Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMASARAN PARIWISATA
Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154 Tlp. (022) 2013163, Pesawat
2525,
Telp/Fax. 022-2014179

UJIAN TENGAH SEMESTER

Kode :-
Mata Kuliah : Pariwisata Berkelanjutan
Nama Dosen : Titing Kartika, S.Pd.MM.MBA.Tourism
SKS : 3 SKS
Hari/Tanggal : Senin/1 November 2021
Jam : 15.30-17.30 (2 Jam)
Jenis Tes : Open Book

Intruksi:
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas

No. Pertanyaan Nilai


1. Apa yang Anda pahami tentang pembangunan pariwisata berkelanjutan? 20
(Jelaskan definisi, konsep dan contoh yang sesuai di bidang pariwisata)!
2. Jelaskan bagaimana kondisi lingkungan dapat berkontribusi terhadap 20
industri pariwisata.
Beri contoh tentang implementasinya.
3. Jelaskan tentang peran masyarakat lokal dalam mengembangkan pariwisata 20
berkelanjutan. Berikan dua contoh nyata dalam implementasi destinasi
pariwisata.
4. Jelaskan bagaimana konsep penyelenggaraan event yang memiliki prinsip- 20
prinsip keberlanjutan. Berikan contoh implementasinya
5. Bagaimana menurut Anda untuk membangun pariwisata di era pandemi 20
Covid-19 saat ini agar pariwisata tetap berlanjut di masa mendatang?
(Jelaskan langkah strategi dan solusi)
Total 100

Penilaian mencakup
a) Kejelasan jawaban
b) Pemahaman
c) Penyertaan contoh

KETENTUAN PENGERJAAN:
1. Soal dikerjakan dalam bentuk word dengan format file NAMA_UTS Sustainable
Tourism
2. Jawaban dikumpulkan secara kolektif oleh ketua kelas melalui google drive

Jawaban

1. Menurut saya pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah upaya yang dilakukan dalam
pariwisata dalam memperhatikan dampak dari setiap sector pembangun pariwisata seperti
ekonomi, sosial dan lingkungan untuk sekarang dan terutama untuk masa yang akan
datang. pembangunan sustainable tourism ini juga merupakan bentuk tanggung jawab
terhadap SDA, masyarakat, pelestarian budaya dan upaya pemberantasan kemiskinan.
Konsep dari pembangunan sustainable tourism ini yaitu mengutamakan masyarakat agar
menjadi indikator utamanya, melibatkan maryarakat lokal kawasan wisata, juga
memberikan dampak manfaat secara luas. Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan
yaitu dari sisi prinsip-prinsip atau pilar-pilar tujuan pembangunan yang harus dicapai,
yaitu pendekatan keseimbangan pembangunan antara pembangunan ekonomi,
pembangunan lingkungan alam dan pembangunan sosial-budaya atau biasa disebut
dengan triple bottom lines pembangunan pariwisata berkelanjutan.

Aspek pembangunan ekonomi


a) Economic profitability (keuntungan ekonomi)
Memastikan kelangsungan hidup dan daya saing destinasi dan bisnis untuk mencapai
kelangsungan hidup secara jangka panjang;
b) Local prosperity (kemakmuran masyarakat setempat)
Memaksimalkan manfaat ekonomi dari sektor pariwisata bagi masyarakat setempat,
termasuk pengeluaran wisatawan di destinasi tersebut;
c) Quality of employment (kualitas pekerjaan)
Meningkatkan kuantitas dan kualitas pekerjaan di destinasi yang terkait dengan
pariwisata, termasuk upah, lingkungan kerja dan kesempatan kerja tanpa diskriminasi;
d) Social equity (kesetaraan sosial)
Memastikan distribusi manfaat sosial dan ekonomi yang adil dan merata yang berasal
dari pariwisata.

Aspek pembangunan lingkungan alam


a) Physical integrity (keutuhan lingkungan fisik)
Menjaga dan membangun kualitas lanskap, baik di perkotaan maupun pedesaan dan
mencegah pencemaran ekologi serta visual;
b) Biological diversity (keanekaragaman hayati)
Mempromosikan dan melindungi lingkungan, habitat alam dan satwa liar, serta
meminimalkan dampak pariwisata terhadap lingkungan alam;
c) Effective waste management (pengelolaan limbah yang efektif)
Meminimalkan pemanfaatan sumber daya langka dan tidak terbarukan dalam
pengembangan pariwisata;
d) Clean environment (kebersihan lingkungan alam)
Meminimalkan pencemaran air, udara, tanah dan pengurangan limbah oleh wisatawan
dan usaha pariwisata.

Aspek pembangunan sosial-budaya


a) Welfare of the community (kesejahteraan komunitas)
Membangun kesejahteraan masyarakat termasuk infrastruktur sosial, akses sumber daya,
kualitas lingkungan dan pencegahan korupsi sosial serta eksploitasi sumber daya;
b) Cultural wealth (kekayaan budaya)
Memelihara dan mengembangkan warisan budaya lokal, adat istiadat, dan keunikan
karakteristik atau sifat dari komunitas dan masyarakat setempat;
c) Meeting expectations of visitors (memenuhi ekspektasi pengunjung)
Memberikan pengalaman wisata yang aman dan menyenangkan, yang dapat memenuhi
kebutuhan dan harapan wisatawan;
d) Local control (pengendalian oleh masyarakat setempat)
Pelibatan masyarakat setempat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
pengelolaan destinasi pariwisata.

Contoh dari Pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah Desa Wisata Ubud, Bali. Desa
ini memiliki potensi unggulan alam dan budaya, khususnya sawah dan perbukitannya
yang sangat indah. maka dari itu pemerintah setempat mengajak masyarakat agar lebih
peduli terhadap lingkungan melestarikan potensi alam tersebut agar menjadi daya tarik
wisata bagi desa wisata ini. Masyarakat yang sadar akan potensi tentunya akan menjaga
lingkungan, sehingga akan menguntungkan seluruh lapisan masyarakat dan juga
membuat pariwisata di desa tersebut menjadi berkembang.

2. Kondisi lingkungan sangat berpengaruh bagi pariwisata karena lingkungan menjadi salah
satu faktor utama pembangun pariwisata, terutama pariwisata berkelanjutan. Meskipun
terdapat beberapa kategori pariwisata yang kurang hubungannya dengan lingkungan, tapi
secara umum kenyamanan berwisata tetap tergantung pada lingkungan yang bersih baik
di pemukiman maupun di pusat kota. Pada saat turis berada di tempat tujuannya, mereka
akan terusik dan tergangu jika terlihat sampah dimana-mana, kesemrawutan, udara yang
kotor/berasap mengiringi perjalanannya serta tidak tersedianya sarana pendukung yang
layak. Contoh yang bisa kita ambil adalah destinasi wisata yang berbau alam dimana jika
kondisi lingkungannya bersih dan sehat pastinya akan banyak menarik perhatian para
wisatawan, karena tentu wisatawan akan merasa nyaman ketika berada di tempat wisata
yang memiliki kondisi lingkungan yang baik.

3. Peran masyarakat lokal tentunya menjadi hal yang sangat penting di dunia pariwisata.
Pada dasarnya masyarakat lokal memiliki pengetahuan tentang fenomena alam dan
budaya yang ada di sekitarnya. Namun mereka tidak memiliki kemampuan secara
finansial dan keahlian yang berkualitas untuk mengelolanya atau terlibat langsung dalam
kegiatan pariwisata yang berbasiskan alam dan budaya. Salah satu contoh nyatanya
adalah Situ Cileunca dan Sunrise Point Cukul yang hampir seluruh sumber daya
manusianya adalah warga lokal/warga sekitar. Hal ini tentunya sangat berpengaruh
terhadap ekonomi masyarakat sekitar dan sekaligus dapat membantu keberlanjutan
destinasi pariwisata tersebut, karena hal ini akan membuat para pemangku pariwisata
memiliki simbiosis yang mutualisme dengan warga sekitar destinasi. Selain itu
Keikutsertaan masyarakat lokal dalam pengembangan objek dan daya tarik wisata dapat
dilakukan dengan cara menjual beberapa produk pariwasata, seperti:
1.Jasa penginapan atau homestay.
2.Penyediaan atau usaha makanan dan minuman.
3.Penyediaan toko sovenir atau cindera mata
4.Jasa pemandu atau lebih akrab disapa ranger
5.Fotografer
6.Penyediaan alat-alat kegiatan kepariwisataan
7.Masyarakat lokal ikut serta melestarikan/menjaga tempat wisata yg ada di daerah"
setempat dengan cara melakukan promosi, tidak membuang sampah sembarangan, dll.

4. Konsep sustainable event merupakan proses perencanaan event yang tidak hanya
mementingkan sisi komersial saja, tetapi menyangkut unsur seperti responsible, greening,
environmentally friendly, corporate social responsibility, ecology, eco-friendly, social &
culture, dan economic. Tentunya penerapan konsep ini akan membantu mengurangi
dampak negatif dari penyelenggaraan event. Unsur penting dalam sustainable event
adalah resources, residual dan consumption/production yang perlu diterapkan dalam
penyelenggaraan event.
Konsep lain:
1. Menguntungkan dari segi finansial;
2. Memberi efek sosial yang positif pada masyarakat;
3. Mengurangi adanya efek negatif acara pada lingkungan sekitar (sampah pra acara,
penggunaan material yang merusak, dsb).

Implementasi:
Contoh implementasinya adalah Standar X #Goodevent. Standar X #Goodevent
memastikan penyelenggara acara bertanggung jawab meminimalisir potensi kerusakan
lingkungan dan berorientasi pada keberlanjutan dengan 3 prinsip dasar, 6 kriteria, dan 11
indikator. Terdapat 3 (tiga) parameter dalam Standar X #Goodevent yang membedakan
tingkat kualitas kelas penerapan per masing-masing indikator standar, yaitu 1) parameter
basic, 2) parameter intermediate, dan 3) parameter advance. Pilihan parameter yang akan
digunakan oleh penyelenggara acara pada event yang diselenggarakan menggambarkan
komitmen masing-masing penyelenggara acara terhadap upaya ramah lingkungan dan
berkelanjutan pada event tersebut.
Ketiga prinsip dasar Standar X #Goodevent yaitu (1) meminimalisasi potensi sampah
dengan mendukung sirkular ekonomi, (2) pengaturan mobilitas/transportasi untuk
kelancaran lalu lintas dan (3) kabarkan kebaikan yang inspiratif untuk memotivasi
hadirnya kebaikan-kebaikan baru di berbagai tempat lainnya untuk kelestarian alam dan
lingkungan. Keenam kriteria Standar X #Goodevent yaitu (1.1) timbulan sampah ke tpa,
(1.2) perubahan perilaku, (2.1) tidak terjadi kemacetan, (2.2) tidak terjadi parkir di luar
area yang ditetapkan, (3.1) menyampaikan pesan tentang prinsip 1 dan prinsip 2 yang
mendukung konten acara, dan (3.2) terbentuknya citra penyelenggara acara yang
berpihak pada lingkungan.
Lalu ada program pemerintah seperti pengadaan SNI ISO 20121:2017 yang
merupakan standar lengkap dalam pelaksanaan event berkelanjutan yang telah diakui
dunia internasional. SNI ISO 20121:2017 berisi framework lengkap untuk organisasi
penyelenggara event mengelola event dengan mempertimbangkan prinsip keberlanjutan
dan memperhatikan aspek lingkungan, sosial dan ekonomi dengan pendekatan risiko dan
peluang. Standar Nasional Indonesia (SNI) ISO 20121:2017 dengan judul Sistem
Manajemen Event Berkelanjutan – Persyaratan dengan Panduan Penggunaan, merupakan
adopsi identik dari ISO 20121:2012, Event sustainability management systems —
Requirements with guidance for use, dengan metode adopsi republikasi-reprint. Adopsi
standar ini telah dibahas dan disepakati dalam rapat konsensus Komite Teknis 13-07
Manajemen Lingkungan di Jakarta, pada tanggal 17 April 2017. SNI ISO 20121:2017
memberikan kerangka untuk mengenali adanya kemungkinan dampak negatif dari
berbagai acara, baik secara sosial, ekonomi, maupun terhadap lingkungan, yaitu dengan
menghapus atau mengurangi acara-acara tersebut, serta meningkatkan dampak positif
melalui peningkatan perencanaan dan proses.

5. Menurut saya, dalam membangun pariwisata di masa pandemi saat ini diperlukan
perencanaan yang matang dan strategi yang tepat. Langkah strategi yang tepat disertai
solusi untuk mengatasi hal ini yaitu dengan penerapan protokol Kesehatan ketat tetap
menjadi hal terpenting ketika berwisata. Ada tiga fase “penyelamatan” yang dilakukan
oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf), yaitu Tanggap Darurat, Pemulihan, dan
Normalisasi. Fase Tanggap Darurat fokuskan pada kesehatan, seperti menginisiasi
program perlindungan sosial, mendorong kreativitas dan produktivitas saat WFH,
melakukan koordinasi krisis pariwisata dengan daerah pariwisata, serta melakukan
persiapan pemulihan. Selanjutnya adalah fase Pemulihan, di mana dilakukan pembukaan
secara bertahap tempat wisata di Indonesia. Persiapannya sangat matang, mulai dari
penerapan protokol CHSE (Cleanliness, Healthy, Safety, and Environmental
Sustainability) di tempat wisata, serta mendukung optimalisasi kegiatan MICE (Meeting,
Incentive, Convention, and Exhibition) di Indonesia. Terakhir adalah fase Normalisasi,
yaitu persiapan destinasi dengan protokol CHSE, meningkatkan minat pasar, hingga
diskon untuk paket wisata dan MICE. Salah satu program yang telah dilaksanakan adalah
Virtual Travel Fair sejak bulan Agustus-September 2020.

Anda mungkin juga menyukai