Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH

ILMU PENYAKIT DALAM VETERINER II

“PENYAKIT HIDROTHORAX PADA HEWAN BESAR”

KELAS 2016 C

Cikal Farah Irian Jati Saweng 1609511060


Ni Made Wirani Ari Tiasnitha 1609511065
Anggia Yustisia 1609511067
I Wayan Gede Aerawata 1609511068
Elysabeth Vanessa Tirta Santi 1609511070
I Putu Krisna Ardhia Pradnyandika 1609511071
Adelia Putri 1609511072
Citra Yudeska 1609511073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2019
A. DEFINISI PENYAKIT
Hidrothoraks adalah hasil dari efusi transudatif yang disebabkan oleh gangguan dalam
keseimbangan pada pembentukan dan penyerapan cairan pleura. Hidrothoraks merupakan
suatu indikator adanya suatu penyakit dasar baik itu pulmoner maupun non pulmoner, akut
maupun kronis. Hipoalbuminemia, gagal jantung kongestif, gagal jantung sisi kanan adalah
penyebab paling umum dari hidrothoraks. Hidrothoraks secara umum diklasifikasikan
sebagai transudat dan eksudat, bergantung dari mekanisme terbentuknya serta profil kimia
cairan efusi tersebut. Cairan transudat dihasilkan dari ketidakseimbangan antara tekanan
hidrostatik dan osmotik, sementara eksudat dihasilkan oleh proses inflamasi pleura ataupun
akibat berkurangnya kemampuan drainase limfatik. Pada kasus-kasus tertentu, cairan pleura
dapat memiliki karakteristik kombinasi dari transudat dan eksudat.

B. ETIOLOGI
Efusi pleura atau hydrothorax merupakan suatu keadaan dimana terjadi akumulasi
cairan pleura berlebihan dalam rongga pleura (Salmah, 2018). Hidrotorak atau Efusi pleura
merupakan penumpukan cairan didalam ruang pleura yang disebabkan oleh peningkatan
tekanan negatif intra pleura, penurunan tekanan osmotik koloid darah, tekanan kapiler
subpleural, dan adanya imflamasi atau neoplastik. Proses penumpukan cairan bisa terjadi
karena radang. Bila proses radang terjadi karena bakteri piogenik akan terbentuk nanah,
sehingga bisa juga terjadi emfisema/piothoraks. Penyakit lain yang mungkin mendasari
terjadinya efusi pleura antara lain chylothorax, Feline Infectious Peritonitis ,pyothorax,
pneumonia, empiema toraks, sirosis hepatis, gagal jantung kongestif, dan lain-lain.
Ada 2 jenis efusi:
a. Efusi pleura transudativa : disebabkan oleh suatu kelainan tekanan normal di dalam paru-
paru,
b. Efusi pleura eksudativa : Peradangan pada pleura yang sering disebabkan oleh penyakit
paru- paru

C. PATOGENESIS
Cairan di rongga pleura jumlahnya tetap karena ada keseimbangan antara produksi oleh
pleura parientalis dan absorbsi oleh pleura viceralis. Keadaan ini dapat dipertahankan karena
adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura parientalis dan tekanan koloid
osmotic pleura viceralis. Secara garis besar akumulasi cairan pleura disebabkan karena dua
hal yaitu:

1) Pembentukan cairan pleura berlebih. Hal ini dapat terjadi karena peningkatan:
permeabilitas kapiler (keradangan,neoplasma), tekanan hidrostatis di pembuluh darah
ke jantung / vena pulmonalis ( kegagalan jantung kiri ), tekanan negatif
intrapleura(atelektasis ). Ada 3 faktor yang mempertahankan tekanan negatif paru
yang normal ini:
 Pertama, jaringan elastis paru memberikan kontinyu yang cenderung menarik
paru-paru menjauh dari rangka thoraks.
 Faktor kedua dalam mempertahankan tekanan negatif intra pleura adalah kekuatan
osmotik yang terdapat di seluruh membran pleura.
 Faktor ketiga yang mendukung tekanan negatif intrapleura adalah kekuatan
pompa limfatik. Sejumlah kecil protein secara normal memasuki ruang pleura
tetapi akan dikeluarkan oleh sistem limfatik dalam pleura parietalis. Ketiga faktor
ini kemudian, mengatur dan mempertahankan tekanan negatif intra pleura normal.
2) Penurunan kemampuan absorbsi sistem limfatik. Hal ini disebabkan karena beberapa
hal antara lain: obstruksi stomata, gangguan kontraksi saluran limfe, infiltrasi pada
kelenjar getah bening, peningkatan tekanan vena sentral tempat masuknya saluran
limfe dan tekanan osmotik koloid yang menurun dalam darah, misalnya pada
hipoalbuminemia. Sistem limfatik punya kemampuan absorbsi sampai dengan 20 kali
jumlah cairan yang terbentuk.
Eksudat pleura lebih pekat, tidak terlalu jernih, dan agak menggumpal. Cairan pleura
jenis ini biasanya terjadi karena rusaknya dinding kapiler melalui proses suatu penyakit,
seperti pneumonia atau TBC, atau karena adanya percampuran dengan drainase limfatik, atau
dengan neoplasma. Bila efusi cepat permulaannya, banyak leukosit terbentuk, dimana pada
umumnya limfatik akan mendominasi.
Efusi pleura tanpa peradangan menghasilkan cairan serous yang jernih, pucat, berwarna
jerami, dan tidak menggumpal, cairan ini merupakan transudat., biasanya terjadi pada
penyakit yang dapat mengurangi tekanan osmotic darah, kebanyakan ditemukan pada pasien
yang menderita oedema umum sekunder terhadap penyakit yang melibatkan jantung, ginjal,
atau hati.
D. GEJALA KLINIS
Gejala klinis hidrothoraks dapat diketahui dengan gangguan pernafasan. Gejala klinis
yang ditemukan dapat berupa sesak nafas serta riwayat sakit jantung. tachypnea, sulit
bernafas, respirasi yang dangkal, penurunan suara bronchovesicular paru pada dependant
portion dari thorax atau peningkatan suara bronchovesicular pada remainder dari thorax,
serta adanya hyporesonance sounds saat dilakukan perkusi pada dasar thorax. Batuk-batuk
jarang sekali menyertai pleural disease tetapi dapat ditemukan pada gangguan yang berasal
dari paru-paru atau saluran pernafasan.
Selain itu gejala lainnya adalah mudah lelah, lebih cepat merasa sesak nafas dengan
aktivitas biasa (dyspnea), nafas cepat (takipnea), dan kelemahan. Pada auskultasi dapat
terdengar suara ronki atau crakles.
E. DIAGNOSIS
Diagnosa awal dilihat dari gejala klnis. Prosedur pemeriksaan pertama kali adalah
pemeriksaan fisik, yakni auskultasi pada daerah rongga thorax, apakah ada cairan di daerah
tersebut. Setelah itu, untuk memastikan diagnosa adanya efusi pleura, maka dilakukan
pemeriksaan radiografi. Echocardiography sangat membantu untuk mendiagnosis
hidrothorax.
CT scan pada bagian dada harus dilakukan pada semua pasien dengan dugaan
hidrothorax hati untuk mengevaluasi paru-paru, pleura atau penyakit mediastinum yang
dapat menyebabkan akumulasi cairan. CT juga dapat menampakkan ascites, jika terlihat,
dapat membantu dalam diagnosis hidrothorax hati. USG hati membantu untuk
mengidentifikasi masses, dan doppler studi dari portal dan hepatic veins digunakan untuk
menilai patensi.
Thoracentesis adalah tes diagnostik pilihan pada pasien yang dicurigai menderita
hidrothorax hati. analisis cairan pleura biasanya menunjukkan transudat. Meskipun cairan
pleura terakumulasi dari ascites yang bermigrasi, mungkin berbeda pada konsentrasi protein
total dan albumin bila dibandingkan dengan ascites, hal ini bisa saja disebabkan karena sifat
serap yang berbeda dari thoracic pleura. Thoracocentesis dilakukan dalam keadaan
teranestasi. Untuk memastikan apakah cairan yang ada adalah chyle atau bukan, maka juga
dilakukan pemeriksaan pendukung yaitu tes darah, lebih tepatnya uji kandungan trigliserida.
Apabila kasus yang terjadi adalah chylothorax maka kadungan trigliserida pada cairan
rongga thorax lebih tinggi daripada kandungan trigliserida pada darah.
Analisis sitologi harus dilakukan pada cairan pleura jika dicurigai malignancy
(kecenderungan kondisi medis menjadi semakin buruk). Pada pasien dengan demam, nyeri
pleuritik dan / atau ensefalopati, fluid gram stain dan kultur harus diperoleh dan efusi
parapneumonik atau infeksi dari hidrothorax hati (spontaneous bacterial empyema [SBEM])
harus dicurigai. Kriteria untuk mendiagnosis SBEM termasuk serum / cairan pleura nilainya
> 1,1 g / dL, polimorfonuklear(PMN) leukosit> 500 mm 3 atau kultur cairan positif dengan
tidak adanya pneumonia atau infeksi yang berdekatan.
Bakteri umumnya terkait dengan peritonitis bakteri spontan (SBP) mirip dengan yang
ditemukan di SBEM dan termasuk E. Coli, Streptococcus, Enterococcus, Klebsiella atau
Pseudomonas dan sekitar 50% dari episode SBEM berhubungan dengan spontaneous
bacterial peritonitis. Hidrothorax hati harus dicurigai pada pasien dengan riwayat hipertensi
portal dan / atau sirosis yang disertai dengan efusi pleura.
F. PENANGGULANGAN
Tujuan pengobatan dari efusi pleura adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk
mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta
dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (contoh: gagal jantung
kongestif, pneumonia, sirosis). Perawatan segera untuk efusi pleura pada hewan termasuk
menghilangkan distres pernapasan dapat dilakukan dengan pemberian oksigen dan
memberikan cairan untuk hewan yang menderita dehidrasi. Perawatan lebih lanjut seringkali
tergantung pada penyebab mendasar dari penumpukan cairan.
Efusi pleura karena kanker dapat diobati dengan kemoterapi atau radiasi, dan infeksi
dapat diobati dengan pemberian antibiotik. Dalam kasus chylothorax, treatment yang
dilakukan dapat berupa penanganan secara medis ataupun operasi, tergantung dari penyebab
efusi. Terapi medis yang dilakukan dapat berupa thoracocentesis yang bertujuan untuk
membuang akumulasi cairan dan mengurangi gangguan klinis dari susah bernafas. Dietary
management juga dapat dilakukan dengan member makanan rendah lemak untuk
mengurangi jumlah lipid yang diserap melalui intestine lymphatic.
Prognosis dapat sangat bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasarinya, pada
hewan besar dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu:
 Menyedot cairan yang ada didalam rongga thorax dengan menggunakan canule melalui
daerah intercoste bagian caudal.
 Melakukan bedah thorax untuk mengeluarkan cairan, namun penanganan dengan
operasi biasanya dilakukan ketika terapi medis yang dilakukan tidak berhasil.
Pembedahan yang dilakukan adalah Thoracic Duct Ligation, dengan melakukan sayatan
diantara rusuk. Ligase dilakukan pada titik yang paling dekat dengan diafragma, dari
arah caudal rongga thorax. Tujuannya adalah untuk membuat saluran limfatik baru
menuju vena di daerah abdomen sehingga chyle yang ada tidak lagi terakumulasi di
rongga thorax. Teknik pembedahan lainnya adalah Cisterna Chyle Ablation. Yaitu
prinsipnya adalah menghancurkan cisterna chyle yang merupakan reservoir chyle,
sehingga tubuh akan membuat jalur alternative lymphatic fluid agar masuk mengikuti
aliran darah, jadi akan mengurangi tekanan pada thorax.
DAFTAR PUSTAKA

Cowan Scott, friedberg joseph. 2016. Pleural Disease: Hepatic Hidrothorax and Hemothorax.
https://www.clinicaladvisor.com/critical-care-medicine/pleural-disease-hepatic-hidrothorax-
and-hemothorax/article/587626/. Diakses : 16 Februari 2018
Ettinger, Feldman. 2005.Textbook of Veterinary Internal Medicine. Diseases of the dog and cat.
6th ed. Elsevier Inc. pp.204-207.
Karlapudi Satish Kumar, and Palaniswamy Ramesh. 2007. Chylothorax associated with lunglobe
torsion in a dog - a case report. Veterinarski Arhiv 77 (6), 561-566, 2007. Department of
Veterinary Clinical Medicine, College of Veterinary Science, Sri Venkateswara Veterinary
University, (formerly A.N.G.R. Agricultural University), Rajendranagar, Hyderabad,
Andhra Pradesh, India
Salmah, Shelly, Ariani Said Culla. 2018. Identification of Mycobacterium Tuberculosis by
Polymerase Chain Reaction (PCR) test and its Relationship to MGG Staining of Pleural
Fluid in Patiens With Suspected Tuberculous Pleural Effusion. Nusantara Medical Science
Journal.
Weldearegay, Y. B., et al. 2016. Proteomic characterization of pleural effusion, a specific host
niche of Mycoplasma mycoides sub sp. mycoidesfrom cattle with contagious bovine
pleuropneumonia (CBPP). Journal of Proteomics. Volume 131. Pages 93-103

Anda mungkin juga menyukai