Anda di halaman 1dari 8

RESUME TOKSIKOLOGI KLINIK

“Logam Berat (Pb)”

Disusun oleh :

Murni Widayanti Herlina

P17334120047

2BD3

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

2022
TIMBAL (Pb)

A. Pengertian Timbal (Pb)


Timbal merupakan suatu logam berat yang kumulatif dan lipofilik, timbal tersebut
sering dikenal dengan nama timah hitam, adapun nama lainnya yakni Plumbun atau Lead.
Selain itu, timbal dapat berupa timbal organik maupun anorganik. Pada tabel periodik
unsur kimia, timbal termasuk kelompok logam-logam golongan IVA. Timbal memiliki
nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2, timbal pula merupakan
logam berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327 oC dan titik didih
1620oC. Adapun pada suhu 550oC sampai 600oC timbal ini menguap dan memebentuk
timbal oksida. Bentuk oksida yang paling umum yakni timbel (II). Timbal (Pb) bersifat
lunak dan lentur, naun timbal sangat rapuh dan mengkerut ketika pendinginan, sulit larut
dalam air, air panas dan air asa, timbal dapat larut dala asam nitrit, asam asetat dan asam
sulfat pekat. Berdasarkan paparannya, paparan timbal yang secara akut jarang terjadi
namun paparan secara kronik lebih sering dan efeknya serius, adapun jalur paparan
timbal antara lain : tertelan, terhirup dan kotak kulit. Selan itu, timbal pula berbahaya
teutama bagi anak – anak.
B. Kegunaan Timbal (Pb)
Timbal merupakan logam berat yang berguna bagi berbagai industri, industry
pengecoran maupun pemurnian menghasilkan konsentrat (primary lead maupun
secondary lead) yang berasal dari potongan logam, adapun industri baterai yang banyak
menggunakan timbal terutama lea antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan
dasarnya, industri bahan bakar yakni timbal yang berupa tetra ethil dan methil lead
banyak pula dipakai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri maupun bahan
bakar yang dihasilkan berupa sumber pencemaran timbal, adapun indutri kabel yakni
kabel yang memerlukan timbal untuk melapisi kabel, namun pada saat ini pemakaian
timbal di industry kabel mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran
Cd,Fe,Cr,Au dan arsenik yang juga membahayakan untuk makhluk hidup, selain itu ada
juga industri kimia yang mengandung bahan pewana bentuk yang mana bentuk- bentuk
dari persenyawaan yang dibentuk oleh timbal dengan unsur kimia lainnya serta fungsi
dan bentuk persenyawaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Bentuk Persenyawaan Kegunaan
Pb + Sb Kabel telepon
Pb+ As + Sn + Bi Kabel listrik
Pb + Ni Senyawa Azida untuk bahan peledak
Pb + Cr + Mo + Cl Untuk pewarnaan pada cat
Pb – asetat Pengkilap keramik dan bahan anti api
Pb + Te Pembangkit listrik tenaga panas
Tetrametil-Pb (CH3)4 – Pb tetraetil-Pb Aditif untuk bahan bakar kendaraan
(C2H5)4-Pb bermotor

C. Sumber Pencemaran Timbal Pada Lingkungan


Sumber pencemar timbal (Pb) dapat berasal dari :
 Limbah asap dan cair pabrik, penambangan dan peleburan.
 Bahan bakar dan asap kendaraan bermotor.
 Pigmen dala Cat.
 Pipa berlapis timbal (PVC)
 Peralatan makan yang berasal dari keramik.
 Percekatan seperti koran dan majalah.
 Barang elektronik, pembungkus kabel, mematri.
 Baterai dan amunisi, limbah tukang emas.
 Timbal dalam mainan anak.
 Makanan/minuman yang bersifat asam dapat melarutkan timbal dalam wadah
makanan/minuman.
D. Metabolisme Timbal
Timbal masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan
yang melalui makanan dan minuman serta perembesan pada selaput atau lapisan kulit.
Absorbsi timbal di lingkungan tidak hanya bergantung pada bentuk fisik dan kimia dari
logam tersebut. Selain itu pula dipengaruhi oleh faktor-faktor host seperti umur, kondisi
fisik dan faktor genetik. Absorbsi melalui pernafasan merupakan jalur utama pada
pemaparan timbal aibat kerja. Timbal yang diabsorbsi tubuh akan mengikat sel darah
merah, lalu didistribusi kedalam daah, cairan ekstraseluler, beberapa tempat deposit yang
jaringan lunak seperti hati, ginjal serta jaringan mineral yakni tulang dan gigi. Timbal
dalam darah diperkirakan 90% dai jumlah keseluruhan timbal dala tubuh. selain itu,
senyawa timbal tetrametil dan tmbal tetra-etil diserap oleh kulit. Hal tersebut disebabkan
kedua senyawa tersebut dapat larut dalam minyak dan lemak. Sedangkan dalam lapisan
udara tetraetil terurai dengan cepat karena adanya sinar matahari, timbal tetraetil akan
terurai membentuk timbal trietil, timbal dietil dan timbal monoetil. Selain itu, sebagian
besar dari timbal yang terhirup pada saat bernafas akan masuk ke dalam pembuluh darah
paru-paru. Absorbsi timbal melalui saluran napas dipengaruhi oleh 3 proses yakni
deposisi, pemebrsihan mukosiliar dan pembersihan alveolar. Adapun deposisi tejadi di
nasofaring, saluran trankeobronkialdan alveolus. Deposisi sangat dipengauhi oleh ukuran
partikel dai senyawa timbal yang ada, volume udara yang mampu dihirup saat peristiwa
bernafas berlangsung dan daya larut. Semakin kecil ukuran partikel debu, serta semain
besar volume udara yang mampu tehirup maka akan semakin besar pula konsentrasi
timbal yang diserap oleh tubuh. Adapun pembersihan mukosiliar membawa partikel ke
faring lalu ditelan. Partikel besar lebih cepat dibersihkan disbanding partikel yang kecil.
Fungsi pembersihan alveolar yakni membawa partikel ke ekskalator mukosiliar,
menembus jaringan paru, dan menuju jaringan limfe dan aliran darah. Sebanyak 30-40%
timbal yang diabsorbsi melalui saluran napas akan masuk ke aliran darah dan berikatan
dengan darah paru-paru untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh.
selain itu, adapun absorbsi melalui saluran cerna dipengaruhi oleh daya larut, bentuk dan
ukuran partikel, status gizi dan tipe diet. Adapun pada orang dewasa sekitar 10% dari
cemaran timbal yang masuk melalui saluran cerna di absorbsi oleh tubuh, pada bayi dan
anak absorbs dapat mencapai 50%. Selain itu, ekskresi timbal melaui urin sebanyak 75-
80%, melalui feses 15% dan lainnya melalui empedu, keringat, rambut dan kuku.
Umumnya, ekskresi timbal berjalan sangat lambat. Timbal membutuhkan waktu paruh
didalam darah ± 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari, sedangkan pada tulang 25 tahun.
Ekskresi yang lambat tersebut menyebabkan timbal mudah untuk terakumulasi dala
tubuh.
E. Toksisitas Timbal (Pb)
1. Sistem haemopoietik : Pb menghambat sistem pembentukan hemoglobin sehingga
menyebabkan anemia.
2. Sistem saraf pusat dan tepi : dapat menyebabkan kerusakan otak dengan gejala
epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar dan derilium.
3. Sistem urinarian/Ginjal : dapat lesi tubulus proximal, lengkung henle, serta
menyebabkan aminoasiduria, fosfaturia, glukosuria, nefropati, fibrosis dan atrofi
glomerular.
4. Sistem gastro-intestinal : menyebabkan kolik dan konstipasi.
5. Sistem kardiovaskular : menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
6. Sistem endokrin : mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal.
7. Sistem reproduksi : dapat menyebabkan keguguran, tidak bekembang sel otak
embrio, kematian janin waktu melahirkan pada wanita dan hipospermi dan
teratospermia pada pria.
8. Dalam dosis yang tinggi, timbal bersifat karsinogen yang dapat menurunkan IQ anak
– anak.
F. Efek Timbal (Pb)
 Timbal dalam tubuh terutama terikat dalam gugus –SH dalam molekul protein dan hal
tersebut menyebabkan habatan pada aktivitas kerja sistem enzim.
 Timbal mengganggu sistem sintesis Hb dengan jalan menghambat konversi
aminoleuvulinic acid (ALA) menjadi porfobilinogen dengan jalan menghabat enzim
aminoleuvulinic acid dehidrogenase (ALAD).
 Menghambat korporasi dai Fe ke dalam protoforfirin IX untuk membentuk Hb dengan
jalan menghambat enzim ferokelatase.
 Hal ini mengakibatkan meningkatnya konsentrasi protoforfirin dalam eritrosit dan
selanjutnya di ekskresi dalam urin.
G. Pemeriksaan Laboratorium Timbal (Pb)
Goal standat untuk pemeriksaan Timbal yaitu dengan menggunakan AAS,
sampelnya dapat berupa darah (Whole Blood), serum atau plasma dan Rambut.
H. Monitoring Pb dalam tubuh
Dalam hal ini, tidak hanya Pb nya saja untuk menemukan indikasi keracunan
timbal, namun dapat dilakukan berbagai pengujian sebaga berikut :
 Pengujian kada protoporfirin eritrosit (> 60 ug/dL adalah akibat paparan timbal).
 Pengujian kadar ALA dalam urin.
 Pengujian ALA dan ALAD dalam darah.
 Darah lengkap.
I. Identifikasi dan Penetapan Kadar Logam Berat Pb dalam darah
(Spektrofotometer)
 Alat dan Bahan :
 Alat :
- Lemari Asam
- Microwave digestion sistem
- Vessel destruksi
- Pipet mikro 1000 uL
- Tip biru
- Pipet tetes
- Labu ukur 10 mL
- Spektrofotomer UV-VS
 Bahan :
- Asam Nitrat 65%
- Hidrogen Peroksida 30%
- CTAB 0,3 M
- Dithizon 1,95 × 10-4 M
- Amonia 2,5% dalam asam tatrat 0,01%
- HCl 0,004 M
 Cara Kerja
1. Pipet 0,1 mL darah (boleh diberikan antikoagulan) ked ala Vessel destruksi
2. Tambahkan 8 mL HNO3 65% dan 2 mL H2O2 30% ke dalam Vessel (lakukan
pekerjaan ini di lemari asam).
3. Tutup Vessel hingga rapat jika perlu dengan dongkrak. Masukkan ke dalam rak yang
tersedia di dalam microwave digestion sistem.
4. Destruksi selama 15 menit dan didinginkan 20 menit.
5. Setelah dingin, netralkan dengan beberapa tetes ammonia 2,5%
6. Pipet 2 mL larutan hasil destruksi yang telah netral ke dalam labu ukur 10 mL.
7. Tambahkan 1,5 mL larutan dithizon dan 1 mL HCl 0,004 M. Homogenkan
8. Tambahkan 4 mL reagent CTAB. Tanda bataskan dengan Aquadest.
9. Ukur serapan atau absorbansi pada panjang gelombang 500 nm.
10. Buat blanko dan standar dengan prosedur yang sama.
J. Contoh data pengamatan

Anda mungkin juga menyukai