Anda di halaman 1dari 6

Sifat biokimia bakteri

1. Indol

Media ini biasanya digunakan dalam identifikasi yang cepat. Hasil uji indol yang
diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah muda pada
permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari tryptopan sebagai sumber
karbon, yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan kovaks seperti Ehrlich yang
megandung para-dimetil-aminobenzaldehida (Choirunissa, 2011).

2.Uji gula-gula (Glukosa, Laktosa, Sukrosa dan Manitol)

Uji ini dilakukan untuk mengindetifikasi bakteri yang mampu memfermentasikan


karbohidrat. Pada uji gula-gula hanya terjadi perubahan warna pada media glukosa yang
berubah menjadi warna kuning, artinya bakteri ini membentuk asam dari fermentasi glukosa.
Pada media glukosa juga terbentuk gelembung pada tabung durham yang diletakan terbalik
didalam tabung media, artinya hasil fermentasi berbentuk gas (Oktarina, 2010). Reaksi
fermentasi gula yaitu :

fermentasi

C6H12O6                                          C2H5OH+ CO2 + asam

Menurut Robert, dkk (1959), Escherichia coli dapat melakukan fermentasi glukosa dan


laktosa, sementara itu sukrosa tidak dapat difermentasikannya. Pada Bacillus subtilis dapat
melakukan fermentasi terhadap glukosa dengan hasil yang tidak terjadi perubahan.

3.Hidrolisis pati

Menurut Jutono (1980), suatu bakteri mempunyai suatu enzim yang dapat
menghidrolisis polisakarida, misalnya pati menjadi senyawa gula yang lebih sederhana. Suatu
bakteri yang mempunyai enzim amilase dapat menghidrolisis pati (suatu polosakarida)
menjadi maltosa (disakarida). Reaksi hidrolisis pati menjadi maltosa adalah sebagai berikut :

amilase

2 ( C6H2O9)n +n H2O                                         n C12H22O11


bakteri

Menurut Sale (1961), amilase adalah enzim ekstraseluler yang disekresi oleh bakteri untuk
mengubah pati yang tidak dapat terdifusi. Fraksi terdifusi dapat masuk ke dalam sel dan
diproses oleh enzim intraseluler. Fraksi terdifusi di dalam sel oleh enzim maltase dihidrolisis
lebih jauh menjadi D-glukosa. Hasil dari fermentasi pati merupakan hasil dari penggunaan
glukosa intraseluler. Keberadaan amilase dapat diamati dengan menyaring kultur broth dan
mencampunya dengan pati. Menghilangnya pati menunjukkan keberadaan amilase. Ini dapat
langsung diketahui dengan menambahkan beberapa teets larutan iodin. Warna biru
menunjukkan keberadaan pati, warna coklat menunjukkan hidrolisis sempurna dari pati
menjadi maltase.

Menurut Robert, dkk (1959) Escherichia coli tidak dapat melakukan hidrolisa pati,


sementara  Bacillus subtilis dapat melakukan proses hidrolisis pati. Proses hidrolisa ini
biasanya memecah suatu gula yang kompleks menjadi suatu susunan gula yang sederhana,
untuk mendeteksi peristiwa ini dilakukan dengan cara pemberian iod. Iod biasanya akan
bereaksi dengan pati dan akan berwarna biru. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi
hidrolisa bila pati pun dapat bereaksi dengan iodium dan menghasilkan warna biru, hal ini
dapat terjadi disebabkan oleh karena pati belum terpecah menjadi senyawa sederhana
sehingga komponen yang bereaksi sengan iodium adalah pati.

.4.Peptonisasi

Peptonisasi adalah perubahan dari bentuk tidak larut menjadi larut pada bermacam-
macam protein dan menunjukkan adanya pemecahan protein menjadi pepton yang terjadi
pada keadaan aerob dan anaerob (Jutono dkk, 1980). Menurut  Robert, dkk
(1959), Escherichia coli menunjukan terjadi peptonisasi dengan terbentuknya endapan bening
dibagian dasarnya dan Bacillus subtilis  menunjukkan terjadi peptonisasi dan fermentasi
secara bersama-sama sehingga terjadi lapisan dan tidak terdapat whey.

5.Fermentasi susu

Air susu mengandung bermacam-macam zat, yaitu air, karbohidrat, (laktosa), lemak,
protein (kasein), garam-garam  mineral dan vitamin-vitamin. Medium susu (tanpa lemak)
digunakan untuk pengujian fermentasi, peptonisasi atau kedua-duanya yang terjadi bersama-
sama. Pada peptonisasi susu kasein dihidrolisa oleh enzim renin menjadi parakasein dan
pepton-pepton yang terlarut. Parakasein itu kemudian akan bereaksi dengan garam-garam
kalsium membentuk endapan kalsium para kaseinat. Pada peptonisasi sempurna endapannya
terkumpul dibawah dan kemudian cairan susu menjadi jernih. Pada peptonisasi reaksi
medium menjadi basa sehingga warna indikator ( misalnya bromokresol purpule ) ungu
terang. Pada fermentasi laktosa, berbah menjadi asam, sehingga menyebabkan kasein
mengendap atau menggumpal. Adanya asam ini akan menentukan pertumbuhan bakteri lebih
lanjut, sehingga peruraian protein tidak terjadi (Jutono dkk, 1980).

Kasein adalah protein yang dapat bereaksi dengan asam maupun basa (amfoter). Kasein
terdapat pada susu dan membentuk fasa koloid. Beberapa bakteri mensekresikan enzim
seperti renin yang dapat menghidrolisis kasein. Menjadi parakasein terlarut dan bahan seperti
pepton. Parakasein bereaksi dengan garam kalsium membentuk kalsium parakaseinat bakteri
yang cepat memfermentasikan laktosa akan menghasilkan asam yang cukup banyak dan
dapat menghambat penjenuhan kasein. Asam dapat mencegah pertumbuhan bakteri lebih
jauh, bakteri yang tidak memfermentasi laktosa memproduksi renin kasar. Ini memungkinkan
terjadinya peptonisasi kasein dan pembentukkan berbagai fraksi terlarut, sehingga usus
menjadi basa. Bakteri yang memfermentasi laktosa dengan lambat tidak dapat mencegah
peptonisasi (Sale, 1961).

6. Uji reduksi nitrat

Keberadaan nitrit dalam media diuji dengan penambahan asam sulfanilat dan α-
naftilamin yang akan bereaksi dengan nitrit yang ditunjukkan dengan perubahan warna media
menjadi merah atau merah muda. Pada tabung yang tidak menunjukkan perubahan warna,
ditambahkan bubuk Zn untuk melihat reduksi nitrat menjadi nitrit. Bila didapatkan nitrat
dalam medium, maka kaldu berubah warna menjadi merah muda atau merah karena Zn
mereduksi nitrat menjadi nitrit dan nitrit ini bereaksi dengan reagen uji dan terbentuk warna
merah (Lay, 2004).

Reduksi nitrat terjadi pada kebanyakan bakteri anaerob fakultatif dengan menggunakan nitrit.
Reaksinya:

NO3– + 2e– +    2H2+   Nitratase        NO2– + H2O


O2 dapat menghambat reduksi nitrat sehingga dalam reaksi, O2 dihabiskan kemudian
menggunakan nitrat pada bakteri anaerob ( Suriawiria, 1985 ).

Eschericia coli memiliki sifat biokimia yaitu jika diinokulasi pada medium glukosa, laktosa,
dan sukrosa dapat melakukan fermentasi dengan membeentuk asam dan gas. Eschericia
coli juga dapat menghidrolisis amilum, pati, membentuk indol pada medium triptofan, dapat
mereduksi nitrat, dan memfermentasi susu dengan menghasilkan asam. Bacillus subtillis jika
diinokulasi dalam medium glukosa yaitu jika diinokulasi dalam medium glukosa dan sukrosa
dapat membentuk gas, pada medium laktosa tidak dapat menghasilkan asam maupun
gas. Bacillus subtillis tidak dapat membentuk indol pada medium triptofan, mereduksi nitrat,
dan pada medium susu dapat melakukan fermentasi dan peptonasi (Breeds, 1957).

Sifat-sifat biokimia dari bakteri meliputi hidrolisa lemak, penguraian protein, perubahan
karbohidrat, serta reduksi bermacam-macam unsur. Gula dapat difermentasi menjadi alkohol,
asam atau gas. Tergantung pada gula dan jenis bakterinya. Escherichia coli dapat
memfermentasikan  sukrosa, glukosa, dan laktosa. Pada sukrosa cair, padat dan glukosa cair,
padat serta laktosa padat yang pertama terbentuk adalah asam dan gas (Pelczar dan Chan ,
1988).

7. Uji Katalase

Biakan murni diinokulasi ke dalam masing-masing tabung medium NA miring dan


satu tabung untuk kontrol. Diinkubasi selama 48 jam. Setelah diinkubasi pada masing-masing
tabung ditambhkan 2-3 tetes larutan H2O2 3% pada permukaan media, jika terjadi reduksi
H2O2 akan terlihat adanya gelembung O2 di sekeliling pertumbuhan bakteri.

8. Uji Hidrolisis Gelatin

Isolat bakteri diinokulasi ke dalam medium nutrien gelatin pada tabung reaksi secara
aseptik diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Kemudian kultur diletakkan pada
pendingin dengan suhu 4oC selama 30 menit. Indikator pengamatan reaksi positif jika
medium tetap menjadi cair, dan negatif apabila medium berubah menjadi padat. Hal ini
menunjukkan bahwa bakteri mampu menghidrolisis gelatin sehingga medium tetap cair saat
didiamkan pada suhu 4oC selama 30 menit.
9.   MR-VP 

Uji MR Perbenihan ini digunakan untuk mendeteksi bakteri yang memiliki


kemampuan untuk mengoksidasi glukosa menghasilkan produk asam berkonsentrasi tinggi
yang stabil sehingga menyebabkan pH media turun hingga dibawah 4,4 yang ditandai dengan
hasil positif, terjadi perubahan warna menjadi merah setelah ditambahkan Methyl Red.
Artinya, bakteri ini mengahasilkan asam campuran (metilen glikon) dari proses fermentasi
glukosa yang terkandung dalam medium MR-VP (Lehninger, 1995).

10.  Uji VP

Dengan hasil negatif, karena tidak terbentuk warna merah pada medium setelah
ditambahkan α-napthol dan KOH, artinya hasil akhir fermentasi bakteri inibukan asetil metil
karbinol (asetolin) (Volk dan Wheeler, 1993).

11. Uji Citrate

Perbenihan ini digunakan untuk melihat kemampuan organisme enterik berdasarkan


kemampuan memfermentasi sitrat sebagai sumber karbon. Perbenihan Simmon’s Citrate ini
mengandung indikator biru bromtimol yang akan berubah menjadi biru pada reaksi positif
dan tetap hijau jika reaksi negatif (Volk dan Wheeler, 1993).

12. Uji motilitas

Media yang dipakai adalah media yang bersifat semi solid dengan kandungan agar-agar
0,2-0,4%. Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui gerak kuman, bisa memakai media
MO (Motilitas Ornitin) atau SIM (Sulfida Indol Motility). Pada media SIM selain untuk
melihat motilitas bisa juga untuk test indol dan pembentukan H2S. Interpretasi hasil : negatif
(-) : terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih seperti akar hanya pada bekas tusukan 
inokulasi. Positif (+) : terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih seperti akar disekitar
inokulasi. Hal ini menunjukan adanya pergerakan dari bakteri yang diinokulasikan, yang
berarti bahwa bakteri ini memiliki flagel (Burrows, 2004).

13. Uji urenase


Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui apakah kuman mempunyai enzim urease
yang dapat menguraikan urea membentuk amoniak. Media urea berisi indikator phenol red.
Interpretasi hasil : negatif (-) : tidak terjadi perubahan warna media menjadi pink/merah
jambu, artinya kuman tidak memecah urea membentuk amoniak. Positif (+) : tidak terjadi
perubahan warna media menjadi pink/merah jambu, artinya kuman memecah urea
membentuk amoniak (Lim, 2006).

14. Uji TSA (Triple Sugar Iron Agar)

   Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan kuman untuk
memfermentasikan karbohidrat. Pada media TSIA berisi 3 macam karbohidrat yaitu glukosa,
laktosa dan sukrosa. Indikatornya adalah phenol red yang menyebabkan perubahan warna
dari merah orange menjadi kuning dalam suasana asam. Glukosa berada di dasar media
sedangkan laktosa dan sukrosa berada di bagian lereng. Selain menggunakan media TSIA
dapat pula digunakan media KIA (Kligers Iron Agar), bedanya adalah pada media KIA hanya
berisi 2 macam karbohidrat yaitu glukosa dan laktosa. Interpretasi hasil : hanya
memfermentasi glukosa : Bila pada dasar (butt) media berwarna kuning (bersifat asam) dan
lereng (slant) berwarna merah (bersifat basa) ? Al/Ac atau K/A. Memfermentasi semua
karbohidrat : bila pada dasar (butt) media berwarna kuning (bersifat asam) dan lereng (slant)
berwarna kuning (bersifat asam) ? Ac/Ac atau A/A. Tidak memfermentasi semua karbohidrat
: bila pada dasar (butt) media berwarna merah (bersifat basa) dan lereng (slant) berwarna
merah (bersifat basa) ? Al/Al atau K/K. Fermentasi pada TSIA juga disertai dengan
pembentukan gas CO2 yang dapat dilihat dari pecahnya dan terangkatnya agar. Media TSIA
juga dapat digunakan untuk mengetahui pembentukan H2S yaitu melihat apakah kuman
memfermentasi metionin dan sistein (Asam amino yang mempunyai gugus S). Pada media
TSIA terdapat asam amino metionin dan sistein, jika kuman memfermentasi kedua asam
amino ini maka gugus S akan keluar dan gugus S akan bergabung dengan H2O membentuk
H2S. Selanjutnya H2S bergabung dengan Fe2+ membentuk FeS berwarna hitam dan
mengendap (Buchanan, 2003).

Anda mungkin juga menyukai