Toxoplasma gondii
Disusun Oleh
Nadia Muslimah Annisa
NIM. I1A013028
Kelompok 9
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
BANJARMASIN
September, 2014
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................. . i
KATA PENGANTAR .................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ....................................................... 2
C. Rumusan Masalah ..................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................. 3
A. Taksonomi Toxoplasma gondii .................................. 3
B. Morfologi Toxoplasma gondii .................................... 4
C. Epidemiologi Toxoplasma gondii............................... 5
D. Siklus Hidup Toxoplasma gondii ............................... 7
E. Gejala Klinis ............................................................... 8
F. Pencegahan dan Pengobatan ....................................... 9
BAB 3 PENUTUP ....................................................................... 15
A. Kesimpulan ................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada
hewan yang dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh
sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma gondii, yaitu suatu parasit
intraselluler yang banyak terinfeksi pada manusia dan hewan peliharaan.
Parasit ini diidentifikasi oleh Nicolle dan Manceaux, di Afrika Utara Rodent.
Host nya bisa terdapat pada manusia ataupun hewan berdarah panas. Penderita
toxoplasmosis sering tidak memperlihatkan suatu gejala klinis yang jelas
sehingga dalam menentukan diagnosis penyakit toxoplasmosis sering
terabaikan dalam praktek dokter sehari-hari. Infeksi ini bisa terjadi karena
congenital dan kehamilan. Apabila penyakit toxoplasmosis mengenai wanita
hamil trismester ketiga dapat mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis,
tuli atau epilepsy. (Zineb Tlamani, et al, 2013. Abolghasem S. P, et al 2013)
Infeksi Toxoplasma tersebar luas dan sebagian besar berlangsung
asimtomatis, meskipun penyakit ini belum digolongkan sebagai penyakit
parasite yang diutamakan pemberantasannya oleh pemerintah, tetapi beberapa
penelitian telah dilakukan di beberapa tempat untuk mengetahui derajat
distribusi dan prevalensinya. Indonesia sebagai negara tropik merupakan
tempat yang sesuai untuk perkembangan parasit tersebut. Keadaan ini
ditunjang oleh beberapa factor seperti sanitasi lingkungan dan banyak sumber
penularan terutama kucing dan sebangsanya (Felidae) (Adyatma, 1980 ;
Levine, 1990).
Toksoplasmosis menyerang berbagai jenis hewan mamalia dan unggas,
dapat pula menular kepada manusia. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru
dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat endemic pada hewan maupun
manusia, meskipun jumlah kasus relative kecil(3). Penyakit toxoplasmosis
biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi penyakit ini juga dapat
menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan peliharaan
BAB II
PEMBAHASAN
Klasifikasi
Kerajaan:
Protista
Filum:
Apicomplexa
Kelas:
Conoidasida
Upakelas:
Coccidiasina
Ordo:
Eucoccidiorida
Famili:
Sarcocystidae
Genus:
Toxoplasma
Spesies:
T. gondii
oleh Sabin dan Feldman (1948), zat anti T. Gondii ditemukan kosmopolit,
terutama didaerah dengan iklim panas dan lembab. ( Soejoto, 1996).
B. Morfologi Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondii terdapat dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk
poriferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit).
1. Bentuk Takizoit (Bentuk Poriferatif), Takizoit memiliki ciri-ciri:
a. menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain
agak membulat.
b. Ukuran panjang 4 - 8 mikron, lebar 2 - 4 mikron dan mempunyai
selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa
organel lain seperti mitokondria dan badan golgi.
c. Tidak mempunyai kinetoplas dan sentrosom serta tidak berpigmen.
Bentuk ini terdapat di dalam tubuh hospes perantara seperti burung
dan mamalia termasuk manusia dan kucing sebagal hospes definitif.
d. Takizoit ditemukan pada infeksi akut dalam berbagai jaringan tubuh.
e. Takizoit dapat memasuki tiap sel yang berinti.
ditemukannya
siklus
seksualnya
pada
kucing.
Setelah
dikembangkannya test serologis yang sensitive oleh Sabin dan Feldman maka
diketahui bahwa zat anti Toxoplasma gondii
Tempat
Hongkong
Hewan
Frekuensi
Peneliti
- Babi
70,6 %
- Anjing
29.4 %
- Babi
30.5 %
- Kucing
27.7 %
- Babi
28,0 %
Koesharyono &
- Anjing
76.5 %
Gandahusada
- Kucing
77.7 %
Kalimantan
- Kambing
60,7 %
Selatan
- Kucing
40,3 %
Taiwan
Jakarta
Ludlam Chabra
Dufee
Dufee
Tempat
Frekuensi
Peneliti
tahun
Kalimantan barat
3%
Cross
1976
Sulawesi tenggara
8%
Clark
1973
Sulawesi utara
8%
Sumatera utara
9%
Cross
1975
Surabaya
9%
Yamamoto
1970
Jawa tengah
10 %
Cross
1975
Jawa barat
20 %
1973
Kalimantan selatan
31 %
Ujung pandang
60 %
Rasiyanto
1976
dalam sel hospers bila takizoit yang memblah telah membentuk dinding.
Ukuran kista berbeda-beda; ada kista yang kecil mengandung beberapa
organism dan ada yang berukuran 200 mikron berisi 3000 organisme. Kista
jaringan dapat ditemukan didalam hospes seumur hidup terutama di otak
bergaris. Di otak kista berbentuk lonjong dan bulat, sedangkan di otot, kista
mengikuti bentuk sel otot (Monotoyama, 2004)
Cara infeksi :
1. Pada toxoplasmosis konginetal transmisi toxoplasma kepada janin terjadi in
utero melalui plasenta, bila ibunya mendapat infeksi primer waktu hamil.
2. Pada toxoplasmosis akuisita infeksi dapat terjadi, bila makan daging mntah
atau kurang matang (misalnya sate), kalau daging tersebut mengandung
kista jaringan atau takizoit Toxoplasma.
3. Pada orang yang tidak makan dagingpun dapat terjadi infeksi bila ookista
yang dikeluarkan dengan tinja kucing tertelan.
4. Infeksi juga dapat terjadi di laboratorium pada orang yang bekerja dengan
binatang percobaan yang diinfeksi Toxoplasma gondii, melalui jarum
suntik dan alat laboratorium lain yang terkontaminasi dengan Toxoplasma
gondii. ibu hamil tidak dianjurkan bekerja dengan Toxoplasma gondii yang
hidup. Infeksi dengan Toxoplasma gondii juga pernah terjadi waktu
mengerjakan autopsy.
5. Infeksi dapat terjadi dengan transplantasi organ dari donor yang mederita
toksoplasmosis laten.
6. Transfusi darah lengkap juga dapat menyebabkan infeksi.
dapat menyerang semua organ dan jaringan tubuh hospes, kecuali sel darah
merah tidak berinti. Kista jaringan dibentuk bila sudah ada kekebalan dan
dapat ditmukan diberbagai alat dan jaringan, mungkin untuk seumur hidup.
Kerusakan yang terjadi pada jaringan tubuh, tergantung pada :
1. umur, pada bayi kerusakan lebih berat daripada orang dewasa.
2. virulensi strain Toxoplasma
3. jumlah parasit, dan
4. organ yang diserang.
Lesi pada susunan saraf pusat dan mata biasanya lebih berat dan
permanen, oleh Karena jaringan ini tidak mempunyai kemampuan untuk
regenerasi. Kelainan pada susunan saraf pusat berupa nekrosis yang disertai
dengan klasifikasi. Pada toksoplasmosi kongnital, nekrosis pada pada otak
lebih sering di korteks, ganglia basal dan daerah periventrikular. Penyumbatan
akuaduktus
Sylvii
atau
foramen
Monro
oleh
karena
ependimitis
Toksoplasmosis akuista
Infeksi pada orang dewasa biasanya tidak diketahui oleh karena jarang
menimbilkan gejala (asimtomatik). Bila seseorang ibu hamil mendapat infeksi
primer, maka ia dapat melahiran anak toksomoplasmosis congenital.
Manifestasi klinis yang paling sering dijumpai pada toksomoplasmosis akuista
akut adalah limfadenopati (servikal, suprakalvikular, axial, inguinal, dan
oksipital), rasa lelah, demam, nyeri otot, dan rasa sakit kepala. Gejalanya
mirip mononucleosis infeksiosa pada toksoplasmosis akuista. Toxoplasma
menyebabkan
infeksi
oportunistik
yang
disebabkan
imunosupresi
Toksoplasmosis kongenital.
Gambaran klinis toksomoplasmosis congenital dapat bermacammacam antara lain prematuritas, retardasi
postmaturitas,
retinokoroiditis,
strabismus
pertumbuhan intrauterine,
retinokoroiditis,
strabismus,
fetalis dan triad klasik yang terdiri atas hidrosephalus, retinokoroiditis dan
perkapuran (kalsifikasi) intrakarnial atau tetrad sabin jika disertai kelainan
psikomotorik (Monotoyama, 2004).
Kelainan susunan saraf pusat sering meninggalkan gejala sisa, misalnya
retardasi mental dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sitakriks pada
retina, namun dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau dewasa.
Retinokoroiditis karena toksoplasmosi pada remaja dan dewasa biasanya
akibat infeksi kongenita, jarang sekali akibat infeksi akuisita.
Pada permpuan hamil yang terinfeksi parasit ini akan mengalami
keguguran jika berada pada tahap awal kehamilan, jika tidak maka akan
menyebabkan bayi yang dikandungnya lahir premature, bahkan sampai
keatian neonatal dan terjad triad klasik sabin yang ditandai dengan
retinochoroiditis, Kalsifikasi Serebral, dan hidrosefalus. Selain itu parasit ini
juga dapat menyebabkan perubahan perilaku selama kehamilan berupa
timbulnya rasa cemas, depresi dan manifiestasi klinis lain pada abses otak,
adapula yang mengaitkan kasus ini dengan virus AIDS yaitu HIV (Katia
Denise S. B, et al, 2013).
Selain itu gangguan yang dialami ibu hamil saat terinfeksi parasit
Toxoplasma gondii ialah menunjukan gangguan prilaku seperti skizofrenia,
gangguan mood, perubahan kepribadian dan gangguan kognitif. Selanjutnya
jika infeksi bertambah parah maka akan menyebabkan adanya aborsi,
kebutaan pada bayi, keterbelakangan mental pada bayi, microcephalus,
hydrocephalus dan penyakit neurologis (Abolghasem S. P, et al, 2013).
Pada anak yang lahir premature gejala klinis lebih berat daripada yang
lahir cukup bulan, dapat diserta hepatosplenomegali, ikterus, limfadenopati,
kelainan susunan saraf pusat dan lesi mata.
Pengobatan
Obat yang dipakai untuk saat ini hanya membunuh stadium tekizoit
Toxoplasma gondii dan tidak membasmi stadium kista, sehingga obat dapat
memberantas infeksi akut, tetapi tidak dapat menghilangkan infeksi menahun,
yang dapat aktif kembali.
Pirimetamin dan sulfonamide bekerja secara sinergistik, maka dipakai
sebagai kombinasi selama tiga minggu atau sebulan. Pirimetamin menekan
homopoeiesis dan dapat menyebabkan trobosipenia dan leucopenia. Untuk
mencegah efek samping, dapat ditambahkan asam folinat atau ragi.
Perimetamin bersifat teratogenik, maka obat ini tidak dianjurkan untuk ibu
hamil.
Perimetamin diberikan dengan dosis 50 mg sampai 75 mg sehari untuk
dewasa selama 3 hari kemudian dikurangi menjadi 25 mg sehari (0,5-1mg/kg
berat badan /hari) selama beberapa minggu pada penyakit berat. Karena waktu
paruh adalah 4-5 hari, perimetamin dapat diberikan 2 hari sekali atau 3-4 hari
sekali. Asam folinat (leucovorin) diberikan 2-4 mg sehari atau dapat diberikan
ragi roti 5-10 g sehari, 2 kali seminggu.
Sulfonamide dapat menyebabkan trombositopenia dan hematuria,
diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg berat badan /hari selama beberapa
minggu atau bulan.
Spiramisin adalah antibiotic macrolide, yang tidak menembus plasenta,
tetapi ditemukan dengan konsentrasi tinggi di plasenta. Spiramisin diberikan
dengan dosis 100 mg/kg berat badan/hari selama 30-45 hari. Obat ini dapat
diberikan pada ibu hamil yang mendapat infeksi primer, sebagai obat
profilaktik untuk mencegah transmisi Toxoplasma gondii ke janin dan
kandungannya. Obat ini diberikan sampai aterm atau sampai janin terbukti
terinfeksi toxoplasma. Bila janin terbukti terinfeksi Toxoplasma gondii maka
pengobatan yang diberikan adalah pirimetamin, sulfonamide dan asam folinat
dan diberikan setelah kehamilan 12 minggu atau 18 minggu.
Klindamisin efektif untuk pengobatan toksoplasmosis, tetapi dapat
enyebabkan colitis pseudomembranosa atau colitis ulserativa, maka tidak
dianjurkan untuk pengobatan rutin pada bayi dan ibu hamil. Kortikosteroid
dengan ensefalitis
toksoplasmik. Obat
baru adalah
Atovaquon + sulfadiazine
CD4 + dipertahankan > 200 sel/mm3 selama 6 bulan pada terapi anti
retroviral
Profilaksis Primer
1. Profilaksis primer terhadap ensefalis toksoplasmik diberikan pada pasien yang
seropositif terhadap Toxoplasma dan mempunyai CD4+ <100>3
-
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan Toxoplasma gondii adalah
suatu spesies dari Coccidia yang mirip dengan Isospora. Dalam sel epitel usus
kecil kucing berlangsung daur aseksual dan daur seksual yang menghasilkan
ookista yang dikeluarkan bersama tinja.
Dalam lingkar hidupnya Toksoplasma gondii mempunyai dua fase
yaitu:
1. Fase Aseksual (skizogoni)
2. Fase Seksual (gametogoni dan sporogoni)
DAFTAR PUSTAKA
Katia Denise S.B, et al. Relevant aspects of Human toxoplasmosis. UNESP. 2013:
Vol 10 : 2052-5958.