ABSTRACT
Bacteria are a group of organisms that do not have a cell nucleus membrane. Some
group of bacteria known as the causative agent of infection and disease, while the
other group can provide benefits in the field of food, medicine, and industry.
Endospores is a phase that is carried by some bacteria, such as Bacillus sp. and
Clostridium sp. produce forms survival in unfavorable conditions. This process is
known as sporulation. Based on the previously described the practice is very
important because to understand the structure and technique of staining bacteria,
endospores, and fungi as well as working on creating the smear preparation. The
method used in this lab is to shed dye Gram a, b, c, d it will be known whether the
bacterium is Gram-positive or Gram-negative. Based on the results of the lab work
that has been done that gram-positive bacteria colored purple colored red colored
while gram-negative but the KOH test Gram-positive bacteria, while Gram-negative
slimy slimy, bentuksel bacterial identification results obtained are mostly rodshaped bacteria, and there is little that is round and endospores were observed in
the form of the spores in the middle and on the edge of the cell spores and
endospores were observed in the form of the spores in the middle and spores on the
edge of the cell and the endospore staining endospores cells stained green and red
vegetative cells.
dibedakan menjadi tiga macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan
pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan
menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah
difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan
perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik
pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 2007).
Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya
berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawasenyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan
sel bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai
dasar pewarnaan bakteri. Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam
dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna
basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam. Contoh zat
warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya
pada umumnya adalah Cl-, SO4-, CH3COO-, COOHCOO?. Zat warna asam umumnya
mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan
zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel. Pewarnaan bakteri
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi
pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup (Sutedjo, 1991).
Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari
bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Ikatan ion dapat
terjadi karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna.
Terdapat tiga mcam metode pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan
diferensial dan pewarnaan gram. Pewarnaan sederhana menggunakan pewarna tunggal,
pewarnaan diferensial memakai serangkaian larutan pewarna atau reagen. Pewarnaan
gram merupakan metode pewarnaan yang paling umum digunakan untuk mewarnai sel
bakteri (Umsl, 2008).
Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, salah satu di
antaranya berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna terdapat pada ion positif
(zat pewarna+ Cl-) dan pada pewarna asam, warna akan terdapat pada ion negatif (zat
pewarna- Na+). Hubungan antara bakteri dengan zat pewarna basa yang menonjol
disebabkan terutama oleh adanya asam nukleat dalam jumlah besar dalam protoplasma
sel. Jadi, jika bakteri itu diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat bakteri akan
bereaksi dengan ion positif zat pewarna basa, Kristal violet, safranin dan metilin blue
adalah beberapa zat pewarna basa yang biasa digunakan. Sebaliknya zat pewarna asam
ditolak oleh muatan negatif bakteri menyeluruh. Jadi, mewarnai bakteri dengan zat
pewarna asam akan menghasilkan hanya pewarnaan pada daerah latar belakang saja.
Karena sel bakteri tak berwarna di atas latar belakang yang berwarna (Volk & Wheeler,
1993).
Pewarnaan gram ditemukan pada tahun 1884 oleh seorang dokter kebangsaan
Denmark Christian Gram (membuat zat pewarna khusus) pewarna tersebut merupakan
pewarna differensial karena dapat membagi bakteri menjadi dua kelompok fisiologi, yang
akan memudahkan untuk identifikasi. Prosedur pertama dari pewarnaan gram ini adalah
memberi pewarna kristal violet, setelah 1 menit dibilas dan kemudian akan diberikan
pewarna yodium, setelah satu menit dibilas dan kemudian akan diberi laputan alkohol
95% selama 30 detik, kemudian dibilas dan diberi pewarna safranin atau bismarck (untuk
buta warna merah) selama 1 menit. Zat pewarna kristal violet dan yodium akan
membentuk senyawa yang kompleks. Beberapa bakteri akan melepaskan zat pewarna
dengan mudah apabila dicuci dan beberapa bakteri yang lain zat pewarna akan bertahan
walaupun dicuci dengan alkohol 95%. Bakteri gram positif akan terwarna ungu (kristal
violet) dan bakteri gram negatif akan terwarna merah (safranin) (Umsl, 2008).
Pewarnaan terhadap bakteri yang paling sering dilakukan adalah pewarnaan Gram
dan ZiehlNelsen. Pewarnaan tersebut untuk mengetahui morfologi, struktur, dan
karakteristik bakteri. Pewarnaan Gram dapat mengidentifikasi penyakit infeksi. Prosedur
pewarnaan Gram dimulai dengan pemberian kristal violet, setelah itu ditambahkan
larutan iodium maka semua bakteri akan berwarna biru. Setelah itu ditambah alkohol.
Bakteri Gram positif membentuk kompleks Kristal iodine yang berwarna biru. Setelah di
tambahkan safranin, bakteri Gram positif akan berwarna ungu. Contoh bakteri Gram
positif adalah Streptococcus, Bacillus, Stapilococcus, Clostridia, Corynebacterium
dhypteriae, Peptococcus, Peptostreptococcus, dll. Sedangkan bakteri Gram negatif akan
terdekolorisasi oleh alcohol dan pemberian safranin akan memberikan warna merah pada
bakteri Gram negatif. Contoh bakteri Gram negative adalah Neisseria, Klebesiella,
Vellonella, Shigella, Salmonella, Hemophillus, dll (Cappuccino & Sherman, 1983).
Proses pewarnaan gram ini memerlukan 4 jenis reagen. Bakteri terbagi atas dua
kelompok berdasarkan pewarnaan ini, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Perbedaan ini berdasarkan warna yang dapat dipertahankan bakteri. Reagen pertama
disebut warna dasar, berupa pewarna basa, jadi pewarna ini akan mewarnai dengan jelas.
Reagen kedua disebut bahan pencuci warna (decolorizing agent). Tercuci tidaknya warna
dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bila komponen dinding sel kuat mengikat
warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat
mengikat warna dasar, maka warna akan tercuci. Reagen terakhir adalah warna
pembanding, bila warna tidak tercuci maka warna pembanding akan terlihat, yang terlihat
pada hasil akhir tetap warna dasar. Larutan yang biasa dipakai adalah ungu kristal, lartan
iodium, alkohol dan safranin (Tracy, 2005).
Teori Salton menjelaskan bahwa ada konsentrasi lipid yang tinggi pada dinding sel
bakteri Gram negatif. Sehingga jika lipid dilarutkan dalam pemberian alcohol, maka pori
pori akan membesar dan tidak mengikat pewarna. Hal ini menyebabkan bakteri menjadi
tidak berwarna. Sedangkan bakteri Gram positif akan mengalami denaturasi selama
pemberian alcohol. Hal ini akan mengecilkan poripori sehingga menghasilkan kompleks
kristal iodium. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang kuat dan lapisan
peptidoglikan sebanyak 30 lapisan sehingga permeabilitas dinding selnya menjadi
berkurang. Sedangkan bakteri Gram negatif hanya memiliki 12 lapisan peptidoglikan
sehingga memiliki permeabilitas dinding sel yang lebih besar. Pewarnaan Gram terdiri
atas Gram A (violet) (Kristal violet, Aalkohol, Ammonium oksalat, Aquades), Gram B
(cokelat)
(Iodium,
Kalium
iodide,
Aquades),
Gram
mycdatci,
Rhodococcus,
Tsukamurella,
Gordonia
Gordona,
Cryptosporidium, Isospora, Cyclospora, Sarcocytis, dll. Contoh bakteri than asam yang
tidak cocok pada pewarnaan ZN tetapi cocok pada Kinyoun adalah Nycordia,
Rhodococcus,
Tsukamurella,
dan
Gordonia.
Hasil
pewarnaan
ZN
akan
Endospora merupakan struktur spesifik yang ditemukan pada beberapa jenis bakteri.
Struktur endospora sangat bervariasi pada setiap spesies. Endospora merupakan struktur
yang tahan terhadap keadaan lingkungan yang ekstrim misalnya kering, pemanasan dan
keadaan asam. Karena kandungan air endospora sangat rendah bila dibandingkan dengan
sel vegetatifnya, maka endospra berbentuk sangat padat dan sangat refraktil bila dilihat di
bawah mikroskop. Endospora sangat sukar diwarnai dengan pewarnaan biasa, sehingga
harus menggunakan pewarnaan spesifik. Bakteri yang menghasilkan spora pada
umumnya tahan terhadap pewarnaan, sedangkan bakteri yang tidak memiliki spora dan
hanya memiliki sel vegetatif tidak tahan terhadap pewarnaan (Partic, 2008).
Endosopora tidak mudah diwarnai dengan zat pewarna pada umumnya, tetapi sekali
diwarnai, zat warna tersebut akan sulit hilang. Hal inilah yang menjadi dasar dari metode
pengecatan spora secara umum. Pada metode Schaeffer-Fulton yang banyak dipakai
dalam pengecatan endospora, endospora diwarnai pertama dengan malachite green
dengan proses pemanasan. Larutan ini merupakan pewarna yang kuat yang dapat
berpenetrasi ke dalam endospora. Setelah perlakuan malachite green, biakan sel dicuci
dengan air lalu ditutup dengan cat safranin. Teknik ini akan menghasilkan warna hijau
pada endospora dan warna merah muda pada sel vegetatifnya (Fardiaz, 1992).
Kondisi yang terus memburuk membuat endospora dibebaskan dari degenerasi sel
vegetatif dan menjadi sel independen yang disebut spora yang diakibatkan komposisi
lapisan kimia spora bersifat tahan terhadap efek-efek merusak, misalnya pemanasan
berkelebihan, pembekuan, radiasi, pengeringan, dan agent kimia lainnya sehingga
diperlukan pewarnaan khusus secara mikrobiologi dan ketika kondisi lingkungan kembali
normal, spora bebas kembali untuk aktif secara metabolik dan sel vegetatif berkurang
resisten melalui germinasi. Sporogenesis dan germinasi tidak dimaksudkan untuk
reproduksi tetapi hanya mekanisme yang menjamin ketahanan sel dibawah kondisi
lingkungan (Suriawiria, 2005).
Endospora adalah struktur spesifik yang ditemukan pada beberapa jenis bakteri.
Karena kandungan air endospora sangat rendah bila dibandingkan dengan sel
vegetatifnya, maka endospora berbentuk sangat padat dan sangat refraktil bila dilihat di
bawah mikroskop. Endospora sangat sukar diwarnai dengan pewarna biasa, sehingga
harus digunakan pewarna spesifik dan yang biasa digunakan adalah malachite green.
Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Disebut
demikian karena hanya digunakan satu jenis cat pewarna untuk mewarnai organisme.
Kebanyakan bakteri telah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena
sitoplasmanya bersifat basofil (suka akan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk
pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromofornya bersifat positif).
Pewarnaan sederhana ini memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam-
macam tipe morfologi (coccus, vibrio, basillus, dsb) dari bahan-bahan lainnya yang ada
pasa olesan yang diwarnai (Hadiotomo, 1990).
Bakteri penghasil spora tahan terhadap pewarnaan. Oleh karena itu, setelah
diwarnai oleh suatu warna, misalnya malachite green, akan mengikat kuat senyawa
pewarna. Untuk pewarnaan selanjutnya, cat tersebut (misalnya safranin) sel spora tidak
dapat menerimanya karena sudah terikat dengan cat pertama. Akhirnya warna bakteri
spora adalah hijau. Bakteri yang tidak berspora cenderung tidak tahan pengecatan karena
hanya memiliki sel vegetatif. Saat diwarnai oleh malachite, sel vegetatif dapat mengikat
warna tetapi dapat luntur setelah dilunturkan karena ikatannya tidak kuat. Setelah
pewarnaan selanjutnya dengan safranin, sel vegetatif mudah mengikat warna kembali.
Oleh karena itu, hasil pewarnaan akhir adalah merah muda dari safranin (Assani, 1994).
Pembuatan Apusan
Gelas obyek yang akan digunakan di aseptis dahulu dengan alkohol 70%, kemudian
bakteri hasil isolasi diambil menggunakan jarum ose sebanyak satu kali pengambilan
yang telah di tehnik aseptis dan diletakkan di atas kaca obyek yang telah terdapat aquades
steril sebanyak satu kali yang pengambilannya dengan jarum ose. Kemudian di fiksasi
secukupnya hingga kering. Preparat apusan siap diwarnai dan diamati.
3.2.2
Apusan dicat dan digenangi dengan cat gram A selama 1 menit, cat dibuang lalu
preparat dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya dikeringkan. Setelah kering, apusan
digenangi dengan cat gram B selama 1 menit, cat dibuang lalu preparat dicuci dengan air
mengalir dan selanjutnya dikeringkan. Setelah kering, apusan ditetesi dengan cat gram C
selama 30 detik, cat dibuang lalu preparat dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya
dikeringkan. Setelah kering, apusan digenangi dengan cat gram D selama 1 menit, sisa
cat dibuang lalu preparat dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya dikeringkan.
Kemudian preparat siap diamati dibawah mikroskop
3.2.4
Pewarnaan Endospora
Gelas obyek yang akan digunakan di aseptis dahulu dengan alkohol 70%,
kemudian B. subtilis diambil menggunakan jarum ose sebanyak satu kali pengambilan
yang telah di tehnik aseptis dan diletakkan di atas kaca obyek yang telah terdapat aquades
steril sebanyak satu kali pengambilan dengan jarum ose. Kemudian di fiksasi secukupnya
hingga kering. Selanjutnya gelas obyek dipanaskan di atas air mendidih dengan menutup
preparat dengan kertas saring dan ditetesi dengan malakit hijau selama 10 menit. Setelah
itu dinginkan preparat sebentar, selanjutnya preparat di cuci dengan air mengalir dan
dikeringanginkan. Kemudian genangi preparat dengan pewarna safranin selama 1 menit,
di cuci dengan air mengalir. Preparat ditiriskan dengan kertas saring dan diamati di
bawah mikroskop, endospora akan tampak berwarna hijau dan sel vegetatif akan tampak
berwarna merah.
DAFTAR PUSTAKA
Assani, S. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
Cappuccino, J. G. & Natalie. S. 1983. Microbiology A Laboratory Manual. AddisonWesley Publishing Company, New York.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia. Jakarta
Filzahazny., 2008, , http:/wordpress.com/Penganta-tentang-bakteri.htm. Diakses pada
tanggal 26 April 2010
Gozali. Amir. 2009. Pewarnaan gram. http://www.gozali.blogspot.com/gram/pewarnaangram-prinsip.html . Diakses pada tanggal 26 April 2010
Hadiotomo, Ratna Siri., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Pt Gramedia.
Jason.
2009.
The
Gram
Stainning.
http://astro.temple.edu/~jasoncg/ID/
diakses
Nirwati, Hera. 2001. Pembuatan preparat dan pengecatan dalam petunjuk praktikum
mikrobiologi Fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada. Universitas Gadjah
Partic,
Pewarnaan
endospora.
http://www.dunia-
2005.
Gram
Staining.
www.tracy.k12.ca.us/thsadvbio/pdfs/gram
2008.
Staining
www.umsl.edu/~microbes/pdf/stainingbacteria.pdf.
pada tanggal 26 April 2010
Volk & Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta
Bacteria.
Diakses