LABORATORIUM PARASITOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
MATERI PRAKTIKUM
1
ILMU PENYAKIT PARASITER VETERINER
Metoda kerja
Alat dan bahan, alat yang dipergunakan : lidi, gelas obyek, gelas penutup dan mikroskop, sedangkan
bahan yang diperlukan adalah tinja dan akuades
Tinja diambil sebesar pentolan korek api, ditaruh diatas gelas obyek .
Tetesi dengan 1 - 2 tetes akuades, kemudian dengan batang lidi diaduk hingga homogen dan elemen
tinja yang besar (kasar) dibuang
Tutup dengan gelas penutup
Periksa dengan mikroskop pembesaran obyektif 40X
Prinsip pengendapan, menggunakan cairan yang memiliki berat jenis (BJ) yang lebih rendah
dibandingkan dengan BJ telur cacing, sehingga telur cacing akan mengendap.
Bahan dan alat, bahan yang dipergunakan adalah tinja dan akuades, sedangkan alat yang dipergunakan
antara lain : gelas beker, saringan teh, tabung sentrifuse dan sentrifugator, gelas obyek, gelas penutup dan
mikroskop
Tinja sebesar biji kemiri (± 3 gram) dimasukkan kedalam gelas beker, tambahkan akuades sampai ± 30
ml (konsentrasinya kira-kira 10%), kemudian aduk sampai homogen.
Saring memakai saringan teh untuk menyingkirkan bagian yang berukuran besar.
• Masukkan kedalam tabung sentrifuge sampai ¾ volume tabung
Sentrifuge dengan kecepatan 1.500 rpm selama 2 – 3 menit
2
Tabung sentrifuge dikeluarkan dari dalam sentrifugator, supernatannya dibuang dengan cara dituangkan,
sedimen yang ada didasar tabung diambil sedikit menggunakan lidi. Taruh di atas obyek glas.
Buatlah preparat seperti pemeriksaan langsung
Periksa dengan mikroskop pembesaran obyektif 40X
1.2.1. Konsentrasi Pengendapan dengan Sodium Acetic Formaldehyde (SAF) / Metode Ritschi.
Alat dan bahan, alat yang diperlukan : corong, kain kasa, tabung sentrifuse, sentrifugator, gelas obyek,
gelas penutup dan mikroskop. Bahan yang dipergunakan : larutan SAF, NaCl fisiologis dan ether
Tinja yang akan diperiksa sebelumnya telah disimpan (diawetkan) dalam larutan SAF
Kocok tinja, saring dengan kain kasa dan cairannya ditampung dalam tabung sentrifuse
Sentrifuse dengan kecepatan 2.000 rpm selama 3 menit
Supernatan dibuang, sedimen diencerkan (ditambah) dengan 7 ml NaCl fisiologis dan 2 ml ether dan
aduk sampai homogen.
Sentrifuse dengan kecepatan 2.000 rpm selama 3 menit
Supernatannya dibuang, sedimen diperiksa seperti pemeriksaan tinja langsung.
Hasil pemeriksaan tinja dengan metode konsentrasi sedimentasi, jika ditemukan telur cacing trematoda;
untuk membedakan antara telur Fasciola spp dengan Paramphistomum spp (karena bentuk dan ukurannya
sama) maka diperlukan pemeriksaan Parfitt and Banks dengan metoda seperti berikut :
3
13. Kemudian endapan paling bawah disedot dengan pipet, taruh diatas objek gelas dan ditutup dengan
deckglas
14. Periksa menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100X
Telur cacing fasciola sp. nampak berwarna kunig keemasan, sedangkan telur Paramphistomum sp. Transparan
atau kebiru-biruan.
Prinsip pengapungan, menggunakan cairan dengan berat jenis (BJ) yang lebih tinggi dibandingkan BJ
telur, sehingga telur cacing akan mengapung.
Pemeriksaan tinja dengan Konsentrasi pengapungan, bisa menggunakan beberapa zat pengapung. Zat
pengapung yang sering dipergunakan pada pemeriksaan tinja di laboratorium adalah : garam jenuh dan gula
jenuh atau gula sheater
Bahan dan alat, bahan yang dipergunakan adalah tinja, akuades dan larutan pengapung, sedangkan alat
yang dipergunakan antara lain : gelas beker, saringan teh, tabung sentrifuse dan sentrifugator, pipet pasteur, rak
tabung reaksi, gelas obyek, gelas penutup dan mikroskup.
Tinja sebesar biji kemiri (± 3 gram) dimasukkan kedalam gelas beker, tambahkan akuades sampai ± 30
ml (konsentrasinya kira-kira 10%), kemudian aduk sampai homogen.
Saring memakai saringan teh untuk menyingkirkan bagian yang berukuran besar.
Masukkan kedalam tabung sentrifuge sampai ¾ volume tabung
Sentrifuge dengan kecepatan 1.500 rpm selama 2 – 3 menit
Tabung sentrifuge dikeluarkan dari dalam sentrifugator, supernatannya dibuang dengan cara dituangkan
Tambahkan larutan pengapung sampai ¾ volume tabung, aduk hingga homogen, kemudian dimasukkan
lagi kedalam sentrifugator dan disentrifuge dengan kecepatan 1.500 rpm selama 2 – 3 menit
Tabung sentrifuge secara hati-hati dikeluarkan dari dalam sentrifugator dan selanjutnya ditaruh pada rak
tabung reaksi dengan posisi tegak lurus.
Tambahkan cairan pengapung secara perlahan-lahan dengan cara ditetesi menggunakan pipet pasteur
sampai permukaan cairan cembung (penambahan cairan pengapung tidak boleh sampai tumpah)
4
Tunggu selama 1 – 2 menit dengan tujuan memberikan kesempatan telur cacing untuk mengapung
kepermukaan
Ambil gelas penutup, kemudian disentuhkan pada permukaan cairan pengapung dan setelah itu
tempelkan diatas gelas obyek .
Periksa dengan mikroskop pembesaran obyektif 40X
Macam Larutan Pengapung.
Larutan Garam (NaCl) Jenuh, Magnesium sulfat (Garam Inggris/MgSO4) dan Gula Jenuh, larutan gula
sheater, dapat mengapungkan telur cacing kelas Nematoda (kecuali Metastrongylus sp), Kestoda serta
Ookista dan Kista dari Protozoa.
Larutan (Potassium Mercuri Iodide, Seng Chlorida , dapat mengapungkan telur cacing kelas Nematoda,
Kestoda dan Trematoda.
Bahan dan alat, bahan yang dipergunakan tinja, akuades sedangkan alat yang dipergunakan, timbangan,
gelas ukur, gelas beker, saringan teh, alat pengaduk magnetik, pipet ukur, gelas obyek, gelas penutup dan
mikroskop.
Tinja ditimbang (harus ditimbang) seberat 3 gram, masukkan kedalam gelas ukur
Tambahkan akuades sampai volumenye menjadi 45 cc, diaduk hingga homogen dan kemudian disaring
dengan saringan teh dan filtratnya ditampung dengan gelas beker
Aduk dengan alat pengaduk magnetik, kemudian cairannya disedot sebanyak 0,15 cc dan diteteskan
diatas geles obyek dan ditutup dengan gelas penutup (mengingat filtrat yang akan diperiksa tidak cukup
hanya sekali tetes, maka filtrat diteteskan pada beberapa gelas obyek sampai habis, kemudian masing-
masing ditutup dengan gelas penutup).
Periksa dengan mikroskop pembesarkan obyektif 40X
5
Total Telur Per Gram Tinja (TTPG) atau Total Telur Gram Tinja (TTGT) atau Telur Per Gram Tinja
(TPG) atau Egg Per Gram (EPG) tinja didapat dengan melakukan perhitungan : total telur yang ditemukan pada
semua gelas obyek X 100.
Bahan dan alat, bahan yang dipergunakan tinja, akuades dan larutan pengapung, sedangkan alat yang
dipergunakan, timbangan, gelas ukur, saringan teh, gelas beker, pengaduk magnetik, pipet pasteur, kamar hitung
Mc Master dan mikroskop
3. Pemeriksaan Arthropoda
Bahan yang akan dipergunakan : kerokan kulit, larutan KOH 10%,dan entelan. Alat yang dipergunakan :
mikroskop sterio, telapa petri, gelas obyek, gelas penutup.
Pengerokan kulit dilakukan tepat pada perbatasan antara kulit yang normal dengan yang mengalami
perubahan (lesi). Kerokan kulit ditaruh didalam telapa petri, tambahkan sedikit KOH 10% dan periksa dibawah
mikroskop sterio. Jika terlihat adanya tungau, dipindahkan ke atas gelas obyek menggunakan jarum, tetesi
6
dengan canada balsem dan akhirnya tutup dengan gelas penutup. Setelah kering periksan dengan mikroskop
untuk identifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologinya.
Pemeriksaan artropoda Makroskopis, bisa dilakukan dengan 3 cara, antara lain : (1) Langsung, (2) Semi
permanen dan (3) Permanen. Indentifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologi dan beberapa diantaranya berdasarkan
kunci yang ada.
Setelah artropoda dibunuh dengan ether, ditaruh diatas gelas obyek dan kemudian diperiksa dengan
mikroskop untuk tujuan identifikasi.
Setelah artropoda terbunuh, ditaruh diatas gelas obyek, tubuh artropoda kemudian ditusuk dengan jarum,
secara perlahan-lahan dengan menggunakan dua gelas obyek tubuh artropoda tersebut dijepit sampai keluar
cairannya. Keringkan dengan menghisap bagian yang cair. Tetesi entelan dan tutup dengan gelas penutup.
Setelah kering periksa dengan mikroskop untuk identifikasi berdasarkan ciri morfologinya
3.2.3 Permanen
1. Pembersihan (Clearing), caranya merendam dalam larutan KOH 10% sambil dipanaskan (tetapi tidak
boleh mendidih), atau dibiarkan pada suhu kamar beberapa jam sampai terlihat transparan.
2. Pengeluaran cairan (dehidrasi), caranya merendam secara berurutan kedalam larutan alkohol : (30%,
50%, 70%, 95% ) masing-masing selama 10 menit
3. Penempelan (fiksasi), caranya menempelkan artropoda pada gelas obyek, serta mengatur posisi sesuai
dengan yang diinginkan. (Pengaturas posisi dilihat dengan mikroskop sterio kemudian diatur
menggunakan jarum)
4. Penjernihan, caranya artropoda yang telah terfiksasi ditetesi minyak kayu putih secukupnya selama
minimal 15 menit.
5. Perlekatan, artropoda dikeringkan menggunakan kertas pengering, kemudian tetesi entelan dan terakhir
tutup dengan gelas penutup.
Pemeriksaan, periksa dengan mikroskop untuk tujuan identifikasi berdasarkan ciri morfologinya
4. Pemeriksaan Darah
7
4.1.Pemeriksaan Langsung
Satu atau dua tetes darah yang masih segar diletakkan di atas gelas obyek, kemudian ditutup dengan
cover glas. Diperiksa secara langsung dibawah mikroskup dengan pembesaran 100x atau 400x. Dengan cara ini
protozoa yang hidup dapat diamati.
8
Pewarnaan terhadap sediaan apus darah tebal
- Teteskan darah yang akan diperiksa di atas obyek glas, keringkan di udara
- Tuangkan di atasnya MgSO4 0,1%. Tunggu 5 – 10 menit.
- MgSO4 yang telah kemerah-merahan dibuang. Cuci perlahan dengan air ledeng yang alirannya
kecil
- Buang cairan yang ada di atas sediaan dan biarkan menetes.
- Fiksasi dengan methyl alkohol selama 5 – 10 menit.
- Teteskan larutan Giemsa (atau zat pewarna lainnya). Tunggu 20-40 menit.
- Cuci perlahan-lahan, keringkan. Lihat di bawah mikroskup.
30°
Preparat apus
9
IDENTIFIKASI ARTHROPODA
1) LALAT
Pengamatan untuk membedakan spesies lalat, dilihat dari :
- Ukuran
- Bentukan atau garis pada thorax dan abdomen
- Venasi sayap
- bentuk kepala dan tipe mulut
10
2. NYAMUK
Pengamatan untuk membedakan spesies nyamuk, dilihat dari :
- Ukuran
- Bentuk thorax dan abdomen
- Bentuk dan morfologi khusus pada sayap
- bentuk kepala dan tipe mulut
11
3. KUTU
a) Ciri Umum :
- Pipih ventrodorsal
- Abdomen sangat lebar
- Thorax kecil /pendek
- Kaki terletak pada thorax sebanyak 3 pasang
- Bentuk kepala membedakan golongan kutu (penghisap, penggigit, atau peralihan)
Haematopinus
b) Contoh spesies kutu : eurysternus
- Columbicola columbae (unggas)
- Damalinia ovis
- Damalinia bovis
- Menacanthus sp.
- Phtirus pubis
- Pedunculus humanus
- Lipeurus caponis
- Felicola subrostata
- Tricodectes canis
4. PINJAL
a) Ciri Umum :
- Pipih bilateral
- Memiliki sepasang kaki belakang yang panjang dan kuat untuk melompat
- Bentuk kepala membulat dengan genal comb
- Kaki depan pendek
- Abdomen besar, thorax pendek
12
Ctenocephalides felis
5. CAPLAK
a) Ciri Umum :
- Pipih ventrodorsal
- Lapisan chitin tebal
- Abdomen pada betina tidak tertutup chitin
- Kaki 4 pasang
- Memiliki mulut tipe penghisap dengan gigi
Ixodes ricinus
Psoroptes sp.
14
KUNCI IDENTIFIKASI GENUS IXODIDAE, menurut Strick’ dkk (1976) dalam Soulsby, (1982)
YANG PENTING (Menurut James & Harwood, 1962) Dalam Levive, 1990.
Haemaphy
salis
17
Protozoa yang bisa ditemukan pada Darah
18
Babesia apes Babesia rhodaini Plasmodium gallinaceum
19
Ookista Cryptosporidium Kista Entamoeba Ookista Eimeria
20
Strongyloides
ratti
Ujung
anterior
21
Ujung anterior Ujung anterior
Strongylus Strongylus
Bbrp Strongylus edentatus vulgaris
kuda
22
Cacing Ujung Ujung Ujung Ujung
dewasa anterior anterior posterior posterior
jantan jantan betina
Cacing Haemonchus
Cacing Metastrongylus
23
Trichostrongylus
Nematodirus
Heterakis
Ascaridia galli
24
Ascaris suum dan Toxocara vitulorum
Toxocara canis
Toxocara cati
25
Parascaris equorum
Oxyuris equi
Habronema megastoma
26
Tetrameres Americana
Thelazia rhodesi
Spirocerca lupi
27
Dirofilaria immitis
Trichuris suis
28
Trematoda Fasciola gigantica , F.hepatica dan telur
Dicrocoelium chinensis
Eurytrema pancreaticum
29
Echinostoma revolutum
Schistosoma japonicum
30
Cestoda
Moniezia expansa
Raillietina cesticillus
Diphyllobothrium
31
32
33
34
35
36
37
38