Anda di halaman 1dari 28

COMMUNITY-BASED TOURISM SEBAGAI SOLUSI PENGINGKATKAN

KESEJAHTERAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT PESISIR DAN


KONSERVASI LINGKUNGAN

Diajukan Untuk Mengikuti Lomba IDE XII

Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi

Universitas Brawijaya Malang

Oleh:

1. Rifqi Mochtar Latif (C1A011114)


2. Eva Maemunah (C1A011085)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


PURWOKERTO
2013

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|1
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Blue Economy merupakan sebuah paradigma baru yang berkembang pada
pembangunan ekonomi yang diyakini menjadi model yang tepat untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi dari sektor kelautan dan perikanan, menciptakan lapangan kerja
serta meningkatkan kesejahteraan publik, sekaligus mempertahankan pesisir dan
dukungan terhadap lingkungan dan kualitas laut. Mengenai definisi ini, blue economy
memiliki tiga pilar yaitu: pertumbuhan ekonomi, peningkatan dan kesejahteraan
kualitas sumber daya manusia, serta berkelanjutan lingkungan.
Menurut Gunter Pauli (2009), konsep Blue Economy dikembangkan untuk
menjawab tantangan, bahwa sistem ekonomi dunia cenderung eksploitatif dan merusak
lingkungan. Konsep Blue Economy dimaksudkan untuk menantang para enterpreneur
bahwa Blue Economy Business Model memberikan peluang untuk mengembangkan
investasi dan bisnis yang lebih menguntungkan secara ekonomi dan lingkungan. Selain
itu juga menggunakan sumberdaya alam lebih efisien dan tidak merusak lingkungan,
sistem produksi lebih efisien dan bersih, menghaslikan produk dan nilai ekonomi lebih
besar, meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan memberikan kesempatan untuk
memberikan manfaat kepada setiap kontributor secara lebih adil.
Setelah dinyatakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada bulan
Juni 2012 di Rio +20 bahwa Indonesia akan mengadopsi konsep blue economy dalam
strategi pembangunan. Salah satu cara untuk mencapai transformasi menuju ekonomi
biru adalah melalui konservasi yang berpusat pada keanekaragaman hayati. Pendekatan
ini dapat diimplementasikan dengan mengakomodasi kebutuhan dan aspirasi
masyarakat melalui konsultasi termasuk semua pemangku kepentingan. Namun, harus

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|2
dibarengi dengan pelestarian ekosistem yang menyediakan makanan, mata pencaharian
dan pendapatan kepada masyarakat.
Secara umum, pendekatan ini dapat dikembangkan dengan memberikan
pemahaman yang lebih baik dalam hal ekosistem laut, mensinergikan pengelolaan
ekosistem laut dengan ketahanan pangan, strategi pembangunan ekonomi dan sosial,
serta transisi ekonomi, pasar, industri dan masyarakat menuju pola yang lebih
berkelanjutan dari penggunaan sumber daya kelautan dan pesisir dari waktu ke waktu.
Pariwisata berbasis masyarakat sebagai sebuah pendekatan pemberdayaan
yang melibatkan dan meletakkan masyarakat sebagai pelaku penting dalam konteks
paradigma baru pembangunan yakni pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development paradigma) pariwisata berbasis masyarakat merupakan peluang untuk
menggerakkan segenap potensi dan dinamika masyarakat, guna mengimbangi peran
pelaku usaha pariwisata skala besar. Pariwisata berbasis masyarakat tidak berarti
merupakan upaya kecil dan lokal semata, tetapi perlu diletakkan dalam konteks
kerjasama masyarakat secara nasional.
Salah satu bentuk perencanaan yang partisipatif dalam pembangunan
pariwisata adalah dengan menerapkan community-based tourism (CBT) sebagai
pendekatan pembangunan. CBT muncul dari strategi pengembangan masyarakat,
menggunakan pariwisata sebagai alat untuk memperkuat kemampuan organisasi
masyarakat pedesaan yang mengelola sumber daya pariwisata dengan partisipasi
masyarakat setempat.
Menurut Garrod (2001:4) Definisi community-based tourism yaitu: 1) bentuk
pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol
dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan pariwisata, 2) masyarakat yang tidak
terlibat langsung dalam usaha-usaha pariwisata juga mendapat keuntungan, 3)
menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi keuntungan
kepada communitas yang kurang beruntung di pedesaan.

II. Rumusan Masalah

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|3
Indonesia memiliki banyak obyek pariwisata yang potensial untuk
mengembangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir, namun yang menjadi
masalah adalah ketika pemanfaatan potensi tersebut justru didominasi oleh pihak luar
negeri sehingga masyarakat pesisir merasa terabaikan dan dirugikan. Alternatif dari
permasalahan tersebut yang sesuai dengan permasalahan ketertinggalan masayarakat
pesisir yaitu CBT yang berfungsi sebagai pengembangan pemberdayaan potensi pesisir
dimana masyarakat pesisir menjadi aktor utama dalam pengembangan pariwisata yang
akan mendorong perekonomian mereka dan membatasi campur tangan pihak luar
negeri dalam menajemen pariwisata tersebut.

Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan CBT akan dibahas dalam


penulisan ini adalah:

1) Bagaimana mekanisme penerapan CBT?


2) Bagaimana proyeksi implikasi dari penerapan CBT terhadap kesejahteraan
sosial ekonomi masyarakat pesisir?
3) Dalam kondisi bagaimana CBT dapat diterapkan dengan sukses?
III. Tujuan
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui mekanisme penerapan CBT pada masyarakat pesisir.


2) Untuk mengetahui proyeksi yang mungkin timbul terhadap penerapan CBT
pada masyarakat pesisir.
3) Untuk mengetahui kondisi yang tepat untuk penerapan CBT agar bisa
terlaksana dengan sukses.

IV. Manfaat Penulisan

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|4
Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
tinjauan atau saran kepada pemerintah khususnya untuk mengelola pariwisata agar
menjadi sumber kekuatan dalam perekonomian, pemerintah juga diharapkan dapat
memberi inspirasi kepada masyarakat mengenai CBT ini dan kepada masyarakat
umumnya untuk menggugah kesadaran bahwa potensi pariwisata dapat dimanfaatkan
dengan baik untuk memajukan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat pesisir dan
konservasi lingkungan

BAB II

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|5
TINJAUAN PUSATAKA

1. Pengertian Pariwisata (tourism)


Pariwisata didefinisikan sebagai perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain
yang bersifat sementara untuk mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan
dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu pengetahuan.
Perjalanan wisata harus memenuhi tiga persyaratan, berikut: (1) bersifat sementara, (2)
bersifat sukarela, dan (3) tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah atau bayaran
(Spillane, 1994; Ecker et al., 2010). Pariwisata didefinisikan sebagai perjalanan
sementara seseorang dengan tujuan ke luar dari tempat tinggalnya dan tempat
bekerjanya, melakukan kegiatan selama berada di tempat tujuan dan menyediakan
fasilitas untuk memenuhi kebutuhannya (Prideaux and Cooper, 2002).

Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mendefinisikan


wisata sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi,
atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan
pemerintah daerah.

Berkembangnya pariwisata akan berakibat ganda terhadap sektor lainnya


seperti pertanian, peternakan, industri, perdagangan, hotel dan restoran. Industri
pariwisata merupakan mata rantai kegiatan yang sangat panjang mulai dari kegiatan
biro perjalanan, kerajinan rakyat, kesenian daerah, pengangkutan, perhotelan, restoran,
kegiatan pemanduan, pemeliharaan dan pengembangan objek wisata (Spillane, 1994;
Sugiarti, Ernawati dan Birtles, 2003; Sznajder, Prezezborska and Scrimgeour, 2009).

2. Pengertian community-based tourism (CBT)

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|6
Menurut Garrod (2001:4), terdapat dua pendekatan berkaitan dengan penerapan
prinsip prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata. Pendekatan pertama yang cenderung
dikaitkan dengan sistem perenca-naan formal sangat menekanka n pada keuntungan potensial
dari ekowisata. Pendekatan ke dua, cenderung dikaitkan dengan istilah perencanaan yang
partisipatif yang lebih concern dengan ketentuan dan pengaturan yang lebih seimbang antara
pembangunanan dan perencanaan terken-dali. Pendekatan ini lebih menekankan pada
kepekaan terhadap lingkungan dalam dampak pembangunan ekowisata. Salah satu bentuk
perencanaan yang partisipatif dalam pembangunan pariwisata adalah dengan menerapkan CBT
sebagai pendekatan pembangunan. Definisi CBT yaitu: 1) bentuk pariwisata yang memberikan
kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan
pembangunan pariwisata, 2) masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha -usaha
pariwisata juga mendapat keuntungan, 3) menuntut pemberdayaan secara politis dan
demokratisasi dan distribusi keuntungan kepada communitas yang kurang beruntung di
pedesaan.
Dalam pandangan Nicole Husler (2005) CBT merupakan suatu pendekatan
pembangunan pariwisata yang menekankan pada masyarakat lokal (baik yang terlibat langsung
dalam industri pariwisata maupun tidak) dalam bentuk memberikan kesempatan (akses) dalam
manajemen dan pembangunan pariwista yang berujung pada pemberdayaan politis melalaui
kehidupan yang lebih demokratis, termasuk dalam pembagian keuntungan dari kegitan
pariwisata yang lebih adil bagi masyarakat lokal. Husler menyampaikan gagasan tersebut
sebagai wujud perhatian yang kritis pada pembangunan pariwisata yang sering kali
mengabaikan hak masyarakat lokal di daerah tujuan wisata.
Suansri (2003:14) mendefinisikan CBT sebagai pariwisata yang
memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya. CBT
merupakan alat pembangunan komunitas dan konservasi lingkungan. Atau dengan kata
lain community-based tourism merupakan alat untuk mewujudkan pembangunan
pariwisata yang berkelanjutan.

3. Keberhasilan CBT di Kirgistan

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|7
Pada tahun 2003, kelompok community-based tourism lokal di Kyrgyzstan
membentuk organisasi payung yang disebut, Kyrgyz Community-Based Tourism
Association (KCBTA), sebuah organisasi keanggotaan nirlaba untuk pengembangan
lebih lanjut dan koordinasi kegiatan wisata di dalam negeri Kirgistan. "Hospitality
Kirgistan". Tujuan utama dari KCBTA adalah: 1) untuk mempromosikan layanan
berbasis masyarakat ekowisata berkelanjutan yang menawarkan wisatawan
pengalaman unik, 2) untuk menghasilkan pendapatan bagi keluarga pedesaan, dan 3)
untuk melestarikan warisan alam dan budaya negara. KCBTA diupayakan untuk
mencapai tujuan utama tersebut, asosiasi menghadapi beberapa tantangan kritis yang
jika tidak dimitigasi dengan baik dapat mencegah program community-based tourism
dari menghasilkan hasil yang sukses di Kirgistan. Agar KCBTA secara jelas
mengidentifikasi kebutuhan yang dapat menimbulkan tantangan mengenai
keberhasilan program CBT, analisis situasi dilakukan untuk mengenali kelemahan
daerah.
Hasil dari program KCBTA adalah (seperti dikutip Baktygulov dan Raeva, 2010):
Dampak Ekonomi: Jumlah wisatawan menggunakan jasa community-based
tourism pada tahun 2008 adalah 9.260, yang 13 kali lipat dari tahun 2000
(718 turis). Total omset meningkat dari 7.983 pada tahun 2000 menjadi USD
250.554 USD pada tahun 2008. Angka ini menunjukkan semakin
populernya community-based tourism di Kirgistan.
Dampak Sosial: peningkatan permintaan untuk produk dan layanan
community-based tourism oleh wisatawan dihasilkan kesempatan kerja bagi
penduduk setempat dengan penciptaan 412 pekerjaan langsung (tahun 2008)
dengan yang memiliki gaji rata-rata sekitar 40 USD per bulan. Seluruh
masyarakat menikmati manfaat tidak langsung dari pariwisata seperti
perbaikan infrastruktur, kesadaran lingkungan dan pelestarian budaya.
Dampak Lingkungan: Kode Ekologis ini dikembangkan sebagai seperangkat
pedoman bagi anggota CBT dan masyarakat pada umumnya. Ini mencakup

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|8
prinsip-prinsip konservasi lingkungan dan budaya serta prinsip yang
berkaitan dengan pengembangan masyarakat lokal dan promosi ekowisata.
Diputuskan untuk memasukkan Kode Ekologis sebagai bagian integral dari
perjanjian kerjasama bahwa tanda-tanda KCBTA dengan mitra lain sebagai
jaminan kelestarian lingkungan dari model CBT.

4. Masyarakat Pesisir
Satria, (2002) menjelaskan dalam konteks masyarakat pesisir, Masyarakat
merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama, sehingga
mereka dapat mengatur dan menganggap dirinya sebagai suatu kesatuan sosial dengan
batas yang dirumuskan secara jelas dan merinci unsur masyarakat. Batasan tersebut
yaitu : (1) manusia yang hidup bersama; (2) bercampur dalam waktu yang lama; (3)
hidup di wilayah yang sama; (4) sadar sebagai suatu kesatuan; dan (5) sadar sebagai
suatu sistem hidup bersama.

5. Kesejahteraan Sosial
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kesejahteraan sosial adalah suatu
kegiatan yang terorganisir dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara
individu-individu dengan lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama
melalui tehnik- tehnik dan metode-metode dengan maksud agar memungkinkan
individu individu, kelompok-kelompok maupun komunitas-komunitas memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuian diri mereka
terhadap perubahan pola-pola masyarakat, serta melalui tindakan kerjasama untuk
memperbaiki kondisi-kondisi ekonomi dan sosial.

BAB III

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|9
METODE PENULISAN

3.1 Jenis Sumber Data


Dalam penulisan ini data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data
yang diperoleh dari lembaga pengumpul data misalnya, data penduduk Indonesia
(sumber: Badan Pusat Statistik, 2010)
3.2 Metode Pengumpulan data
Dalam penulisan makalah ini, metode pengumpulan data yang digunakan
adalah studi pustaka, yaitu dengan cara mempelajari literatur-literatur yang
berhubungan dengan topik penelitian antara lain jurnal, laporan dari lemaga-lembaga
pemerintah maupun non-pemerintah dan artikel.
3.3 Analisis data
Analisis data yang dilakukan menggunakan metode kualitatif. Hal ini
berdasarkan karakteristiknya, penelitian ini menggunakan pendekatan analisis
deskriptif. Penelitian deskriptif memiliki sifat tertentu, bahwa penelitian itu
memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan
aktual. Kemudian data tersebut disusun, dianalisis, dipaparkan, dan diinterpretasikan.

BAB IV

PEMBAHASAN

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|10
4.1 Mekanisme Penerapan CBT

Gambar 1. Mekanisme penerapan CBT

1) Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat


dapat membawa banyak manfaat bagi perekonomian
masyarakat, dan lingkungan. Namun, apabila tidak
dikaji, direncanakan dan dikelola secara efektif dengan
masyarakat, dapat menimbulkan pemborosan biaya bagi
masyarakat dan lingkungan.

Tahap awal ini menyoroti pertimbangan utama untuk menilai potensi CBT di
wilayah regional dan pedesaan. Secara khusus terfokus pada kebutuhan untuk penilaian
yang mendalam tentang partisipatif dan tahap perencanaan. Membangun proses
kesadaran dan pendidikan ke dalam penilaian partisipatif dan tahap perencanaan sangat
penting untuk mempertahankan operasi CBT efektif dan memastikan semua anggota
masyarakat memiliki 'mata terbuka' untuk potensi dampak pariwisata.

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|11
Contohnya Kepulauan Derawan karena keindahannya Kepulauan Derawan
telah dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2005. Ini
adalah satu dari ribuan pulau di Indonesia yang perlu CBT-nya agar dapat diakui
sebagai segala sumber daya budaya dan alam sehingga menimbulkan ekstenalistas
positif dalam pengembangan ekonomi masayarakat pesisir.
Penilaian sikap dan persepsi terhadap pariwisata
Penilaian sikap dan persepsi terhadap pariwisata sangat penting karena
menajadi penilaian yang subjektif bagi wisatawan yang menilai barang dan jasa yang
ditawarkan oleh masayakat, jadi masyarakat penting untuk sikap ramah dan tamah dan
memberikan fasilitas yang terbaik sehingga tujuan CBT tercapai. Ini langkah awal yang
perlu ditanamkan kepada masayarakat lokal melalui diskusi kolaboratif terbuka dalam
suasana yang hangat termasuk semua anggota masyarakat (perempuan dan laki-laki,
muda dan tua).
Penyuluhan CBT
Masyarakat perlu merasa bahwa mereka memiliki, dan terlibat dalam
mendorong proses penilaian CBT. Sementara fokusnya adalah pada masyarakat,
fasilitator luar mungkin berguna dalam mempertahankan posisi netral dan memastikan
bahwa semua anggota masyarakat menyadari dampak pariwisata.
Isi dari penyuluhan itu sendiri tentang :
a. Pemberdayaan. Pengetahuan adalah kekuatan. Pengetahuan muncul dari
proses dan hasil dari penelitian. Fasilitator datang berpastisipasi untuk
membagikan dan memiliki ilmu yang sesuai porsi dengan masyarakat
setempat. Kepercayaan diri masayarakat lokal yang dihasilkan, atau
diperkuat, mengenai validitas pengetahuan mereka. Pengetahui "Eksternal"
dapat dimengerti dan diterima sesuai pengetahuan masayarakat lokal.
b. Menghormati. Proses penyuluhan mengubah falitator menjadi peserta didik
dan pendengar, menghormati kemampuan intelektual dan analitis lokal.
Bertujuan menciptakan suasana hangat berdiskusi dan masayarakat lokal

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|12
bisa dapat terbuka dengan pandangan mereka tentang budaya dan alam yang
mereka miliki.
c. Lokalisasi. Pengetahuan dan kreatifitas digunakan sebagai bahan lokal dan
representasi meningkatkan daya visual bersama.
d. Menyenangkan. Penyuluhan berjalan dengan baik dan menyenangkan.
Yang perlu diutamakan bukan lagi peyuluhan dengan cepet, tetapi proses
penyuluhan tersampaikan dengan baik.
e. Inklusivitas. Adanya peningkatan sensitivitas malalui perhatian dalam
proses CBT.
Studi Banding
Memahami dampak pariwisata dapat difasilitasi melalui studi banding.
Kunjungan ke daerah lain yang telah menerampkan CBT akan menstimulasi
masyarakat mempertimbangkan CBT dan komunitas lain yang telah operasi CBT.
Studi banding ini dapat membantu masyarakat dalam mengembangkan CBT dan untuk
memahami jenis tantangan dan peluang pariwisata apa yang dapat diperoleh.
Penilaian proses partisipatif Pariwisata dengan komunitas
Partisipasi masyarakat lokal dalam penilaian dan perencanaan pariwisata
biasanya sangat terbatas. CBT efektif memerlukan partisipasi masyarakat luas dalam
penilaian dan perencanaan serta pelaksanaannya. Partisipasi masyarakat dalam
penilaian partisipatif dan proses perencanaan CBT memiliki potensi untuk
memberdayakan anggota masyarakat setempat dengan membangun keterampilan,
pengetahuan dan kepercayaan diri yang dibutuhkan untuk pengembangan pariwisata
langsung dalam komunitas mereka. Partisipasi ini dapat membangun rasa kepemilikan
dan tanggung jawab bersama diantara komonitas, wisatawan dan pemegang saham
(stakeholders) karena mereka semua mempunyaikepentingan dengan manfaatnya
masing-masing. CBT adalah komitmen jangka panjang yang bergantung pada fondasi
yang kuat dari penilaian partisipatif, dan perencanaan karena keduanya merupakan
komponen penting dari pengembangan pariwisata.

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|13
Tetapi tidak semua komunitas tidak sama dan tidak ada pendekatan
standarisasi untuk penilaian dan perencanaan CBT. Berikut ini adalah beberapa elemen
penting dari penilaian dan tahapan perencanaan yang telah dinyatakan sebagai praktek
yang baik.
1. Melakukan proses penilaian pariwisata
Meliputi proses penilaian tetapi tidak terbatas pada identifikasi pemegang
saham (stakeholders) pariwisata, mitra potensial dan/atau jaringan pendukung,
mengembangkan visi masyarakat, dan menganalisis peluang dan risiko pengembangan
CBT di bidang sosial, fisik, kebijakan dan industri pariwisata. Tahap penilaian
berlangsung dan menginformasikan tahap perencanaan.
2. Mengidentifikasi pemegang saham (stakeholders) CBT
Pemegang Saham (stakeholders) adalah orang-orang yang diidentifikasi
sebagai potensi secara langsung maupun tidak langsung terlibat atau terkena dampak
CBT, dan mereka perlu diidentifikasi dan terlibat dalam beberapa cara selama proses
penilaian. Anggota masyarakat bersama dengan kolaborator eksternal dan / atau mitra
perlu bekerja sama untuk menilai visi masyarakat, kebutuhan dan prioritas dan menilai
'cocok' dengan pariwisata. Gambar 1 di bawah ini menggambarkan berbagai potensi
pihak yang mungkin terlibat dalam pariwisata berkelanjutan dan CBT regional dan
pedesaan. Pemegang saham (stakeholders) dapat berinvestasi dalam membangun
pariwisata untuk mendukung CBT.
Karena dominasi pemegang saham (stakeholders) dari luar negeri maka perlu
quota dalam penerimaan investasi luar untuk menggenjot perekonomian daerah. Tetapi
terlalu banyak investasi luar pun tidak baik karena menimbulkan degradasi sumber
daya alam yang ada dan dikhawatirkan menjadi penghalang pengembangan CBT.
Maka perlunya quota untuk pembatas. Menghindari dominasi investasi asing. Yang
mempunyai otoritas dalam pembatasan investor asing adalah pemerintah, sehingga
dibutuhkan kebijakan yang pro dalam pembentukan dan pengembangan CBT.

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|14
Gambar 2. Pemegang Saham Pariwisata Berkelanjutan
Sumber : Linking Communities, Tourism and Conservation
CBT di daerah pedesaan biasanya tergantung pada produk wisata yang
berbasis sumber daya alam. Akibatnya badan tambahan (pertanian pemerintah, taman,
kehutanan, perikanan dan pertambangan departemen dan organisasi lainnya) perlu
terlibat dalam penilaian dan tahap perencanaan CBT. Ini sangatlah penting bahwa
hubungan baik yang dibangun dengan jenis pemangku kepentingan sejak awal karena
mereka mungkin memiliki proses panjang yang melibatkan proses birokrasi untuk
menavigasi.

2) Tahap kedua memberikan panduan pada


pengembangan CBT yang tepat dan konteks khusus
struktur manajemen dan proses. Untuk menjadi
sukses, CBT perlu menetapkan tim manajemen yang
efektif, membangun kontrol kualitas ke dalam setiap
bagian dari siklus manajemen, mengelola keadaan
dan kondisi, dan terus-menerus mengevaluasi
pengelolaan praktek-praktek.
Mengidentifikasi area utama

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|15
Tim kepemimpinan harus memulai dan menetapkan standar pelayanan dan
kontrol kualitas untuk aspek operasi CBT yang memberikan layanan kepada
pengunjung, konsisten dengan apa yang telah telah dipasarkan (home stay, pentas
budaya, souvenir, trakking) dan memiliki staf yang tersedia dengan keterampilan dan
pengalaman untuk menjalankan / menjaga mereka. Bidang-bidang utama untuk
perhatian mungkin termasuk:
Konstruksi, pemeliharaan dan perawatan infrastruktur (misalnya
fasilitas atau sikap ramah tamah)
Akomodasi-harus higienis, dan nyaman
Semua lokasi wisata diidentifikasi, wisata, atraksi dan kegiatan
Katering, termasuk semua aspek pemesanan, penyimpanan, persiapan,
dan presentasi
Transportasi harus dapat diandalkan, aman dan seefisien mungkin.
Standar Kualitas CBT
Standar kualitas CBT yang berkembang akan sangat tergantung pada sumber
daya yang tersedia untuk memberikan layanan yang memenuhi standar yang
diinginkan. Kunci manajemen yang baik mengalokasikan jumlah yang memadai staf
untuk dapat memberikan layanan yang berkualitas.
Menjaga Standar
Tim manajemen harus membiasakan diri dengan semua nasional dan
internasional standar yang mungkin berlaku. Misalnya Green Globe Certification yang
mendukung Global Sustainable Tourism Criteria (GSTC). GSTC adalah standar
internasional yang disepakati untuk operasi yang berkelanjutan dan manajemen
perjalanan dan pariwisata (Green Globes website).

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|16
3) Tahap ketiga menyoroti pertimbangan utama
untuk sumber daya operasi CBT, pemilihan yang tepat
dari strategi pembiayaan untuk operasi yaitu
memastikan bahwa manfaat yang merata dibagi untuk
seluruh masyarakat. Hal ini juga mengeksplorasi
sebagai cara efektif mengelola dan melestarikan aset
lingkungan dan budaya masyarakat. Akhirnya
menimbulkan pertimbangan untuk memastikan bahwa permintaan dan penawaran
suatu hal yang berkelanjutan.
Menemukan keuangan yang tepat
Masyarakat perlu mempertimbangkan jenis pembiayaan yang paling cocok
untuk kebutuhan dan tujuan mereka. Setiap CBT mencoba untuk meningkatkan
keuangannya tetapi harus menghindari pilihan pembiayaan yang tidak menciptakan
insentif karena hal ini berpengaruh pada kinerja manajemen dan praktek. Karena
Insentif ini dapat menyebabkan konflik di dalam atau di antara masyarakat sehingga
pembiayaan harus adil sesuai dengan posinya. Partisipasi masyarakat dalam
pengambilan keputusan tentang jenis pinjaman atau hibah untuk mengajukan
permohonan adalah bagian penting dari meminimalkan gesekan masa depan atas
penyebaran manfaat dalam masyarakat. Komite lokal dapat dibentuk untuk menyetujui
rencana keuangan atau penawaran pendanaan (WWF 2001).
Usaha Dana
Rencana bisnis harus mencakup bagian keuangan yang menguraikan
bagaimana dana untuk operasi CBT yang sangat penting untuk keberhasilannya.
Rencana bisnis harus mencakup proposal pendanaan, yang dapat digunakan saat
mengajukan permohonan dana eksternal atau akses kredit. Pengelolaan usaha CBT
dapat mencari bantuan dari pemegang saham (stkaeholders) dan mitra untuk
memanfaatkan keahlian eksternal saat menulis rencana bisnis, aplikasi kredit atau
pendanaan proposal. Akan menjadi sukses ketika mengajukan permohonan dana
eksternal ditingkatkan jika masyarakat dilibatkan dalam membuat keuangan (yaitu

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|17
ekuitas masyarakat) atau dalam bentuk kontribusi untuk usaha dan ada rasa
kepemilikan yang kuat lokal dan perjalanan (Caribbean Tourism Organisation 2006).
Sumber Pendanaan
Pendanaan awal dapat diakses melalui lembaga-lembaga pemerintah, sektor
swasta, atau Organisasi LSM yang beroperasi di dalam negara atau wilayah yang
relevan.
4) Tahap keempat menyoroti pertimbangan utama untuk mengembangkan
masyarakat setempat dan lainnya. Kapasitas pemegang
saham (stakeholders) untuk meningkatkan kualitas
produk CBT dan mempertahankan kebudayaan. Ini
menyoroti keterampilan daerah yang diperlukan
penyampaian CBT yang tepat dalam konteks yang
berbeda.
CBT sangat tergantung pada masyarakat. Pengalaman turis tergantung pada
kualitas layanan diberikan oleh pegawai yang dilatih dalam keterampilan dan kapasitas
yang tepat untuk menyampaikan pariwisata produk. Menilai dan memahami
dibutuhkan sumber daya manusia lokal untuk usaha CBT sangat penting dalam
menentukan suatu masyarakat akan mampu mempertahankan dan bermakna
berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Dalam tahap empat ini juga mengidentifikasi beberapa mekanisme, yang
memungkinkan CBT dapat dipertahankan dalam jangka waktu panjang yaitu dengan
membangun keterampilan lokal dan kapasitas untuk persiapan dan tahap perencanaan
CBT, adalah bagian penting dari menjalankan CBT yang efektif.
Melakukan inventarisasi keterampilan dan analisis kesenjangan
Dilakukan dalam tahap penilaian, persediaan keterampilan dan analisis
kesenjangan akan menyoroti daerah di mana pembangunan kapasitas yang dibutuhkan.
Tugas ini dimungkinkan melalui pengembangan matriks dasar keterampilan yang
dibutuhkan dan kemudian memeriksa dari keterampilan yang tersedia. Hal ini

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|18
kemudian memungkinkan untuk mengidentifikasi di mana kesenjangan keterampilan.
Hal ini penting untuk mengidentifikasi berbagai tingkat yang berbeda kebutuhan
manajemen dan kapasitas untuk orang yang berbeda dengan tanggung jawab yang
berbeda pada tingkat yang berbeda.

5) Tahap kelima menjelaskan bahwa produk utama


pariwisata bukanlah sesuatu yang diproduksi oleh
industri. Produk kekayaan, warisan budaya dan alam,
yang berfungsi sebagai tujuan turis. Kegiatan usaha
industri pariwisata untuk mempromosikan atau aspek
menarik masyarakat, transportasi penduduk yang tidak
bertempat tinggal berpindah menjadi komunitas, mengelola keramahan dan
membimbing kegiatan pengunjung tersebut, dan menyediakan mereka dengan barang
dan jasa untuk pembelian mereka selama mereka tinggal.
Pengembangan produk
Tahap lima, Ini harus dimulai dengan proses untuk mengidentifikasi fitur
komunitas atau aset dari tujuan. Ini mungkin termasuk fitur alam fisik (misalnya air
terjun, hutan, sumber air panas) dan /atau aset dan kekuatan (misalnya keramahan
lokal, kerajinan dan festival budaya) sosial dan budaya. Produk pariwisata
kemungkinan akan dibangun di sekitar aset alam dan/atau budaya tersebut.
Inventarisasi fitur ini akan memberikan titik awal bagi masyarakat untuk menentukan
apa pengalaman wisata yang ingin mereka tawarkan.

6) Tahap keenam menjelaskan cara


mempertahankan CBT dalam jangka panjang. masyarakat
dapat mengembangkan kemitraan dan jaringan dengan
organisasi terkait untuk memperpanjang jangkauan,
membangun ketahanan dan menciptakan lingkungan yang

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|19
mendukung. Tahap enam memberikan informasi tentang seberapa efektif kerjasama
dan jaringan pengaturan antara masyarakat dan pariwisata lainnya pemegang saham
(stakeholders) dapat mendukung CBT yang tepat, efektif dan berkelanjutan di daerah
pedesaan dan regional daerah.
Kemitraan dan bentuk lain dari jaringan dapat memberikan dukungan penting
bagi inisiatif CBT. Sebuah usaha CBT yang jaringannya baik akan lebih sukses dan
tangguh, dari segi internal terfokus dan semata-mata bergantung pada manajer CBT
untuk membangun dan mempertahankan CBT. Hubungan antara manajer pariwisata
masyarakat dan eksternal organisasi/individu sangat berharga bagi banyak aspek
manajemen pariwisata dari pengembangan produk sampai pemasaran, sumber daya
dan pengembangan pengetahuan dan kapasitas untuk memastikan penyampaian
pengalaman CBT yang berkualitas kepada pengunjung. Dukungan bisa dengan
berbagai cara, termasuk bantuan keuangan, pelatihan dalam pemberian jasa pariwisata,
jaringan manajer masyarakat dengan penyedia lokal lainnya dan bantuan dengan
pemasaran.
Mengidentifikasi hubungan potensial pemegang saham (stakeholders)
Hal ini dapat dicapai dengan melakukan latihan yang 'stakeholder mapping'.
pemegang saham (stakeholders) pemetaan dapat mengambil bebagai cara dan
sesederhana atau sedetail mungkin. Biasanya, pada minimum proses ini harus
melibatkan identifikasi nama, lokasi, rincian kontak dan kepentingan tertentu atau
relevansi untuk inisiatif CBT. Pemegang saham (stakeholders) juga dapat dinilai dalam
kaitannya dengan kekuasaan dan kapasitas untuk mempengaruhi CBT. Pemegang
saham (stakeholders) diluar masyarakat daerah biasanya berasal dari salah satu dari
tiga kelompok: operator sektor swasta, sektor publik dan non-profit organisasi.

4.2 Proyeksi Implikasi Dari Penerapan CBT

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|20
Pariwisata berbasis masyarakat telah populer sebagai sarana pendukung
konservasi keanekaragaman hayati khususnya di negara berkembang dan
menghubungkan mata pencaharian dengan melestarikan keanekaragaman hayati
sementara mengurangi kemiskinan pada masyarakat pedesaan (Kiss 2004).

Ekonomi Sosial
Pendapatan dari hasil Pembangunan yang berpusat
produksi lokal Keadilan sosial
Beragam Ekonomi Kepuasan kualitas kehidupan
lokal Organisasi masyarakat yang
Kemandirian aktif

Politik
Partisipasi
Kebudayaan
masyarakat
Pendidikan formal
Pembangunan
dan informal
dalam menanggapi
Regenerasi pecinta
kebutuhan
kebudayaan
masyarakat
Pelestarian budaya
Demokratisasi

Lingkungan
Hak manajemen sumber daya alam
Tanggung jawab lingkungan
Konservasi sumber daya alam

Gambar 3. Lima Implikasi Pengembangan Masyarakat

CBT dan pengembangan masyarakat berkaitan satu sama lain karena mereka
berbagi alam dan budaya sumber daya yang sama. Norma sosial dan budaya
menentukan tidak hanya penggunaan sumber daya tetapi juga hubungan internal dan
eksternal struktur. Idealnya, nilai mengembangaan hubungan antara Budaya Lokal dan

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|21
Sumber Daya Lingkungan setempat harus diinternalisasi oleh masyarakat anggota dan
diintegrasikan ke dalam semua aspek manajemen CBT.
Sehingga dengan manfaat CBT akan membantu tercapai tujuan dan
kepentingan bersama yaitu
1. mendukung pengembangan ekonomi lokal melalui diversifikasi kerja,
2. Mendukung keberlanjutan ekologi dan meminimalisir dampak lingkungan
3. menghormati dan mendorong partisipasi yang setara dari masyarakat
setempat
4. Melestarikan dan mempromosikan warisan budaya hidup dan kesejahteraan
5. Mendidik pengunjung tentang budaya dan alam
6. Menunjukkan praktek manajemen yang baik
7. Menjamin kualitas dan pengalaman yang aman untuk semua individu yang
terlibat.
CBT dan pengembangan masyarakat secara inheren terhubung, karena mereka
berbagi alam dan budaya sumber daya yang sama. Norma sosial dan budaya
menentukan tidak hanya penggunaan sumber daya tetapi juga hubungan internal dan
eksternal struktur. Idealnya, nilai membina hubungan antara Kearifan Budaya Lokal
dan Sumber Daya Lingkungan setempat harus diinternalisasi oleh masyarakat
anggota dan diintegrasikan ke dalam semua aspek manajemen CBT.

4.3 Kondisi yang Tepat Untuk Penerapan CBT


Penerapan CBT dibutuhkan dalam kondisi yang tepat untuk keberhasilannya.
Seluruh elemen masyarakat harus bekerjasama sebagai penentu keberhasilan CBT ini,
tidak hanya dari masyarakat tetapi juga dari pihak pemerintah dan lembaga penunjang
lainnya harus mampu menjadi penunjang masyarakat untuk menyempurnakan
penerapan CBT. Sejumlah persiapan dan pengkondisian yang tepat harus dilakukan
untuk menerapkan CBT ini agar berhasil.

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|22
1. Masyarakat harus sudah terorganisasi dengan baik dan menjadi satu padu,
ketika mulai menerapkan CBT ini masyarakat sudah mempunyai keinginan
dan kesadaran yang sama untuk mewujudkannya.
2. Tingkat partisipasi yang tinggi sangat dibutuhkan untuk kelangsungan CBT
dalam penerapannya, karena akan berpengaruh dalam proses pengambilan
keputusan dan manajemen keuangan.
3. Keputusan untuk CBT dibuat oleh masyarakat berdasarkan pilihan informasi,
dari dampak, pilihan, risiko, dan hasil yang akan didapat kelak. Yang menjadi
hambatan biasanya adalah ketika pengambilan keputusan didasarkan pada
informasi yang terbatas dan tidak memiliki pilihan lain untuk menentukan
suatu keputusan.
4. Didukung oleh pemasaran yang baik karena pemasaran merupakan salah satu
aspek penting dalam keberlangsungan CBT. Apabila pemasaran dalam jumlah
yang kecil atau pemasaran salah dalam membidik target maka ini akan jadi
penghambat penerapan CBT.
5. CBT perlu menjalin kemitraan yang kuat dan baik dengan LSM lokal, badan-
badan pemerintah yang relevan dan pendukung lainnya karena dalam
penerapannya CBT ini tidak boleh didirikan sepenuhnya oleh mekanisme
pendanaan.
6. Pengadaan infrastruktur yang baik menjadi salah satu pendukung utama
karena mempermudah akses aktivitas CBT. Contohnya sebagai alat penarik
investor atau wisatawan.

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|23
Thailand mempunyai banyak contoh CBT yang diakui secara internasional.
Selama lebih dari 15 tahun, The Thailand Community Based Tourism Institute (CBT-
I) telah didukungan oleh organisasi masyarakat, sektor swasta, pemerintah dan LSM
untuk bekerja dalam kemitraan dan melahirkan kesuksesan CBT.
Dukungan ini sangat penting dan berpengaruh terhadap aktivitas CBT,
contohnya pemerintah

Mae Kam Pong, Chaing Mai


adalah satu-satunya aktor
Ban Pha Mon, Chiang Mai pembuat kebijakan.
Mae Klang Luang, Chiang Mai
Ban Ja Bu See, Chiang Rai Kebijakan pro CBT dari
Huai Kee Lek, Chiang Rai
Thailand Kho Yao noi, Pang Nga pemerintah dapat
Ban Leeled, Suratthani
Ban Klong Noi, Suratthani memberikan pengarahan
Sub Sai Thong, Nakon Rajchasrima
Ban Prom Loke, Nakorn Sri Thammarat
dan pengawasan untuk
pengembangannya. Pihak
swasta juga dapat
berkontribusi hal yang
tidak dapat disediakan oleh masayarakat lokal. Contohnya mendatangkan kapal pesiar
dan olahraga air yang dapat mendukung aktivitas ekonomi di daerah tersebut karena
secara tidak langsung manjadi stimulator dan pemasaran atau promosi wisatawan untuk
datang.
Semua aktor yang terkait melakukan upaya untuk bekerja sama, langkah demi
langkah, melalui siklus pengembangan produk, pemasaran, operasi, mengevaluasi dan
meningkatkan pengalaman CBT. Kerjasama yang efektif membutuhkan persiapan
yang matang dan keterampilan khusus dan pengetahuan.
Contoh aktivitas CBT-I pada tahun 2012 mengadakan kerjasama dengan
Mekong Tourism Forum (MFT), yang akan diselenggarakan di Chiang Rai dalam
rangka mengatur Kemitraan Masyarakat Lokakarya khusus Berbasis Tourism Training.
Institusi seperti ini adalah ide yang sangat bagus yang dapat dipelajari oleh Indonesia
dalam pembangunan CBT.

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|24
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Blue Economy merupakan sebuah paradigma baru yang dikembangkan untuk
menjawab tantangan sistem ekonomi dunia yang cenderung eksploitatif dan merusak
lingkungan. Dengan ini maka para entrepreneur ditantang untuk menggunakan
sumberdaya alam yang lebih efisien dan tidak merusak lingkungan, sistem produksi
lebih efisien dan bersih, menghaslikan produk dan nilai ekonomi lebih besar,
meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan memberikan kesempatan untuk
memberikan manfaat kepada setiap kontributor secara lebih adil. CBT merupakan salah
satu alternatif solusi untuk mengembangkan potensi yang ada pada daerah pesisir, CBT
merupakan peluang untuk menggerakkan segenap potensi dan dinamika masyarakat,
guna mengimbangi peran pelaku usaha pariwisata skala besar. CBT diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat pesisir dan menjadi salah satu
alat untuk membantu konservasi lingkungan.

5.2 Saran
Dalam penerapannya CBT memerlukan dukungan dari semua pihak agar
penerapannya dapat berjalan dengan baik dan kelak akan membantu pengembangan
pariwisata berbasis masyarakat. CBT ini tidak akan terwujud bila tidak ada dukungan
dari Pemerintah, LSM dan masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu, diharapkan semua
pihak terlibat, kerjasama yang komperhensif dan berkelanjutan sangat dibutuhkan
untuk mewujudkan CBT serta menjadikan ini sebagai salah satu program untuk
memajukan pariwisata dengan memberdayakan potensi lokal. Setelah ini berjalan
dengan baik diharapkan pemerintah dapat meminimalisir investasi asing di bidang
pariwisata dan lebih memilih untuk menggunakan potensi lokal yang ada untuk
memajukan pariwisata dalam negeri tanpa campur tangan asing.

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|25
Daftar Pustaka

Harold Goodwin & Rosa Santilli. 2009. Community-Based Tourism: a success?. ICRT
Occasional Paper 11. University of Greenwich.

Toms Lpez-Guzmn, Sandra Snchez-Caizares, and Vctor Pavn. 2011.


Community - Based Tourism In Developing Countries: A Case Study. Tourismos: An
International Multidisciplinary Journal Of Tourism Volume 6, Number 1, Spring 2011,
pp. 69-84. University of Crdoba.

Nicole Husler & Wolfgang Strasdas. 2002. Training Manual for Community-based
Tourism. The Ecotourism Training Manual for Protected Area Managers. D-04509
Zschortau Germany

Sally Asker, Louise Boronyak, Naomi Carrard and Michael Paddon. 2010. Effective
Community Based Tourism: A Best Practice Manual. University of Technology,
Sydney. Institute for Sustainable Futures

Asli D.A. Tasci, Kelly J. Semrad and Semih S. Yilmz. 2013.Community Based
Tourism Finding The Equilibrium In COMCEC Context. Ankara - Turkey

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4259/1/067019044.pdf

http://mekongtourism.org/website/wp-content/uploads/downloads/2011/02/CBT-
Handbook-Principles-and-Meanings-by-CBT-I-Thailand.pdf

http://infopublik.layanan.go.id/?f=a69ef3efdc601ba99438241fcf33749a.pdf

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/55298/BAB%20II%20TINJA
UAN%20PUSTAKA.pdf?sequence=4

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/583/jbptunikompp-gdl-laodenunur-29149-7-
unikom_l-i.pdf

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|26
CURICULUM VITAE

Eva Maemunah
Jl. Limusnunggal Utara no.55 Maleber-Ciamis
085223988899
eva.maemunah@yahoo.com

Pendidikan Formal
2011 sekarang Fakultas Ekonomi, UNSOED Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
Purwokerto
2008 2011 SMA Negeri 2 Ilmu Alam
Ciamis

Penghargaan
2013 Novice Debate Bawor Juara I Lingkup Nasional UNSOED
Purwokerto
2012 Lomba Karya Tulis Ilmiah Nets Juara III Lingkup Nasional UNSOED
Purwokerto
Pengalaman Organisasi
2013 Economy Faculty English Club, Divisi Talent Staff UNSOED
Purwokerto
2012 HIMA Ekonomi Pembangunan, Kajian dan Pendidikan Staff UNSOED
Purwokerto

Kepanitiaan
2013 EFEC Vaganza Koordinator Konsumsi Economy Faculty English Club
Purwokerto
2013 National Talk Show Staff Humas Economy Faculty English Club
Purwokerto
2012 Pekan Raya Himesbang Staff E-Fest HIMA Ekonomi Pembangunan
Purwokerto
2012 Dancing on the Paper Koordinator Sekertaris HIMA Ekonomi Pembangunan
Purwokerto
2012 Bakti Sosial Koordinator Sekretaris HIMA Ekonomi Pembangunan
Purwokerto
2011 Musyawarah Anggota Staff PDD HIMA Ekonomi Pembangunan
Purwokerto

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|27
Rifqi Mochtar Latif
Jl. Cipinang Lontar II RT 02 RW 09 No. 9 Jakarta Timur
085714056566
rifqimochtarlatif@yahoo.com

Pendidikan Formal
2011 sekarang Fakultas Ekonomi, UNSOED Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
Purwokerto
2008 2011 SMA Negeri 12 Ilmu Sosial
Jakarta

Penghargaan
2013 Finalis LKTI Nets Lingkup Nasional UNSOED
Purwokerto

Pengalaman Organisasi
2013 Tim Karya Tulis Ilmiah HIMA IESP anggota UNSOED
Purwokerto

Kepanitiaan
2012 Pekan Raya Himesbang Staff Fusion HIMA Ekonomi Pembangunan
Purwokerto
2012 Bakti Sosial Staff Acara HIMA Ekonomi Pembangunan
Purwokerto

CBT Sebagai Solusi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Konservasi Lingkungan|28

Anda mungkin juga menyukai