FERMENTASI
Oleh
NAMA
: YESICA PUTERI
NIM
: 31140013
ASISTEN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu.
Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang
sudah dikenal sejak abad ke-9. Bioteknologi dengan menggunakan mikroorganisme dapat
menghasilkan makanan dan minuman karena dapat tumbuh dengan cepat, mengandung
protein yang cukup tinggi dan dapat menggunakan produk-produk sisa sebagai substratnya
misalnya dari limbah dapat menghasilkan produk yang tidak toksik dan reaksi biokimianya
dapat dikontrol oleh enzim organisme itu sendiri (Darma, 2010). Perkembangan bioteknologi
pada masa ini terutama dalam bidang pangan sudah tidak diragukan lagi. Bioteknologi
memanfaatkan mikroorganisme yang dapat dijadikan produk untuk digunakan oleh manusia.
Salah satu bioteknologi yang sering dilakukan manusia adalah proses fermentasi alkohol.
Memperoleh suatu olahan hasil fermentasi seperti alkohol tentu saja tidak akan berhasil
tanpa bantuan mikroorganisme yaitu khamir dan substrat yang digunakan. Substrat yang
digunakan karbohidrat jenis sukrosa. Khamir akan menghasilkan semacam enzim sehingga
dapat memfermentasi sukrosa menjadi karbon dioksida. Maka dari itu praktikum ini
dilaksanakan supaya mahasiswa dapat memahami proses metabolisme atau fermentasi yang
dilakukan oleh khamir.
B. TUJUAN
Mempelajari proses biokimiawi yang terjadi pada metabolisme pemecahan glukosa secara
anaerob oleh Khamir
BAB 2
LANDASAN TEORI
Energi mutlak dibutuhkan oleh semua organisme hidup untuk melakukan berbagi macam
aktivitas seperti halnya pertumbuhan, biosintesis molkul-molekul yang kompleks, reproduksi,
bergerak dan pemeliharaan organissasi internal sel. Energi tersebut dapat dihasilkan melalui
proses respirasi aero yang melibatkan O 2 dan melalui proses fermentasi yang tidak melibatkan
proses transport elektron atau respirasi.
Proses fermentasi biasanya dilakukan oelh mikroba fakultatif anaerob atau obligat anaerob, dan
berlangsungnya pembentukan energi hanya dengan melibatkan fosforilasi tingkat substrat, tanpa
peranan sitokrom, sehingga masih terdapat senyawa-senyawa organik yang lebih sederhana dari
substrat hasil akhirnya, dalam hal ini proses oksidasi atau peruraian substrat tidak tuntas atau
oksidasinya tidak lengkap. Pengertian ini terutama digunakan untuk membedakan dengan
respirasi aerob yang dapat menguraikan substrat organik menjadi hasil akhir berupa senyawa
anorganik.
Metabolism pemecahan glukosa pada hewan dan khamir pada prinsipnya sama sampai pada
batas pembentukan asam piruvat. Dalam kondisi anaerob, pada hewan akan dihasilkan asam
laktat, sedangkan pada khamir akan dihasilkan etanol. Saccharomyces cereviceae merupakan
khamir yang memiliki sifat fakultatif anaerob sehingga mampu merombak glukosa baik secara
aerob maupun anaerob. Pada kondisi aerob, glukosa akan teroksidasi secara sempurna menjadi
CO2, H2O, dan ATP sedangkan pada kondisi anaerob, khamir akan melakukan fermentasi untuk
merombak glukosa menjadi etanol dan CO2 sebagai produk akhir. Proses perombakan pada
kedua kondisi tersebut terjadi melalui jalur glikolisis yang juga dikenal sebagai jalur Embden
Meyerhoff Parnas (jalur EMP) dengan menghasilkan 2 mol piruvat, 2 mol NADH 2 dan 2 mol
ATP. Kemudian pada kondisi anaerob, molekul piruvat dipecah lebih lanjut menjadi asetaldehid
dan CO2 dengan bantuan enzim piruvat dekarboksilase. Dalam hal ini asetaldehid berperan
sebagai akseptor elektron agar supaya berlangsung regenerasi NAD + yang dibutuhkan pada
proses glikolisis. Asetaldehid akan direduksi menjadi etanol dengan dikatalisis oleh enzim
alkohol dehirogenase dan tenaga pereduksi NADH2 berperan sebagai donor elektronnya.
Pada acara fermentasi akan dipelajari proses-proses biokimiawi yang terjadi selama proses
fermentasi glukosa oleh khamir dengan mendeteksi terbentuknya piruvat, asetaldehid dan etanol.
Pada khamir, pemecahan glukosa akan menghasilkan senyawa piruvat dan piruvat ini dalam
keadaan anaerob akan diubah menjadi etanol. Etanol dihasilkan oleh khamir melalui
dekarboksilasi asam piruvat dengan pembentukan senyawa antara asetaldehid. Metabolisme
asam piruvat dan asetaldehid biasanya terjadi pada konsentrasi yang sangat rendah sehingga
untuk menunjukkan keberadaannya dalam jalur reaksi perlu suatu cara untuk mencegah reaksi
lebih lanjut dari senyawa antara ini dengan jalan memblok enzim yang mengkatalisis konversi
senyawa yang diselidiki. Cara ini dikerjakan dengan menggunkan inhibitor atau mengubah
kondisi fisiologis sehingga reaksi berjalan sangat lambat. Cara lain yang juga sering digunakan
adalah dengan menjerat senyawa antara dengan suatu senyawa sehingga dihasilkan senyawa lain
yang tidak mengalami reaksi lebih lanjut. Kedua cara pendekatan tersebut akan dikerjakan
dalam percobaan ini.
Enzim piruvat dekarboksilase tidak aktif dalam larutan alkali encer sehinggga asam piruvat
menumpuk dan dapat ditera dengan mereaksikannya denga Na-nitoprusida atau 2,4dinitrofenilhidrazin. Pada percobaan kedua, batrium bisulfit ditambahkan delam campuran untuk
menjerat asetaldehid. Timbulnya asetaldehid ditunjukkan dengan adanya warna biru-ungu
(seperti kristal violet) sebagai hasil reaksi asetldehid dengan Na-nitroprusida dan piperidiin,
sedangkan terbentuknya etanol dari piruvat selama fermentasi dapat dideteks secara kuantitatif
dengan ui iodofrom.
BAB 3
METODOLOGI
A. ALAT
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Pipet
4. Propipet
5. Waterbath
6. Vortex
7. Sentrifuge
8. Penjepit
B. BAHAN
1. Na2HPO4 0,5 M
2. KH2PO4 0,5 M
3. Suspensi khamir yang bersifat alkalis (10% dalam Na2HPO4)
4. Suspensi khamir yang bersifat asam (10% dalam KH2PO4)
5. Suspensi khamir (10% dalam air)
6. Glukosa 10%
7. 2,4 dinitrofenilhidrazin (larutan jenuh dalam HCl 2N)
8. Na- nitroprusida (5% dibuat segar)
9. (NH4)2SO4
10. NaOH 10%
11. Piperidin 3% larut dalam air
12. TCA 10%
C. CARA KERJA
1. Pembentukan asam piruvat dari glukosa
b. Uji iodoform
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pembentukan asam piruvat dari glukosa
Larutan glukosa 5 ml yang di masukkan dalam 2 tabung reaksi, kemudian dari tabung
reaksi tersebut kita 5 ml Na2HPO4 pada tabung pertama dan kita tambahkan KH2PO4 pada
tabung ke 2. Na2HPO4 ini sebagai suspensi khamir dalam basa, sedangkan KH2PO4 sebagai
suspensi khamir asam. Ketika dicampurkan terdapat gelembung CO 2 pada tabung reaksi.
Namun pada asam lebih banyak memiliki gelembung. Hal ini berarti reaksi katabolisme ini
lebih efektif pada suasana asam. Dapat dilihat bahwa gelembung yang dihasilkan tersebut
adalah gas CO2 yang merupakan hasil pemecahan karbohidrat.
2. Tes piruvat dengan Na-nitoprusida
Pada percobaan ini didapatkan adanya bentuk cincin merah muda dalam larutan asam.
Jika terbentuk cincin warna merah muda berarti larutan tersebut mengandung senyawa thiol.
Hasil dalam percobaan ini mengidentifikasi adanya senyawa thiol pada larutan tersebut.
Namun pada tabung kedua yaitu larutan alkalis lebih banyak mengandung piruvat. Hal ini
terlihat dari warna hijau yang lebih jelas pada tabung kedua. Adanya cincin hijau, karena
adanya piruvat, penambahan larutan (NH4)2SO4, Na-nitropussida, amonia, selain itu juga
disebabkan karena adanya pemblokan enzim yang mengkatalisis konversi senyawa, yang
bertujuan untuk mencegah reaksi lebih lanjut sehingga hasilnya berwarna biru. Sedangkan
yang tidak berwarna biru, artinya reaksinya masih tetap berjalan.
BAB 5
KESIMPULAN
1. Ketika pembentukan asam piruvat dicampurkan terdapat gelembung CO2 pada tabung reaksi.
Hal ini dapat kita lihat bahwa gelembung yang dihasilkan tersebut adalah gas CO 2 yang
merupakan hasil pemecahan karbohidrat.
2. Fermentasi akan berjalan lebih efektif pada suasana asam.
3. Cincin bewarna hijau dan biru bisa terjadi karena adanya piruvat, karena penambahan larutan
(NH4)2SO4, Na-nitropussida, amonia, selain itu juga disebabkan karena adanya pemblokan
enzim
4. Tabung yang berwarna merah dan merah pekat, menandakan adanya reaksi yang terjadi
setelah ditambah NaOH, sehingga dapat bercampur dan membentuk warna merah, yang
menandakan adanya piruvat.
5. Dalam proses fermentasi akan melalui proses pembentukan asetaldehid didalamnya. Dalam
percobaan ini digunakan natrium bisulfit untuk menjerat asetaldehid, sehingga proses
berhenti pada tahap pembentukan asetaldehid.
6. Uji iodoform adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui adanya alkohol. Bila sampel
berwarna kuning dan berbau menyengat maka sampel ini mengandung alkohol.
DAFTAR PUSTAKA
Anshory, I. 1984. Biologi umum. Bandung : Genesa Exact.
Guntoro. 2013. Modul Praktikum Materi dan Energi. Yogyakarta: Fakultas Bioteknologi
EGC,2006
Sunarya, Yayan, Agus S. 2010. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: PT Grafindo
Media Pratama
Sutresna, Nana.2007. Cerdas Belajar Kimia. Bandung: PT Grafindo Media Pratama
Yayat, Melani. 2000. Biologi 2. Bandung : Ganeca Exact.
LAMPIRAN