Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN PENGELOLAAN WISATA BERBASIS MASYARAKAT

DI KAWASAN WISATA MAKAM KERAMAT SOLEAR

AIRLANGGA MIRZA AMIN


123120014

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
TANGERANG SELATAN
2019
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pariwisata merupakan industri penting bagi perekonomian Indonesia. Usaha jasa
pariwisata terus dikembangkan oleh pemerintah Indonesia sebagai upaya
pengoptimalan sumber daya alam yang sangat menunjang kemajuan industri
pariwisata nasional. Kekayaan alam dan budaya di Indonesia dikenal memiliki
banyak potensi wisata, mulai dari wisata alam, wisata budaya, wisata kuliner, dan
wisata budaya. Hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan nusantara bahkan
mancanegara untuk mengeksplor Indonesia. Berbagai konsep serta definisi
mengenai pariwisata telah dikemukakan oleh para ahli. Menurut Yoeti (1985),
pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang
diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk
berusaha atau mencari nafkah di tempat lain yang dikunjungi, tetapi semata-mata
untuk menikmati perjalanan guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi
keinginan yang beranekaragam.

Perkembangan pariwisata memberikan dampak positif bagi perekonomian


masyarakat. Dalam pengembangan sebuah destinasi pariwisata, berbagai aspek
terkait menjadi pertimbangan untuk perencanaan yang efektif dan efisien serta
tepat sasaran, yakni dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait.
Peran serta masyarakat lokal juga diperlukan untuk turut andil dalam
mengembangkan, memberikan kontribusi, serta menjaga kegiatan pariwisata di
daerah mereka. Selain itu, faktor sosial budaya yang juga berkaitan dengan
pariwisata dapat menjadi pertimbangan dalam mengembangkan dan mengelola
pariwisata agar dapat beriringan dengan nilai-nilai budaya masyarakat lokal.

Salah satu bentuk pengelolaan dalam pengembangan pariwisata adalah dengan


menerapkan Community Based Tourism (CBT). Pengelolaan berbasis masyarakat
(Community Based Tourism-CBT) merupakan konsep pengelolaan kepariwisataan
dengan mengedepankan partisipasi aktif masyarakat dengan tujuan untuk
2

memberikan kesejahteraan dan kualitas hidup penduduk lokal serta menjaga


kelestraian budaya, diantaranya dalam tahap perencanaan, pengelolaan, dan
pemberian masukan dalam mengembangkan suatu destinasi wisata yang
berkelanjutan (sustainable tourism). Tiga kegiatan pariwisata yang mendukung
konsep CBT yaitu penjelajah (adventure travel), wisata budaya (cultural tourism),
dan ekowisata (ecotourism).

Model pariwisata berbasis masyarakat juga didukung dengan adanya Undang-


Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata dan program Kementerian
Perdagangan dan Ekonomi Kreatif yang berupaya menjadikan sektor pariwisata
sebagai program ekonomi kreatif dengan menekankan pada kreativitas produk
lokal. Salah satu contoh yaitu dengan adanya Desa Wisata. Desa Wisata
merupakan salah satu bentuk kegiatan ekowisata yang melibatkan masyarakat
lokal setempat. Menurut Priasukmana & Mulyadin (2001), desa wisata merupakan
suatu kawasan pedesaan yang menawarkan suasana yang mencerminkan keaslian
pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, dan lain
sebagainya yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk
dikembangkannya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi,
akomodasi, cinderamata, dan kebutuhan wisata lainnya.

Kabupaten Tangerang memiliki potensi pariwisata yang didukung oleh sumber


daya alam dan budaya yang beragam untuk diolah dan dimanfaatkan. Dari sumber
daya alam yang ada, pariwisata merupakan salah satu sektor yang memiliki
potensi yang sangat layak untuk dikelola dan dikembangkan secara maksimal.
Kekayaan dan potensi pariwisata yang dimiliki oleh Kabupaten Tangerang tentu
saja dapat menjadi salah satu sektor potensial yang dapat diandalkan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Disisi lain, kawasan wisata
Kabupaten Tangerang hingga saat ini dalam fungsi dan peranan serta penanggung
jawab dalam pengembangan wisata kurang optimal.

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang
Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2032, Kabupaten Tangerang memiliki
3

kawasan cagar budaya berupa situs-situs sejarah yaitu situs Makam Solear yang
berada di Kecamatan Solear. Kawasan bersejarah tersebut menjadi salah satu
potensi yang ada di Kabupateng Tangerang. Potensi yang terlihat yaitu adanya
makam Syekh Mas Mas’ad bin Hawa dan juga para pengikut wali lainnya.
Berdasarkan sejarah Banten, Syekh Mas Mas’ad bin Hawa merupakan panglima
pasukan kesultanan Banten yang ditugaskan untuk menyebarkan agama dan
memperluas wilayah didaerah yang sekarang bernama Tigaraksa. Selain berziarah
ke makam Syekh Mas Mas’ad bin Hawa dan pengikutnya, kondisi makam yang
rimbun ditutupi pohon-pohon besar dan juga terdapat binatang primata yaitu
monyet ekor panjang, binatang primata tersebut sudah sejak lama ada
dilingkungan Makam Keramat Solear. Adanya potensi bahari, alam, dan
sejarahnya, Makam Keramat Solear ini menjadi daya tarik yang menarik karena
kondisi tempat berziarahnya yang unik.

Wisata Makam Keramat Solear seluruhnya dikelola oleh masyarakat lokal, namun
sampai saat ini belum adanya struktur organisasi secara resmi yang mengatur
sistem pengelolaan wisata. Pada kondisi eksisting, pengelolaan wisata dikepalai
oleh ketua RW dan kelompok karang taruna yang ikut andil dalam pengelolaan
tersebut. Bentuk pengelolaan yang ada hanya sebatas pengelolaan tiket masuk,
tiket parkir, dan pengelolaan keamanan yang dilakukan pada hari-hari besar
tertentu seperi Idul Fitri, Idul Adha, dan Maulid Nabi.

Pengelolaan di Kawasan Wisata Makam Keramat Solear memiliki beberapa


permasalahan, terutama permasalahan untuk mengembangkan sumber daya
manusia. Masyarakat hanya mengetahui potensi yang ada tapi tidak mengerti cara
untuk mengembangankan potensi yang terdapat di lokasi wisata. Sedangkan untuk
keberhasilan dalam pengelolaan tempat wisata dilihat dari sejauh mana
masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengelolaan tersebut. Berdasarkan uraian
tersbeut, maka dilakukan penelitian mengenai “Kajian Pengelolaan Wisata
Berbasis Masyarakat di Kawasan Wisata Makam Keramat Solear”.
4

1.2 Rumusan Masalah


Wisata Makam Keramat Solear sudah ada sejak 1552 atau abad 16 sampai saat
ini. Dahulu Makam Keramat Solear hanya didatangi oleh pengunjung yang
melakukan kegiatan ziarah kubur ke makam Syekh Mas Mas’ad bin Hawa. Beliau
adalah pengikut wali yang menyebarkan ajaran agama islam di Banten. Seiring
berkembangnya waktu karena kondisi lokasinya yang sangat unik dan memiliki
potensi wisata, maka terjadi perkembangan daya tarik wisata yang dimana adanya
daya tarik wisata selain berziarah. Daya tarik wisata baru tersebut menjadi
motivasi wisatawan untuk datang ke Makam Keramat Solear. Maka dari itu
peneliti ingin mencari tahu “bagaimana perkembangan Kawasan Wisata
Makam Keramat Solear”.

Dalam mewujudkan pengembangan destinasi wisata yang baik diperlukan


peningkatan mutu dan kualitas destinasi wisata guna menciptakan citra destinasi
yang baik pula dimata pengunjung maupun masyrakat. Situs Makam keramat
Solear dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tangerang
termasuk dalam Kawasan Peruntukan Pariwisata. Dilihat dari atraksi sebagai daya
tarik wisata dan fasilitas sebagai penunjang kegiatan wisata, sistem kelola yang
dilakukan belum optimal. Masyarakat belum sadar akan potensi wisata yang ada
dan kurang memahami bagaimana pengelolaan yang baik bagi suatu kawasan
wisata. Maka dari itu untuk melihat sudah sejauh mana peran masyarakat dalam
mengelola tempat wisata perlu dilihat “bagaimana peran aktif masyarakat
terhadap pengelolaan Wisata Makam Keramat Solear”.

Wisata Makam Keramat Solear mempunyai potensi pada atraksi yang ditawarkan
seperti, ziarah makam keramat, adanya binatang primata monyet ekor panjang,
dan keasrian alamnya. Namun, berbagai potensi tersebut tidak diikuti dengan
pengelolaan yang baik. Padahal masyarakat sebagai subjek atau faktor utama
dalam pengelolaan wisata sangat dibutuhkan. Masyarakat sejatinya lebih
mengetahui potensi dan masalah yang terjadi di lokasi Wisata Makam Keramat
Solear. Namun partisipasi masyarakat Desa Solear secara garis besar belum
5

maksimal, oleh karena itu peneliti ingin melihat “faktor pendukung dan
penghambat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata”.

1.3 Tujuan dan Sasaran


1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pengelolaan wisata berbasis
masyarakat di Kawasan Wisata Makam Keramat Solear.

1.3.2 Sasaran
Adapun sasaran penelitian yang hendak dicapai, adalah sebagai berikut:
 Mengidentifikasi perkembangan Kawasan Wisata Makam Keramat Solear.
 Mengidentifikasi peran aktif masyarakat terhadap pengelolaan Wisata
Makam Keramat Solear.
 Mengindentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat partisipaasi
masyarakat Desa Solear terhadap pengelolaan Wisata Makam Keramat
Solear.
 Mengidentifikasi solusi Pengelolaan Wisata Berbasis Masyarakat

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi
stakeholder yang terkait dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Tangerang, pihak
Desa Solear, dan pengelola wisata yaitu ketua RW 04, karang taruna, dan LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat) dalam hal pengembangan serta pengelolaan
Wisata Makam Keramat Solear. Selanjutnya manfaat penelitian ini juga ditujukan
kepada masyarakat Desa Solear khususnya, mengenai pemahaman pentingnya
pengelolaan dan pengembangan wisata yang sesuai dengan komponen wisata
yang ada namun tetap mempertahankan budaya dan adat istiadat yang berlaku
dilingkungan Wisata Makam Keramat Solear.
6

1.5 Ruang lingkup Penelitian


1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah Studi
Pada penelitian ini, ruang lingkup wilayah studi yang akan dibahas peneliti berada
di Desa Solear, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Kawasan Wisata Makam Keramat Solear memiliki luas sebesar 4,5 ha. Pada
luasan tersebut terdapat makam ulama penyebar agama Islam di Banten yang
sering dijadikan sebagai tujuan untuk berziarah masyarakat. Lokasinya cukup
menarik karena berada di dalam hutan lindung dengan banyaknya tumbuhan sejak
ratusan tahun yang lalu. Selain itu juga adanya binatang primata monyet ekor
panjang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang. Peta orientasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Adapun batas wilayah penelitian adalah sebagai berikut:


 Sebelah Utara : Kecamatan Cisoka
 Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor
 Sebelah Timur : Desa Pasanggrahan
 Sebelah Barat : Desa Cikuya dan Desa Cireunde

1.5.2 Ruang Lingkup Substansi


Dalam penelitian ini terdapat beberapa ruang lingkup substansi yang meliputi
perkembangan Kawasan Wisata Makam Keramat Solear, identifikasi peran aktif
masyarakat terhadap pengelolaan Wisata Makam Keramat Solear, selanjutnya
identifikasi pendekatan seperti apa yang sesuai untuk pengelolaan Kawasan
Wisata Makam Keramat Solear. Perkembangan yang terjadi di Wisata Makam
Keramat Solear yang dilihat dari sejarah yang berkembang dan adanya perubahan
yang terjadi pada Makam Keramat Solear dari tahun 1552 sampai saat ini.

Setelah dilihat dari perkembangannya penelitian ini juga melihat peran aktif
masyarakat dalam mengelola Wisata Makam Keramat Solear. Lingkup substansi
yang dibahas yaitu mengenai partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan,
implemetasi, dan pengawasan. Tahap perencanaan dilihat dari sudah sejauh mana
masyarakat mengoptimalkan potensi wisata yang ada untuk selanjutnya
direncanakan.
7

Gambar 1 .0.1 Peta Orientasi Lokasi Peneliti


8

Lalu tahapan impelementasi melihat dari sudah sejauh mana masyarakat


melakukan pengelolaan pada setiap komponen wisata yang ada di Kawasan
Wisata Makam Keramat Solear. Pada tahap pengawasan membahas mengenai
pengawasan seperti apa saja yang sudah dilakukan oleh pengelola untuk
mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan wisatawan.

Tahap selanjutnya setelah mengetahui peran aktif masyarakat dalam pengelolaan


Wisata Makam Keramat Solear lalu diidentifikasi untuk mengetahui faktor apa
saja yang menjadi faktor pendukung guna pengembangan wisata dan faktor
penghambat yang berdampak pada permasalahan pengembangan Wisata Makam
Keramat Solear.

1.6 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN
BAB I ini akan memuat latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan,
sasaran, manfaat peneltian, ruang lingkup terdiri dari ruang lingkup substansi, dan
ruang lingkup wilayah studi, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI DAN METODOLOGI PENELITIAN


BAB II akan diuraikan teori-teori dan metodologi yang terkait dengan substansi
pembahasan dan dapat dijadikan acuan dalam pengerjaan penelirian. Beberapa
teori yang ada diantaranya mengenai pengertian pariwisata, jenis-jenis pariwisata,
teori wisata budaya, teori pengelolaan pariwisata, teori fungsi pengelolaan,teori
pariwisata berbasis masyarakat, teori Community Based Torism (CBT), teori
komponen pariwisata 4A, dan teori kapasitas kelembagaan. Dilengkapi juga
dengan kebijakan yang melandasi peraturan-peraturan di lokasi penelitian.
Sedangkan metodologi penelitian akan berisi mengenai kerangka berfikir, variabel
penelitian, metodologi pengumpulan data, populasi dan teknik sampling, serta
tahap pengolahan data.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN


BAB III ini akan berisikan mengenai kondisi gambaran umum wilayah lokasi
studi yang terdiri dari geografi wilayah, kondisi eksisting Hutan Solear baik itu
9

kondisi wisata maupun fasilitas yang ada, melihat potensi obyek daya tarik yang
ada di Kawasan Wisata Makam Keramat Solear, dan melihat kondisi pengelolaan
Wisata Makam Keramat Solear.

BAB IV ANALISIS
BAB IV ini akan memuat analisis yang digunakan dalam penelitian untuk
mencapai tujuan penelitian yaitu meliputi, analisis perkembangan Wisata Makam
Keramat Solear, analisis pengelolaan kawasan makam solear oleh masyarakat
setempat, dan analisis faktor pendukung dan faktor penghambat pengelolaan
Wisata Makam Keramat Solear.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


BAB V ini merupakan BAB penutup yang berisikan kesimpulan dan rekomendasi
dalam penelitian mengenai pengelolaan berbasis masyarakat di Kawasan Wisata
Makam Keramat Solear.

Anda mungkin juga menyukai