o KONVENSIONAL TAXONOMY
Didasarkan pada Morfologi, Pertumbuhan, Sifat Fisiologi Biokimia.
Fisiologi : Uji pH, NaCl, OF, Suhu, Biovar, Bacteriocin
Biokimia: Uji Gram, Katalase, Oksidase
o NUMERICAL TAXONOMY
Didasarkan pd Kesamaan Dr Sejumlah Besar Karakter Fenotipik
Secara Keseluruhan. Metode Ini Prosesnya Lebih Lengkap Dari Pada Pd
Klasifiaksi Konvensional, Lebih Dari 50 Karakter Fenotipik Diuji Dan Data
Diprogram Di Komputer
o MOLEKULER TAXONOMY
Didasarkan Pada Parameter DNA, Seperti Komposisi Dasar Guanine
Cytosine (G+C) Homolog, Restriksi Framen-length Polymorphism (RFLP)
Dan Tranfer Gen.
o CHEMOTAXONOMY
Didasarkan Pada Pembentukan Komponen Sel, Profil Metabolik,
Pigmen.
Misal : Komposisi Kimia Dr Peptidoglykan, Komponen Gula Dan Asam
Amino.
• Teknik pewarnaan pada bakteri dapat dibedakan menjadi
tiga macam :
– Pengecetan sederhana
o Pemberian warna pada bakteri atau jasad-jasad renik lain
dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada
lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi.
– Pengecetan diferensial
o Pewarnaan gram
o Teknik dengan pewarnaan gram dibagi menjadi dua golongan
yaitu gram positif ( bila warna zat pewarna pertama karbol gelatin
violet tetap bertahan, dengan demikian warna bakteri tesebut
tampak ungu tua, dan untuk gram negatif ( bila warna zat pewarna
pertama tidak bertahan atau luntur kemudian tercat oleh zat
pewarna tandingnya, misal : air fuchsin, safranin dll.
o Pewarnaan tahan asam
– Pengecetan struktural atau khusus
o Pewarnaan flagel, pewarnaan spora, pewarnaan
kapsul, pewarnaan khusus untuk melihat
komponen lain dan bakteri (pewarnaan Neisser
(granula volutin), pewarnaan yodium (granula
glikogem) dan pewarnaan negatif.
Bentuk dan Susunan Sel
Karakteristik Kultural
Pengujian gram dengan KOH didasarkan pada pelisisan lipid oleh KOH
• Bakteri gram negatif memiliki lapisan lipid bilayer, peptidoglikan yang
tipis, dan sebagian besar dinding selnya tersusun atas lipoprotein yang
akan lisis ketika ditetesi KOH, sehingga menyebabkan DNA keluar sel.
Adanya viskositas tinggi dari DNA yang keluar sel tersebut
menghasilkan substansi mucus yang nampak seperti lendir jika ditarik ke
atas.
• Bakteri gram positif dinding selnya tersusun atas lapisan peptidoglikan
yang tebal sehingga tidak mudah lisis akibat KOH.
Uji Katalase
Jenis dan proporsi produk fermentasi yang dihasilkan oleh fermentasi glukosa
secara anaerob sangat membantu untuk membedakan berbagai genera enterik
bacteria. Sejumlah besar asam menghasilkan penurunan yang signifikan
terhadap pH media di bawah 4,4.
Indikator pH, metil merah (asam p-dimethylaminoaeobenzene O-karboksilat),
berwarna kuning pH > 5.1
Berwarna merah pH < 4,4. yang mana metil merah mendeteksi asam
jauh lebih rendah dari pH indikator lain yang digunakan
dalam media kultur bakteri.
Interpretasi hasil :
negatif (-) : tidak ter!adinya perubahan warna media dari hijau.
artinya bakteri ini tidak mempunyai enzim sitrat permease yaitu
enzim spesifik yang membawa sitrat ke dalam sel. Sehingga
bakteri tidak menggunakan citra sebagai salah satu/satu-satunya
sumber karbon.
Positif (+) : terjadinya perubahan warna media dari hijau menjadi
biru.
Uji Motilitas
Media yang dipakai adalah media yang bersifat semi solid dengan
kandungan agar-agar 0,2-0,4%. Bisa memakai media MO
(Motilitas Ornitin) atau SIM (Sulfida Indol Motility)
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui gerak kuman.
Pada media SIM selain untuk melihat motilitas bisa juga untuk
test indol dan pembentukan H2S.
Interpretasi hasil :
Negatif (-) : terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih
seperti akar hanya pada bekas tusukan inokulasi.
Positif (+) : terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih
seperti akar disekitar inokulasi. Hal ini menunjukan
adanya pergerakan dari bakteri, yang berarti bahwa
bakteri ini memiliki flagel.
Uji Urenase
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui bakteri
menghasilkan enzim urease yang dapat menguraikan urea
membentuk amoniak.
Prokariot Subunit
besar
Eukariot
5S rRNA
16S rRNA
23S
18S 5.8S 5S
30-38 protein
45-50 protein 28S
PCR DNA pengkode 16S rRNA
Isolat bakteri yang terlihat pita DNA genomnya diamplifikasi
dengan menggunakan primer DNA pengkode 16s rRNA yaitu
• 27F (5’ AGA GTT TGA TCM TGG CTC AG 3’),
• 533F (5’ GTG CCA GCM GCC GCG GTA A 3’) dan
• 907R (5’ CCG TCA ATT CMTTTG AGT TT 3’),
• 1492R (5’ GGT TACCTT GTT ACG ACT T 3’) (Lane,1991).
Temperature
100 Melting
94 oC
50
0
T i m e
3’ 5’
5’ 3’
PCR
Temperature
100 Melting
94 oC
50
0
T i m e
3’ 5’
Heat
5’ 3’
PCR
Temperature
100
Melting Melting
94 oC Extension 94 oC
Annealing
Primers 72 oC
50 50 oC
0
T i m e
3’ 5’
5’
5’
5’ 3’
PCR
Temperature
100
Melting Melting 30x
94 oC Extension 94 oC
Annealing
Primers 72 oC
50 50 oC
0
T i m e
3’ 5’
Heat
5’
5’
Heat
5’
5’ 3’
PCR
Temperature
100
Melting Melting 30x
94 oC Extension 94 oC
Annealing
Primers 72 oC
50 50 oC
0
T i m e
3’ 5’
5’
5’
5’
5’
5’
5’
5’ 3’
PCR
Temperature
100
Melting Melting 30x
94 oC Extension 94 oC
Annealing
Primers 72 oC
50 50 oC
0
3’
5’
5’ T i m e
5’
5’
5’ 3’
Heat
5’
5’
Heat
5’
PCR
Temperature
100
Melting Melting 30x
94 oC Extension 94 oC
Annealing
Primers 72 oC
50 50 oC
0
3’
5’
5’ T i m e
5’
5’ 5’
5’ 3’
5’
5’
5’
5’
5’
5’
PCR
Temperature
100
Melting Melting 30x
94 oC 94 oC
Annealing Extension
Primers 72 oC
50 50 oC
0
3’ 5’ 5’ T i m e
5’
5’ 5’
5’ 3’
5’
5’
Fragments of
defined length 5’
5’
5’
5’
Verification of PCR product
Analisis data sekuen DNA pengkode 16s rRNA
BLAST NCBI