Anda di halaman 1dari 38

PENUNTUN PRAKTIKUM

PENYAKIT PARASITER VETERINER

IDA AYU PASTI APSARI


NYOMAN ADI SURATMA
IDA BAGUS MADE OKA
I MADE DWINATA

LABORATORIUM PARASITOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021

MATERI PRAKTIKUM
1
ILMU PENYAKIT PARASITER VETERINER

1. Pemeriksaan feses secara kualitatif


2. Pemeriksaan feses secara kuantitatif
3. Pemeriksaan Arthropoda (kerokan kulit dan arthropoda makroskopis)
4. Pemeriksaan Darah

Metoda kerja

1.Pemeriksaan Feses Kualitatif


1.1. Pemeriksaan Natif (Langsung)

Alat dan bahan, alat yang dipergunakan : lidi, gelas obyek, gelas penutup dan mikroskop, sedangkan
bahan yang diperlukan adalah tinja dan akuades

 Tinja diambil sebesar pentolan korek api, ditaruh diatas gelas obyek .
 Tetesi dengan 1 - 2 tetes akuades, kemudian dengan batang lidi diaduk hingga homogen dan elemen
tinja yang besar (kasar) dibuang
 Tutup dengan gelas penutup
 Periksa dengan mikroskop pembesaran obyektif 40X

1.2. Pemeriksaan Konsentrasi Pengendapan (Sedimentasi)

Prinsip pengendapan, menggunakan cairan yang memiliki berat jenis (BJ) yang lebih rendah
dibandingkan dengan BJ telur cacing, sehingga telur cacing akan mengendap.

Bahan dan alat, bahan yang dipergunakan adalah tinja dan akuades, sedangkan alat yang dipergunakan
antara lain : gelas beker, saringan teh, tabung sentrifuse dan sentrifugator, gelas obyek, gelas penutup dan
mikroskop

 Tinja sebesar biji kemiri (± 3 gram) dimasukkan kedalam gelas beker, tambahkan akuades sampai ± 30
ml (konsentrasinya kira-kira 10%), kemudian aduk sampai homogen.
 Saring memakai saringan teh untuk menyingkirkan bagian yang berukuran besar.
• Masukkan kedalam tabung sentrifuge sampai ¾ volume tabung
 Sentrifuge dengan kecepatan 1.500 rpm selama 2 – 3 menit

2
 Tabung sentrifuge dikeluarkan dari dalam sentrifugator, supernatannya dibuang dengan cara dituangkan,
sedimen yang ada didasar tabung diambil sedikit menggunakan lidi. Taruh di atas obyek glas.
 Buatlah preparat seperti pemeriksaan langsung
 Periksa dengan mikroskop pembesaran obyektif 40X

1.2.1. Konsentrasi Pengendapan dengan Sodium Acetic Formaldehyde (SAF) / Metode Ritschi.

Alat dan bahan, alat yang diperlukan : corong, kain kasa, tabung sentrifuse, sentrifugator, gelas obyek,
gelas penutup dan mikroskop. Bahan yang dipergunakan : larutan SAF, NaCl fisiologis dan ether

 Tinja yang akan diperiksa sebelumnya telah disimpan (diawetkan) dalam larutan SAF
 Kocok tinja, saring dengan kain kasa dan cairannya ditampung dalam tabung sentrifuse
 Sentrifuse dengan kecepatan 2.000 rpm selama 3 menit
 Supernatan dibuang, sedimen diencerkan (ditambah) dengan 7 ml NaCl fisiologis dan 2 ml ether dan
aduk sampai homogen.
 Sentrifuse dengan kecepatan 2.000 rpm selama 3 menit
 Supernatannya dibuang, sedimen diperiksa seperti pemeriksaan tinja langsung.

Hasil pemeriksaan tinja dengan metode konsentrasi sedimentasi, jika ditemukan telur cacing trematoda;
untuk membedakan antara telur Fasciola spp dengan Paramphistomum spp (karena bentuk dan ukurannya
sama) maka diperlukan pemeriksaan Parfitt and Banks dengan metoda seperti berikut :

1.2.2. METODE PARFITT dan BANKS

Tujuan : untuk membedakan telur Fasciola sp dengan Paramphistomum sp

1. Ambil 2 gram tinja, taruh di dalam mortir


2. Tuangkan air pada tinja tersebut dan aduk hingga campur
3. Gunakan saring teh dan corong plastik untuk menuang cairan tinja ke dalam tabung reaksi sampai ¾
tabung.
4. Tempatkan tabung pada rak, dan biarkan selama 10 menit.
5. Setelah kelihatan ada endapan, cairan diatas endapan dibuang sehingga hanya tersisa endapannya saja.
6. Tuangkan air pada endapan dalam tabung sampai ¾ tabung dan aduklah hingga campur
7. Tempatkan tabung pada rak, dan biarkan selama 10 menit.
8. Setelah kelihatan ada endapan, cairan diatas endapan dibuang sehingga hanya tersisa endapannya saja.
9. Tetesi endapat dalam tabung dengan NaOH 10% 3 tetes
10. Tempatkan tabung pada rak dan tambahkan air sampei ¾ tabung kemudian aduklah
11. Setelah dibiarkan 10menit, cairan jernih diatas endapan dibuang hingga hanya tersisa endapannya
12. Tetesi endapan tinja dalam tabung dengan methylene blue 0,5% sebanyak 2 tetes dan aduklah.

3
13. Kemudian endapan paling bawah disedot dengan pipet, taruh diatas objek gelas dan ditutup dengan
deckglas
14. Periksa menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100X

Telur cacing fasciola sp. nampak berwarna kunig keemasan, sedangkan telur Paramphistomum sp. Transparan
atau kebiru-biruan.

(Sumber. Petunjuk Praktikum Parasitologi. FKH.UGM. Yogyakarta).

1.3. Pemeriksaan Konsentrasi Pengapungan

Prinsip pengapungan, menggunakan cairan dengan berat jenis (BJ) yang lebih tinggi dibandingkan BJ
telur, sehingga telur cacing akan mengapung.

Pemeriksaan tinja dengan Konsentrasi pengapungan, bisa menggunakan beberapa zat pengapung. Zat
pengapung yang sering dipergunakan pada pemeriksaan tinja di laboratorium adalah : garam jenuh dan gula
jenuh atau gula sheater

1.3.1.Konsentrasi Pengapungan dengan Garam Jenuh

Bahan dan alat, bahan yang dipergunakan adalah tinja, akuades dan larutan pengapung, sedangkan alat
yang dipergunakan antara lain : gelas beker, saringan teh, tabung sentrifuse dan sentrifugator, pipet pasteur, rak
tabung reaksi, gelas obyek, gelas penutup dan mikroskup.

 Tinja sebesar biji kemiri (± 3 gram) dimasukkan kedalam gelas beker, tambahkan akuades sampai ± 30
ml (konsentrasinya kira-kira 10%), kemudian aduk sampai homogen.
 Saring memakai saringan teh untuk menyingkirkan bagian yang berukuran besar.
 Masukkan kedalam tabung sentrifuge sampai ¾ volume tabung
 Sentrifuge dengan kecepatan 1.500 rpm selama 2 – 3 menit
 Tabung sentrifuge dikeluarkan dari dalam sentrifugator, supernatannya dibuang dengan cara dituangkan
 Tambahkan larutan pengapung sampai ¾ volume tabung, aduk hingga homogen, kemudian dimasukkan
lagi kedalam sentrifugator dan disentrifuge dengan kecepatan 1.500 rpm selama 2 – 3 menit
 Tabung sentrifuge secara hati-hati dikeluarkan dari dalam sentrifugator dan selanjutnya ditaruh pada rak
tabung reaksi dengan posisi tegak lurus.
 Tambahkan cairan pengapung secara perlahan-lahan dengan cara ditetesi menggunakan pipet pasteur
sampai permukaan cairan cembung (penambahan cairan pengapung tidak boleh sampai tumpah)

4
 Tunggu selama 1 – 2 menit dengan tujuan memberikan kesempatan telur cacing untuk mengapung
kepermukaan
 Ambil gelas penutup, kemudian disentuhkan pada permukaan cairan pengapung dan setelah itu
tempelkan diatas gelas obyek .
 Periksa dengan mikroskop pembesaran obyektif 40X
Macam Larutan Pengapung.

 Larutan Garam (NaCl) Jenuh, Magnesium sulfat (Garam Inggris/MgSO4) dan Gula Jenuh, larutan gula
sheater, dapat mengapungkan telur cacing kelas Nematoda (kecuali Metastrongylus sp), Kestoda serta
Ookista dan Kista dari Protozoa.
 Larutan (Potassium Mercuri Iodide, Seng Chlorida , dapat mengapungkan telur cacing kelas Nematoda,
Kestoda dan Trematoda.

2. Pemeriksaan Feses Kuantitatif

Pemeriksaan secara kuantitatif, bertujuan untuk meramalkan (memprediksi) Intensitas (berat –


ringannya) infeksi cacing, ada beberapa metoda yang bisa digunakan. Di laboratorium Parasitologi FKH. Unud
intensitas infeksi cacing diperiksa menggunakan metoda : (1). Stoll dan (2) Mc. Master. Cara kerjanya sebagai
berikut :

2.1. Metoda Stoll.

Bahan dan alat, bahan yang dipergunakan tinja, akuades sedangkan alat yang dipergunakan, timbangan,
gelas ukur, gelas beker, saringan teh, alat pengaduk magnetik, pipet ukur, gelas obyek, gelas penutup dan
mikroskop.

 Tinja ditimbang (harus ditimbang) seberat 3 gram, masukkan kedalam gelas ukur
 Tambahkan akuades sampai volumenye menjadi 45 cc, diaduk hingga homogen dan kemudian disaring
dengan saringan teh dan filtratnya ditampung dengan gelas beker
 Aduk dengan alat pengaduk magnetik, kemudian cairannya disedot sebanyak 0,15 cc dan diteteskan
diatas geles obyek dan ditutup dengan gelas penutup (mengingat filtrat yang akan diperiksa tidak cukup
hanya sekali tetes, maka filtrat diteteskan pada beberapa gelas obyek sampai habis, kemudian masing-
masing ditutup dengan gelas penutup).
 Periksa dengan mikroskop pembesarkan obyektif 40X

5
Total Telur Per Gram Tinja (TTPG) atau Total Telur Gram Tinja (TTGT) atau Telur Per Gram Tinja
(TPG) atau Egg Per Gram (EPG) tinja didapat dengan melakukan perhitungan : total telur yang ditemukan pada
semua gelas obyek X 100.

2.2. Metode Mc. Master

Bahan dan alat, bahan yang dipergunakan tinja, akuades dan larutan pengapung, sedangkan alat yang
dipergunakan, timbangan, gelas ukur, saringan teh, gelas beker, pengaduk magnetik, pipet pasteur, kamar hitung
Mc Master dan mikroskop

 Tinja ditimbang seberat 2 gram, dimasukkan kedalam gelas ukur


 Tambahkan akuades sampai volumenya 30 cc, aduk sampai homogen
 Tambahkan lagi larutan garan jenuh sebanyak 30 cc (atau sampai volumenya menjadi 60 cc), kemudian
disaring dengan menggunakan saringan teh. Filtratnya ditampung dengan gelas beker.
 Aduk dengan alat pengaduk magnetik, dengan menggunakan pipet pasteur cairan disedot kemudian
dimasukkan kedalam kamar hitung Mc Master (kanan dan kiri) sampai memenuhi kamar hitung secara
hati-hati dan tidak boleh ada gelembung udara.
 Periksa dengan mikroskop menggunakan pembesaran obyektif 40X
 Telur yang dihitung adalah semua telur yang ditemukan didalam area kamar hitung.

Volume larutan Jumlah rata-rata telur yang ditemukan

TTPG = ------------------------ X -----------------------------------------------

Berat tinja Volume kamar hitung

3. Pemeriksaan Arthropoda

3.1. PEMERIKSAAN KEROKAN KULIT

Bahan yang akan dipergunakan : kerokan kulit, larutan KOH 10%,dan entelan. Alat yang dipergunakan :
mikroskop sterio, telapa petri, gelas obyek, gelas penutup.

Pengerokan kulit dilakukan tepat pada perbatasan antara kulit yang normal dengan yang mengalami
perubahan (lesi). Kerokan kulit ditaruh didalam telapa petri, tambahkan sedikit KOH 10% dan periksa dibawah
mikroskop sterio. Jika terlihat adanya tungau, dipindahkan ke atas gelas obyek menggunakan jarum, tetesi

6
dengan canada balsem dan akhirnya tutup dengan gelas penutup. Setelah kering periksan dengan mikroskop
untuk identifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologinya.

3.2. PEMERIKSAAN ARTROPODA MAKROSKOPIS

Pemeriksaan artropoda Makroskopis, bisa dilakukan dengan 3 cara, antara lain : (1) Langsung, (2) Semi
permanen dan (3) Permanen. Indentifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologi dan beberapa diantaranya berdasarkan
kunci yang ada.

3.2.1 Matode Langsung

Setelah artropoda dibunuh dengan ether, ditaruh diatas gelas obyek dan kemudian diperiksa dengan
mikroskop untuk tujuan identifikasi.

3.2.2 Metoda Semi Permanen

Setelah artropoda terbunuh, ditaruh diatas gelas obyek, tubuh artropoda kemudian ditusuk dengan jarum,
secara perlahan-lahan dengan menggunakan dua gelas obyek tubuh artropoda tersebut dijepit sampai keluar
cairannya. Keringkan dengan menghisap bagian yang cair. Tetesi entelan dan tutup dengan gelas penutup.
Setelah kering periksa dengan mikroskop untuk identifikasi berdasarkan ciri morfologinya

3.2.3 Permanen

Cara kerja metode permanen, mengikuti beberapa tahapan antara lain :

1. Pembersihan (Clearing), caranya merendam dalam larutan KOH 10% sambil dipanaskan (tetapi tidak
boleh mendidih), atau dibiarkan pada suhu kamar beberapa jam sampai terlihat transparan.
2. Pengeluaran cairan (dehidrasi), caranya merendam secara berurutan kedalam larutan alkohol : (30%,
50%, 70%, 95% ) masing-masing selama 10 menit
3. Penempelan (fiksasi), caranya menempelkan artropoda pada gelas obyek, serta mengatur posisi sesuai
dengan yang diinginkan. (Pengaturas posisi dilihat dengan mikroskop sterio kemudian diatur
menggunakan jarum)
4. Penjernihan, caranya artropoda yang telah terfiksasi ditetesi minyak kayu putih secukupnya selama
minimal 15 menit.
5. Perlekatan, artropoda dikeringkan menggunakan kertas pengering, kemudian tetesi entelan dan terakhir
tutup dengan gelas penutup.
Pemeriksaan, periksa dengan mikroskop untuk tujuan identifikasi berdasarkan ciri morfologinya

4. Pemeriksaan Darah
7
4.1.Pemeriksaan Langsung
Satu atau dua tetes darah yang masih segar diletakkan di atas gelas obyek, kemudian ditutup dengan
cover glas. Diperiksa secara langsung dibawah mikroskup dengan pembesaran 100x atau 400x. Dengan cara ini
protozoa yang hidup dapat diamati.

4.2.Pemeriksaan dengan pewarnaan


Pewarnaan Giemsa :
- Buat sediaan apus darah tipis berasal dari hewan hidup. Darah perifer diambil dari telinga atau
ekor atau sayap (ayam). Di tempat yang akan diambil darahnya, terlebih dahulu dibersihkan
dengan alkohol. Buat tusukan atau sayatan kecil pada pembuluh darah dengan jarum atau pisau
silet.
- Dengan obyek glas pemalit diambil sebagian dari tetesan darah yang sudah ditampung.
Sentuhkan obyek glas pemalit diatas obyek glas sediaan, biarkan darah mengalir lewat ruang
diantara ujung obyek glas pemalit dengan obyek glas sediaan. Obyek glas sediaan dipegang
diantara ibujari dengan telunjuk tangan kiri dan obyek glas pemalit dipegang dengan tangan
kanan dengan posisi kemiringan membentuk sudut 450. Geser secara cepat obyek glas pemalit
dengan gerakan langsung, hindari tekanan yang berlebihan.
- Keringkan apus darah dengan cara dikibas-kibaskan
- Fiksasi apus darah dalam methanol selama 3 menit (caranya : celupkan preparat apus darah yang
telah kering ke dalam larutan methanol selama ± 3 menit). Ambil preparat lakukan kering angin
- Warnai dengan giemsa 10% selama 20 – 30 menit. Dengan cara menuangkan zat warna diatas
sediaan apus darah.
- Cuci dengan air mengalir dari aliran ledeng yang kecil.
- Keringkan di udara atau di inkubator
- Periksa di bawah mikroskup dengan pembesaran 1000x dan menambahkan minyak emersi.
Pewarnaan Wright
- Sediaan apus darah tipis yang telah kering, diteteskan larutan Wright dan diamkan selama 1 menit
- Tambahkan aquades diatasnya sama banyak dengan larutan Wright, diamkan selama 3 menit (zat
warna sekarang berwarna seperti logam berkilauan)
- Cuci pada air mengalir, lalu keringkan. Untuk koleksi, sediaan darah ini dapat ditutup dengan
cover glas dengan menambahkan Canada balsem.
- Periksa di bawah mikroskup

8
Pewarnaan terhadap sediaan apus darah tebal
- Teteskan darah yang akan diperiksa di atas obyek glas, keringkan di udara
- Tuangkan di atasnya MgSO4 0,1%. Tunggu 5 – 10 menit.
- MgSO4 yang telah kemerah-merahan dibuang. Cuci perlahan dengan air ledeng yang alirannya
kecil
- Buang cairan yang ada di atas sediaan dan biarkan menetes.
- Fiksasi dengan methyl alkohol selama 5 – 10 menit.
- Teteskan larutan Giemsa (atau zat pewarna lainnya). Tunggu 20-40 menit.
- Cuci perlahan-lahan, keringkan. Lihat di bawah mikroskup.

30°

Preparat apus

9
IDENTIFIKASI ARTHROPODA
1) LALAT
Pengamatan untuk membedakan spesies lalat, dilihat dari :
- Ukuran
- Bentukan atau garis pada thorax dan abdomen
- Venasi sayap
- bentuk kepala dan tipe mulut

10
2. NYAMUK
Pengamatan untuk membedakan spesies nyamuk, dilihat dari :
- Ukuran
- Bentuk thorax dan abdomen
- Bentuk dan morfologi khusus pada sayap
- bentuk kepala dan tipe mulut

11
3. KUTU
a) Ciri Umum :
- Pipih ventrodorsal
- Abdomen sangat lebar
- Thorax kecil /pendek
- Kaki terletak pada thorax sebanyak 3 pasang
- Bentuk kepala membedakan golongan kutu (penghisap, penggigit, atau peralihan)

Haematopinus
b) Contoh spesies kutu : eurysternus
- Columbicola columbae (unggas)
- Damalinia ovis
- Damalinia bovis
- Menacanthus sp.
- Phtirus pubis
- Pedunculus humanus
- Lipeurus caponis
- Felicola subrostata
- Tricodectes canis

4. PINJAL
a) Ciri Umum :
- Pipih bilateral
- Memiliki sepasang kaki belakang yang panjang dan kuat untuk melompat
- Bentuk kepala membulat dengan genal comb
- Kaki depan pendek
- Abdomen besar, thorax pendek

12
Ctenocephalides felis

b) Contoh Spesies Pinjal :


- Xenopsylla cheopis (tikus)
- Ctenocephalides canis (anjing)
- Ctenocephalides felis (kucing)
- Dll.

5. CAPLAK
a) Ciri Umum :
- Pipih ventrodorsal
- Lapisan chitin tebal
- Abdomen pada betina tidak tertutup chitin
- Kaki 4 pasang
- Memiliki mulut tipe penghisap dengan gigi

Ixodes ricinus

b) Contoh Spesies Caplak :


- Boophilus microplus (sapi)
- Rhipicephalus sanguineus (anjing,kucing)
- Ixodes ricinus
- Aponnoma sp.
- Amblyomma sp.
6. TUNGAU
a) Ciri Umum :
13
- Kepala tersembunyi pada bagian ventral
- Tampak dorsal hanyalah bagian abdomen
- 4 kakinya pendek dan berambut
- Biasanya bagian badannya berduri
- Ukuran sangat kecil

Psoroptes sp.

b) Contoh Spesies Tungau :


- Sarcoptes scabiei
- Demodex sp.
- Knemidocoptes gallinae
- Otodectes canis
- Dll.

14
KUNCI IDENTIFIKASI GENUS IXODIDAE, menurut Strick’ dkk (1976) dalam Soulsby, (1982)

1  Lekuk anal (“anal groove”) mengelilingi anus


disebelah anterior (Prostriata)
…………………………………….. Ixodes
 Lekuk anal mengelilingi anus disebelah posterior
(Metastriata) pada Boophilus dan Margaropus 2
lengkung anal memudar ….
2  Hypostoma dan Palpus pendek ………………... 3
………
 Hypostoma dan Palpus panjang ……………….. 8
………
3  Mata, tidak ada ………………………………………… Haemaphys
 Mata, ada ……………………………………………… alis

4  Feston, ada ……………………………………………… 5


 Feston, tidak ada …………………….……………….....
7

5  Jantan, koksa kaki ke-4 lebih besar dibandingkan


ke-1 dan ke-3, Keping Ventral tidak ada
…………………… 6
 Jantan, pada koksa kaki ke-4 tidak lebih besar
dibandingkan ke-1 dan ke-3, Keping Adanal ada, Rhipicephal
Keping tambahan ada (spesies biasanya skutum us
tidak berornamen, basis kapituli umumnya bersegi
enam disebelah atas) ………………………
6  Skutum berornamen, Basis kapituli bersegi
empat disebelah dorsal ……………………………..
…………... Dermacent
 Skutum tidak berornamen, Basis kapituli or
bersegi enam dengan sudut yang jelas. Koksa kaki ke-
4 pada yang jantan memiliki dua duri (“spine”) Rhipicentor
panjang ……………..
7  Skutum tidak berornamen, Koksa kaki ke-1
memiliki satu duri pendek. Caplak jantan memiliki
perisai median menonjol ke belakang disekitar sisi
anus dan memiliki penonjolan keluar disebelah kaudal
ketika sudah menghisap darah. Koksa kaki ke-4 pada Margaroph
yang jantan melebar ……………………………….. us
 Skutum tidak berornamen, koksa kaki ke-1
bergabung (“bifid”), caplak jantan memiliki sepasang
perisai adanal dan perisai tambahan dan pada bagian
belakang ditemukan penonjolan, Koksa kaki ke-4 Boophylus
biasa………….
8  Mata, ada ………………………………………………. 9
 Mata, tidak ada atau mengalami rudimenter,
spesies : menginfeksi hospes yang khusus Aponomma
………………………..
9  Feston tidak ada atau ada, Caplak jantan memiliki Hyalomma
sepasang perisai adanal dan dua penonjolan
abdominal, perisai tambahan ada atau tidak
15
ada……………………..
 Skutum biasanya berornamen, Feston ada,
caplak jantan tidak memiliki perisai adanal, Amblyomm
………………...………… a

Sumber : Strick’ dkk (1976) dalam Soulsby, (1982)

KUNCI IDENTIFIKASI GENUS CAPLAK IKSODIDA

YANG PENTING (Menurut James & Harwood, 1962) Dalam Levive, 1990.

1  Mata, tidak ada ………………………………………… 2


 Mata, ada ………………………………………….……
4

2  Lekuk Anal, didepan anus, Feston, tidak ada Ixodes


…………
 Lekuk Anal, tidak didepan anus, Feston ada 3
……….…
3  Palpus, segmen ke-2 lebih panjang dibandingkan
lebarnya, kebanyakan menginfestasi Reptilia ………….
 Palpus, segmen ke-2 kira-kira sama panjang Aponomm
dibandingkan lebarnya …………………………………. a

Haemaphy
salis

4  Alat Mulut, lebih panjang dibandingkan basis


kapituli, segmen ke-2 palpus lebih panjang
dibandingkan lebarnya …………… 5
 Alat Mulut, kira-kira sama panjangnya
dibandingkan basis kapituli, segmen ke-2 palpus 6
hampir sama panjangnya dibandingkan dengan
lebarnya ……………..
5  Mata, sub-marginal, yang jantan dengan keping
adanal, Skutum tidak berornamen
……………………………… Hyalomm
 Mata, marginal, yang jantan tanpa keping adanal, a
Skutum biasanya berornamen …………………………..
Amblyom
ma

6  Feston, ada ………………………………..……………. 7


 Feston, tidak ada ……………………………………….
8

7  Jantan, memiliki keping preanal, adanal dan


keping tambahan tidak ada, Koksa kaki ke-4 sangat
membengkak …………… Margarop
 Jantan, tidak memiliki keping preanal, terdapat us
keping adanal dan keping tambahan, Koksa kaki ke-4
tidak terlalu membengkak Boophilus
……………………………………..
16
8  Skutum bisanya berornamen, Keping Ventral Dermacen
tidak ada …...… tor
 Skutum tidak berornamen, Keping Ventral
kadang-kadang ada atau tidak 9
……………………………………
9  Keping Ventral ada pada yang jantan Rhipiceph
…………………. alus
 Keping Ventral tidak ada pada kedua jenis
kelamin……….….. 10

1  Basis Kapituli berbentuk segi enam disebelah Rhipicent


0 dorsal …. or
 Basis Kapituli segi empat disebelah dorsal
……………. Anocentor

17
Protozoa yang bisa ditemukan pada Darah

Leucocytozoon sp. Anaplasma marginale Anaplasma centrale

Babesia gibsoni Babesia microti Babesia bigemina

Babesia bovis Babesia divergens Babesia equi

18
Babesia apes Babesia rhodaini Plasmodium gallinaceum

Haemoproteus columbae Leucocytozoon simondi Leococytozoon smithi

Theileria parva Theileria annulata Tripanosoma

Protozoa yang bisa ditemukan pada feses:

Cyst Balantidium Tropozoit Balantidium ookista Coccidia

19
Ookista Cryptosporidium Kista Entamoeba Ookista Eimeria

Kista Giardia Tropozoit Giardia ookista Sarcocystis

Ookista Toxoplasma Ookista Toxoplasma bersporulasi

Cacing Nematoda Strongyloides

20
Strongyloides
ratti

Cacing Bunostomum phlebotomum

Ujung posterior Ujung posterior


jantan betina

Ujung
anterior

Cacing Strongylus pada kuda

21
Ujung anterior Ujung anterior
Strongylus Strongylus
Bbrp Strongylus edentatus vulgaris
kuda

Cacing Oesophagustomum radiatum

Cacing nodul pd Ujung Ujung Ujung


usus besar anterior posterior posterior
cacing cacing

Cacing Oesophagustomum dentatum

Cacing Ujung anterior Ujung Ujung


betina posterior posterior

Cacing Syngamus trachea

22
Cacing Ujung Ujung Ujung Ujung
dewasa anterior anterior posterior posterior
jantan jantan betina

Cacing Haemonchus

Cacing Metastrongylus

23
Trichostrongylus

Nematodirus

Heterakis

Ascaridia galli
24
Ascaris suum dan Toxocara vitulorum

Toxocara canis

Toxocara cati

25
Parascaris equorum

Oxyuris equi

Habronema megastoma

26
Tetrameres Americana

Thelazia rhodesi

Spirocerca lupi

27
Dirofilaria immitis

Trichuris suis

28
Trematoda Fasciola gigantica , F.hepatica dan telur

Dicrocoelium chinensis

Eurytrema pancreaticum

29
Echinostoma revolutum

Trematoda Rumen (Pharamphistomum) dan telur Pharamphistomum + Fasciola

Schistosoma japonicum

30
Cestoda
Moniezia expansa

Raillietina cesticillus

Diphyllobothrium
31
32
33
34
35
36
37
38

Anda mungkin juga menyukai