam mencari
keputusan objektif dari pihak pemerintah dan rakyatnya. Berikut ini bunyi pasalnya:
“Negara Indonesia adalah negara hukum.” Secara umum, negara hukum seperti
Indonesia memberikan seluruh kepercayaannya kepada kuasa negara yang berproses
melalui hukum yang dianggap baik dan sifatnya adil bagi seluruh bagian negara.
Mulai dari rakyat, hingga pihak pemerintahan yang memiliki jabatan di kekuasaan
negara. 8
Rechtsstaat dan Rule Of Law
Khusus dalam tradisi Barat dikenal ada dua macam tipe negara hukum, yakni
Rechtsstaat yang berkembang dalam tradisi hukum Eropa Kontinental dan Rule of
Law yang berkembang dalam tradisi hukum Anglo Saxon. Secara umum Rechtsstaat
berkembang dari konsep Liberaal Rechtsstaat (Negara Hukum Liberal) pada abad
7
Haposan Siallagan, “Penerapan Prinsip Negara Hukum di Indonesia”, Sosiohumaniora, Volume 18 No.2 Juli 2016
: 132 - 133
8
Yuda Prinada, “Pengertian dan Ciri-ciri Negara Hukum Menurut UUD 1945,” tirto.id, 2 Februari 2021, diakses 4
April 2021, https://tirto.id/pengertian-dan-ciri-ciri-negara-hukum-menurut-uud-1945-f9B8
ke-
19 yang memandang peran negara harus dikurangi untuk melindungi dan
memajukan kebebasan personal dan hak milik pribadi (grondrechten) yang secara
struktural dilakukan dengan pemisahan kekuasaan (scheiding van machten). Dalam
perkembangannya, konsep Liberaal Rechtsstaat ini bergerak ke arah Formaal
Rechtsstaat
(Negara Hukum Formal) seiring dengan bangkitnya pemikiran positivisme hukum
dan kodifikasi hukum yang menekankan pada prinsip legalitas (wetmatigeheid van
bestuur) serta pemisahan pengadilan administrasi (administratieve rechtspraak)
sebagai
instrumen untuk melindungi setiap individu dari penyalahgunaan kekuasaan oleh
pejabat administrasi. Pada masa Republik Weimar, konsep Formal Rechtsstaat ini
berkembang menjadi totalitarian yang hanya menekankan pada prinsip legalitas dan
karenanya menolak adanya pengujian atas Undang-Undang (Gesetz). Setelah
Perang Dunia II muncul kesadaran baru ke arah Rechtsstaat yang lebih substantif
sekalipun tetap mempertahankan aspek formalnya yang kemudian melahirkan
konsep Sozialen Rechtsstaat (Negara Hukum Sosial). Konsep terakhir ini
memadukan
antara perlindungan hak-hak fundamental dan peran negara yang secara aktif
mempromosikan kesejahteraan warga negara. 9
Dalam kaitan dengan gagasan Rechtsstat dan Rule of Law itu, Richard H. Fallon
menggolongkan negara hukum ke dalam 4 (empat) tipe ideal negara hukum, yakni
tipe negara hukum historis, formalis, prosedural, dan substantif. (1) konsepsi negara
hukum historis memaknai “the Rule of Law with rule by norms laid down by
legitimate
authorities prior to their application to particular cases”. Artinya, negara hukum
tipe
historis lebih menekankan pada makna orisinal hukum sebagaimana yang
dimaksudkan oleh para pembuatnya. (2) konsepsi negara hukum formalis terungkap
dalam ungkapan Hakim Antonin Scalia yang mengatakan “The Rule of Law as a Law
9
Aidul Fitriciada Azhari, “Negara Hukum Indonesia : Dekolonisasi dan Rekonstruksi Tradisi”, 494 - 495
of Rules” (Negara Hukum adalah hukum dari aturan-aturan). Konsepsi negara hukum
formalis ini menekankan pada “aturan” yang menyediakan “maximally effective
guides
to behaviour and ensure that judges, as much as other officials, are bound by law”.
Konsepsi negara hukum formal ini sangat memusatkan pada penegakan aturan
hukum tertulis,
khususnya aturan perundang-undangan, dengan tujuan terutama untuk kepastian
hukum. (3) konsepsi negara hukum prosedural menekankan pada gabungan dari:
(i) procedural fairness in the development and application of legal norms, (ii) an
(assumed)
internal connection between notions of law and reasonableness, (iii) reasoned
elaboration of the connection between recognized, pre-existing sources of legal
authority and the determination of rights and responsibilities in particular cases, and
(iv) judicial review as a guarantor of procedural fairness and rational deliberation
by legislative, executive, and administrative decision makers. Intinya, negara hukum
prosedural menekankan pada pemaknaan hokum sebagai produk dari proses
deliberasi yang rasional. (4) Konsepsi negara hokum substantif memaknai “the Rule
of Law implies the intelligibilty of law as a morally authoritative guide to human
conduct.” Jadi, tipe substantif tidak memandang negara hukum sematamata
penegakan aturan tertulis, maksud dari pembentuk hukum, atau proses
deliberatif yang rasional, melainkan lebih menekankan pada aspek etis atau moralitas
dari hukum, seperti keadilan dan HAM. 10
Sedangkan paham Rule of Law mulai dikenal setelah Albert Venn Dicey pada tahun
1885 yang menerbitkan buku Introduction to Study of the Law of the constitution.
The rule of law bertumpu pada sistem hukum Anglo Saxon atau common law system.
Unsur-unsur Rule of Law yang digagas Dicey (1952: 50) adalah:
1. Supremasi aturan-aturan hukum (supremacy of the law), yaitu tidak adanya
kekuasaan sewenang-wenang (absence of arbitrary power);
2. Kedudukan yang sama dalam menghadapi hukum (equality before the law). Dalil
ini berlaku baik untuk orang biasa maupun orang pejabat.
10
Aidul Fitriciada Azhari, “Negara Hukum Indonesia : Dekolonisasi dan Rekonstruksi Tradisi”, 495
3. Terjaminnya hak-hak manusia oleh undangundang (di negara lain oleh
UndangUndang Dasar) serta keputusan-keputusan pengadilan.
C. PENEGAKAN HUKUM
Pengertian Penegakan Hukum
Penegakan hukum adalah upaya atau proses untuk menjadikan tegaknya atau
berfungsinya suatu hukum secara nyata sebagai pedoman dan aturan untuk
masyarakat dalam berkehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Penegakan hukum
juga merupakan usaha mewujudkan ide-ide dan konsep hukum yang sesuai dengan
harapan masyarakat. 11
Menurut Satjipto Raharjo, pada hakikatnya penegakan hukum merupakan
penegakan ide-ide atau konsep-konsep tentang keadilan , kebenaran, kemanfaatan
sosial, dan sebagainya. Jadi Penegakan hukum merupakan usaha untuk
mewujudkan ide dan konsep-konsep tadi menjadi kenyataan. Penegakan hukum
bukan hanya menjadi tugas para penegak hukum yang sudah di kenal secara
konvensional , tetapi juga menjadi tugas dari diri masing-masing orang. Meskipun
demikian, dalam kaitannya dengan hukum publik pemerintahlah yang bertanggung
jawab. Penegakan hukum dibedakan menjadi dua, yaitu: 12
a) Ditinjau dari sudut subyeknya: Dalam arti luas, proses penegakkan hukum
berkaitan dengan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa
saja yang menjalankan aturan normative atau melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang
berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti
sempit, penegakkan hukum adalah upaya aparatur penegakan hukum untuk
menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana
seharusnya.
b) Ditinjau dari sudut obyeknya yaitu dari segi hukumnya Dalam arti luas,
penegakkan hukum mencakup pada nilai-nilai keadilan yang di dalamnya
11
Dellyana,Shant.1988,Konsep Penegakan Hukum. Yogyakarta: Liberty hal 32
12
Dellyana,Shant.1988,Konsep Penegakan Hukum. Yogyakarta: Liberty hal 34
terdapat aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang ada dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam arti sempit, penegakkan hukum hanya menyangkut
penegakkan peraturan yang formal dan tertulis.
Konsep dan Urgensi Penegakan Hukum yang Berkeadilan
Thomas Hobbes (1588–1679 M) dalam bukunya Leviathan mengatakan “Homo
homini lupus”, artinya manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Manusia
memiliki keinginan dan nafsu yang berbeda-beda antara manusia yang satu dan
yang lainnya. Nafsu yang dimiliki manusia ada yang baik, ada yang tidak baik.
Inilah salah satu argumen mengapa aturan hukum diperlukan. Namun, Cicero
(106 – 43 SM) pernah menyatakan “Ubi societas ibi ius”, artinya di mana ada
masyarakat, di sana ada hukum. Dengan kata lain, sampai saat ini hukum masih
diperlukan bahkan kedudukannya semakin penting. 13
Upaya penegakan hukum di suatu negara, sangat erat kaitannya dengan tujuan
negara, Dalam teori tujuan negara, pada umumnya ada empat fungsi negara yang
dianut oleh negara-negara di dunia:
1. Melaksanakan penertiban dan keamanan
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya
3. Pertahanan
4. Menegakkan keadilan
Pelaksanaan fungsi keempat, yakni menegakkan keadilan, fungsi negara
dalam bidang peradilan dimaksudkan untuk mewujudkan adanya kepastian
hukum. Fungsi ini dilaksanakan dengan landasan hukum dan melalui badan-badan
peradilan yang didirikan sebagai tempat mencari keadilan. Bagi Indonesia dalam
rangka menegakkan keadilan telah ada sejumlah peraturan perundangan yang
mengatur tentang lembaga pengadilan dan badan peradilan. Peraturan
perundangan dalam bidang hukum pidana, kita memiliki Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP).
Aparatur Penegak Hukum
13
Saputri Yeni. 2013. Makalah Penegakan Hukum. http://yenisaputri080893.blogspot.co.id/ 2013/08/makalah-
penegakan-hukum.html
Aparatur penegak hukum adalah institusi atau aparat penegak hukum, yang di
dalamnya meliputi saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa hakim dan petugas-
petugas sipir pemasyarakatan. Dan setiap aparat yang berhubungan dengan
penegakan hukum, pastinya akan berkaitan dengan kegiatan pelaporan atau
pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis,
dan pemberian sanksi serta upaya pemasyarakatan kembali (resosialisasi)
terpidana. 14
Terdapat tiga faktor penting yang mempengaruhi proses bekerjanya aparatur
penegak hukum, yaitu:
1. Institusi penegak hukum beserta berbagai perangkat, sarana dan
prasarana pendukung dan mekanisme kerja kelembagaannya.
2. Budaya kerja yang terkait dengan aparatnya, termasuk mengenai
kesejahteraan aparatnya.
3. Perangkat peraturan yang mendukung baik kinerja kelembagaannya
maupun yang mengatur materi hukum yang dijadikan standart kerja.
Sehingga, proses penegakan hukum atau upaya untuk menegakkan hukum
secara sistematik harus memperhatikan ketiga faktor diatas, agar terwujudnya
penegakan hukum dan keadilan secara internal yang dapat diwujudkan secara
nyata.
Hukum tidak mungkin akan tegak, jika hukum itu sendiri belum
mencerminkan adanya nilai-nilai keadilan yang hidup didalam masyarakat.
Hukum tidak mungkin menjamin keadilan jika materinya sebagian besar
merupakan warisan masa lalu yang tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Artinya,
persoalan yang kita hadapi bukan hanya berkenaan dengan upaya penegakan
hukum tetapi juga tentang pembaharuan hukum atau pembuatan hukum baru.
14
Minamini. “Rule Of Law”. 18 Juli 2010. https://minamini.wordpress.com/tag/rule-of-law/
BAB III
KESIMPULAN
Rule of Law adalah suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad ke 19, bersamaan
dengan kelahiran Negara konstitusi dan demokrasi. Doktrin tersebut lahir sejalan dengan tumbuh
suburnya demokrasi dan meningkatknya peran parlemen dalam penyelenggaraan Negara, serta
sebagai reaksi terhadap Negara absolute yang berkembang sebelumnya. Oleh karena itu,
Indonesia juga termasuk di dalam Negara Huku,.
Penegakan hukum adalah upaya atau proses untuk menjadikan tegaknya atau
berfungsinya suatu hukum secara nyata sebagai pedoman dan aturan untuk masyarakat dalam
berkehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Penegakan hukum juga merupakan usaha
mewujudkan ide-ide dan konsep hukum yang sesuai dengan harapan masyarakat. Hukum tidak
mungkin akan tegak, jika hukum itu sendiri belum mencerminkan adanya nilai-nilai keadilan
yang hidup didalam masyarakat. Hukum tidak mungkin menjamin keadilan jika materinya
sebagian besar merupakan warisan masa lalu yang tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Artinya,
persoalan yang kita hadapi bukan hanya berkenaan dengan upaya penegakan hukum tetapi juga
tentang pembaharuan hukum atau pembuatan hukum baru.
DAFTAR PUSTAKA
Prinada, Yuda “Pengertian dan Ciri-ciri Negara Hukum Menurut UUD 1945,” tirto.id, 2
Februari 2021, diakses 4 April 2021, https://tirto.id/pengertian-dan-ciri-ciri-negara-hukum-
menurut-uud-1945-f9B8.