Anda di halaman 1dari 16

I.

DASAR TEORI
Salmonella merupakan bakteri yang tidak mampu
memfermentasikan laktosa, sukrosa atau salicin, katalase positif, oksidase
negatif dan manitol untuk memproduksi asam atau gas. Salmonella tidak
dapat dibedakan dengan E. coli jika dilihat dengan mikroskop ataupun
dengan menumbuhkannya pada media yang mengandung nutrien umum.
Salmonella dapat tumbuh optimum pada media pertumbuhan yang sesuai
dan memproduksi koloni yang tampak oleh mata dalam jangka waktu 24
jam pada suhu 37°C. Salmonella sensitif terhadap panas dan tidak tahan
pada suhu lebih dari 70ᴼC dan pasteurisasi pada suhu 71,1ᴼC selama 15
menit. Salmonella mampu memfermentasi glukosa dan monosakarida
lainnya dengan menghasilkan gas, lalu menggunakan sitrat sebagai satu-
satunya sumber karbon disaat genus lainnya membutuhkan sumber karbon
kompleks sebagai sumber nutrisinya. Beberapa Salmonella kecuali S. typhi
memproduksi gas selama proses fermentasi. Salmonella mampu mengubah
nitrat menjadi nitrit dan tidak membutuhkan NaCl untuk pertumbuhannya.
Uji biokimia dilakukan untuk identifikasi bakteri terdiri dari uji
TSIA, indol, rediksi nitrat, urease, gelatin, O/F, LIA, Simmon’s Citrate,
gula, oksidase dan katalase.
1. Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Uji TSIA bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri yang berasal dari
kelas Enterobacteriaceae. Uji Triple Sugar Iron agar (TSIA)
merupakan metode untuk melihat kemampuan mikroorganisme dalam
memfermentasikan gula. Medium TSIA mengandung 3 macam gula
yaitu glukosa, laktosa, dan sukrosa serta terdapat indikator fenol merah
dan FeSO4 untuk memperlihatkan pembentukan H2S yang
ditunjukkan dengan adanya endapan hitam. Hasil positif ditandai
dengan munculnya warna kuning dan merah. Warna kuning muncul
karena adanya fermentasi bakteri terhadap glukosa, sukrosa, ataupun
laktosa dalam konsentrasi tinggi sedangkan dalam konsentrasi gula
yang rendah hanya nampak warna merah. Sedangkan hasil positif
adanya H2S ditandai dengan adanya warna hitam.
2. Uji Indol
Uji indol bertujuan untuk mengatahui apakah suatu bakteri dapat
menghasilkan gugus indol dari triptofan. Suatu bakteri yang memiliki
enzim tritofanase akan mampu menghidrolisis triptofan mnjadi
prodduk-produk metabolik seperti indol, asam piruvat, dan ammonia.
Keberadaan gugus indol dapat didteksi dengan menggunakan reagent
Kovacs. Indol yang bereaksi dengan reagen Kovacs akan
menghasilkan cincin warna merah pada permukaan medium.
3. Uji Reduksi nitrat
Keberadaan nitrit dalam media diuji dengan penambahan asam
sulfanilat dan α-naftilamin yang akan bereaksi dengan nitrit yang
ditunjukkan dengan perubahan warna media menjadi merah atau
merah muda. Pada tabung yang tidak menunjukkan perubahan warna,
ditambahkan bubuk Zn untuk melihat reduksi nitrat menjadi nitrit. Bila
didapatkan nitrat dalam medium, maka kaldu berubah warna menjadi
merah muda atau merah karena Zn mereduksi nitrat menjadi nitrit dan
nitrit ini bereaksi dengan reagen uji dan terbentuk warna merah.
Reduksi nitrat terjadi pada kebanyakan bakteri anaerob fakultatif
dengan menggunakan nitrit. O2 dapat menghambat reduksi nitrat
sehingga dalam reaksi, O2 dihabiskan kemudian menggunakan nitrat
pada bakteri anaerob.
4. Uji Urease
Urease broth merupakan media differensial yang dapat membedakan
bakteri penghasil eksoenzim yaitu enzim urease (untuk menghidrolisa
urea menjadi amonia karbondioksida). Kandungan Urease broth
meliputi Buffer, Urea, sedikit nutrient, indicator phenol red. Phenol red
berubah jadi kuning →lingkungan asam,berubah merah muda
→lingkungan basa. Prinsip uji urease yaitu media urea terdegradasi
menjadi amoniak menyebabkan lingkungan basa, maka media menjadi
merah muda . Sebagian besar bakteri golongan enteric dapat
mendegrasi urea, tetapi lambat. Fungsi uji urease adalah mendeteksi
bakteri yang dapat mendegradasi dengan cepat “urease- positif”.
5. Uji Gelatin
Uji gelatin bertujuan untuk mengetahui apakah suatu bakteri memiliki
enzim gelatinase yang mampu mengidrolisis gelatin atau tidak. Jika
pada uji ini hasil positif maka ditandai dengan adanya pencairan
gelatin, tetapi jika hasil positif maka gelatin tetappadat.
6. Uji O/F (Oksidatif/Fermentatif)
Uji oksidatif fermentasi bertujuan untuk mengetahui  apakah suatu
bakteri mampu melakukan fermentasi dan oksidasi, yang ditandai
dengan munculnya warna kuning pada medium OF. Pada uji OF jika
organisme oksidatif terjadi apabila terlihat perubahan warna pada
media yang terbuka, sedangkan organisme fermentatif dapat
diindikasikan dengan melihat tidak adanya perubahan warna pada
media yang tertutup.
7. Uji LIA (Lysine Iron Agar)
Uji LIA pada bakteri bertujuan untuk melihat kemampuan
mikroorganisme dalam mendekarboksilase lisin membentuk amin
kadaverin yang bersifat basa, dimanaa indikator bromkresol ungu dari
warna coklat berubah menjadi warna ungu (reaksi positif). Reaksi ini
dapat disertai atau tidak disertai dengan pembentukan gas (adanya
gelembung/pecahnya agar di daerah tusukan atau adanya endapan
hitam).
8. Uji Gula
Uji gula-gula di gunakan untuk melihat adanya kemampuan bakteri
dalam memfermentasikan karbohidrat menjadi asam-asam organik,
yaitu dengan adanya perubahan warna indikator yang terdapat dalam
pemberian warna merah menjadi warna kuning. Dimana
mokroorganisme memperoleh energi dari substrat berupa karbohidrat
yang selanjutnya di fermentasi menjadi asam-asam organik disertai
atau tidak terbentuknya gas. Organisme-organisme yang berbeda akan
menggunakan karbohidrat yang berbeda tergantung dari komponen
enzim yang dimilikinya.
9. Uji Simmon’s Citrate
Uji Simmon’s Citrate digunakan untuk melihat kemampuan organisme
enteric berdasarkan kemampuan memfermentasi sitrat sebagai sumber
karbon. Perbenihan Simmon’s Citrate ini mengandung indicator biru
bromtimol yang akan berubah menjadi biru pada reaksi positif dan
tetap hijau jika reaksi negative.
10. Uji Oksidase
Uji oksidase bertujuan untuk membedakan bakteri berdasarkan
aktivitas sitokromoksidase. Enzim-enzim oksidase memainkan peran
yang vital dalam pelaksanaan system transport electron pada respirasi
aerob. Sotokrom oksidase mengkatalisis oksidase dari sitokrom yang
tereduksi oleh oksigen molekular (O²), menghasilkanpembentukan
H₂O atau H₂O₂. Uji oksidase merupakan alat untuk membedakan
antara anggota-anggota dalam genius Neisseriadan Pseudomonas, yang
merupakan oksidase positif, dan Enterobacteriaceae yang merupakan
oksidase negative. Kemampuan bakteri untuk menghasilkan sitokrom
oksidase dapat ditunjukkan dengan penambahan pereaksi uji p-
aminodimetilanilin oksalat, terhadap koloni-koloni yang ditumbuhkan
pada suatu media agar. Pereaksi merah muda cerah ini berperan
sebagai substrat buatan, memberikan elektron dan karenanya akan
teroksidasi menjadi senyawa berwarna kehitaman dan oksigen bebas.
Setelah penambahan pereaksi uji, terjadinya warna merah muda,
kemudian merah marun, dan pada akhirnya warna kehitaman pada
permukaan koloni menandakan dihasilkannya sitokrom oksidase dan
menunjukkan hasil positif. Tidak terjadinya perubahan warna, atau
warna merah muda cerah pada koloni, menandakan tidak adanya
aktivitas oksidase, menunjukkan hasil uji yang negative.
11. Uji Katalase
Uji katalase bertujuan untuk mengetahui adanya enzim katalase yang
dihasilkan oleh suatu bakteri untuk memecah H2O2 menjadi H2O dan
O2. Peroksida merupakan senyawa yang sangat berbahaya bagi bakteri
karena merupakan gas yang bersifat toksik yang menyebabkan
rusaknya sel-sel bakteri. Enzim katalase pada bakteri dapat dideteksi
dengan penambahan substrat H2O2. Hasil positif dari aktivitas katalase
positif ditandai dengan adanya gelembung gas O2.

II. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Untuk mengetahui cara identifikasi uji biokimia bakteri Salmonella sp.
2. Untuk mengetahui reaksi biokimia bakteri Salmonella sp. pada uji
biokimia

III. LOKASI DAN WAKTU PRAKTIKUM


Tempat : Laboratorium Bakteriologi STIKes Wira Medika Bali
Waktu : Rabu-Kamis / 1-2 Mei 2019

IV. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Tabung reaksi sejumlah 77 buah.
2. Tabung durham sebanyak 33 buah.
3. Erlenmeyer sebanyak 8 buah.
4. Batang pengaduk sebanyak 3 buah.
5. Gelas ukur 50ml sebanyak 2 buah.
6. Spatula sebanyak 2 buah.
7. Rak tabung sebanyak 3 buah.
8. Autoklaf,
9. Timbanga digital analitik
10. Ose bulat (loop) sebanyak 4 buah.
11. Ose jarum sebanyak 2 buah.
B. Bahan
1. Kultur bakteri Salmonella sp.
2. Media Urea sebanyak 1,35gr
3. Media Gula-gula
- Glukosa sebanyak 0,35gr
- Sukrosa sebanyak 0,35gr
- Laktosa sebanyak 0,45gr
4. Media Alkaline Peptone Water sebanyak 0,10gr
5. Media KIA (Kligler Iron Agar) sebanyak 1,65gr
6. Media MH (Mueller Hinton Agar) sebanyak 0,70gr
7. Media SCA (Simmons Citrate Agar) sebanyak 0,70gr
8. Aquadest sebanyak 320ml
9. Kertas timbang sebanyak 8 buah.

V. PROSEDUR KERJA
A. Pembuatan Media
1. Media Gula-gula
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
praktikum.
b. Ditimbang media glukosa sebanyak 0,35gr, sukrosa sebanyak
0,35gr, laktosa sebanyak 0,45gr, dan media alkaline peptone
water sebanyak 0,10gr.
c. Ketiga media gula-gula (glukosa, sukrosa, laktosa) tersebut
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250ml, dan ditambahkan
alkaline peptone water pada masing-masing media gula-gula
sebanyak 0,10gr. Kemudian dilarutkan dengan menggunakan
aquadest sebanyak 35ml pada masing-masing media gula-gula.
d. Dihomogenkan dengan menggunakan batang pengaduk,
kemudian dipanaskan diatas kompor hingga benar-benar
homogen atau tercampur, atau hingga gumpalan-gumpalan
media yang menempel pada dinding erlenmeyer hilang (namun
media tidak dipanaskan hingga mendidih).
e. Setelah media benar-benar homogen, media didinginkan
terlebih dahulu, kemudian masing-masing media ditambahkan
dengan indikator BTB (Bromthymol Blue) sebanyak 15 tetes
hingga media berubah warna menjadi hijau.
f. Masing-masing media kemudian dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang telah diisi dengan tabung durham sebanyak 3ml.
g. Seluruh tabung reaksi kemudian ditutup dengan kapas dan
diautoklaf bersama dengan beberapa media lainnya.
h. Alat dan bahan diautoklaf selama 15-30 menit, atau hingga
suhu autoklaf mencapai 121°C.
2. Media Miring (KIA dan SCA)
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
praktikum.
b. Ditimbang media KIA sebanyak 1,65gr, dan media SCA
sebanyak 0,70gr.
c. Masing-masing media dimasukkan ke dalam erlenmeyer
250ml, dan dilarutkan dengan menggunakan aquadest sebanyak
30ml pada masing-masing media.
d. Dihomogenkan dengan menggunakan batang pengaduk,
kemudian dipanaskan diatas kompor hingga benar-benar
homogen atau tercampur, atau hingga gumpalan-gumpalan
media yang menempel pada dinding erlenmeyer hilang (namun
media tidak dipanaskan hingga mendidih).
e. Setelah media benar-benar homogen, masing-masing media
kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 2ml,
dan ditutup dengan menggunakan kapas, lalu dimiringkan.
f. Seluruh tabung reaksi kemudian diautoklaf bersama dengan
beberapa media lainnya.
g. Alat dan bahan diautoklaf selama 15-30 menit, atau hingga
suhu autoklaf mencapai 121°C.
3. Media Semi Solid (MH Agar)
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
praktikum.
b. Ditimbang media MH sebanyak 0,70gr.
c. Media dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250ml, dan dilarutkan
dengan menggunakan aquadest sebanyak 35ml.
d. Dihomogenkan dengan menggunakan batang pengaduk,
kemudian dipanaskan diatas kompor hingga benar-benar
homogen atau tercampur, atau hingga gumpalan-gumpalan
media yang menempel pada dinding erlenmeyer hilang (namun
media tidak dipanaskan hingga mendidih).
e. Setelah media benar-benar homogen, masing-masing media
kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 3ml,
dan ditutup dengan menggunakan kapas.
f. Seluruh tabung reaksi kemudian diautoklaf bersama dengan
beberapa media lainnya.
g. Alat dan bahan diautoklaf selama 15-30 menit, atau hingga
suhu autoklaf mencapai 121°C.
4. Media Urea
a) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
praktikum.
b) Dilakukan proses sterilisasi terhadap aquadest sebanyak 35ml
di dalam erlenmeyer 250ml, dan 10 tabung reaksi kosong pada
autoklaf.
c) Setelah alat dalam keadaan steril dan aquadest telah dingin,
kemudian ditimbang media Urea sebanyak 1,35gr.
d) Media dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250ml, yang telah
berisi dengan aquadest steril sebanyak 35ml.
e) Dihomogenkan dengan cara digoyang-goyangkan saja,
kemudian dipanaskan diatas kompor hingga benar-benar
homogen atau tercampur, atau hingga gumpalan-gumpalan
media yang menempel pada dinding erlenmeyer hilang (namun
media tidak dipanaskan hingga mendidih).
f) Setelah media benar-benar homogen, media kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi steril sebanyak 3ml, dan
ditutup dengan menggunakan kapas.
B. Inokulasi Biakan
1. Inokulasi Pada Media Cair (Gula-gula, dan Urea)
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan di dalam
praktikum.
b. Difiksasi ose bulat (loop) hingga bagian bulat ose berubah
warna menjadi merah bata.
c. Biakan Salmonella sp. kemudian diambil dengan menggunakan
ose yang telah steril, dengan cara mengaduk-aduk ose pada
biakan Salmonella sp. yang telah diencerkan dengan
menggunakan aquadest.
d. Dilakukan proses penanaman dengan cara memasukkan ose
yang telah berisi biakan sebelumnya, ke dalam media cair yang
telah dibuat dengan cara diaduk-aduk.
e. Setelah selesai melakukan proses inokulasi, media kemudian
diinkubasi dengan menggunakan inkubator yang bersuhu 37°C
selama 1x24 jam, dan 2x24 jam untuk media Urea.
f. Setelah 1x24 jam, dan 2x24 jam untuk media Urea, dilakukan
pengamatan makroskopis mengenai pertumbuhan koloni
bakteri pada masing-masing media.
2. Inokulasi Pada Media Miring (KIA, dan SCA)
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan di dalam
praktikum.
b. Difiksasi ose bulat (loop) hingga bagian bulat ose berubah
warna menjadi merah bata.
c. Biakan Salmonella sp. kemudian diambil dengan menggunakan
ose yang telah steril, dengan cara mengaduk-aduk ose pada
biakan Salmonella sp. yang telah diencerkan dengan
menggunakan aquadest.
d. Dilakukan streaking pada bagian lereng media dengan
menggunakan ose bulat (loop) yang telah berisi biakan
sebelumnya
e. Difiksasi ose jarum hingga berubah warna menjadi merah bata.
f. Biakan Salmonella sp. kemudian diambil dengan menggunakan
ose yang telah steril, dengan cara mengaduk-aduk ose pada
biakan Salmonella sp. yang telah diencerkan dengan
menggunakan aquadest.
g. Dilakukan penusukan pada media KIA dengan menggunakan
ose jarum yang telah berisi biakan sebelumnya hingga hampir
menyentuh bagian dasar.
h. Setelah selesai melakukan proses inokulasi, media kemudian
diinkubasi dengan menggunakan inkubator yang bersuhu 37°C
selama 1x24 jam.
i. Setelah 1x24 jam, dilakukan pengamatan makroskopis
mengenai pertumbuhan koloni bakteri pada masing-masing
media.
3. Inokulasi Pada Media Semi Solid (MH Agar)
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan di dalam
praktikum.
b. Difiksasi ose jarum hingga ose berubah warna menjadi merah
bata.
c. Biakan Salmonella sp. kemudian diambil dengan menggunakan
ose yang telah steril, dengan cara mengaduk-aduk ose pada
biakan Salmonella sp. yang telah diencerkan dengan
menggunakan aquadest.
d. Dilakukan penusukan pada media MH Agar dengan
menggunakan ose jarum yang telah berisi biakan sebelumnya
hingga hampir menyentuh bagian dasar.
e. Setelah selesai melakukan proses inokulasi, media kemudian
diinkubasi dengan menggunakan inkubator yang bersuhu 37°C
selama 1x24 jam.
f. Setelah 1x24 jam, dilakukan pengamatan makroskopis
mengenai pertumbuhan koloni bakteri pada masing-masing
media.

VI. TEKNIK ANALISIS DATA


Pada praktikum identifikasi bakteri Salmonella sp. secara
makroskopis kali ini, diketahui bahwa teknik analisis data yang digunakan
adalah dengan teknik analisis secara deskriptif, berdasarkan reaksi uji
biokimia.

VII. HASIL
Berdasarkan praktikum identifikasi reaksi biokimia bakteri
Salmonella sp. pada uji biokimia didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil pengamatan reaksi uji biokimia bakteri Salmonella sp.
No. Nama Media Reaksi Gambar
1. Urea Tidak terjadi
perubahan warna pada
media (tidak terjadi
reaksi)

2. Citrat Tidak terjadi


perubahan warna pada
media atau tetap
berwarna hijau.

3. KIA Lereng : tidak terjadi


perubahan warna
Dasar : tidak terjadi
perubahan warna
Gas :-
H2S :-
4. Glukosa Tidak terjadi
perubahan warna pada
media dan
menghasilkan gas pada
tabung durham

5. Sukrosa Terjadi perubahan


warna dari biru
menjadi kuning dan
gas tidak timbul

6. Laktosa Terjadi perubahan


warna dari hijau
menjadi kuning
kehijauan dan tidak
menghasilkan gas pada
tabung durham
7. Motil Pertumbuhan koloni
diatas permukaan
media

VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu identifikasi Salmonella sp. dengan
beberapa uji biokimia diantaranya uji urea, citrate, KIA, gula-gula,
motilitas. Pada uji urea diperoleh hasil setelah diinkubasi selama 48 jam
pada suhu 35ᴼC yaitu tidak terjadi perubahan warna atau media tetap
berwarna pink/merah muda. Hal tersebut menunjukkan reaksi bahwa
bakteri yang diinokulasikan pada media urea merupakan bakteri yang
dapat mendegradasi dengan labat (urease negative). Pada uji citrate
diperoleh hasil tidak terjadi perubahan warna pada media atau media tetap
berwarna hijau menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh negative.
Artinya bakteri yang diisolasi tidak mempunyai asam sitrat permease yaitu
enzim spesifik yang membawa sitrat ke dalam sel. Sehingga bakteri tidak
menggunakan sitrat sebagai salah satu sumber karbon.
Uji KIA bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
memfermentasikan karbohidrat yang terdapat pada media KIA yaitu
diantaranya glukosa dan laktosa. Indicator yang digunakan yaitu phenol
red yang menyebabkan perubahan warna dari merah orange menjadi
kuning dalam suasana asam. Glukosa berada pada dasar media sedangkan
laktosa berada pada lereng media. Jika bakteri dapat memfermentasikan
karbohidrat yang terdapat dalam media KIA maka media pada dasar
maupun lereng berubah warna menjadi kuning atau dapat dikatakan dalam
suasana asam/acid, sedangkan jika bakteri tidak dapat memfermentasikan
karbohidrat maka media di dasar maupun lereng berubah menjadi warna
merah atau dalam Susana basa/alkali. Fermentasi pada KIA juga disertai
dengan pembentukan gas CO2 yang dapat dilihat dari pencah atau
terangkatnya agar. Media KIA juga dapat digunakan untuk mengetahui
pembentukan H2S yaitu melihat apakah kuman memfermentasi metionin
dan sistein. Jika bakteri memfermentasi kedua asam amino maka gugus S
akan keluar dan bergabung dengan H2O membentuk H2S, selanjutnya H2S
bergabung dengan Fe2+ membentuk warna hitam. Pada uji KIA diperoleh
hasil tidak terjadi perubahan warna pada lereng maupun dasar media hal
ini menunjukkan bahwa bakteri tidak memfermentasi karbohirat yang
terdapat pada media dan tidak terjadi pembentukan gas maupun H 2S hal
tersebut menunjukkan hasil yang negative atau tidak terjadi pertumbuhan
bakteri.
Pada uji gula-gula bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri
dalam memfermentasikan masing-masing gula membentuk asam. Pada uji
glukosa didapatkan hasil tidak terjadi perubahan warna pada media atau
media tetap berwarna biru dan menghasilkan sedikit gelembung gas pada
tabung durham. Artinya pada uji glukosa didapatkan hasilnya negative
atau bakteri tidak dapat memfermentasi glukosa. Pada uji sukrosa
didapakan hasil terjadi perubahan warna pada media dari biru menjadi
kuning dan tidak menghasilkan gelembung gas pada tabung durham.
Artinya pada uji sukrosa didapatkan hasil positif atau bakteri dapat
memferentasikan sukrosa. Pada uji laktosa didapatkan hasil terjadi
perubahan warna pada media dari hijau menjadi kuning kehijauan dan
tidak menghasilakn gelembung gas pada tabung durham. Artinya pada uji
laktosa didapatkan hasil variable atau bakteri dapat memfermentasikan
sedikit laktosa. Pada uji yang terakhir yaitu uji motilitas bertujuan untuk
mengetahui pergerakan bakteri. Pada uji motilitas menggunakan media
semisolid MH, dari praktikum didapatkan hasil bakteri tumbuh pada
permukaan media sehingga dapat dikatakan motil atau melakukan
pergerakan karena bakteri tidak hanya tumbuh pada tusukan. Berdasarkan
hasil uji biokimia pada praktikum kali ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
spesies dari bakteri yang diujikan merupakan bakteri Shigella sonnei
berdasarkan dari tabel peragian bakteri dan dilihat juga dari media yang
digunakan yaitu SSA dimana bakteri yang dapat tumbuh yaitu Salmonella
sp. dan Shigella sp. maka dari itu hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan
harapan atau tidak sesuai dengan teori yang seharusnya menumbuhkan
bakteri Salmonella sp.

IX. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Cara identifikasi uji biokimia bakteri Salmonella sp. dapat dilakukan
dengan cara melakukan uji urea, uji citrate, uji KIA, uji gula-gula
(glukosa, sukrosa dan laktosa), dan uji motilitas.
2. Diketahui bahwa reaksi pada masing-masing uji biokimia pada uji urea
didapatkan hasil negative, pada uji citrate didapatkan hasil negative,
pada uji KIA diperoleh hasil pada lereng tidak terjadi perubahan
warna, dasar tidak terjadi perubahan warna, H2S tidak terbentuk, dan
gas tidak terbentuk, pada uji glukosa diperoleh hasil negative, pada uji
sukrosa diperoleh hasil positif, pada uji laktosa diperoleh hasil variable
dan pada uji motilitas diperoleh hasil positif atau motil.
DAFTAR PUSTAKA

Suarjana, I.G.K., Besung, I.N.K., Mahatmi, H., Tono, K. 2017. Modul Isolasi dan
Identifikasi Bakteri. https://simdos.unud.ac.id. Diakses pada tanggal 24
Mei 2019.
Sari, N., Erina, Abrar, M., Wardani, E., Fakhrurrazi, Daud, R. 2018. Isolasi dan
Identifikasi Salmonella sp. dan Shigella sp. Pada Feses Kuda Bendi di
Bukittinggi Sumatera Barat. file:///C:/Users/user/Downloads/8598-
17865-1-PB%20(3).pdf. Diakses pada tanggal 23 Mei 2019.
Anggraeni, D. 2016. Mikrobiologi-Virologi Uji Biokimia.
https://www.academia.edu/16895173/mikrobiologi-
virologi_uji_biokimia. Diakses pada tanggal 23 Mei 2019.
Fuad, A.V., Gilang, A., Indra, D.Q., Sabtadi, E., Nurul, H. 2014. Keberadaan
Salmonella enteritidis Pada Bahan Pangan Terhadap Kesehatan
Masyarakat.
https://www.academia.edu/7281303/Makalah_Salmonella_jadii. Diakses
pada tanggal 24 Mei 2019.

Anda mungkin juga menyukai