Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FISIOLOGI TANAMAN

“SISTEM TRANSPOR PADA TANAMAN (XYLEM)”

Oleh:
Kelompok 2

Adi Wahyudin 185040200111221


Tasya 185040200111237
Alifa Nurmawaddah 185040200111249
Dimas Rizki Perdana 185040200111257
Sinta Bella Fista 185040201111004

Kelas J

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah ini membahas tentang “Sistem Transport Pada Xylem” dalam hal ini
semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan Sistem Transport Pada
Xylem.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen kami yang telah membimbing dalam
menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Malang, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN ............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................................1
1.2 Tujuan .....................................................................................................................................1
PEMBAHASAN ...............................................................................................................................2
2.1 Proses Transport Sel ................................................................................................................2
2.1.1 Transport pasif ...............................................................................................................2
2.1.2 Transpor Aktif.................................................................................................................5
2.2 Perbedaan Potensi Air Mendorong Transportasi Air Dalam Sel Tanaman .................................6
2.2.1 Plasmolisis dan tekanan turgor pada tumbuhan .............................................................8
2.3 Pengangkutan Ekstravaskular dan Intravaskular .................................................................... 10
2.3.1 Proses Pengangkutan Ekstravaskular ............................................................................ 10
2.3.2 Proses Pengangkutan Intravaskular .............................................................................. 11
2.3.3 Faktor yang menyebabkan air di dalam xilem dapat bergerak
ke atas melawan gravitasi ..................................................................................................... 12
2.4 Transpirasi ............................................................................................................................ 13
2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Transpirasi ...................................................... 14
2.4.2 Stomata sebagai Gerbang Keluarnya Air dan Pertukaran Gas ........................................ 15
2.4.3 Mekanisme Membuka dan Menutupnya Stomata ........................................................ 17
2.4.5 Tanaman Xerophytes .................................................................................................... 19
PENUTUP ...................................................................................................................................... 20
3. 1 Kesimpulan........................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 22

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transpor pada tingkat seluler bergantung pada permeablitas selektif membrane.
Protein transport tertentu memungkinkan sel tumbuhan mempertahankan lingkungan
internalnya yang berebda dari lingkungan sekitarnya. Potensial membrane dan gradient H⁺
yang dihasilkan oleh pompa proto dan dimanfaatkan untuk menggerekan transporberbagai
zat terlarut. Perbedaan potensial air menggerakkan transport air pada sel tumbuhan.zat
terlarut menurunkan potensial air, sementara tekanan meningkatkan potensial air.
Tumbuhan memerlukan beberapa zat dari lingkungannya, terutama air, mineral,
oksigen, dan karbon dioksida. Oksigen dan karbon dioksida dari udara diambil oleh
tumbuhan tingkat tinggi melalui daun. Air dan garam mineral yang terkandung di dalam air
diserap tumbuhan dari dalam tanah melalui rambut akar. Unsur-unsur makro dan mikro yang
diperlukan oleh tumbuhan diserap dalam bentuk ion-ion dari garam yang terlarut di dalam
air.
Tumbuhan membutuhkan air sepanjang hidupnya. Setelah diserap akar, air digunakan
dalam semua reaksi kimia, mengangkut zat hara, membangun turgor, dan akhirnya keluar
dari daun sebagai uap atau air. Agar air tetap tersedia, tumbuhan memiliki sistem
transportasi air dan garam mineral yang terdapat di dalam tubuh tumbuhan. Sistem
transportasi pada makhluk hidup berperan penting dalam mendistribusikan nutrisi yang telah
diambil dari lingkungan menuju seluiruh bagian tubuh makhluk hidup. Dengan terpenuhinya
nutrisi di setiap bagian tubuh makhluk hidup maka fungsi dari setiap bagian tubuh tersebut
dapat berjalan secara optimal.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Untuk memahami pengertian dari sistem transportasi pada tumbuhan
2. Untuk mengetahui tentang jaringan-jaringan yang berperan dalam proses transportasi
pada tumbuhan
3. Untuk mengetahui faktor yang berperan dalam proses transportasi pada tumbuhan
4. Dapat membedakan antara transportasi intravaskuler dengan ekstravaskuler yang
terjadi pada tumbuhan
5. Dapat memahami tentang mekanisme trasnportasi pada tumbuhan

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Transport Sel


Menurut Sumadi dan Marianti (2007) transport membran merupakan proses
pengangkutan materi atau molekul dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang
konsentrasinya rendah tanpa menggunakan ATP (Adenosin Trifosfat), atau proses
pengangkutan molekul dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang
konsentrasinya tinggi dengan menggunakan energi hasil metabolisme ATP, dan kedua
proses tersebut berlangsung secara terpadu untuk menjaga kesetimbangan molekul biologis
di dalam sel.
Dalam proses pengangkutan molekul-molekul melalui membran sel, dapat dibedakan
menjadi dua diantaranya adalah sebagai berikut.

2.1.1 Transport pasif


Transport pasif merupakan proses perpindahan molekul dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah tanpa menggunakan energy. Transpor pasif ini dapat berlangsung karena
adanya perbedaan konsentrasi antar membran larutan, dan transpor pasif bersifat spontan
serta tidak memerlukan energi metanolik dalam proses kerjanya. misalnya difusi sederhana
dan difusi difasilitasi. Transport pasif dibagi menjadi tiga yaitu difusi sederhana, osmosis
dan difusi terfasilitasi (transport protein).
a. Difusi Sederhana
Difusi sederhana artinya pergerakan kinetik molekul atau ion melewati membran sel
tidak bereaksi dengan protein carier yang ada di membran sel kecepatan difusi sederhana
ditentukan dari jumlah substansi yang ada, kecepatan gerakan kinetik bahan, jumlah dan
ukuran dari pori pada membran sel yang akan dilewati oleh bahan itu. Pada difusi
sederhana, proses difusi terjadi melalui dua jalan yaitu melalui lapisan lipid jika zat itu
terlarut dalam lemak dan melalui saluran air atau protein. Senyawa atau molekul seperti
H2O, CO2, O2, dan molekul kecil tidak bermuatan dapat dengan mudah melewati membrane
Osmosis. Difusi yang dilakukan oleh sel hidup contohnya adalah peristiwa masuknya
oksigen (O2) dan keluarnya karbondioksida (CO2) pada respirasi sel (Irnaningtyas, 2014
dalam Winingsih 2016)
Molekul hidrofobik dan molekul polar tak bermuatan yang berukuran kecil dapat
berdifusi menuruni gradien konsentrasinya secara spontan melalui membran ganda
2
fospolipid pada sel. Gradien konsentrasi itu sendiri merupakan energi potensial yang
mendukung dan mengarahkan pergerakan molekul.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu ukuran partikel,
ketebalan membran, luas suatu area, jarak dan suhu. Semakin kecil ukuran partikel, semakin
cepat partikel itu akan bergerak sehingga kecepatan difusi semakin tinggi. Semakin tebal
membran dan besar luas area serta semakin besarnya jarak antara dua konsentrasi,
menyebabkan semakin lambat kecepatan difusinya. Begitu pula dengan besarnya luas dan
tingginya suhu akan menyebabkan bertambah cepatnya laju difusi.
b. Osmosis
Merupakan proses difusi air melalui membran semipermeabel dari pelarut yang
berkonsentrasi tinggi (memiliki banyak air) ke pelarut yang berkonsentrasi rendah (sedikit
air ) proses osmosis akan berhenti jika konsentrasi didalam dan diluar sel telah seimbang.

Jika sel tumbuhan dalam keadaan hipotonis atau molekul zat pelarut didalam sel lebih
rendah daripada di luar sel, mekanisme osmosis yang terjadi adalah masuknya molekul zat
pelarut dari luar sel tumbuhan memenuhi sel tumbuhan sehingga terlihat adanya kenaikan
volume dari sel tumbuhan yang dinamakan turgid. Sel tumbuhan tidak pecah karena adanya
dinding sel selulosa untuk menjaga bentuk sel. Jika Sel tumbuhan dalam keadaan hipertonis
atau konsentrasi zat pelarut didalam sel lebih tinggi dari konsentrasi zat pelarut di luar sel
akan terlihat terjadinya osmosis dengan keluarnya molekul zat pelarut didalam sel dan

3
membuat mengekerutnya sel tumbuhan dan terlepasnya protoplasma dari dinding sel,
keadaan ini disebut plasmolisis.
Jika sel ditempatkan dalam larutan yang lebih pekat (hipertonis) terhadap cairan sel
maka air dalam sel akan terisap keluar. Hal itu akan menyebabkan plasma menyusut. Jika
air sel terus terisap keluar akan menyebabkan plasma terlepas dari sel-sel dan sel akan
mengerut. Sebaliknya jika sel berada dalam larutan hipotonis (lebih encer daripada cairan
sel), air dari luar sel akan masuk ke dalam sel sehingga sel mengembang. Contoh peristiwa
osmosis adalah kentang yang dimasukkan ke dalam air garam (Sulistyowati, 2010).

c. Difusi Difasilitasi
Banyak molekul polar ion yang dihalangi oleh lapisan ganda lipid pada membran, bisa
berdifusi secara pasif berkat bantuan protein transport yang membentang kedua sisi
membran, fenomena ini disebut difusi terfasilitasi atau difusi dipermudah (Campbell, 2008).
Menurut Utari (2011) difusi dengan fasilitas merupakan proses pelaluan zat yang bersifat
transport pasif tetapi memerlukan bantuan protein pembawa sehingga zat yang diangkut
bersifat spesifik. Setiap protein pembawa mempunyai tempat berikatan (binding site) untuk
molekul tertentu yang akan dilalukan. Setelah berikatan dengan suatu molekul, protein
pembawa berfungsi memindahkan molekul yang dimaksud ke sisi lain membran dengan
cara rotasi, perubahan bentuk.
a) Difusi yang di permudah oleh saluran protein. Banyak molekul polar yang berukuran
besar (misalnya, asam amino dan glukosa) dan ion (misalnya, K+ , Na+ dan Cl- ) tertahan
oleh membrane ganda pospolifid, tetapi dapat berdifusi melalui saluran yang di bentuk oleh
protein. Protein yang biasanya membentuk saluran adalah protein integral. Saluran protein
dapat membuka dan menutup Karen adanya rangsangan listrik atau kimiawi, contohnya saat
molekul neutransmiter dapat membuka saluran protein pada membrane sel saraf sehingga
ion Na+ dapat masuk ke sel. (Irnanintyas,2013 dalam Winingsih 2016 ).
4
b) Difusi yang dipermudah oleh protein transport Protein transport memiliki sifat seperti
enzim, yaitu bersifat spesifik terhadap zat dan tempat pengikatan molekul yang
diangkutnya. Protein transport dapat berubah bentuk saat mengikat dan melepas molekul
yang dibawanya. Protein transport pada membrane memudahkan difusi molekul asam
amino dan glukosa. Pada penyakit turunan sistinuria, sel ginjal tidak memiliki protein yang
mentransport sistein dan asam amino lain sehingga di dalam sel ginjal terjadi akumulasi
asam amino yang kemudian akan mengkristal menjadi batu ginjal (Irnaningtyas, 2014
dalam Winingsih 2016 )

2.1.2 Transpor Aktif

Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan.
Transport aktif adalah transport yang membutuhkan energi untuk keluar dan masuknya ion
atau molekul zat melalui membrane sel. Transpor ini berjalan melawan gradien konsentrasi
dipengaruhi oleh muatan listrik di dalam dan di luar sel. Muatan listrik tersebut terutama
ditentukan oleh ion-ion natrium, kalium, dan klor. Sumber energi transport aktif adalah ATP.
Transport aktif terbagi atas transport aktif primer dan sekunder. Transport aktif sekunder
juga terdiri atas co-transport dan counter transport (exchange). Transport aktif primer
memakai energi langsung dari ATP, misalnya pada Na-K pump dan Ca pump. Pada Na-K
pump, 3 Na akan dipompa keluar sel sedang 2 K akan dipompa kedalam sel. Pada Ca pump,
ca akan dipompa keluar sel agar konsentrasi Ca dalam sel rendah (Nadjib, 2009)

5
Kotransport adalah transport zat yang mengaktifkan transport zat lain melewati
membrane plasma. Kotransport dibedakan menjadi dua, yaitu simport dan antiport. Disebut
simport apabila kedua jenis zat memiliki arah pergerakan yang sama, sedangkan antiport
terjadi apabila arah pergerakan berlawanan.

2.2 Perbedaan Potensi Air Mendorong Transportasi Air Dalam Sel Tanaman
Potensial air mengacu pada kecenderungan air untuk meninggalkan atau memasuki
sel. Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu sistem atau bagian sistem,
dinyatakan dalam satuan tekanan, dandibandingkan dengan potensial kimia air murni (juga
dalam satuan tekanan), pada tekanan atmosfer dan pada suhu sertaketinggian yang sama dan
potensial kimia air murni ditentukansama dengan nol.

Konsentrasi zat terlarut dan tekanan hidrostatis adalah dua faktor utama yang
mempengaruhi potensial air, meskipun ketika tingkat kedalamannya tinggi, gravitasi juga
penting dan berpengaruh. Komponen-komponen potensial air ini dapat digambarkan seperti
berikut ini: Ψw = Ψs + Ψp + Ψg. Sel tumbuhan menuju keseimbangan potensial air dengan
lingkungan sekitarnya dengan menyerap atau kehilangan air. Jumlah transportasi air
melintasi membran tergantung pada perbedaan potensial air yang melintasi membran dan
konduktivitas hidrolik dari membran. Sebagai tambahan dari kegunaannya di dalam
transportasi, potensial air adalah indikator pengukuran yang berguna untuk mengetahui
status air dari suatu tumbuhan.

Tekanan pada akar akan terjadi jika potensial air tinggi dan laju transpirasi yang
rendah. Pada malam hari sel-sel akan memompa ion-ion mineral menuju xylem, akumulasi
mineral-mineral yang terjadi akan menurunkan potensial air dalam stele. Aliran air dari
korteks akar akan menghasilkan tekanan akar. Tekanan akar akan menyebabkan lebih
6
banyak air yang memasuki daun dari pada ditranspirasikan, fenomena yang disebut gutasi,
yaitu pengeluaran titik-titik air yang dapat dilihat pada pagi hari di ujung tepi daun beberapa
tunmbuhan. Namun tidak semua tumbuhan memiliki tegangan akar, bagi sebagian besar
tumbuhan xylem tidak didorong oleh tekanan dari bawah oleh akar namun ditarik sendiri
oleh daun. Saat uap air berada di daun, udara di luar daun biasanya kering, yang berarti
memiliki potensial air yang lebih rendah daripada di dalam daun. Oleh karena itu uap air dari
rongga udara dalam daun menuruni gradien potensial air dan keluar dari daun melalui
stomata (Campbell et al., 2008).

Proses difusi zat terlarut terjadi akibat adanya selisih potensial kimia zat terlarut
maka air berdifusi akibat adanya selisih potensial air. jika potensial air lebih tinggi disuatu
bagiandari sistem daripada bagian lain, dan tidak ada penghalang difusiair maka air bergerak
dari daerah berpotensial tinggi kedaerahberpotensial rendah. Proses tersebut spontan, energi
bebasdilepaskan kesekitar dan energi bebas tersebut menurun. Energi yang dilepaskan ini
mempunyai potensial untuk melakukan kerja misalnya mengalir air secara osmotik kebagian
atas batang yang sering disebut sebagai tekanan akar. Potensial air bukan saja menjadi
penentu akhir dari proses pergerakan air secara difusi tapi juga menjadi penentu tak langsung
perpindahan massa air yang terjadi karena adanya gradien tekanan, sedangkangradien
tekanan timbul karena adanya tekanan difusi.

Difusi merupakan pergerakan spontan suatu zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
yang rendah. Rata-rata sel mengalami difusi dalam sistem transportasinya. Difusi air melalui
membran semipermeabel disebut osmosis. Jadi secara ringkas difusi merupakan pergerakan
molekul dari konsentrasi tinggi menuju konsentrasi yang rendah.Osmosis merupakan
perpindahan molekul pelarut dari konsentrasi yang tinggi menuju konsentrasi yang rendah
melalui membran semipermeabel. Pada sel tumbuhan yang berdinding sel kaku, menambah
faktor lain yang mempengaruhi osmosis, tekanan fisik dinding sel mendorong melawan
protoplas yang mengembang. gabungan dari konsentrasi zat terlarut dan tekanan fisik
disatukan ke dalam susatu kuantitas yang disebut potensial air. Potensial air menentukan
arah pergerakan air. Air yag tidak terikat pada zat terlarut atau permukaan akan bergerak dari
daerah yang memiliki potensial air lebih tinggi menuju daerah yang memiliki potensial air
lebih rendah. Contohnya, jika sel tumbuhan direndam dalam larutan yang memiliki potensial
air yang lebih tinggi dari pada sel, maka air akan bergerak ke dalam sel yang menyebabkan
turgid (sangat tegang). Potensial air dipengaruhi oleh konsentrasi zat terlarut disebut juga
7
potensial osmotik karena zat terlarut mempengaruhi arah osmosis. Sedangkan potensial
tekanan adalah tekanan fisik pada suatu larutan.

Potensial tekanan merupakan tekanan yang diberikan pada air atau larutan untuk
meningkatkan kemampuan osmosis pada tumbuhan potensial tekanan dapat tumbuh dalam
bentuk tekanan turgor. Nilai potensial tekanan dapat positif nol maupun negatif. Potensial
tekanan juga merupakan tekanan fisik pada suatu larutan yang bersifat relatif terhadap
tekanan atmosfer. Contohnya air didalam sel sel xilem yang tak hidup (trakeid dan unsur-
unsur pembuluh) suatu tumbuhan sering kali berada dibawah potensial tekanan negatif
(tegangan yg kurang dari M-2 mpa). Sebaliknya seperti udara didalam balon sel sel hidup
biasanya berada dibawah tekanan positif secara spesifik isi selakan menekan membran
plasma ke didinding sel, dan kemudiandinding sel akan menekan protoplas yang
menghasilkan sesuatutekanan turgor (Campbellet al., 2008).

Potensial osmotik adalah potensial kimia zat terlarut dalam suatu sistem atau bagian
sistem dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial kimia air murni
(juga dalam satuan tekanan), pada tekanan atmosfer dan pada suhu serta ketinggian yang
sama. Jadi secara ringkas potensial osmotik adalah kemampuan larutan untuk berosmosis
dan besar potensial osmotik dipengaruhi oleh konsentrasi larutan yaitu hipertonis, isotonis,
atau hipotonis.Potensial osmotik larutan menyatakan status larutan dan status larutan dapat
dinyatakan dalam satuan konsentrasi,satuan tekanan atau satuan energi. Nilai potensial
osmotik dapat diukur menggunakan alat yang disebut osmometer. Tekanan yang timbul pada
osmometer merupakan tekanan yang nyata dan tekanan tersebut merupakan tekanan osmotik
yang bernilai positif, tetapi tekanan larutan sebelum diukur disebut potensial osmotik
bernilai negatif.

2.2.1 Plasmolisis dan tekanan turgor pada tumbuhan

Plasmolisis

8
Plasmolisis merupakan kontraksi protoplas sel tanaman sebagai akibat dari hilangnya
air dari sel. Potensial air memengaruhi absorpsi dan kehilangan air oleh sel tumbuhan hidup.
sebuah sel yang Fasid (Faccid) atau lemas karena kehilangan air kemudian, sel Fasid ini
direndam didalam larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih tinggi (potensial zat
terlarut lebih negatif) daripada sel itu sendiri. Karena larutan eksternal memiliki potensial air
yang lebih rendah (lebih negatif), maka air berdifusi keluar sel. Protoplas mengalami
pengerutan dan lepas dari dinding sel yang disebut dengan plasmolisis. Plasmolisis
merupakan keadaan dimana sel mengalami kehilangan air karena konsentrasi larutan yang
rendah diluar sel, sehingga air berosmosis keluar sel. Proses ini menyebabkan sel mengerut
dan mati. Plasmolisis umum terjadi pada sel tanaman yang sering kehilangan sejumlah besar
air karena kondisi kering atau panas (Campbellet al., 2008).

2.2.2 Tekanan Turgor

Tekanan turgor atau pembengkakan sel. Ketika suatu sel tumbuhan berada pada
larutan yang hipotonis, maka air atau pelarut dari larutan tersebut akan berosmosis menuju
ke dalam sel tumbuhan, sehingga cairan intra selular mengalami kenaikan tekanan osmotik
dan sel tersebut menjadi tegang dan mengembang. Hal tersebut menjadikan sel tumbuhan
mengalami tekanan turgor. Keadaan saat tekanan osmotik mendorong keluar sel dan tekanan
turgor yang mendorong kedalam sel disebut turgid(Campbellet al., 2008).

9
2.3 Pengangkutan Ekstravaskular dan Intravaskular
Tumbuhan mempunyai sistem pengangkutan air dan garam mineral yang diperoleh
dari tanah agar air tetap tersedia. Pada tumbuhan tingkat tinggi terdapat dua macam cara
pengangkutan air dan garam mineral yang diperoleh dari tanah, yaitu ekstravaskular dan
intravaskular. Pengangkutan ekstravaskular adalah pengangkutan di luar berkas pembuluh.
Pengangkutan ini bergerak dari permukaan akar menuju ke bagian-bagian yang letaknya
lebih dalam dan menuju ke berkas pembuluh. Sementara itu, pengangkutan intravaskular
adalah pengangkutan melalui berkas pembuluh dari akar menuju bagian atas tumbuhan.

2.3.1 Proses Pengangkutan Ekstravaskular

Pada pengangkutan ini, air akan masuk melalui sel epidermis akar kemudian
bergerak di antara sel-sel korteks. Air harus melewati sitoplasma sel-sel endodermis untuk
memasuki silinder pusat (stele). Setelah sampai di stele, air akan bergerak bebas di antara
sel-sel.
Cara transportasi dalam pengangkutan air dan mineral secara ekstravaskular ada dua macam,
yaitu apoplas dan simplas.
A. Transportasi apoplas adalah menyusupnya air tanah secara difusi bebas atau transpor
pasif melalui semua bagian tidak hidup dari tumbuhan, misalnya dinding sel dan ruang-
ruang antarsel. Transportasi apoplas tidak dapat terjadi saat melewati endodermis sebab
dalam sel-sel endodermis terdapat pita kaspari yang menghalangi air masuk ke dalam
xilem. Pita kaspari ini terbentuk dari zat suberin (gabus) dan lignin. Oleh karena
itu,apoplas dapat terjadi di semua bagian kecuali endodermis. Air yang menuju
endodermis ditranspor secara simplas melalui sel peresap.
B. Transportasi simplas yaitu bergeraknya air tanah dan zat terlarut melalui bagian hidup
dari sel tumbuhan. Pada sistem simplas ini perpindahan terjadi secara osmosis dan
transpor aktif melalui plasmodesmata. Transportasi simplas dimulai dari sel-sel rambut
akar ke sel-sel parenkim korteks yang berlapis-lapis, sel-sel endodermis, sel-sel
perisikel, dan akhirnya ke berkas pembuluh kayu atau xilem.
Pengangkutan ini berjalan dari sel ke sel dan biasanya dengan arah horisontal. Pengangkutan
air dengan arah horizontal, mulai dari epidermis bulu-bulu akar, kemudian masuk ke lapisan
korteks, lalu ke endodermis dan sampai ke berkas pembuluh angkut dalam air.
Skema pengangkutan air dan garam mineral diluar berkas pembuluh pengangkut yaitu:

10
Bulu akar- epidermis-korteks-endodermis-xylem.

2.3.2 Proses Pengangkutan Intravaskular


Pengangkutan intravaskular adalah pengangkutan melalui berkas pembuluh (xilem)
dari akar menuju bagian atas tumbuhan. Pengangkutan air dan mineral dimulai dari xilem
akar ke xilem batang menuju xilem tangkai daun dan ke xilem tulang daun. Pada tulang daun
terdapat ikatan pembuluh. Air dari xilem tulang daun ini masuk ke sel-sel bunga karang pada
mesofil. Setelah mencapai sel-sel bunga karang, air dan garam-garam mineral disimpan
untuk digunakan dalam proses fotosintesis dan transportasi. Transportasi pada trakea lebih
cepat daripada transportasi pada trakeida.
Air dan mineral dalam tanah masuk melalui buluh akar – epidermis – korteks –
endodermis – perisikel dan akhirnya masuk ke xilem. Di dalam pembulu xilem air dam
mineral di bawah naik ke seluruh tubuh termasuk ke daun. Air dan garam mineral akan
diangkut ke daun melalui pembuluh kayu (xylem). Komponen utama penyusun xylem adalah
elemen pembuluh (trakea) dan trakeid. Trakea dan trakeid merupakan sel-sel yang mati
karena tidak mempunyai sitoplasma dan hanya mempunyai dinding sel. Sel trakea terdiri
atas tabung yang berdinding tabal dan membentuk suatu pembuluh. Sel trakeid merupakan
sel dasar penyusun xylem, yang terdiri dari sel memanjang dan berdinding keras karena
mengandung lignin. Pada beberapa tempat dinding sel trakeid terdapat bagian-bagian yang
11
tidak menebal yang disebut noktah. Selain trakea dan trakeid xylem juga mengandung sel
parenkim yang merupakan sel hidup dan berfungsi untuk menyimpan bahan makanan.
Xylem juga berfungsi sebagai penguat.

2.3.3 Faktor yang menyebabkan air di dalam xilem dapat bergerak ke atas melawan
gravitasi

1) Daya kapilaritas
Pembuluh xylem yang terdapat pada tumbuhan dianggap sebagai pipa kapiler. Air
akan naik melalui pembuluh kayu sebagai akibat dari gaya adhesi antara dinding
pembuluh kayu dengan molekul air.
2) Daya tekan akar
Epidermis akan menyerap air dari dalam tanah secara terus-menerus mengakibatkan
kadar air dan tekanan turgor akar meningkat. Peningkatan kadar air pada ujung akar
menyebabkan perbedaan konsentrasi antara sel pada ujung akar dan sel – sel yang
berada di atasnya. Hal ini menyebabkan air akan berpindah dari sel – sel yang berada
diatasnya, dan akhirnya air terdorong ke jaringan xilem yang berada diatasnya. Tekanan
akar pada setiap tumbuhan berbeda-beda. Besarnya tekanan akar dipengaruhi besar kecil
dan tinggi rendahnya tumbuhan. Bukti adanya tekanan akar adalah pada batang yang
dipotong, maka air tampak menggenang dipermukaan tunggaknya.
12
3) Daya isap daun
Disebabkan adanya penguapan (transpirasi) air dari daun yang besarnya berbanding
lurus dengan luas bidang penguapan (intensitas penguapan). Dengan demikian
konsentrasi sel yang berada di daun cenderung lebih tinggi di bandingkan dengan
konsentrasi sel pada bagian tubuh yang lain. Perbedaan konsentrasi ini akan mendorong
perpindahan air dari sel-sel yang berada dibawahnya naik ke sel-sel daun. Jadi adanya
penguapan melalui daun menyebabkan aliran air dari bawah ke atas. Kemampuan inilah
yamg di sebut daya isap daun.
4) Pengaruh sel-sel yang hidup
Perjalanan air dari akar hingga ke daun di bantu oleh sel-sel hidup yang ada di sekitar
xilem, yaitu sel – sel parenkim kayu dan sel-sel jari empulur.

2.4 Transpirasi
Transpirasi adalah proses hilangnya air dari tumbuhan melalui permukaan daun atau
bagian lain dari tumbuhan. Umumnya (sebagian besar) transpirasi terjadi melalui daun.
Walaupun proses transpirasi juga bisa terjadi melalui sel epidermis yang umumnya dilapisi
oleh lapisan kutikula sehingga jika ini terjadi disebut sebagai transpirasi kutikular.
Transpirasi kutikular mungkin terjadi saat tumbuhan menutup stomatanya, sementara cahaya
matahari dan suhu udara di sekitar tumbuhan cukup tinggi. Transpirasi merupakan cara yang
efektif bagi tumbuhan untuk menghilangkan energi (panas laten) sehingga tumbuhan
suhunya tetap terjaga pada suhu fisiologis.
Di alam, air yang hilang melalui transpirasi dari daun bisa mencapai lebih dari 90%
dari total air yang diserap oleh tumbuhan tersebut. Artinya sebagian besar air yang diserap
tumbuhan dibuang melalui proses transpirasi. Walaupun demikian jika dilihat dari produksi
bahan kering yang dihasilkan, ada tumbuhan yang relatif efisien dalam penggunaan air
dibandingkan dengan jenis tumbuhan lainnya. Semakin besar air yang diuapkan (diperlukan)
untuk memproduksi satu satuan (gram) bahan kering oleh tumbuhan maka semakin tidak
efisien. Rasio besarnya air yang diuapkan per bahan kering yang dihasilkan tumbuhan
disebut sebagai rasio transpirasi. Tumbuhan C3 memiliki rasio transpirasi lebih besar dari
pada tumbuhan C4 dan tumbuhan CAM). Dengan demikian tumbuhan C4 dan CAM lebih
efisien dari pada tumbuhan C3 dalam penggunaan air.
Selain berperan penting dalam menjaga stabilitas suhu tumbuhan, transpirasi juga
sangat penting dalam penyerapan unsur hara tanaman. Ion-ion mineral yang ada di dalam
13
larutan tanah akan ikut bergerak bersamasama dengan kolom-kolom air sehingga hara
tersebut secara aliran masa akan mendekati akar tumbuhan dan mudah diserap oleh
tumbuhan. Selain itu larutan hara yang telah berada di dalam jaringan xilem akar juga dapat
bergerak ke batang dan daun mengikuti aliran air yang ditarik oleh transpirasi (peran dalam
transpor hara di dalam tubuh tumbuhan).

2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Transpirasi

Laju transpirasi biasanya dinyatakan dengan jumlah air yang diuapkan per satuan
luas daun per satuan waktu atau dalam satuan liter/m per detik atau ml/cm per detik.
Penggerak transpirasi adalah perbedaan konsentrasi uap air di ruang dalam stomata dengan
konsentrasi uap air di udara bebas. Semakin tinggi perbedaan konsentrasi uap air antara
kedua ruang tersebut akan semakin besar laju transpirasi. Besarnya laju transpirasi dari suatu
jenis tumbuhan ditentukan oleh beberapa faktor yang secara garis besar terdiri dari:
a. Faktor luar tumbuhan: suhu udara, kelembaban (RH), kecepatan angin, dan intensitas
cahaya.
b. Faktor dalam tumbuhan: jumlah stomata, ukuran stomata, pembukaan stomata, luas dan
jumlah daun.
Suhu udara yang tinggi akan mempercepat laju transpirasi karena suhu tinggi akan
menurunkan tekanan uap udara sehingga memacu transpirasi. Kelembaban udara
berpengaruh besar terhadap laju transpirasi. Semakin rendah RH udara akan semakin
mempercepat laju transpirasi karena uap air akan bergerak dari yang memiliki tekanan tinggi
(daun) ke tekanan rendah (udara). Adanya angin berkaitan dengan fungsinya sebagai
penghilang hambatan akibat adanya lapisan udara lembab di sekitar daun (stomata). Dengan
adanya angin maka udara lembab yang ada di sekitar lubang stomata akan hilang sehingga
akan semakin mempercepat laju transpirasi daun. Ingat, bukankah kita tahu bahwa jika kita
menjemur baju maka adanya angin kencang akan mempercepat keringnya baju yang kita
jemur dibandingkan kalau tidak ada angin sama sekali. Adapun intensitas cahaya terkait
dengan pembukaan stomata daun. Intensitas cahaya yang tinggi akan menyebabkan stomata
membuka secara

14
maksimum. Karena stomata adalah jalan terbesar bagi transpirasi maka cahaya yang tinggi
akan meningkatkan laju transpirasi daun.
Hambatan dalam tumbuhan mencirikan jenis tumbuhan. Tumbuhan dengan jumlah
stomata yang banyak akan memiliki laju transpirasi per satuan luas yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan tumbuhan yang stomatanya sedikit. Stomata umumnya banyak
terdapat di bagian bawah daun, dari pada di bagian atas. Hal ini berkaitan dengan daya
adaptasi tumbuhan untuk mengurangi laju transpirasi. Selain jumlah, ukuran stomata juga
menentukan laju transpirasi. Stomata dengan ukuran yang besar memiliki laju transpirasi
relatif lebih besar. Pembukaan stomata biasanya berkaitan dengan fisiologis tumbuhan.
Stomata membuka dengan adanya cahaya. Stomata cenderung menutup saat tumbuhan
mengalami stres (cekaman), misalnya kekurangan air, suhu yang tinggi, dan sebagainya.
Ketika stomata menutup maka laju transpirasi akan menurun. Luas dan jumlah daun
menentukan besarnya laju transpirasi pada skala individu tumbuhan.
Ketika uap air keluar dari dalam daun, akan menghadapi dua jenis hambatan.
Hambatan yang pertama adalah hambatan stomata, yang ditentukan oleh besarnya lubang
stomata dan pembukaan stomata atau dikenal dengan hambatan stomata atau stomatal
resistance (rs). Hambatan ini dapat dikurangi dengan pembukaan stomata, misalnya dengan
intensitas cahaya yang tinggi. Hambatan yang kedua adalah hambatan karena adanya lapisan
udara lembab di sekitar permukaan daun, dikenal dengan bondary layer resistance (rb).
Hambatan ini dapat dikurangi atau dihilangkan dengan adanya udara yang bergerak (angin).

2.4.2 Stomata sebagai Gerbang Keluarnya Air dan Pertukaran Gas

Walaupun transpirasi berperan penting dalam tubuh tumbuhan, kehilangan air yang
berlebihan dari tubuh akan mengganggu proses-proses fisiologi lainnya, khususnya apabila
ketersediaan air cukup terbatas. Apabila besarnya transpirasi melebihi kapasitas penyerapan
air oleh akar tumbuhan maka tumbuhan akan mengalami defisit air atau cekaman kekeringan
(water stress). Hal itu mungkin terjadi pada tanah-tanah yang kering akibat curah hujan yang
rendah, atau tanah yang mengandung kadar garam tinggi (tanah salin). Kadar garam yang
tinggi (misalnya air laut) menyebabkan potensial air menjadi sangat rendah sehingga air
tidak dapat masuk (diserap) ke dalam tumbuhan.
Untuk menghadapi hal tersebut tumbuhan memiliki mekanisme untuk mengatur keluarnya
air (transpirasi) dengan menutup stomata sebagian. Seperti kita ketahui di alam kondisi udara
selalu bergerak. Ketika tumbuhan layu, biasanya stomatanya akan menutup.
15
Layu terjadi karena daun tumbuhan kehilangan tekanan turgor akibat kehilangan
banyak air. Kelayuan merupakan salah satu bentuk strategi tumbuhan dalam mengurangi
kehilangan air. Dalam keadaan air yang kurang tumbuhan biasanya layu di siang (tengah)
hari, kemudian segar kembali pada sore dan pagi hari. Keadaan demikian disebut layu
sementara. Namun, jika kekurangan air terus berlanjut, daun tumbuhan mungkin layu
hingga sore, bahkan tidak dapat kembali lagi segar walaupun pagi hari. Keadaan ini disebut
tumbuhan mengalami layu permanen. Kadar air tanah yang menyebabkan tumbuhan
mengalami layu permanen disebut titik layu permanen. Sebaliknya tanah yang memiliki
kandungan air terbesar yang dapat disediakan untuk tumbuhan disebut air tanah dalam
keadaan kapasitas lapang. Kadar air kapasitas lapang tercapai apabila tanah kita siram
dengan air yang berlebih, kemudian air yang tidak tertahan oleh tanah akibat gravitasi telah
semuanya keluar. Hal ini bisa dibuat dengan menyediakan tanah dalam pot, kemudian
disiram air secara berlebih. Setelah permukaan atas pot ditutup dengan plastik untuk
menghindari evaporasi, selanjutnya pot tersebut disimpan di tempat teduh selama 1 hingga 2
hari untuk meyakinkan bahwa air gravitasi telah semua keluar. Kemudian jika kita ukur
kadar air tanah tersebut maka itu adalah kadar air tanah dalam keadaan kapasitas lapang.
Selain sebagai gerbang keluarnya air, stomata daun juga merupakan pintu pertukaran
gas, khususnya pintu masuknya gas CO2 yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis
tumbuhan. Sehingga apabila tumbuhan menutup stomatanya saat kekeringan maka akan
menghadapi konsekuensi menutup masuknya gas CO2 ke dalam daun sehingga menurunkan
laju fotosintesis. Itulah sebabnya mengapa kekurangan air pada tumbuhan berefek pada
penurunan laju pertumbuhan. Selain karena air dibutuhkan untuk perpanjangan (pembesaran)
sel, penutupan stomata sendiri berakibat pada penurunan laju fotosintesis. Sementara itu
fotosintesis adalah proses yang menyediakan bahan baku bagi pembentukan bahan-bahan sel
dan jaringan.
Dengan demikian tumbuhan akan dihadapkan pada dilema antara tetap membuka
stomata untuk mempertahankan laju fotosintesis yang tinggi, atau menutup stomata karena
air tanah yang terbatas. Pengaturan membuka dan menutupnya stomata ini sangat penting
sehingga tumbuhan tetap dapat tumbuh dan berkembang dengan menghindari kekurangan air
yang berlebihan, yaitu biasanya membuka stomatanya lebar-lebar pada pagi dan sore hari,
dan menutup stomatanya sebagian pada tengah hari yang panas.

16
2.4.3 Mekanisme Membuka dan Menutupnya Stomata

Stomata merupakan bagian penting dari daun, khususnya adalah sel epidermis daun.
Stomata merupakan modifikasi dari sel epidermis daun berupa sepasang (dua buah) sel
penjaga yang bisa menimbulkan celah (lubang) sehingga uap air dan gas dapat dipertukarkan
antara bagian dalam dari stomata dengan lingkungan luarnya. Sel penjaga memiliki bentuk
yang berbeda dari sel-sel epidermis lainnya, yaitu bentuknya lebih kecil dan agak
memanjang. Umumnya sel penjaga memiliki bentuk seperti halter disertai dengan sepasang
sel subsider, bentuk sel penjaga seperti ini terjadi pada rumput-rumputan. Bentuk lainnya
adalah seperti sepasang ginjal. Bentuk ini biasanya tidak disertai dengan sel subsider. Kedua
jenis sel penjaga tersebut biasanya memiliki penebalan dinding sel yang berbeda antara di
bagian ujung dan tengahnya karena adanya benang mikrofibril dari selulosa. Bentuk yang
khusus inilah yang mendukung fungsi dari stomata yang bisa membuka dan menutup.
Stomata meliputi sel penjaga (beserta sel subsider untuk stomata rumputrumputan)
dan lubang atau celah stomata. Sel penjaga biasanya memiliki dinding yang menebal karena
adanya benang mikrofibril dari selulosa. Pembukaan dan penutupan stomata digerakkan oleh
keluar-masuknya air (redistribusi air) antara sel penjaga, sel subsider, dan sel-sel mesofil
lainnya. Apabila air masuk ke dalam sel penjaga maka sel penjaga akan membesar. Karena
sel penjaga memiliki dinding dengan penebalan yang berbeda maka pembesaran sel penjaga
menyebabkan terbentuknya celah (lubang) sehingga stomata membuka. Sebaliknya jika air
keluar dari sel penjaga menuju ke selsel epidermis yang ada di sekitarnya maka stomata akan
menutup.
Masuk dan keluarnya air dari dan ke sel penjaga biasanya diakibatkan oleh adanya
distribusi ion K+ keluar/masuk sel penjaga. Ion K+ sangat berperan besar dalam proses
membuka dan menutupnya stomata karena dengan masuknya ion K+ ke sel penjaga maka sel
penjaga mengalami penurunan potensial osmotik. Karena potensial osmotic sel penjaga lebih
rendah dari potensial osmotic, sel-sel epidermis di sekelilingnya, maka air akan masuk ke
dalam sel penjaga. Sebaliknya jika ion K+ dipompa keluar dari sel penjaga maka sel penjaga
akan meningkat (lebih tinggi dari sel-sel epidermis) sehingga air akan keluar dari sel penjaga
menuju selsel epidermis yang ada di sekelilingnya sehingga stomata menutup.

17
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata:
a. Cahaya menyebabkan pembukaan stomata, sedangkan ketidakadaan cahaya (gelap) akan
menyebabkan penutupan stomata. Pengaruh positif dari cahaya terhadap pembukaan
stomata bisa disebabkan karena peningkatan fotosintesis pada sel penjaga, atau karena
adanya respons khusus dari sel penjaga terhadap cahaya biru. Terjadinya fotosintesis sel
penjaga yang disebabkan adanya cahaya menyebabkan terjadinya pemompaan aktif ion
K+ dan asam malat ke dalam sel penjaga sehingga potensial osmotik sel penjaga
menurun dan air masuk ke dalam sel penjaga. Selain itu pemberian cahaya biru juga
mengaktifkan pemompaan ion K+ ke dalam sel penjaga.
b. Hormon asam absisik (ABA) yang tinggi pada sel penjaga menyebabkan penutupan
stomata. Adanya ABA menyebabkan pengaktifan protein chanel dari ion Ca+ sehingga
Ca+ tinggi di dalam sel penjaga. Tingginya ion Ca+ dapat menghambat masuknya ion
K+ ke dalam sel penjaga. Selain itu, Ca+ yang tinggi juga dapat meningkatkan pH sel
penjaga sehingga menyebabkan pemompaan keluar ion K+ dari sel penjaga. Akibatnya
air keluar dari sel penjaga sehingga stomata menutup.
c. Konsentrasi CO2 yang tinggi, khususnya di dalam rongga stomata menyebabkan
stomata menutup. Belum diketahui secara jelas mekanisme apa yang mempengaruhi
penutupan stomata ketika konsentrasi CO2 tinggi. Dugaan sementara adalah karena ada
hubungannya dengan fotosintesis. Kadar CO2 yang tinggi memacu reduksi CO2 dalam
fotosintesis menjadi tinggi sehingga penggunaan energi dari reaksi terang cukup besar.
Akibatnya terjadi kekurangan energi yang digunakan dalam pemompaan dan menjaga
ion K+ di dalam sel penjaga. Stomata juga menutup saat tumbuhan mengalami cekaman
kekeringan. Hal ini terkait dengan kemampuan adaptasi tumbuhan untuk mengurangi
laju kehilangan air. Penutupan stomata akibat cekaman kekeringan biasanya
berhubungan dengan peningkatan kadar ABA daun. Ketika tumbuhan mengalami
kekeringan, akar tumbuhan akan mengirim sinyal dengan memproduksi ABA dalam
jumlah tinggi dan dikirim ke daun melalui aliran transpirasi. Tingginya ABA daun,
khususnya pada stomata akan menyebabkan penutupan stomata, sebagaimana yang telah
diuraikan pada bagian sebelumnya.
d. Suhu udara yang tinggi menyebabkan stomata daun menutup. Hal ini berkaitan dengan
peningkatan laju evaporasi akibat suhu yang tinggi sehingga stomata menutup.
Sebaliknya RH yang rendah menyebabkan penutupan stomata karena RH yang rendah
menjadi penggerak transpirasi yang tinggi.
18
2.4.5 Tanaman Xerophytes

Xerophytes merupakan tanman yang memiliki kamampuan untuk beradaptasi pada


kondisi yang kurang air dengan cara mengurangi laju transpirasi Tanaman yang beradaptasi
dengan iklim kering, yang disebut xerophytes, memiliki berbagai modifikasi daun yang
mengurangi laju transpirasi.

a. Banyak yang memiliki daun kecil dan tebal,.

b. Kutikula tebal

c. Mantel lilin

d. Selama bulan-bulan terkering, beberapa tanaman gurun menggugurkan daunnya,


sementara yang lain (seperti kaktus) hidup dari air yang disimpan dalam batang
berdaging selama musim hujan pada beberapa xerophytes, stomata terkonsentrasi
pada permukaan daun yang lebih rendah (teduh).

e. Trikoma ("rambut") juga membantu meminimalkan transpirasi dengan memecah


aliran udara, menjaga kelembaban lebih tinggi di ruang bawah tanah daripada di
atmosfer sekitarnya.

19
BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
Transport membran merupakan proses pengangkutan materi atau molekul dari daerah
yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang konsentrasinya rendah tanpa menggunakan ATP
(Adenosin Trifosfat), atau proses pengangkutan molekul dari daerah yang konsentrasinya
rendah ke daerah yang konsentrasinya tinggi dengan menggunakan energi hasil metabolisme
ATP, dan kedua proses tersebut berlangsung secara terpadu untuk menjaga kesetimbangan
molekul biologis di dalam sel. Transport terdiri dari 2 yaitu transport pasif meliputi difusi
sederhana, osmosis, difusi desfitilasi, sedangkan transport aktif meliputi gradient-charge,
pompa proton, dan kotransport.
Pengangkutan ektravaskuler atau pengangkutan dekat terdiri dari dua cara yaitu
transport simplas dan transport apoplas. Sedangkan pengangkutan intravaskuler adalah
pengangkutan melalui berkas pembuluh (xilem) dari akar menuju bagian atas tumbuhan
pengangkutan jarak dekat. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi air dapat melawan
gravitasi, antara lain daya isap daun, daya tekan akar, kapilaritas, dan pengaruh sel-sel
hidup. Transpirasi adalah proses hilangnya air dari tumbuhan melalui permukaan daun atau
bagian lain dari tumbuhan. Ada beberapa faktor yang memepengaruhi laju transpirasi antara
lain, suhu, kelembaban, jumlah daun, lebar daun, intensitas cahaya. Xerophytes merupakan
jenis tanaman yang mampu beradaptasi pada kondisi yang kering dengan cara mengurangi
laju transpirasi.

20
21
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Reece, Urry, Cain, Wasserman, Minorsky, & Jackson. 2008. Biologi Edisi
Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Campbell, reece. 2008. Biologi edisi kedelapan jilid 1. Jakarta : Erlangga
Lakitan, B., 1995. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta.
Salisbury, F.B. dan C.W.Ross, 1995. fisiologi Tumbuhan Jilid satu.Diterjemahkan Oleh :
D.R.Lukman dan Sumaryono. ITB-Press, Bandung.
Sulistyowati, Uut. 2010. Biologi. PT. Temprina Media Grafika: Nganjuk
Sumadi, dan Aditya Marianti. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Utari, Toto S.G & Cita, Tresnawati. 2011. Pengantar Biologi Sel. Bandung: Pelangi press.
Winingsih, W. 2016. Pembelajaran Berbasis Praktikum Yang Berorientasi Discovery
Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Subkonsep Difusi Dan
Osmosis. Skripsi. Fkip Unpas.

22

Anda mungkin juga menyukai