Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR TEKNOLOGI BENIH

OLEH :
Alifia Syifa Alzena Wibowo (150510180163)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN UNPAD
2019
UJI TETRAZOLIUM

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menguji viabilitas benih secara tidak langsung.

Prosedur Kerja
Alat dan Bahan :
1. Garam Tetrazolium
2. KH2PO4
3. Na2HPO4, 2H20
4. Akuades
5. Benih Tanaman
6. Beaker Glass 10 mL
7. Oven listrik
Cara Kerja :
1. Buat larutan penyangga dengan cara sebagai berikut : larutan 9,078 gram KH2PO4 dan
11,876 gram Na2HPO4, 2H20 (masing-masing dalam 1000 ml air), kemudian 400 ml
larutan pertama dan 600 larutan kedua dicampurkan.
2. Test pH larutan dengan pH meter.
3. Larutan 1, 5 atau 10 g Tetrazolium dilarutkan dalam larutan penyangga tersebut.
4. Benih yang telah direndam (kira-kira 16 jam) dibelah melalui embrionya (bagi benih
kacang-kacangan terlebih dahulu kulit benih dikupas). Kemudian direndam dalam
larutan 0.1%, 0.5%, atau 1.0% Tetrazolium selama 2-4 jam dalam temperatur 40°C
dalam oven.
5. Setelah selesai waktunya, benih dicuci dan dilakukan pengamatan sehingga dapat
diketahui apakah suatu benih tergolong viable atau non viable. Hal ini dikerjakan
dengan membandingkannya dengan standar.
6. Nilai viabilitas benih dapat dihitung dengan menghitung jumlah benih yang hidup
(embrio berwarna merah) dibagi jumlah benih yang diuji dikalikan 100%.
Hasil dan Pembahasan
Hasil :

Benih viabel = 0
Benih non viabel = 5
Nilai viabilitas = 0/5 x 100% = 0%

Pembahasan :
Pada uji tetrazolium, garam tetrazolium (2,4,5 triphenyl tetrazolium chloride) sebagai
suatu “oxidation reduction indicator” oleh aksi enzym dehydrogenase dirubah dari bentuk
oksidasi, tak berwarna, terlarut (solube) menjadi bentuk reduksi berwarna merah, tak terlarut
(insoluble) yang disebut formazan (Isely, 1985). Enzym dehidrogenase ini terdapat dalam sel
hidup atau dengan kata lain aktivitasnya semakin berkurang apabila sel semakin menuju
kematian atau membusuk. Tetrazolium dalam bentuk oksidasi, karena sifatnya terlarut maka
ia mudah masuk dan keluar sel. Tetrazolium dalam bentuk tereduksi, karena sifatnya tidak
terlarut, ia tetap tinggal di dalam sel yang memberikan warna merah pada sel. Akan tetapi
pada sel yang sudah mati atau busuk (deterioration) dimana aktivitas enzym pada sel tersebut
tidak ada lagi atau berkurang, maka tetrazolium (dalam bentuk oksidasi, terlarut, tak
berwarna) yang masuk ke dalam sel itu tidak berwarna merah atau berwarna namun sedikit.
Uji tetrazolium merupakan suatu cara pengujian viabilitas benih secara cepat dan
bersifat tidak langsung. Pada metode ini tidak dapat mendeteksi apakah benih dapat
berkecambah atau mengalami dormansi hanya dapat membedakan benih yang mati dan
hidup. Hal ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan benih sehingga pengujian benih yang berkecambah tidak dapat dideteksi oleh
tetrazolium test, misalnya adanya masa dormansi, penyakit dan kerusakan bahan kimia yang
digunakan. Hasil dari pengujian dari tetrazolium adalah jaringan hidup menunjukkan warna
merah pada biji dan jaringan mati ditunjukkan tidak adanya kontaminasi warna merah.
Pada praktikum tetrazolium ini benih yang diuji jumlahnya 5 keping. Dari 5 keping
tersebut radikula didominasi warna putih. Hal ini dapat dipastikan bahwa benih tersebut non
viabel walaupun bagian tengah berwarna merah.
Kesimpulan
Pada praktikum ini, benih yang diuji hasilnya non viabel karena akar benih tersebut
berwarna putih. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi metabolisme pada bagian
akar. Salah satu kelebihan dari uji tetrazolium ini akan memberikan keterangan lebih cepat
(1-2 hari) daripada uji perkecambahan secara langsung. Sedangkan kelemahannya yaitu tidak
selalu dapat memberi keterangan tentang kerusakan pada benih yang diakibatkan oleh proses
pengeringan dan memerlukan lebih banyak keterampilan dan keputusan serta pembesaran untuk
dapat mempelajari dengan teliti pola lokasi daerah yang berwarna maupun yang tidak berwarna.
Daftar Pustaka
Subantoro, R dan Prabowo, R. 2013. PENGKAJIAN VIABILITAS BENIH DENGAN TETRAZOLIUM TEST
PADA JAGUNG DAN KEDELAI. VOL. 9. NO 2. 2013. HAL 1 – 8.

Sumadi. 2015. Handout Dastekben.


DORMANSI BENIH

Tujuan
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui tipe-tipe dormansi dan cara mengatasinya.

Prosedur Kerja

Anda mungkin juga menyukai