Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM PADA

DESTINASI WISATA AIK NYET, DESA SESAOT, KECAMATAN

NARMADA, KABUPATEN LOMBOK BARET

Proposal

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram (UIN)

Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

(S.E.)

Oleh:

Indri Puji Lestari


180503049

PROGRAM STUDI PARIWISATA SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2023
A. JUDUL

Analisis Penerapan Community Based Tourism Pada Destinasi Wisata Aik

Nyet, Desa Sesaot, Kecamata Narmada, Kabupaten Lombok Barat

B. Latar Belakang

Pariwisata adalah keseluruhan elemen terkait yang melibatkan

wisatawan, perjalanan wisata, industri dan sebagainya. Dari kegiatan ini hanya

dinikmati dan dilakukan oleh kelompok tertentu, pariwisata kini telah menjadi

kebutuhan bagi masyarakat umum. Di era globalisasi saat ini, pariwisata juga

merupakan salah satu penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu

memberikan kontribusi kepada kesejahteraan suatu Negara. Dikarenakan

Indonesia memiliki beranekaragam jenis pariwisata seperti wisata alam,

wisata sosial dan wisata budaya dari Sabang hingga Merauke. Keberagaman

jenis pariwisata yang dimiliki menjadikan Indonesia sebagai daerah tujuan

wisata yang dapat menarik wisatawan Nusantara maupun Mancanegara.1

Pembagunan pariwisata di suatu wilayah akan memberikan pengaruh

positif maupun pengaruh negatif. Dampak itulah yang akan berpengaruh

terhadap sosial ekonomi penduduk yang berada disekitar obyek wisata, baik

kondisi fisik maupun kehidupan sosial ekonomi. Di Indonesia sendiri

pengelolaan Kepariwisataan dikelola oleh pihak pemerintah, swasta, dan

masyarakat. Pengelolaan Community Based Tourism (CBT) yakni

menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama melalui pemberdayaan

masyarakat dalam berbagai kegiatan kepariwisataan, sehingga kemaanfaatan


1
Cindy Aurely,” Analisis Penerapan Konsep Community Based Tourism (Cbt)
Terhadap Perkembangan Pariwisata Di Kota Palembang (Studi Kasus Kampung Arab Al-
Munawar Dan Al Quran Al-Akbar). Other Thesis, Politeknik Negeri Sriwijaya. Hal.1

1
kepariwisaataan sebesar-besarnya diperuntukan bagi masyarakat, di mana

masyarakat secara bersama-sama membangun dan mengelola wisata.2

Komponen penting pada desa wisata antara lain; Akomodasi, di mana

bangunan tempat tinggal yang dihuni oleh pemilik dan sebagian disewakan

sehingga dapat berdampak pada kesempatan kepada wisatawan untuk

berinteraksi dengan kehidupan sehari-hari. Kedua, Atraksi, adalah kehidupan

sehari-hari penduduk dan setting fisik lokasi desa di mana wisatawan dapat

berpartisipasi secara aktif seperti menari, festival, kompetisi, dan hal-hal

khusus lainnya.

Desa wisata didirikan sebagai salah satu penggerak pemberdayaan

masyarakat supaya bertindak menjadi pemeran dalam upaya meningkatkan

kesiapan dan kepedulian dalam menyikapi potensi pariwisata di wilayahnya,

serta memiliki peluang kesiapan untuk memperoleh manfaat yang dapat

dikembangkan dari kegiatan pariwisata guna meningkatkan kesejahteraan

ekonomi. Pengembangan pariwisata selayaknya dilakukan secara

berkelanjutan, baik secara ekologis, , maupun adil secara etis dan sosial.

CBT adalah pusat berlangsungnya pariwisata yang pada intinya

melibatkan masyarakat untuk merencanakan dan memelihara kegiatan wisata

untuk menciptakan industri yang lebih berkelanjutan, untuk mendukung

pengembangan dan keberlangsungan desa wisata, CBT dapat diterapkan

2
Syarifuddin.” Penerapan Konsep Community Based Tourism (CBT) Dalam Pengelolaan
Wisata Alam Kampoeng Karts Rammang-Rammang Kabupaten Maros”. S1 Thesis, Universitas
Negeri Makassar. Hal. 3.

2
sesuai dengan atribut utamanya, Pertama, menjamu wisatawan dikomunitas

lokal.. Kedua, berbagi keuntungan manfaat secara adil.3

Community Based Tourism (CBT) merupakan suatu pendekatan

pembangunan pariwisata yang menekankan pada masyarakat lokal, baik yang

terlibat langsung maupun tidak langsung pada industri pariwisata. Hal ini

dilakukan dengan bentuk memberikan kesempatan (akses) kepada masyarakat

lokal dalam hal manajemen dan pembangunan pariwisata yang berujung pada

pemberdayaan politis melalui kehidupan yang lebih demokratis termasuk

dalam pembagian keuntungan dari kegiatan pariwisata yang lebih adil.

Menurut Lea dalam Tourism and Development in the Third World,

terdapat 3 (tiga) macam pekerjaan yang terbentuk dalam kegiatan pariwisata

yakni kegiatan langsung dari adanya pengeluaran untuk fasilitas wisata,

misalnya jasa perhotelan. Pekerjaan tidak langsung saat bisnis yang

berdampak dari kegiatan pariwisata sekunder, contohnya transportasi lokal,

kerajinan tangan, dan perbankan. Serta yang terakhir adalah pekerjaan yang

muncul akibat pengeluaran yang dilakukan oleh penduduk lokal dari

penghasilan wisatawannya. Konsep CBT juga adalah implementasi ekonomi

kerakyatan di sektor riil yaitu yang berarti bahwa apapun yang dilkerjakan

langsung mengimplikasikan masyarakat dan bisa langsung dinikmati oleh

masyarakat itu sendiri.

3
Wiwin Riski Windarsari, Rohmat, Agung Winarno, Agus Hermawan,” Penerapan
Konsep Community Based Tourism (Cbt) Dan Pemberdayaan Potensi Pariwisata Lokal
Untuk Peluncuran Desa Wisata Kampung Kopi Sumberdem”, Jurnal Graha Pengabdian (E-Issn :
2715-5714), Universitas Negeri Malang, Vol. 3, No.3, Agustus 2021, Hal 220-231

3
Aik nyet merupakan salah satu kawasan wisata di Desa Sesaot, Kecamatan

Narmada, Kabupaten Lombok Barat dan menyajikan pemandangan yang

masih alami, kondisinya yang masih alami, serta memiliki potensi yang dapat

di kembangkan. Akan tetapi, kawasan tersebut masih memiliki banyak

permasalah, baik dari aspek lingkungan, aspek pengelolaan, hingga aspek

sumber daya manusia, sehingga aktifitas wisata di kawasan tersebut belum

berkembang dengan baik, dan masyarakat sekitar belum mendapatkan

keuntungan dari adanya wisata tersebut.4

Sebagai lokasi wisata yang cukup lama, obyek wisata Aik Nyet

sudah dikelola dan dikembangkan sebagai lokasi wisata yang modern. Hal

ini dapat dilihat dari sudah adanya sarana dan prasarana. Keadaan Mata Air

ini sudah tertata dengan baik. Tingkat peminat pengunjung semakin

meningkat, sehingga potensi pengunjung pertahunnya meningkat dengan

cepat. Hal ini memberikan pengaruh positif untuk pokdarwis agar dapat

dipertahankan keberadaannya.

Terkait permasalahan yang ada di Desa Sesaot, Kecematan Narmada

Kabupaten Lombok Barat. saya mengambil permasalahan kurangnya

penerapan Community Based Tourism. Maka dari itu, saya tertarik untuk

mengembangkan judul ini agar bisa terealisasi penerapan Community Based

Tourism di Desa Sesaot, Kecematan Narmada Kabupaten Lombok Barat.

Wisata alam Aik Nyet berada di Dusun Aik Nyet Desa Buwun Sejati

Kecamatan Narmada, berjarak sekitar 22 km dari kota Mataram dan dapat


4
Dhayita Rukti Tanaya dan Iwan Rudiarto, jurnal tehnik pwk, Potensi Pengembangan
Ekowisata Berbasis Mayarakat Dikawasan Rawa Pening, vol 3, nomor 1, 2014, hlm. 72.

4
ditempuh kendaraan bermotor dengan waktu 45 menit. Sejak tahun 1982

kawasan ini semakin berkembang dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai

tempat perkemahan. Seiring berjalannya waktu kawasan hutan tersebut banyak

masyarakat memanfaatkannya sebagai area berdagang. Kawasan hutan Aik

Nyet memiliki beberapa sumber mata air, yang hingga saat ini semakin

berkembang dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pemandian. Sejak

tahun 2011, kawasan wisata Aik Nyet dikelola oleh para remaja masjid yang

terletak di dusun Aik Nyet. Wisata alam Aik Nyet terdiri dari hutan alam di

sebelah timur dan kolam pemandian di sebelah barat. Adapun jalur masuk

menuju wisata alam Aik Nyet ada dua yakni loket 1 di sebelah timur dan loket

2 di sebelah barat. Di dalam kawasan Aik Nyet, ada beranekaragam obyek

wisata yang kini telah dikembangkan antara lain; hutan wisata, pemandian,

perkemahan, wisata edukasi, wisata kuliner dan wisata water tubing. Wisata

alam Aik Nyet memanfaatkan hutan alam yang di dalamnya terdapat beberapa

jenis pohon salah satunya didominasi oleh pohon mahoni yang banyak berjejer

dan tertata rapi. Hal ini yang dapat menjadi daya tarik pengunjung karena

sangat indah utuk dijadikan spot foto.

Berdasarkan pada urain latar permasalah tersebut, peneliti tertarik untuk

mengambil judul “Analisis Penerapan Community Based Tourism Pada

Destinasi Wisata Aik Nyet, Desa Sesaot, Kecamata Narmada, Kabupaten

Lombok Barat”

5
C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan Community Based Tourisem pada destinasi Wisata

Aik Nyet, Desa Sesaot, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat?

2. Apa saja kendala yang di hadapi dalam penerapan Community Based

Tourisem Di Wisata Aik Nyet, Desa Sesaot, Kecamatan Narmada,

Kabupaten Lombok Barat?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menemukan dan mengembangkan

atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Adapun tujuan penelitian ini

yaitu:

a) Untuk megetahui bagaimana Penerapan Community Based Tourisem

pada Destinasi Wisata Aik Nyet, Desa Sesaot, Kecamatan Narmada,

Kabupaten Lombok Barat.

b) Untuk mengetahui apa saja kendala yang di alami dalam Penerapan

Community Based Tourisem Di Wisata Aik Nyet, Desa Sesaot,

Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

pengetahuan dan wawasan dalam Penerapan Community Based Tourism

Pada Destinasi Wisata Aik Nyet sehingga mampu menjadi suatu desa yang

mamampu meningkatkan prekonomian sendiri dengan pemasaran-

pemasaran produk pariwisata.

6
3. Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi

dalam melakukan kegiatan penelitian pada waktu yang akan datang

dan sebagai media dalam meningkatkan kemampuan peneliti dalam

mengembangkan pemahaman mengenai Penerapan Community Based

Tourism.

b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kesadaran masyarakat setempat akan pentingnya mengelola

kepariwisataan dan menciptakan suasana yang kondusif sebagai objek

wisata yang menjadi sumber pendapatan masyarakat setempat.

c. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah

satu acuan dalam Community Based Tourism di Nusa Tenggara Barat

dan sebagai data yang dapat digunakan penerapan Community Based

Tourism.

E. Ruang Lingkup dan seting penelitian

Ruang lingkup dan setting penelitian adalah berupa keterangan lokasi

penelitian dan waktu penelitian

1. Ruang lingkup penelitian

Wisata Aik nyet merupakan salah satu kawasan wisata di Desa

Sesaot, Kecematan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, dan menyajikan

pemandangan yang masih alami. kondisinya yang masih alami dan masih

berdikan perdesaan, serta memiliki potensi yang dapat di kembangkan.

7
2. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian Pada Destinasi Wisata Aik Nyet, Desa Sesaot,

Kecamata Narmada, Kabupaten Lombok Barat Waktu penelitian.

3. Waktu penelitian

Waktu penelitian dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti

memerlukan rancangan waktu yang tepat sehingga peneliti dapat

melakukan penelitian dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan

yaitu memperoleh hasil yang maksimal dan memuaskan. Waktu penelitian

yaitu 1-3 minggu sampai peneliti mendapatkan data yang valid.

F. Telaah Pustaka

Telah pustaka adalah merupakan beberapa penelitian terlebih dahulu

yang membahas tema yang hampir sama dengan variable-variable

pembahasan yang berkaitan dengan penelitian yang berjudul “Analisis

Penerapan Community Based Tourism Pada Destinasi Wisata Aik Nyet, Desa

Sesaot, Kecemata Narmada, Kabupaten Lombok Barat ”.

1. Dimas Kurnia Purmada, Wilopo Wilopo, Luchman Hakim Penelitian ini

berjudul “Pengelolaan Desa Wisata dalam Perspektif Community Based

Tourism (Studi Kasus pada Desa Wisata Gubugklakah Kecamatan

Poncokusumo Kabupaten Malang)”. 5

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan Desa Wisata

Gubugklakah dilaksanakan melalui pengelolaan sumberdaya pariwisata,

5
Dimas Kurnia Purmada, Wilopo Wilopo, Luchman Hakim, “ Pengelolaan
Desa Wisata Dalam Perspektif Community Based Tourism (Studi Kasus Pada
Desa Wisata Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang).” Jurnal
Administrasi Bisnis . Vol. 32 No. 2 Maret 2016. Hlm. 16.

8
pemasaran, manajemen sumberdaya manusia, dan manajemen konflik.

Penerapan community based tourism dilaksanakan melalui pelestarian

alam, pelestarian budaya, jaminan tingkat partisipasi masyarakat dan

pemerataan pendapatan. Tingkat partisipasi masyarakat berada dalam

tingkatan dalam puncak tertinggi yaitu citizen control.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian saat ini yaitu sama-

sama membahas tentang Community Based Tourism dan sama-sama

menggunakan metode pendekatan kualitatif. Sementara itu perbedannya

yaitu terletak pada lokasi yang dijadikan objek atau tempat penelitian.

2 Rizkianto, Neno. “Penerapan Konsep Community Based Tourism Dalam

Pengelolaan Daya Tarik Wisata Berkelanjutan (Studi Pada Desa Wisata

Bangun, Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek)”6

Pada penelitian di atas, peneliti memberikan saran kepada Ladewi

Bangun dan kelompok masyarakat yang terlibat lainnya untuk

meningkatkan koordinasi dan pembuatan rencana program yang tertulis,

kepada pemerintah untuk pendampingan yang terarah dan berkelanjutan

dan kepada pihak swasta untuk lebih mendorong pengelolaan yang

memberikan sumber penghasilan kepada masyarakat.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian saat ini yaitu sama-

sama membahas tentang Penerapan Konsep Community Based Tourism

Dalam Pengelolaan Daya Tarik Wisata Berkelanjutan dan sama-sama

6
Rizkianto, Neno. “Penerapan Konsep Community Based Tourism Dalam
Pengelolaan Daya Tarik Wisata Berkelanjutan (Studi Pada Desa Wisata Bangun,
Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek)”. Sarjana Thesis, (2017)
Universitas Brawijaya. Hal. 7.

9
menggunakan metode pendekatan kualitatif. Sementara itu perbedannya

yaitu terletak pada lokasi yang dijadikan objek atau tempat penelitian.

3 Hanifah, Erlina, Ekayani, Meti Osmaleli,” Analisis Keberlanjutan dalam

Penerapan Community Based Tourism Wisata Alam Goa Pindul,

Kabupaten Gunungkidul”7

Dikarenakan banyaknya pokdarwis yang ikut bergabung dalam

memanfaatkan sumber objek wisata Goa Pindul sehingga rawan terjadi

konflik dikarenakan kepentingan dan berpotensimerusak kelestarian akibat

banyaknya pengunjung sehingga pengelolaan yang baik dibutuhkan

supaya wisata Goa Pindul bisa berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan agar,

mengestimasi manfaat ekonomi dari wisata Goa Pindul, menganalisis

kelembagaan wisata Goa Pindul dan menganalisis keberlanjutan wisata

Goa Pindul.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa manfaat ekonomi dari

wisata alam Goa Pindul bagi masyarakat Desa Bejiharjo masuk dalam

kategori tinggi terlihat darikontribusipendapatan wisata tenaga kerja yang

berada diatas Upah Minimum Kabupaten (UMK) dan covering terhadap

pengeluaran RT dari pendapatan wisatamasuk dalam kontribusi sangat

tinggi.

4 Dian, Fadhilla, “Analisis Penerapan Community Based Tourism Kmapung

Wisata Sanjai di Kota Bukittinggi”8


7
Hanifah, Erlina Ekayani, Meti Osmaleli.” Analisis Keberlanjutan Dalam
Penerapan Community Based Tourism Wisata Alam Goa Pindul, Kabupaten
Gunungkidul”. Tesis. Bogor Agricultural University(IPB) 2018. Hal. 7.
8
Dian, Fadhilla,” Analisis Penerapan Community Based Tourism
Kmapung Wisata Sanjai Di Kota Bukittinggi”. Diploma Thesis (2016),

10
Penelitian ini bertujuan menganalisis penerapan Community Based

Tourism (CBT) yaitu pariwisata berbasis masyarakat Kampung Wisata

Sanjai di Kota Bukittinggi. Hasil penelitian menunjukkan penerapan CBT

dari aspek ekonomi (profit) sudah berjalan cukup baik, dibuktikan dari 7

indikator yang dietapkan 4 indikator sudah menunjukkan hasil sesuai,

sementara 3 indikator masih hampir sesuai. Kemudian dilihat dari aspek

sosial budaya (people) sudah berjalan dengan baik dimana 7 indikator

yang ditetapkan 5 antara lain; 1 diantarnya hampir sesuai, namun ada 1

indikator saja yang belum sesuai terkait rasa kepemilikan masyarakat

terhadap pariwisata. Selanjutnya dilihat dari aspek lingkungan (planet) dari

4 indikator, seluruh penerapannya sudah sesuai dan tercapai dengan baik.

Persamaan penelitian diatas dengan penelitian saat ini yaitu sama-

sama membahas tentang Analisis Penerapan Community Based Tourism

Kmapung Wisata Sanjai di Kota Bukittinggi dan sama-sama menggunakan

metode pendekatan kualitatif. Sementara itu perbedannya yaitu terletak

pada lokasi yang dijadikan objek atau tempat penelitian.

G. KERANGKA TEORI

1. Community Based Tourism

Universitas Andalas. Hal. 8.

11
Menurut Garrod, ada dua pendekatan yang berhubungan dengan

pelaksanaan prinsip perencanaan dalam konteks pariwisata. Pendekatan

pertama yang condong berkaitan dengan sistem perencanaan formal, di

mana sangat menekankan pada keuntungan potensial dari ekowisata.

Pendekatan kedua, cenderung dikaitkan dengan istilah perencaan yang

partisipatif yang lebih concern dengan ketentuan dan pengaturan yang

lebih seimbang antara pembangunan dan perencanaan terkendali.

Nicole Hausler, mengemukakan gagasan tentang definisi dari

Community Based Tourism ( CBT ) yaitu:

a. Bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat

lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan

pembangunan pariwisata.

b. Menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi

keuntungan kepada communitas yang kurang beruntung di pedesaan.

Community Based Tourism bukan hanya sebagai sebuah harapan bagi

negara-negara di Dunia melainkan juga sebagai sebuah peluang, terdapat

ciri- ciri unik yang dikemukakan oleh Nasikun yaitu:

a. Jenis pariwisata ini pada dasarnya yakni suatu jenis pariwisata yang

bersahabat dengan lingkungan, secara ekologis aman dan tidak

melibatkan banyak dampak negatif seperti yang diperoleh oleh jenis

pariwisata konvensional yang berskala massif.

b. Pariwisata berbasis komunitas memiliki peluang lebih mampu

mengembangkan obyek- obyek dan atraksi- atraksi wisata berskala

12
kecil. Oleh karena itu, dapat dikelola oleh komunitas- komunitas dan

pengusaha lokal, menimbulkan dampak sosial- kultural yang minimal,

dan dengan demikian memiliki peluang yang lebih besar untuk

diterima oleh masyarakat.

c. Berkaitan sangat erat dan sebagai dampak dari keduanya, lebih dari

pariwisata konvensional yang bersifat massif, pariwisata alternatif yang

berbasis komunitas berhubungan kesempatan yang lebih besar bagi

partisipasi komunitas lokal untuk melibatkan diri di saat proses

pengambilan keputusan dan di dalam menikmati peluang

perkembangan industri pariwisata, maka dari itu lebih memberdayakan

masyarakat.

Terdapat beberapa prinsip dasar CBT yang disampaikan Suansri

dalam gagasannya yaitu:

a. Mengembangkan kebanggaan komunitas.

b. Mendistribusikan keuntungan secara adil pada anggota komunitas

c. Berperan dalam menentukan presentase pendapatan

(pendistribusian pendapatan ) dalam proyek yang ada di

komunitas.

Prinsip dasar di atas harus menjadi tumpuan dan prinsip dasar dari

pembangunan pariwisata agar terjamin. Meski dalam prinsip yang

disampaikan secara eksplisit. Suasanaa lebih memfokuskan pada

kepentingan masyarakat lokal, tetapi ide utama yang disampaikan Suansri

13
dalam prinsip dasar tersebut adalah hubungan yang seimbang antara

wisatawan dan masyarakat lokal dalam industri pariwisata.9

Community Based Tourism adalah suatu bentuk pariwisata yang

menerapkan masyarakat desa tersebut sebagai basis dan pelaku utama

dalam bidang pariwisata. Definisi Community Based Tourism (CBT)

yaitu:

a. Masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha-usaha pariwisata

juga mendapat keuntungan.

b. Menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan distribusi

keuntungan kepada komunitas yang kurang beruntung di pedesaan.

Kerangka Teori penerapan CBT pada destinasi wisata aik nyet,

Lombok Barat

Destinasiwisata aik nyet, sesaot

9
Raymond Eka Putra Santoso,” Peran Community Based Tourism Dalam
Pengembangan Cultural Tourism Berkesinambungan”, Universitas Ma Chung,. Hal.2-4.

14
Community Based Tourism (CBT)

Dampak dan Implikasi

sosial ekonomi politik

 Daya tarik alam


 Daya tarik budaya
 Daya tarik buatan
 Fasilitas pendukung

Adapun bagan di atas merupakan gambaran dari kerangka penelitian yang

mana akan digunakan oleh peneliti sebagai acuan penelitian. Lebih jelasnya

berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai bagan diatas antara lain:

seperti yang di ketahui aik nyet merupakan salah satu destinasi wisata yang

menawarkan pesona atau daya tarik wisata alam.

Destinasi wisata ini berada si bawah naungan bumdes dan pengelolaan

destinasi ini dilakukan oleh masyarakat setempat. Adapun dengan adanya

destinasi wisata ini sangat berdampak bagi sosial ekonomi masyarakat

setempat, mulai dari tukang parkir hingga penjajal makanan di sekitar

destinasi wisata ini turut dapat merasakan dampak positifnya.

Adapun penerapan CBT pada destinasi Wisata Aik Nyet:

15
 Daya Tarik Alam merupakan segala sesuatu yang memiliki

keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman

kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusian yang menjadi

sasaran atau tujuan dan kunjungan wisatawan

 Fasilitas Pendukung merupakan jenis sarana yang khusus

ditujukan untuk mendukung penciptaan pemudahan, kenyamanan,

keselamatan wisatawan dalam melakukan kunjungan kedestinasi

wisata.

2. Destinasi Wisata

Menurut Pitana destinasi adalah tempat yang dikunjungi dengan waktu

yang signifikan selama perjalanan seseorang dibandingkan dengan tempat

lain yang dilalui selama perjalanan (misalnya daerah transit). Menurut

Penggolongan destinasi menurut Kusudianto dalam Pitana & Diarta

adalah seperti berikut:

a. Destinasi sumber daya alam seperti iklim, pantai, hutan.

b. Fasilitas rekreasi seperti taman hiburan.

c. Event seperti Pesta Kesenian Bali, Pesta Danau Toba, pasar malam dan

sebagainya.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini pendekatan yang peneliti gunakan

adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Di mana penelitian ini diarahkan

untuk memberikan gambaran, gejala-gejala secara sistimatis dan akurat

16
mengenai sifat-sifat atau kejadian tertentu. Setelah dianalisa berbagai

problema yang ada dalam kajian fokus tersebut, maka peneliti

mengunakan penelitian kualitatif, yang merupakan suatu unsur

penyelsaian masalah dan merupakan suatu cara untuk mengetahui dan

menampak kan teori-teori yang ada di lapangan.10

Adapun metode kualitatif ini digunakan karena beberapa

pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah

apabila berhadapan kenyataaan. Kedua, metode ini menyajikan secara

langsung hakikat hubungan antara peneliti dan Narasumber. Ketiga,

metode ini lebih peka dan lebih menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama terhadapan pola-pola nilai yang dihadapi.

Disamping itu, data-data hasil wawancara dari masyarakat menjadi data

yang harus terkumpul untuk selajutnya diteliti dan dianalisis.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam sebuah penelitian kualitatif, kehadiran peneliti merupakan

sebuah keharusan mengingat akan informasi yang di butuhkan dari

lapangan. Penelitian harus diambil peneliti selain bertindak sebagai

pengumpulan data, penafsiran data, pelapor hasil peneliti dalam upaya

mengumpulakn data-data di lapangan dengan tujuan untuk mempengaruhi

untuk mendapatkan yang dibutuhkan.

Peneliti adalah aktor utama yang mengumpulkan data dari

berbagai sumber dan informan sehingga keberadaannya sangat penting

10
Eko sugiarto. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi Dan Tesis, (Yogyakarta :
CV Solusi Distribusi, 2015), hlm. 8-9

17
serta diperlukan. Kehadiran peneliti di lapangan pada waktu penelitian

mempunyai beberapa tahap seperti, persiapan penelitian dan

pengumpulan data di lapangan.

Dalam penelitian kualitatif, instrument utamanya adalah

peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, kehadiran peneliti sangat

dibutuhkan dalam penelitian guna mengumpulakn data agar data-data

yang diperoleh menjadi lebih valid, akurat dan dapat dipertanggung

jawabkan sesuai dengan fokus kajian.

3. Teknik Penentuan Informan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling

yang dinamakan Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah

teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu,

misalnya orang tersebut yang dianggap paling berpengalaman atau

tahu tentang kondisi obyek wisata tersebut sehingga akan

memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi yang akan

diteliti.11

Peneliti memilih orang untuk dijadikan sebagai informan.

Pokdarwis, pegelola, orang untuk dijadikan informan, karena

berdasarkan dari hasil observasi awal peneliti merasa bahwa informan

ini adalah informan yang paling tahu tentang objek wisata Aik Nyet

Sesaot peneliti juga menggunkan informan pengunjung yang dipilih

11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2019), hlm 289.

18
sebagai informan alasannya adalah untuk memperkuat hasil penelitian

yang ditemukan.

4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dijadikan objek dalam penelitian ini

adalah di Desa Sesaot, Kecematan Narmada, Kabupaten Lombok

Barat. Desa ini dipilih oleh peneliti sebagai tempat penelitian. Desa

Sesaot merupakan daerah yang memiliki objek wisata yang beragam

macamnya. Keindahan alam di Desa Sesaot selalu dapat menarik

perhatian masyarakat hingga masyarakat mancanegara. Oleh sebab itu,

peneliti ingin lebih mendalami bagaimana strategi pemasaran objek

wisata yang ada di Desa tersebut terlebih pasca ditetapkan sebagai desa

wisata bahari. Akan sangat disayangkan juga jika pariwisata yang ada

di Sesaot mengalami kemunduran atau kurang mendapatan partisipasi

dari pemerintah setempat.

5. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam peneliti ini diperoleh

melalui dua sumber, yakni lapangan dan dokumen. Data merupakan

kenyataan, keterangan atau bahan dasar yang di pergunakan.

Sedangkan sumber data maksudnya yaitu, darimana data atau

informasi dalam peneliti itu di peroleh. Sumber adalah data situasi

yang wajar dan natural setting. Peneliti mengumpul kan data

berdasarkan observasi situasi yang wajar, sebagimana adanya rekayasa

19
kesenjangan. Adapun data-data yang ingin dikumpulkan peneliti,

meliputi data primer dan data skunder.

1) Data primer yaitu: data yang diperoleh dari hasil wawancara

dengan obyek peneliti dari sumber atau data pertama. Data perimer

harus diperoleh secara langsung dengan cara mengambil dari

sumber aslinya melalui narasumber yang tepat yang kita jadikan

narasumber dalam peneliti. Adapun yang menjadi data perimer

dalam penelitian ini adalah, Adapun yang menjadi data primer

dalam penelitian ini yaitu sejumlah warga yang ada di sesaot

antara lain: Kepala Desa, Karang Taruna, Pak Burhan, Pak

Muhajirin, Pak Muhammad.

2) Data sekunder, yaitu data yang sudah tersedia di tempat peneliti

sehingga kita tinggal mencari dan mengupulkan, data sekunder

dapat diperoleh dengan lebih mudah dan cepat karena sudah

tersedia misalnya arsip dan dokumentasi.

6. Prosedur Pengumpulan Data

Tehnik pengupulan data merupakan salah satu hal yang sangat

penting penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk

mendapatkan data sehingga data yang diperoleh bener-bener sesuai

dengan judul yang ditentukan.

Dalam penelitian ini mengunakan beberapa teknik

pengumpulan data yaitu :

1) Observasi

20
Observasi adalah tehnkik pengumpulan data yang dilakukan

lewat pengamatan langsung dan peneliti melakukan pengamatan

tentang obyek yang diteliti.12 Metode ini digunakan untuk

mengumpulkan data primer. Jenis observasi yang digunakan

adalah obsepartisispan. Di mana peneliti melibatkan diri dalam

kehidupan dari masyarakat yang diteliti untuk dapat melihat dan

memahami gejala yang ada seperti permasalahan yang saya ambil

di Desa Sesaot, yaitu seperti kendala yang dihadapi dalam

penerapan Community Based Tourisem Di Wisata Aik Nyet Desa

Sesaot serta penerapan Community Based Tourisem pada destinasi

wisata Aik Nyet Desa Sesaot.

2) Wawancara

Wawancara/Interview dilakukan oleh dua pihak yang

mengajuakan pertanyaan dan memberikan jawaban atas

pertanyaan itu dan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan

pokus penelitian serta data yang dibutuhkan. Jenis wawancara

yang digunakan adalah semi terstruktur dimana pelaksanaanya

lebih bebas atau non formal. Sedangkan yang terstruktur yaitu

pertanyaan yang diberikan kepada informan. Interviwe

menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur,

kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan

lebih lanjut untuk memperoleh keterangan yang lengkap dan

12
Mamik. Metodologi Kualitatif. (Sidoarjo: Zifatama Publisher, 2015), hlm. 105.

21
mendalam.13 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data

primer.

7. Dokumentasi

Dokumentasi adalah prosedur yang sistematis untuk

mendeskripsikan isi yang dikomunikasikan melalui dokumen. Teknik

dokumen adalah mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan,

data pengunjung, transkip, buku, dan lain-lain. Bentuk dokumentasi

berupa foto-foto kegiatan saat penelitian. Misalnya saat peneliti

melakukan wawancara dengan pengelola.

8. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu cara yang di gunakan untuk

memecahakan atau mengolah hasil pengupulan data untuk memperoleh

kesimpulan. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan teknik analisis

data model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman

mengemukakan bahwa, aktivitas dalam analisis data dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus. Adapun aktivitas

dalam analisis data menurut Miles dan Huberman yaitu data

collection, data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.

1) Data collection (pengumpulan data)

Kegiatan utama pada setiap penelitian adalah mengumpulkan

data. Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data pada

13
Sandu Siyoto, Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015) hlm. 77.

22
umumnya menggunakan observasi, wawancara mendalam dan

dokumentasi atau gabunga ketiganya (triangulasi). Pengumpulan

data dilakukan berhari-hari, mungkin berbulan-bulan, sehingga

data yang diperoleh akan banyak. Pada tahap awal penelitian

melakukan penjelajahan secara umum terhadap situasi

sosial/obyek yang diteliti, semua yang dilihat dan didengar

direkam semua. Dengan demikian peneliti akan memperoleh data

yang sangat banyak dan sangat bervariasi.

2) Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data yakni tahapan berfikir sensitive yang

membutuhkan kecerdasan dan keluasaan dan kedalaman

wawasan yang tinggi. Mereduksi data berarti merangkum,

membedakan hal-hal yang pokok, berfokus pada hal-hal yang

penting, dicari tema dan polanya. Sehingga dapat, data yang

telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan

data dan mencarinya bila diperlukan.

3) Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori,

flawchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman

menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan

23
data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat

naratif.

4) Conclusion Drawing/Verification

Menurut Miles dan Huberman yakni penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang

kuat yang membawa pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,

dibantu oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kemmbali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif

mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak

awal, tetapi mungkin juga tidak. Karena seperti yang telah

dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam

penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang

setelah penelitian berada di lapangan.

9. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data atau validitas berarti kesucian alat ukur

dengan apa yang hendak diukur, artinya alat ukur yang hendak digunakan

dalam pengukuran tersebut dapat digunakan untuk mengukur hal atau

subyek yang ingin diukur. Validitas membuktikan bahwa apa yang

diamati oleh peneliti sesuai dengan kenyataan dan apakah penjelasan

24
yang diberikan tentang dunia memang sesuai dengan yang sebenarnya

ada atau terjadi terutama mengenai Analisis Penerapan Community

Based Tourism Pada Destinasi Wisata Aik Nyet, Desa Sesaot,

Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat disini akan dibahas

tiga teknik untuk mengukur validitas data yaitu:

1. Perpanjangan Pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali

kelapangan melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan

sumber data yang pernah di temui maupun baru. Dengan

perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan

nara sumber akan semakin terbentuk raport, semakin akrab (tidak

ada jarak lagi), semakin terbuka, saling mempercayai, sehingga

tidak ada informasi yang di sembunyikan lagi.

2. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara

lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka

kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara

pasti dan sistematis, dengan meningkatkan ketekunan itu maka

peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang

telah ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan

meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat memberikan

25
deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang

diamati.14

3. Penelitian teman sejawat

Penelitian teman sejawat dilakukan dengan cara mengekspos

hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk

diskusi dengan tema-teman sejawat, hal ini yang dimaksud sebagai

salah satu cara pemeriksaan keabsahan data. Diskusi dengan teman

sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk

menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang muncul pada pikiran

peneliti.15

4. Triangulasi

Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah

pemeriksaan melalui sumber lainnya. Triangulasi dengan sumber

yaitu membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai oleh peneliti denga

jalan sebagai berikut:

Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

1) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan

yang dikatakannya secara pribadi.

14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods),
(Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 366.
15
Ibid. hlm. 367.

26
2) Membandingkan hasil wawancara dengan suatu hasil dokumentasi

yang terkait. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

triangulasi dengan sumber data karena relatif sederahan caradan

prosesnya serta tidak terlalu banyak menghabiskan waktu.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pemahaman, maka perlu diberikan gambaran

singkat yang dirumuskan dalam sistematika pembahasan. Sistematika

pembahasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penelitian ini terdiri

atas empat bab.

BAB I PENDAHULUAN: Bab ini menguraikan tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan seting

penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, sistematika

pembahasan dan rencana jadwal penelitian.

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN : Bab ini berisi tentang paparan

data dan temuan baik data primer maupun data sekunder dari penelitian yang

dilakukan di lapangan.

BAB III PEMBAHASAN : Pada bab ini membahas data-data yang ditemukan

dilapangan apakah sesuai dengan teori yang ada.

BAB IV PENUTUP : Bab ini akan menyampaikan hasil dari penelitian yang

dilakukan oleh penulis tentang Analisis Penerapan Community Based Tourism

Pada Destinasi Wisata Aik Nyet, Desa Sesaot, Kecamatan Narmada,

Kabupaten Lombok Baret

27

Anda mungkin juga menyukai