Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Macam-Macam Metode Pemeriksaan Telur Cacing


2.1.1 Cara Langsung (Sedian Basah)
Pemeriksaan tinja secara langsung ada dua cara yaitu pemeriksaan tinja secara
langsung dengan kaca penutup dan tanpa kaca penutup. (Hadidjaja, P, 1990).
2.1.1.1 Dengan Penutup Kaca
Letakkan satu tetes cairan diatas kaca benda kemudian diambil feces (1-2
mm3 ) dengan lidi dan diratakan menjadi homogen, bila terdapat bahan yang
kasar dikeluarkan dengan lidi, kemudian ditutup dengan kaca penutup, di
usahakan 14 supaya caiaran merata dibawah kaca penutup tanpa ada gelembung
udara, kemudian dibaca dibawah mikroskopdengan perbesaran 10x. (Hadidjaja, P,
1990).
2.1.1.2 Tanpa Kaca Penutup
Diletakkan setetes air diatas kaca benda, dengan lidi diambil feses (2-3
mm3) dan diratakan hingga homogen menjadi lapisan tipis tetapi tetap basah,
kemudian diperiksa dibawah mikroskop perbesaran 10x. (Hadidjaja, P, 1990).
2.1.2 Cara Tidak Langsung
2.1.2.1 Metode Sedimentasi (Metode Faust dan Russell, 1964)
Prinsip pemeriksaan metode sedimentasi adalah dengan adanya gaya
sentrifugal dari sentrifuge dapat memisahkan antara suspensi dan supernatannya
sehingga telur cacing akan terendapkan. (Hadidjaja, P, 1990).
2.1.2.2 Metode Flotasi dengan NaCl jenuh (Willis, 1921)
Prinsip pemeriksaan metode Flotasi NaCl jenuh adalah adanya perbedaan
antara berat jenis telur yang lebih kecil dari berat jenis NaCl sehingga telur dapat
mengapung. (Hadidjaja, P, 1990).
2.1.2.3 Metode Teknik Kato (Kato dan Miura, 1954)
Prinsip pemeriksaan ini adalah feses direndam pada larutan gliserin hijau,
dikeringkan dengan kertas saring dan di diamkan 20- 30 menit pada inkubator
dengan suhu 40oC untuk mendapatkan telur cacing dan larva. (Hadidjaja, P,
1990).

2.1.2.4 Metode Suzuki


Metode yang satu-satunya yang dipakai untuk pemeriksaan telur cacing
yang sampelnya dari tanah. Metode ini menggunakan larutan hipoklorit 30% dan
menggunakan larutan MgSO4 yang mempunyai berat jenis (Bj) 1,260. Bj larutan
tersebut lebih besar dari Bj telur cacing sehingga telur cacing mengapung
dipermukaan dan menempel pada deck glass dan menghasilkan sediaan yang
dapat diperiksa dengan mikroskop. (Hadidjaja, P, 1990).
2.1.2.5 Metode Natif
Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk
infeksi berat, tetapiuntuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Cara
pemeriksaan ini menggunakan larutan NaCl fisiologis 0,9% atau eosin 2%.
Penggunaa eosin 2% dimaksudkan untuk lebih jelas membedakan telur-telur
cacing dengan kotoran disekitarnya.
Kelebihan metode ini adalah mudah dan cepat dalam pemeriksaan telur
cacing semua spesies, biaya yang diperlukan sedikit, serta peralatan yang
digunakan juga sedikit. Sedangkan kekurangan metode ini adalah dilakukannya
hanya untuk infeksi berat, infeksi ringan sulit dideteksi. Metode natif dilakukan
dengan cara mencampur feses dengan sedikit air dan meletakkannya di atas gelas
obyek yang ditutup dengan deckglass dan memeriksa di bawah mikroskop
2. 1.2.6 Metode Apung
Metode ini menggunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula yang
memiliki BJ (berat jenis) yang lebih besar dari telur cacing. Metode Natif Metode
ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi berat,
tetapiuntuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Cara pemeriksaan
ini menggunakan larutan NaCl fisiologis 0,9% atau eosin 2%. Penggunaa eosin
2% dimaksudkan untuk lebih jelas membedakan telur-telur cacing dengan kotoran
disekitarnya. Kelebihan metode ini adalah mudah dan cepat dalam pemeriksaan
telur cacing semua spesies, biaya yang diperlukan sedikit, serta peralatan yang
digunakan juga sedikit. Sedangkan kekurangan metode ini adalah dilakukannya
hanya untuk infeksi berat, infeksi ringan sulit dideteksi. Metode natif dilakukan
dengan cara mencampur feses dengan sedikit air dan meletakkannya di atas gelas
obyek yang ditutup dengan deckglass dan memeriksa di bawah mikroskop dengan
perbesaran 10×10.
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemeriksaan
Secara umum efektifitas pemeriksaan dipengaruhi oleh jenis bahan pengapung, berat
jenis, waktu apung (periode flotasi) dan homogenitas larutan setelah proses sentrifugasi.
(Soejoto dan Soebari, 1996).
2.2.2 Bahan Pengapungan
Bahan pengapungan yang lazim digunakan dalam pemeriksaan adalah gula,
ZnSO4, MgSO4 proanalisis dan NaCl jenuh. (Soejoto dan Soebari, 1996).
2.2.3 Berat Jenis (Bj)
Merupakan perbandingan berat di udara dari zat-zat volume yang sama dari
air, berat jenis telur bedaan dengan berat jenis larutan kimia tertentu. (Soejoto dan
Soebari, 1996).
2.2.4 Waktu Apung
Waktu apung berhubungan erat dengan periode opsional yang dinyatakan
dengan jangka waktu yang dihitung mulai saat bahan pengapung ditambahkan dan
diaduk sampai homogen hingga saat gelas tutup diletakkan diatas tabung dan
diangkat lagi untuk diletakkan diatas objeck glass. (Soejoto dan Soebari, 1996).
2.3 Memilih Metode Pemeriksaan
Metode pemeriksaan telur cacing sangat banyak sehingga perlu dicermati metode
mana yang dipilih untuk situasi tertentu dan ketika hendak memeriksa spesimen
awetan.
Pemilihan metode harus disesuaikan dengan tujuan pemeriksaan karena setiap
metode memiliki kepekaan berbeda-beda untuk setiap jenis stadium parasit (kista,
trofozoit, larva atau telur cacing).
2.4 Sensitivitas dan Spesifikasi Berbagai Metode Pemeriksaan
2.3.1 Metode direct slide
Hasil sensivitas metode direct slide adalah 89,09% dan spesifisitasnya adalah
100% pada pemeriksaan telur cacing Soil transmitted helminths. Pada dasarnya suatu
uji diagnostik merupakan penelitian observasional yang membandingkan hasil
dugaan/prediksi suatu pemeriksaan atau test, terhadap suatu nilai baku yang
mendekati kebenaran/gold standard. Seberapa besar hasil pemeriksaan dapat
mendekati/menduga nilai sebenarnya akan menentukan besarnya akurasi
pemeriksaan tersebut, baik dalam kepastian terdapatnya penyakit ataupun kepastian
normal atau tidaknya seseorang.
2.3.2 Metode kato-katz
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeriksaan infeksi STH dengan metode
Kato-Katz memberikan hasil positif 55 sampel (94,82%) yang lebih banyak
dibandingkan dengan metode direct slide 49 sampel (84,48%). Metode Kato Katz
merupakan baku emas untuk pemeriksaan infeksi STH, WHO merekomendasikan
metode Kato Katz untuk pemeriksaan infeksi STH. Penelitian yang pernah dilakukan
didapatkan sensitivitas dari pemeriksaan Kato Katz mencapai 95%.
2.3.3 Metode sedimentasi
Metode sedimentasi biasa memiliki sensitivitas dan spesifisitas untuk
keseluruhan spesies 66,67% dan 97,50%, untuk A. lumbricoides 58,82% dan
97,73%, untuk cacing tambang 60% dan 98,21%.
Metode sedimentasi Formol-Ether (Ritchie) memiliki sensitivitas dan
spesifisitas untuk keseluruhan spesies 71,43% dan 95%, untuk A.
lumbricoides 64,71% dan 95,45%, untuk cacing tambang 60% dan 94,64%. Metode
Sedimentasi Ritchie (Formol-Ether) tidak lebih besar memprediksi nilai positif
daripada metode Sedimentasi biasa (p>0,05). Metode Sedimentasi Formol-Ether
adalah metode yang paling baik digunakan sebagai alternatif pengganti metode Natif
(Gold Standard) untuk deteksi STH.
DAFTAR PUSTAKA

 http://repo.poltekkes-medan.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/1576/KTI
%20AGNES.pdf?sequence=1&isAllowed=y
 https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:TRQPT2KvnFMJ:https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/downlo
ad/20696/19416+&cd=5&hl=en&ct=clnk&gl=id

Anda mungkin juga menyukai